You are on page 1of 56

/TUGAS KOSMETOLOGI

“SHAVING CREAM”

Dosen : Rahmi Hutabarat, S.Si, M.Si. Apt

Disusun Oleh :

Nanda Fadilla Wardhani 14334117

Hanindini Fadilah 15334003

Tri Indah Lestari 15334503

Fariqa Afiani 15334767

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyusun dan menyajikan
makalah Kosmetologi tentang “Shaving Cream” dengan tepat waktu. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rahmi Hutabarat selaku dosen mata kuliah,
yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dalam proses penyusunan
makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak
yang telah memberikan dorongan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah
ini sehingga dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas
selanjutnya.

Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud penulis.

Jakarta, Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3

1.3. Tujuan............................................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 4

2.1. Definisi Kosmetik ............................................................................................................ 4

2.2. Penggolongan Kosmetik .................................................................................................. 4

2.3. Efek Samping Kosmetik................................................................................................... 5

2.4. Anatomi Rambut .............................................................................................................. 7

2.5. Sediaan Krim .................................................................................................................. 13

2.6. Metode Pembuatan Krim ............................................................................................... 28

2.7. Evaluasi Sediaan Krim ................................................................................................... 31

2.7.1. Evaluasi Fisik .......................................................................................................... 31

2.7.2. Evaluasi Kimia ........................................................................................................ 31

2.7.3. Evaluasi Biologi ...................................................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................... 32

3.1. Formula Pembanding ..................................................................................................... 32

3.1.1. Formula 1 ...............................................................Error! Bookmark not defined.3

3.1.2. Formula 2 ...............................................................Error! Bookmark not defined.4

3.1.3. Formula 3 ................................................................................................................ 35

3.1.4. Formula 4 ................................................................................................................ 36

3.2. Formula Yang Akan Dibuat ........................................................................................... 37

ii
3.3. Karakteristik Bahan ........................................................................................................ 38

3.4. Cara Pembuatan.............................................................................................................. 43

3.5. Hasil Evaluasi Sediaan ................................................................................................... 43

3.6. Hasil Evaluasi Stabilitas Sediaan ................................................................................... 44

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................................ 45

BAB V KESIMPULAN................................................................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 48

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi dan perdagangan bebas dunia telah merubah banyak aspek dalam
kehidupan manusia. Berbagai perkembangan pesat terjadi pada bidang teknologi, hukum,
ekonomi, politik, sosial, budaya, hingga kesehatan dan kesenian. Perkembangan ini tidak hanya
menciptakan mutu kehidupan yang lebih baik, namun juga secara langsung telah memunculkan
tatanan sosial kemasyarakatan yang baru. Nilai-nilai kehidupan dengan sendirinya akan
beradaptasi dengan perubahan-perubahan zaman. Tanpa pernah kita sadari sepenuhnya, era
globalisasi dan perdagangan bebas dunia telah berhasil menciptakan gaya hidup dan tuntutan
sosial yang jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya.

Saat ini kesuksesan seseorang tidak hanya ditunjukkan lewat pencapaian materi namun
juga melalui tampilan fisik yang menarik. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila baik pria
maupun wanita masa kini beranggapan bahwa tuntutan berpenampilan prima menjadi hal yang
tidak terelakkan. Hal ini merupakan salah satu diantara banyak hal yang menandai terjadinya
perubahan gaya hidup dan cara pandang manusia masa kini.
Pria akan berusaha meningkatkan penampilan mereka melalui gerakan tubuh, dekorasi
tubuh, rambut dan pakaian mereka (Weiken, 1998 dalam Cheng et al., 2010). Pada sebuah
artikel berjudul “Reaching to Feminine Side of Men” di majalah Marketing Week, Caroline
(2005) dalam Cheng et al. (2010) menuliskan bahwa pria akan menggunakan produk perawatan
yang sesuai dengan diri mereka untuk dapat bersosialisasi. Berdasarkan penelitian Grubb dan
Gratwohl (1967) dalam Cheng et al. (2010) menjelaskan, pria menyatakan bahwa mereka akan
mempergunakan produk untuk meningkatkan citra diri mereka dengan cara mengubah arti
simbolik produk menjadi citra nyata yang betul-betul diharapkan.

Kosmetika(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.386/Men.Kes/SK/IV/1994) didefinisikan sebagai sediaan atau paduan bahan yang siap
untuk digunakan pada bagian luar dalam (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin

1
luar), gigi dan rongga mulut, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik dan memperbaiki bau badan, tetapi
tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Maka berdasarkan
tujuan pemakaiannya kosmetika dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu kosmetika penambah
daya tarik (enhancing appearance cosmetics), kosmetika perawatan (beauty care cosmetics) dan
untuk mengatasi masalah penampilan dengan memperbaiki atau menyembunyikan suatu
kekurangan pada penampilan (problem solving cosmetics).

Dalam Putri (2003) lebih lanjut dijelaskan bahwa enhancing appearance cosmetics
digunakan untuk membuat wajah menjadi lebih cantik, misalnya: lipstick, maskara,
eyeshadow, eyeliner, foundation, lipliner, pensil alis dan lain-lainnya. Beauty care cosmetics
digunakan untuk menjaga atau merawat kondisi kulit wajah agar dalam keadaan baik ,
misalnya: sabun muka, pembersih atau penyegar, masker, lipcare, sunblock, peeling, dan
krim malam dan lain-lainnya. Problem solving cosmetics (Bower dan Landreth, 2001)
digunakan untuk mengatasi, memperbaiki dan menyembunyikan masalah pada kulit wajah,
misalnya: obat jerawat, pemutih, anti kerut, kulit berminyak dan lain-lainnya. Shaving
Cream atau Krim Cukur adalah krim kosmetik berbusa yang dioleskan pada rambut wajah,
untuk memudahkan bercukur. Penggunaan krim mencapai tiga efek:
1. Melumasi proses pemotongan
2. Memecah keratin
3. Membuat kulit tidak peka

Shaving cream biasanya terdiri dari emulsi minyak, sabun atau surfaktan dan air. Shaving
cream biasa digunakan pria untuk mencukur kumis dan janggut .Shaving cream digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri atau perih saat bercukur. Kini banyak salon-salon pria yang
menawarkan jasa cukur kumis atau janggut menggunakan shaving cream. Berbagai merek
shaving cream banyak dijual dipasar, namun terkadang formulasi dari shaving cream tersebut
ada yang cocok dan tidak terhadap kuit wajah.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan shaving cream?


2. Bagaimana metoda pembuatan shaving cream?
3. Bagaimana evaluasi yang dilakukan pada sediaan shaving cream?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


1. Mengetahui komponen sediaan shavng cream
2. Mengetahui bagaimana metode pembuatan shaving cream
3. Mengetahui evaluasi yang dilakukan pada sediaan shaving cream

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Kosmetika

Kosmetika berasal dari kata kosmein (yunani) yang berarti “berhias”.Bahan yang dipakai
dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahanbahan alami yang terdapat
disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan
buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan. Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat
akta tentang defenisi kosmetika yang kemudian menjadi acuan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 220/Menkes/per/X/76 tanggal 6 september 1976 yang menyatakan bahwa : Kosmetika
adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau
disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa,
dan tidak termasuk golongan obat. (Wasitaatmadja, 1997)

2 2. Penggolongan Kosmetik

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/ SK/1977 tanggal 22


januari 1977, menurut kegunaannya kosmetik dikelompokkan dalam 13 golongan yaitu :

a. Sediaan untuk bayi; shampoo bayi, losion, baby oil, bedak, krim, dan sediaan untuk bayi
lainnya.

b. Sediaan untuk mandi; bath oil, tablet, salt, buble bath, bath capsule, dan sediaan untuk mandi
lainnya.

c. Sediaan untuk make-up mata; eye brow pencil, eye liner, eye shadow, eye make-up remover,
mascara, dan sediaan make-up mata lainnya.

d. Sediaan wangi-wangian; cologne dan toilet water, parfum, powder(dusting dan talcum, tidak
termasuk aftershave talc), dan sediaan wangi-wangian lainnya.

4
e. Sediaan rambut (bukan cat rambut); hair conditioner, hair spray (aerosol fixative), hair
straightener, hair rinse (bukan cat), tonik rambut, hair dressing dan hair grooming aid
lainnya, wave set, serta sediaan rambut lainnya.

f. Sediaan pewarna rambut(cat rambut); hair dye dan colour, hair rinse(cat), shampoo rambut
(cat), hair tint, hair colour spray, hair lightener with colour, hair bleach, dan sediaan pewarna
rambut lainnya.

g. Sediaan make-up ( bukan untuk mata); blusher, face powder, foundation, pewarna kaki dan
badan, lipstick, make-up base, rouge, make-up fixative, dan sediaan make-up lainnya.

h. Sediaan untuk kebersihan mulut; mouth wash, pasta gigi, breath freshener, dan sediaan untuk
kebersihan mulut lainnya.

i. Sediaan kuku; basecoat dan undercoat, cuticle softener, nail cream dan lotion, nail extender,
nail polish dan enamel remover, dan sediaan kuku lainnya.

j. Sediaan untuk kebersihan badan; sabun dan deterjen mandi, deodorant (under arm), douche,
feminine hygiene, deodorant, dan sediaan untuk kebersihan badan lainnya.

k. Sediaan cukur; after-shave lotion, beard softener, talcum untuk pria, pre-shave lotion, krim
cukur (aerosol brushless dan lather ), sabun cukur, dan sediaan cukur lainnya.

l. Sediaan perawat kulit; pembersih (cold cream, cleansing liquid dan pad), depilatory, perawat
kulit untuk muka, badan dan tangan ( tidak termasuk sediaan cukur), bedak dan spray untuk
kaki, pelembab, perawat kulit yang dipakai pada malam hari, masker, skion freshener,
wrinkle smoothing remover, dan sediaan kulit lainnya.

Selain itu, juga terdapat istilah kosmetika tradisional dan kosmetika semi tradisional, yaitu:

1. Kosmetika tradisional adalah kosmetika yang terbuat dari bahan-bahan berasal dari alam
dan diolah secara tradisional.

5
2. Kosmetika semi-tradisional adalah kosmetika tradisional yang pengolahannya dilakukan
secara modern dengan menggunakan atau mencampurkan bahanbahan kimia sintetik
seperti pengemulsi, pengawet dan lain-lain. (Sartono, 1999)

2. 3 Efek Samping Kosmetik

Efek samping kosmetik menimbulkan kekhawatirkan pengguna kosmetik akan


kemungkinan timbulnya efek samping kosmetik pada dirinya. Namun sejauh ini informasi
tentang efek samping kosmetik masih sangat sedikit. Di satu sisi, konsumen kosmetik selalu
bertambah, dan pasti akan diikuti dengan peningkatan kejadian efek samping kosmetik. Di sisi
lain, informasi mengenai produk kosmetika tidak bertambah luas dari masa ke masa. Ataupun
sekali ada, keterangan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ada.

2.3.1 Efek samping pada kulit

Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetika yang dikenakan pada
kulit dapat berupa:

1. Dermatitis kontak alergik atau iritan, akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika
yang bersifat alergik atau iritan, missal:PPDA (paraphenyl diamine) pada cat rambut,
natrium laurilsulfat atau heksaklorofen pada sabun, hidrokuinon pada pemutih kulit.

2. Akne kosmetika, akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika yang bersifat
aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat atau masker penipis (peeling mask),
petrolatum pada minyak rambut atau mascara, asam oleat pada pelembut janggut
(beard softener), alcohol laurat pada pelembab. Secara klinis tampak komedo tertutup
atau papul didaerah muka.

3. Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan baru
diperkirakan akan terjadi, misalnya : purpura akibat PPDA atau isopropyl PPDA;
dermatitis folikular akibat unsure nikel, kobal, dan lainnya; erythema multiforme like
eruption akibat tropical woods; urtikaria kontak akibat amil alcohol atau balsam peru;
erupsi likenoid akibat PPDA; granuloma akibat garam zirconium dalam deodorant,
merkuri dalam pemutih dan metal dalam tato.

6
2.3.2 Efek samping pada Rambut dan Kuku

Efek samping kosmetika pada rambut atau kuku berupa kerontokan rambut,
kerusakan kuku dan rambut. Pemakaian kosmetika kuku atau kosmetika rambut dapat
memberikan reaksi pada kulit sekitarnya atau kulit yang letaknya jauh, misalnya leher,perut,
paha, atau kaki. Zat dalam kosmetika kuku atau rambut yang sering menimbulkan efek
samping adalah : formaldehid pada cat kuku, natrium atau kalium hidroksida pada pelepas
kutikula kuku (cuticle remover), dan tioglikolat pada kosmetika pengeriting rambut
(permanent wave).

2.3.3 Efek samping pada Mata

Kosmetika mata (eye liner, mascara, eye shadow dan lainnya ) atau kosmetik lainnya
yang pemakaiannya dekat mata, misalnya kosmetika rambut atau muka, dapat menimbulkan
efek samping pada mata berupa:

1. Rasa tersengat (stinging) dan rasa terbakar (burning) akibat iritasi oleh zat yang
masuk ke mata, misalnya spiritus mineral, isoparafin, alcohol, propilen glikol,
atau sabun.
2. Konjungtivitis alergik dengan atau tanpa dermatitis akibat masuknya partikel
mascara, eye shadow, atau eye liner ke dalam mata.

2.3.4 Kelainan pada saluran napas

Keluhan pada saluran napas dapat terjadi pada pemakaian kosmetika terutama dalam
bentuk aerosol ( hair spray atau deodorant spray) yang digunakan dalam ruangan dengan
ventilasi yang buruk.

2.3.5 Efek Toksik Jangka Panjang

Meskipun sukar dinilai, penggunaan kosmetika mungkin menimbulkan efek jangka


panjang pada berbagai organ tubuh, missal, darah, hati, ginjal, limpa, paruparu, embrio
(teratogen), alat endoktrin dan kelenjar limfa. Kelainan ini dapat terjadi akibat efek

7
kumulatif pemakaian kosmetika yang umumnya dipakai dalam jangka waktu lama (puluhan
tahun ) dan daerah pemakaian yang luas. Kemungkinan mutagenisitas kosmetika
dikhawatirkan dapat terjadi, dan penilaian retrospektif dikemudian hari yang dapat
membuktikan kemungkinan tersebut.

2.4 Anatomi Rambut

Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit dan kulit kepala, rambut tidak
mempunyai syaraf perasa, sehingga rambut tidak terasa sakit kalau dipangkas. Dengan adanya
rambut, selain berfungsi sebagai mahkota, juga berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas
terik matahari, cuaca dingin. Rambut membutuhkan penataan dan perawatan secara teratur
supaya rambut tetap sehat, indah, dan berkilau.
Dalam menggunakan Kosmetika rambut dibutuhkan suatu ketelitian agar rambut tetap
sehat indah dan indah. Setiap ahli kecantikan, harus teliti dan tepat dalam menentukan analisa
dan diagnosa tentang keadaan kulit kepala dan rambut serta kelainan yang ada pada kulit dan
rambut tersebut. Oleh sebab itu seorang ahli kecantikan sangat perlu mempelajari ilmu
tentang kulit, kulit kepala dan rambut, ( Trycology ) Dengan mempelajari ilmu tentang kulit,
kulit kepala dan rambut, kita akan dapat memberikan analisa yang tepat dan dapat memberikan
nasehat-nasehat bagi langganan kita bila diperlukan untuk perbaikan dan perhatian dalam
pemeliharan serta perawatan agar rambut tetap sehat dan indah. Rambut yang kurang perawatan,
akan mudah mengalami kerusakan seperti rambut kusam, patah rontok bahkan dapat
menimbulkan kebotakan. Beberapa faktor penyebab rambut bermasalah diantaranya adalah
kurang asupan nutrisi, Infeksi kulit kepala, Flu berat, Masa pertumbuhan, Perawatan rambut
yang salah serta karena pengaruh obat-obatan tertentu

Susunan kimiawi rambut


a. Carbon : 50,65 %
b. Hydrogen : 6,36 %
c. Nitrogen : 17,14 %
d. Belerang ( sulfur) : 5 %
e. Oksigen : 20,85 %

8
2.4.2 Bagian- bagian rambut

a. Ujung rambut , berbentuk runcing terdapat pada rambut yang baru saja tumbuh

b. Batang rambut, merupakan bagian rambutyang berada di luar kulit, berupa benang halus
terdiri dari keratinatau sel-sel tanduk.

Lapisan – lapisan batang rambut :

1. Kutikula / kulit ari / selaput rambut

Merupakan lapisan luar yang terdiri dari sel – sel tanduk yang pipih dan bening, tersusun
bagian bawah menutupi atasnya.

Fungsi kutikula :
a. Melindungi bagian dalam rambut
b. Memudahkan disasak karena kutikula yang tersusun dapat saling berpegangan.
c. Menyerap obat keriting dan cat rambut hingga ke korteks

Kutikula dapat rusak karena :


a. Over processing : kerja obat keriting yang kadaluarsa (over time)
b. Terlalu sering disasak
c. Kesalahan kosmetik rambut
d. Terlalu sering dicuci dengan shampo yang keras

2. Korteks / kulit rambut


Disusun oleh kumpulan seperti benang halus yang terdiri dari keratin (Sel tanduk). Tiap
helai benang halus disebut fibril, fibril terbentuk oleh molekul yang mengandung butiran
pigmen melanin. Pigmen rambut terdapat pada korteks.

9
3. Medulla / sumsum rambut
Terdiri dari zat yang tersusun sangat renggang yang membentuk jala, sehingga terdapat
rongga yang berisi udara. Akar rambut, merupakan bagian rambutyang berada di dalam
kulitdan tertanam miringdalam lapisan dermis

Struktur akar rambut :


1. Folicle ialah saluran untuk tumbuhnya rambut yang menentukan besar, kecil, lurus
dan keritingnya rambut.
2. Dermis ialah seluruh ruangan yang berada di bawah epidermis. 3. Bulp, yaitu
bongkol rambut yang memuat pigmen, pembuluh darah, papila dan folicle.
3. Epidermis ialah lapisan kulit yang berada paling luar.
4. Arector muscle ialah garis yang menghubungkan folicle dan kulit.
5. Papila menghasilkan sel-sel, membentuk rambut-rambut baru yang lebih kuat.
Pada papila setiap rambut mempunyai pembuluh darah yang berbeda, yang bertugas
untuk membawa makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel rambut dalam papil.
6.Pigmen (warna rambut)
7. Kelenjar minyak yang sangat dibutuhkan oleh rambut.
8.Pembuluh darah.
9. Akar rambut.
10. Kelenjar keringat.

10
11. Batang rambut.
12. Penampang akar rambut

2.4.3 Pembagian dan Umur Rambut


1. Rambut panjang, yaitu rambut yang tumbuh di atas kulit kepala. Rambut panjang ini
berumur antara 2-4 tahun.
2. Rambut pendek, yaitu rambut pendek tumbuh pada bagian alis, lubang hidung, dan
ujung kelopak mata. Rambut ini berumur antara 4-5 bulan.
3. Rambut vellus/lanugo, yaitu rambut yang tumbuh pada kulit di seluruh bagian tubuh.
Rambut ini lemas dan pendek.

2.4.4 Warna rambut


Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin dii dalam rambut. Melanin terdapat
sebagai butir – butir dalam serabut – serabut tanduk kulit rambut dan diantaranya melanin ini
dapat doksidasikan dengan hidrogen peroksida (H2O2) menjadi senyawa yang tidak berwarna
(bleaching). Sehingga warna rambut akan lebih muda. Pigmen rambut dibentuk oleh
melanosit yang terdapat pada umbi rambut.

2.4.5 Fungsi Rambut


1. Melindungi kepala dari benturan dan sinar matahari
2. Sebagai mahkota
3. Membentuk bingkai dari wajah
4. Menambah keindahan dan garis warna pada wajah

2.4.6 Tekstur rambut


Dengan tekstur rambut dimaksudkan sifat – sifat rambut yang dapat ditentukan
dengan penglihatan, perabaan, dan pegangan. Pengertian ini meliputi :
1. Kelebatan rambut (densitas) : ditentukan secara praktis dengan melihat banyaknya batang
rambut yang terdapat pada satu kelompok rambut.

11
2. Tebal halusnya rambut : tebal halusnya rambut tergantung pada banyaknya zat tanduk
pada kulit rambut.
3. Kasar licinnya permukaan rambut : permukaan rambut lebih kasar, jika sisik – sisik
selaput rambut tidak terlalu rapat satu dengan yang lain
4. Kekuatan rambut : kekuatan rambut ditentukan dengan merenggangkan rambut sampai
putus.
5. Daya serap (porositas) : banyaknya cairan yang dapat diserap oleh rambut tergantung
pada keadaan selaput rambut dan kualitas keratin pada kulit rambut.
6. Daya bingkas (elastisitas) : elastisitas rambut berhubungan dengan susunan molekul
keratin yang teratur seperti spiral memanjang dalam kulit rambut dan dapat ditarik
menjadi lurus tanpa rambut putus.

2.4.7 Proses pertumbuhan rambut


1. Fase Anagen
2. Dimulai dari proses pembentukan folikel berasal dari epidermis ke arah dalam menuju
lapisan dermis, diikuti proses keratinisasi hingga terbentuk rambut, waktu 2 hingga 6
bulan.
3. Fase Katagen / masa istirahat
4. Rambut lama berada di tempatnya, tidak bekerja dan tidak berhubungan dengan papil
rambut, tidak terjadi pembentukan apapun waktu 2 – 3 minggu.
5. Fase telogen / masa pergantian
6. Papil rambut bekerja membentuk umbi baru dan mendorong rambut lama hingga lepas,
waktu 100 hari.

2.5 Sediaan Krim

Krim merupakan salah satu sediaan yang berbentuk emulsi. Krim dapat didefinisikan
berbagai macam dari beberapa sumber yang berbeda. Menurut Ansel (1989), krim adalah emulsi
setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air yang biasanya digunakan
sebagai emolien (pelembab) atau pemakaian obat pada kulit. Menurut British Pharmacopeia,
krim adalah formulasi untuk memberikan persiapan yang pada dasarnya bercampur dengan

12
sekresi kulit. Mereka dimaksudkan untuk diterapkan pada kulit atau selaput lendir tertentu untuk
pelindung, terapeutik atau profilaksis tujuan, terutama di mana efek oklusif tidak diperlukan.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa
emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Sedangkan, Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Tujuan umum dibentuknya sediaan krim adalah untuk mendapatkan efek emolien atau
pelembut. Berdasarkan fase dispersinya, krim digolongkan menjadi 2 tipe, yakni tipe air
terdispersi dalam minyak (A/M) dan krim minyak terdispersi dalam air (M/A). Krim tipe air
dalam minyak (A/M) merupakan suatu krim yang dibuat dengan mendispersikan komponen air
ke dalam komponen minyak; sifatnya tidak mudah hilang bila terkena air; berwarna putih atau
transparan dan agak kaku; dan diproduksi oleh pengemulsi agen dari alam, misalnya lilin lebah,
alkohol wol atau wol lemak. Contoh : Cold cream, yaitu sediaan kosmetika yang dibuat untuk
memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, biasanya berwarna
putih dan bebas dari butiran kasar. Krim tipe minyak dalam air (M/A) merupakan suatu emulsi
yang dibuat dengan mendispersikan komponen minyak ke dalam komponen air; sifatnya mudah
dicuci dengan air; berwarna putih, tipis dan halus; dan diproduksi oleh sintetis lilin, misalnya
macrogol dan cetomacrogol. Contoh : Vanishing cream, yaitu sediaan kosmetika yang digunakan
untuk membersihkan dan melembabkan kulit serta sebagai alas bedak.

Berdasarkan tujuan penggunaannya, krim dapat dibedakan menjadi 2, yaitu medicated


cream dan non medicated cream. Medicated cream digunakan untuk pengobatan topikal maupun
sistemik melalui penghantaran transdermal. Sedangkan non medicated cream digunakan bukan
untuk pengobatan dan penyembuhan, tetapi bertujuan untuk pencegahan dan perawatan kulit
yang biasanya disebut krim kosmetik.

Kualitas dasar krim, yaitu:

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas,
stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen.

13
3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair
pada penggunaan.

Bentuk sediaan krim mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan
kekurangan menggunakan sediaan krim sebagai berikut:

 Kelebihan :
– Mudah menyebar rata dan praktis.
– Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air untuk tipe m/a (minyak dalam air).
– Tidak lengket dan tidak berminyak, untuk tipe m/a (minyak dalam air).
– Zat aktif yang diabsorbsi pada pemakaian topikal tidak cukup beracun, sehingga
efek samping dapat dimimalisir.
– Meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit
berminyak.
 Kekurangan :
– Susah dalam pembuatannya, karena dibutuhkan suhu yang optimal pada saat
pembuatan (fase minyak dan fase air).
– Mudah pecah, karena suhu tidak optimal atau saat pencampuran fase minyak dan
fase air pengadukannya tidak tepat.

2.5.1 Bahan dan Basis Krim


Bahan – bahan dalam krim meliputi zat aktif, basis, dan zat tambahan lainnya. Bahan
utama dalam krim adalah zat aktif yaitu zat berkhasiat dalam sediaan krim tersebut. Selain
zat aktif terdapat basis. Basis pada krim bukan merupakan bahan utama tetapi
penggunaannya dalam formulasi sediaan krim cukup memegang peranan. Basis merupakan
komponen terbesar dalam suatu sediaan semipadat (seperti pasta, salep, krim, dll) dan
merupakan faktor yang sangat menentukan kecepatan pelepasan/aksi dari obat, yang nantinya
akan mempengaruhi khasiat atau keberhasilan terapi.

14
Dalam pemilihan komponen krim diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang
matang untuk mendapatkan krim dengan efek terapeutik yang optimal tanpa mengabaikan
kenyamanan pasien dalam menggunakan produk tersebut. Untuk mendapatkan suatu bentuk
sediaan krim dibutuhkan bahan utama untuk membuat basis krim yaitu fase minyak, fase cair
dan surfaktan atau emulgator. Selain bahan-bahan utama pembuatan basis krim, ada pula
bahan penunjang yang berguna untuk meningkatkan estetika dan stabilitas krim, seperti
antioksidan, pengawet, pewarna, pewangi, pengkhelat dan pendapar.

Fase Minyak

Hidrokarbon squalen, paraffin cair, petrolatum, paraffin padat, microcrystaline


wax, ceresin, dll.

Lemak dan minyak minyak zaitun, almond oil, cocoa butter, macadamia nut oil,
avocado oil, hardened palm oil, castor oil, sunflower oil, evening
primrose oil, trigliserida sintetik, dll.

Wax/Lilin beeswax, lanolin, carnauba wax, candelilla wax, jojoba oil, dll.

Asam Lemak asam stearat, asam oleat, asam isostearat, asam miristat, asam
palmitat, dll.

Alkohol stearil alkohol, behenil alkohol, heksadesil alkohol, oktildodekil


alkohol, kolesterol, ceteth-20, dll.

Ester sintetik isopropil miristat, trigliserida, pentaeritritil tetraester, kolesteril


ester dll.

Beberapa bahan yang digunakan sebagai fase minyak dalam pembuatan krim antara lain :

 Kelompok Hidrokarbon
a. Squalen

15
Rumus Bangun Squalen

Squalen merupakan hidrokarbon yang tidak berwarna, transparan dan hampir tidak
berbau. Mempunyai titik didih 285oC pada 22 mmHg, dan mempunyai titik lebur -100oC. Tidak
larut dalam air, sangat kecil kelarutannya dalam alkohol dehidrat, dapat tercampur dengan
kloroform dan eter, sedikit larut dalam aseton. Penggunaannya, sebagai pelembab alami dalam
sediaan kosmetik.

b. Paraffin Liquidum
Paraffin liquid merupakan campuran dari hidrokarbon yang diperoleh dari minyak
mineral. Paraffin liquid berupa cairan kental yang transparan, tidak berflourosensi, dan tidak
berwarna. Selain itu paraffin liquid hampir tidak memiliki bau dan rasa. Bahan ini praktis tidak
larut dalam air dan etanol P 95% namun dapat larut dalam kloroform P, eter P, aseeton dan
benzen. Satu milliliter paraffin liquid memiliki bobot antara 0,83 hingga 0,89 gram. Penggunaan
dalam krim umumnya sebesar 1-32%.

c. Vaselin Kuning
Berbentuk massa semi-solid yang berwarna kuning muda hingga kuning, agak transparan,
berminyak, tidak berbau, tidak berasa, tidak berfluoresensi. Vaselin kuning bersifat mudah
terbakar, memiliki titik didih di atas 100oF (37oC). Tidak mudah teroksidasi saat terkena udara.
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, etanol (95%) panas atau dingin, gliserin, dan air; larut
dalam benzen karbon disulfida, kloroform, eter, heksan, dan minyak atsiri. Penggunaan dalam
krim yaitu sebanyak 10-30%.

d. Paraffin Padat
Parafin padat sesuai namanya berbentuk padat, sering menunjukan susunan hablur; agak
licin; tidak berwarna atau putih; tidak mempunyai rasa dan bau. Praktis tidak larut dalam air dan
dalam etanol (95%); larut dalam kloroform, benzen dan ester.

e. Microcrystalline Wax
Microcystalline wax berbentuk kristal yang tidak beraturan, tidak berbau dan tidak
berasa, larut dalam benzen, kloroform, dan eter, sedikit larut dalam etanol, dan praktis tidak larut

16
dalam air sediaan setengah padat digunakan dalam formulasi kosmetik. Stabil dengan adanya
asam, basa, cahaya, dan udara. Tempat penyimpanan di tempat sejuk atau kering.

 Kelompok Minyak dan Lemak


a. Minyak Zaitun (Olive oil)
Minyak zaitun diperoleh dari buah olive (Olea europaea), tanaman tradisional dari
Mediterranean Basin. Penggunaan untuk memasak, pembuatan kosmetik, dan sabun khususnya
dalam pembuatan krim, salep, dan berfungsi melembabkan kulit. Mengandung monounsaturated
fat (khususnya asam oleat) dan polifenol yang tinggi. Minyak zaitun berwarna kuning muda atau
kuning kehijauan, berupa cairan berminyak, mempunyai sedikit bau dan rasa yang khas. Sedikit
larut dalam alkohol, dapat bercampur dengan karbon disulfida, kloroform, dan eter.

b. Minyak Coklat (Cocoa butter)


Minyak coklat diperoleh dari tanaman coklat (Theobroma cacao), berbentuk massa padat
yang berwarna putih kekuningan dengan bau seperti coklat. Sedikit larut dalam alkohol, larut
dalam alkohol dehidrat yang mendidihm dan sangat larut dalam eter, kloroform. Cacao butter ini
mengandung stearin, palmitin, olein, laurin, linolein, dan gliserida lainnya. Mempunyai titik
lebur antara 34-38oC, berupa massa padat pada suhu kamar. Penggunaannya dalam kosmetik
yang sangat terkenal dan produk perawatan kulit seperti sabun dan lotion. Dalam bidang farmasi,
cocoa butter dapat digunakan untuk membuat suppositoria.

c. Minyak Alpukat (Avocado oil)


Minyak alpukat diperoleh dari buah Persea americana. Banyak digunakan dalam
pembuatan kosmetik sebagai pelembab, mencegah kulit menjadi kering, mengandung
monounsaurated fats dan vitamin E dalam kadar yang cukup tinggi.

d. Minyak Kelapa (Coconut oil)


Minyak kelapa diperoleh dari kelapa sawit, terdiri dari asam lemak dan ester dengan
gliserol. Asam lemak jenuh sekitar 50% dan 80%. Minyak kelapa juga mengandung asam
palmitat, asam laurat. Kandungan terbesarnya tokotrienol, bagian dari vitamin E. Minyak kelapa
berwarna merah karena banyak mengandung betakaroten.
e. Minyak Jarak (Castor oil)

17
Minyak jarak merupakan minyak nabati yang berasal dari castor bean (Ricinus
communis). Berbentuk cairan tidak berwarna hingga kuning muda, transpara, bau harum, dan
tidak berasa. Mempunyai titik didih 313oC. Mengandung kira-kira 90% asam lemak yang terdiri
dari asam risinoleat, dan yang terbesar adalah asam oleat dan linoleat. Minyak jarak larut dalam
alkohol, dapat bercampur dengan alkohol dehidrat, asam asetat glasial, kloroform, dan eter.
Selain digunakan dalam kosmetika, minyak jarak juga digunakan dalam pembuatan sabun,
sebagai pewangi dan pelembut kulit.

f. Minyak Bunga Matahari (Sunflower oil)


Minyak bunga matahari merupakan minyak nabati yang berasal dari biji bunga matahari
(Helianthus annuus) tidak termasuk minyak menguap. Kandungan kimia minyak bunga matahari
mengandung asam linoleat, selain itu mengandung lesitin, tokoferol, karotenoid dan waxes. Sifat
fisik minyak bunga matahari dalam suhu kamar berupa cairan, berbentuk cairan jernih dan
sedikit berwarna kuning tua dengan sedikit bau lemak. Fungsi dalam bidang kosmetik digunakan
sebagai emolien dan pelindung kulit.

 Kelompok Waxes/Lilin
a. Beeswax
Beeswax memiliki komponen utama yang terdiri dari palmitat, palmitoleat,
hidroksipalmitat dan ester oleat, mempunyai titik lebur antara 62-64oC. Mempunyai titik didih
sebesar 85oC, tidak larut dalam air, sangat kecil kelarutannya dalam dehidrat alkohol, dapat
tercampur dengan kloroform dan eter, sedikit larut dalam aseton, digunakan sebagai penstabil
emulsi.

b. Adeps Lanae
Adeps lanae merupakan lemak yang diperoleh dari bulu domba, berwarna kuning muda,
berbau khas. Adeps lanae telah meleleh berupa cairan kuning. Larut dalam benzen, kloroform,
eter, dan petroleum, sedikit larut dalam etanol dingin (95%), lebih larut dalam etanol panas
(95%); praktis tidak larut dalam air. Mengandung pro-oksidan yang dapat memengaruhi
kestabilan beberapa zat aktif. Fungsinya dalam sediaan semi solid sebagai emusifying agent, fase
minyak dalam persipan krim A/M. Adeps lanae dapat menyerap air sebesar 25%, campuran
adeps lanae dengan air dikenal sebagai lanolin

18
c. Carnauba Wax
Carnauba wax berasal dari carnauba palm (Copernicia prunifera), berbentuk serbuk
berwarna coklat terang hingga kuning muda, tidak berbau dan tidak berasa. Carnauba wax
mengandung asam lemak (80-85%), alkohol lemak (10-15%), asam-asam (3-6%) dan
hidrokarbon (1-3%). Ciri khas dari carnauba wax adalah esterified fatty diols (sekitar 20%),
hydroxylated fatty acids (sekitar 6%) dan asam sinamat (sekitar 10%). Mempunyai titik lebut 78-
85oC, larut dalam kloroform hangat dan toluen hangat sedikit larut dalam etanol (95%), praktis
tidak larut dalam air. Fungsinya sebagai bahan penyalut dalam formula kosmetik seperti lipstick,
eyeliners, mascaram eye shadowsm foundations, skin care, sun carem dan lain-lain. Stabil dan
harus tersimpan pada tempat yang tertutup, di tempat yang sejuk atau kering.

d. Candelia Wax
Candelia wax berbentuk padat dan mengkilat, berwarna kuning, mempunyai kandungan
kimia, asam bebas 7-9%, karbohidrat kira-kira 50%, asam serortat dan ester wax alkohol kira-
kira 30%, serta resin. Digunakan sebagai perlindungan terhadp uap air. Candelia wax
mempunyai warna yang mengkilat dan dapat digunakan dalam sistem emulsifikasi, dan memiliki
titik leburnya 68,72oC.
e. Jojoba oil
Jojoba oil, berasal dari tanaman Jojoba (Simmondsia chinensis). Mempunyai kandungan,
setiap molekul terdiri dari asam lemak dan alkohol lemak yang digabungkan oleh ikatan ester.
Minyak jojoba yang belum murni berupa cairan jernih pada suhu kamar dengan sedikit bau
lemak. Minyak jojoba yang murni tidak berwarna, tidak berbau dan mempunyai titik lebur 10oC.
Minyak jojoba relatif lebih stabil dibandingkan minyak nabati lainnya. Minyak jojoba digunakan
dalam formula sediaan kosmetik, skin care, dan hair care.

 Kelompok Asam Lemak


a. Asam Stearat (C18H36O2)

19
Rumus Bangun Asam Stearat.

Asam stearat diperoleh dari lemak atau minyak dari tumbuhan atau binatang. Asam
stearat dapat berupa gumpalan atau kristal berwarna putih atau putih kekuningan, mengkilap,
sedikit berbau dan mirip lemak lilin. Asam stearat praktis tidak larut dalam air namun dapat larut
dalam alkohol, kloroform, dan eter. Asam stearat tidak bercampur dengan hidroksida logam dan
dengan senyawa yang bersifat oksidator. Kegunaannya dalam formulasi topikal sebagai bahan
pengemulsi, konsentrasi untuk krim yaitu 1-20%.

b. Asam Oleat (C18H34O2)

Rumus Bangun Asam Oleat.

Asam oleat berbentuk cairan kental, berwarna kekuningan sampai coklat muda, dengan
bau, dan rasa yang khas. Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam etanol 95%, dalam
kloroform, dalam eter dan minyak tanah. Tidak bercampur dengan ion Al, Ca, logam berat,
larutan iodine, asam perklorat dan seyawa pengoksidasi. Asam oleat bereaksi dengan basa
membentuk sabun.

 Kelompok Alkohol
a. Setil Alkohol (C16H34O)

Rumus Bangun Setil alkohol.

Setil alkohol merupakan campuran dari alkohol alifatis yang dapat diperoleh dari
binatang maupun tumbuhan. Setil alkohol berupa padatan serbuk, ataupun granul berwarna putih.
Setil alkohol praktis tidak larut dalam air, dapat larut dalam etanol, dan jika dileburkan maka

20
dapat larut dalam paraffin liquid atau minyak tumbuhan atau hewan. Setil alkohol berfungsi
sebagai bahan pengemulsi, dan sebagai bahan pengeras krim sehingga mampu meningkatkan
konsistensi. Setil alkohol sering digunakan dalam sediaan krim karena sifatnya sebagai emolien.

b. Stearil Alkohol (C18H38O)

Rumus Bangun Stearil Alkohol.

Stearil alkohol ada dalam bentuk padatan granul berwarna putih dengan bau khas yang
lemah dan tidak berasa. Stearil alkohol praktis tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam
etanol, eter, kloroform dan minyak tumbuhan. Mempunyai sifat emolien baik tanpa berlemak
dan meningkatkan viskositas, memebentuk tekstur massa krim yang lebih padat, serta
menstabilkan emulsi A/M. Stearil alkohol diabsorpsi cepat oleh kulit, sehingga meningkatkan
efikasi sediaan dan sering digunakan pada sedian farmasetik juga kosmetik.

c. Alkohol Sterin (Sterol)


Sterol adalah alkohol hidroaromatik bervalensi satu tak jenuh. Contoh dari alkohol sterol
ini adalah kolesterol. Kolesterol berbentuk partikel amorf berwarna putih, Diminati karena
meningkatkan daya emulsifikasinya baik. Kolesterol praktis tidak larut dalam air, larut dalam
100 bagian alkohol, larut dalam aseton, kloroform, eter, etil asetat, dan minyak sayur. Kolesterol
digunakan sebagai bahan pengemulsi pada konsentrasi 30-50%, mempunyai fungsi fisiologis dan
banyak digunakan dalam sediaan kosmetik. Penyimpanan di tempat yang kering dan sejuk
terhindar dari cahaya.

d. Ester sintetis

Ester sintetis seperti gliseril monostearat, isopropil miristat, isopropil palmitat, isoprpil
lanolat, butil stearat, dan butil palmitat telah digunakan sebagai basis lemak yang resisten
terhadap oksidasi dan hidrolisis. Isopropil miristat adalah cairan tak berwarna yang dapat
dicampur dengan hidokarbon, campuran minyak/lemak, atau sampai 50% lemak domba

21
dibentuk menjadi basis semisolid yang tidak larut air. Meskipun demikian, ispropil miristat
cocok dengan parafin lunak, tetapi tidak stabil dengan parafin liquid. Pada bentuk
aplikasinya, zat tersebut dapat diabsorbsi oleh kulit dan relatif nontoksik. Beberapa contoh
ester sintetis lainnya ialah kolesterol ester, gliserin triester, pentaeritritol tetraester.

2.5.2 Fase Air


Komponen fase cair merupakan komponen penyusun krim yang bersifat hidrofilik.
Pada keadaan normal (tanpa emulsifier), zat yang tergolong fase ini tidak bercampur dengan
fase minyak. Berdasarkan fungsinya bahan-bahan penyusun krim yang termasuk fase air

Humektan gliserin, propilen glikol, sorbitol, polietilen glikol, dipropilen


glikol, manitol, dll.

Thickening agent pektin, derivat selulosa, xanthan gum, natrium alginat, dll.

Pelarut etanol, air, propilen glikol, gliserin dll.

terdiri atas golongan-golongan berikut :

Beberapa bahan yang digunakan sebagai fase air dalam pembuatan krim antara lain:

a. Air Murni (H2O)


Air merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Berat
molekul yang dimiliki air adalah 18,02. Air dalam krim umumnya digunakan sebagai pelarut.

b. Gliserin
Rumus bangun Gliserin

Gliserin berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau tetapi memiliki rasa manis.
Gliserin larut dalam air dan methanol tetapi praktis tidak larut dalam minyak. Gliserin dapat
digunakan sebagai pelarut dan juga humektan. Dapat meledak jika dicampur dengan

22
pengoksidasi kuat, seperti kromium trioksida, potasium klorat atau potasium permanganat.
Kontaminasi besi dalam gliserin menyebabkan penghitaman pada warna campuran yang
mengandung fenol, salisilat dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam borat, asan
gliseroborat yang kekuatan asamnya lebih kuat dari asam borat.

c. Propilenglikol

Rumus bangun Propilenglikol

Sifat yang dimiliki propilenglikol hampir sama dengan gliserin. Propilenglikol


merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau, tetapi memiliki rasa manis. Propilenglikol dapat
larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air. Propilenglikol juga dapat
digunakan sebagai pelarut dan humektan dalam krim.

d. Trietanolamin (TEA)

Rumus bangunTEA

Trietanolamin merupakan cairan higroskopis. Cairannya jernih dan kental serta tidak
berwarna atau berwarna kuning pucat dan tidak berbau. Trietanolamin dapat membentuk garam
kristalin dengan asam mineral. Sifatnya larut dalam air, alkohol, gliserol, dan agak larut dalam
eter.

e. Sorbitol

23
Rumus bangun Sorbitol

Sorbitol merupakan serbuk higroskopis, tidak berasa, hampir tidak berwarna. Sorbitol
dapat larut dalam Air dengan perbandingan 1:0,5 ; praktis tidak larut kloroform, dan sedikit larut
dalam methanol. Sorbitol dapat digunakan sebagai humektan.

Di dalam fase air dilarutkan bahan bahan yang dapat larut dalam air. Pada pembuatan
emulsi tipe o/w maka fase minyak dituang secara perlahan ke dalam fase air sambil terus diaduk
searah dengan menggunakan mixer. Namun, pada krim tipe emulsi w/o, fase air yang dituangkan
secara perlahan ke dalam fase minyak.

2.5.3 Surfaktan (Emulgator)


Terdapat banyak jenis emulgator yang dikelompokkan dalam beberapa golongan
berdasarkan parameter-parameter tertentu. Akan tetapi, yang harus dipastikan pada setiap jenis
emulgator adalah kemampuannya untuk membentuk suatu lapisan film yang mengelilingi
droplet-droplet yang terdispersi di antara dua fase.

 Kelompok Emulgator Anionik


Emulgator anion dapat terdisosiasi dalam larutan air, sehingga yang berperan sebagai
emulgator adalah anion. Emulgator jenis ini memiliki kemampuan untuk stabil dalam asam dan
memungkinkan penyesuaian pH emulsi yang diinginkan. Emulgator anion terbagi lagi menjadi
beberapa golongan, yaitu :

Sabun alkali garam dari asam palmitat, garam dari asam stearat, dll

Sabun logam Kalsium palmitat, Aluminium palmitat, dll

Sabun amin Trietanolamin, dll

24
Senyawa tersulfatasi Natrium lauril sulfat, Natrium setil sulfat, Natrium stearil
sulfat, dll

Senyawa tersulfonasi Natrium setil sulfonat, dll

Garam dari asam empedu Natrium glikokolat, dll

Saponin

 Kelompok Emulgator Kationik


Emulgator jenis ini terdisosiasi dalam larutan air, cara kerjanya sebagai emulgator
berkebalikan dengan kelompok sabun, yang berperan adalah kation. Kelebihan emulgator
kationik yaitu tidak ada pengendapan dengan ion kalsium, dan ion magnesium, dalam air sadah
tetap mempunyai aktivitas penuh. Kelemahannya sabun invert selain dapat mengiritasi kulit dan
mata, memiliki cukup banyak inkompatibilitas yaitu tidak dapat digunakan dengan sabun
lainnya, karena perbedaan muatan yang ada dapat menyebabkan terjadinya penghambatan
aktivitas kerjanya. Salah satu contoh emulgator kationik adalah Alkonium bromida,
Benzalkonium klorida, Setilpiridinium klorida dan Setrimid.

 Kelompok Emulgator Amfoter


Emulgator amfoter adalah senyawa kimia yang mempunyai gugus kationik dan anionik di
dalam molekulnya. Molekulnya akan terionisasi di dalam larutan air dan tergantung kondisi
mediumnya, dapat memberikan karakter ionik atau anionik. Pada umumnya, dalam kondisi
basa, surfaktan amfoterik berdisosiasi menjadi anion, dan dalam kondisi asam berdisosiasi
menjadi kation Contoh emulgator amfoter, yaitu protein dan lesitin.

a. Protein
Protein merupakan emulgator sistem M/A, keuntungannya dapat digunakan untuk
sediaan obat dalam. Kerugiannya sebagai produk alam mudah terkontaminasi oleh
mikroorganisme. Protein mudah bergumpal pada titik isoelektrik membentuk gumpalan dan
untaian anggur dari bola-bola emulsi. Protein antara lain putih telur yang terdiri dari asam amino
sehingga ditunjang oleh gugus COOH dan gugus OH atau gugus NH2 atau NH. Gelatin, kasein,
serbuk susu tanpa buih, kuning telur serta protein dari ekstrak gandum kering merupakan protein
25
yang utama dalam sediaan farmasi. Protein yang sekarang ini juga berperan dalam sediaan
farmasi adalah protein yang berasal dari kacang-kacangan seperti protein kacang kedelai. Protein
dalam larutan alkali bertindak sebagai emulgator kationik dan dalam larutan asam sebagai
emulgator kationik

b. Lesitin
Lesitin merupakan emulgator M/A atau A/M. Keuntungannya emulgator ini dapat
digunakan untuk emulsi yang digunakan di bagian dalam dan untuk emulsi injeksi. Kerugiannya,
stabilitas emulsi terbatas karena akan mengalami hidrolisis dalam lingkungan air. Lesitin
diperoleh dari kuning telur atau material tumbuhan. Paling banyak dari kacang kedelai. Karakter
amfoter dari senyawa tersebut memungkinkan pembentukan emulsi M/A dan juga emulsi A/M.
Komposisi minyak juga berpengaruh melalui perubahan perbandingan fase air terhadap fase
minyak sehingga pada akhir proses dapat menyebabkan terjadinya pembalikan fase.

 Kelompok Emulgator Non-Ionik


Emulgator ini bereaksi netral, sedikit dipengaruhi oleh elektrolit. Aktivitasnya relatif
tidak tergantung pada suhu. Pengemulsi jenis ini menunjukkan pH yang sangat baik dan
elektrolit kompatibilitas dalam emulsi, karena tidak terionisasi dalam larutan. Meskipun dapat
bersifat lipofilik dan hidrofilik, sistem pengemulsi ini mungkin memiliki gugus lipofilik dan
anggota hidrofilik untuk menghasilkan keseimbangan hidrofilik-lipofilik (HLB). Berikut
merupakan contoh emulgator non ionik :

a. Span
Span merupakan emulgator yang merupakan ester parsial asam lemak dari sorbitan. Span
membentuk cincin tertutup dengan struktur tetrahidropiran dan tetrahidrofuran dengan
membebaskan air. Kebanyakan dari span tidak larut sama sekali atau hanya dapat terdispersi
dalam air. Span dapat terdispersi dalam alkohol, eter, dan beberapa dapat larut dalam paraffin.
Berikut merupakan tabel jenis span dan harga HLB yang dimilikinya :

Nama Dagang Identitas Kimia Harga HLB


Span 20 Sorbitan monolaurat 8,6
Span 40 Sorbitan monopalmitat 6,7

26
Span 60 Sorbitan monostearat 4,7
Span 65 Sorbitan tristearat 2,1
Span 80 Sorbitan monooleat 4,3
Span 85 Sorbitan trioleat 1,8

b. Tween
Karakter lipofil pada span bertanggung jawab untuk pembentukan emulsi a/m.
pengeteran gugus hidroksil bebas ester sorbitan dengan polietilenglikol memperoleh
penghidrofilan zat yang merupakan emulgator jenis m/a. Tween merupakan ester asam lemak
dari
polioksietilenso Nama Dagang Identitas Kimia Harga HLB
rbitan. Berikut Tween 20 Polioksietilen-(20)-sorbitanmonolaurat 16,7
merupakan Tween 21 Polioksietilen-(4)-sorbitanmonolaurat 13,3
tabel jenis Tween 40 Polioksietilen-(20)-sorbitanmonopalmitat 15,6
tween dengan Tween 60 Polioksietilen-(20)-sorbitanmonostearat 14,9
HLB yang Tween 61 Polioksietilen-(4)-sorbitanmonostearat 9,6
dimilikinya :
Tween 65 Polioksietilen-(20)-sorbitanmotristearat 10,5
Tween 80 Polioksietilen-(20)-sorbitanmonooleat 10,0
Tween 81 Polioksietilen-(4)-sorbitanmonooleat 10,0
Tween 85 Polioksietilen-(20)-sorbitantrioleat 11,0

2.5.4 Pengawet
Kriteria pengawet yang ideal adalah sebagai berikut :

a. Tidak toksik dan tidak mensensitisasi pada konsentrasi yang digunakan.


b. Lebih mempunyai daya bakterisid daripada bakteriostatik.
c. Efektif pada konsentrasi yang relatif rendah untuk spektrum luas.
d. Stabil pada kondisi penyimpanan.
e. Tidak berbau dan tidak berasa.

27
f. Tidak mempengaruhi atau dapat bercampur dengan bahan lain dalam formula dan
bahan pengemas.
g. Larut dalam konsentrasi yang digunakan.
h. Tidak mahal

2.5.5 Pendapar
Pertimbangan penggunaan pendapar adalah untuk menstabilkan zat aktif untuk
meningkatkan bioavailabilitas yang maksimum. Dalam memilih pendapar harus
diperhatikan pengaruh pendapar tersebut terhadap stabilitas krim dan zat aktif.

2.5.6 Antioksidan
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan antioksidan : warna, bau, potensi, sifat
iritan, toksisitas, stabilitas, kompatibilitas. Antioksidan yang dapat ditambahkan:

a. Antioksidan sejati : tokoferol, alkil galat, BHA, BHT.


b. Antioksidan sebagai agen pereduksi : garam Na dan K dari asam sulfit.
c. Antioksidan sinergis : asam edetat dan asam-asam organik seperti sitrat, maleat,
tartrat atau fosfat untuk khelat terhadap sesepora logam.

2.5.7 Pengkhelat/Pengompleks
Pengompleks diperlukan untuk mengomplekskan logam yang ada dalam sediaan
yang dapat mengoksidasi.

2.6 Shaving Cream


Kosmetika cukur adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebelum,selama dan sesudah
cukur rambut, baik rambut kepala, rambut kumis, jambang ataupun rambut janggut. Klasifikasi
dari sediaan cukur dibedakan atas:

a) Sediaan pra cukur

Sediaan pra cukur adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebelum cukur rambut, baik
rambut kepala, rambut jambang, kumis dan janggut.Tujuan penggunaan kosmetika ini untuk
mempersiapkan rambut dan kulitnya menjadi lebih sempurna dan efektif dibandingkan dengan
jika hanya menggunakan sediaan cukur saja.

28
b) Sediaan cukur

Sediaan cukur basah adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk pencukuran basah, baik
rambut kepala, jambang, kumis dan janggut.Biasanya terdapat dalam bentuk: emulsi atau krim,
stik, aerosol, sabun cair.
Komposisi: Krim cukur aerosol

c) Sediaan pasca cukur

Sediaan pasca cukur adalah kosmetika yang digunakan untuk memberikan rasa nyaman
dan mempunyai antiseptika, membebaskan kulit dari infeksi bakteri yang disebabkan kulit
tergores selama pencukuran. Biasanya terdapat dalam bentuk: bubuk, gel, krim, lotion.

2.7 Metode Pembuatan Krim


Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan
bersamasama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang
tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan
komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam
campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-
10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahanlahan
didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila
larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan
menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair.

2.8 Evaluasi Sediaan Krim


2.8.1 Evaluasi Fisik
1. Organoleptis
Dilihat dengan adanya pemisahan fasa atau pecahnya emulsi, bau tengik,
perubahan warna.
2. Homogenitas

29
Dengan cara meletakkan sedikit krim diantara 2 kaca objek dan diperhatikan
adanya partikel-partikel kasar atau ketidakhomogenan.
3. Viskositas dan Rheologi
4. Ukuran Partikel
Prinsip : perubahan reflektan pada panjang gelombang dimana fase dalam
berwarna mengabsorbsi sebagian cahaya yang masuk, ternyata berbanding
terbalik dengan suatu kekuatan dari diameter partikel.
Prosedur : sebarkan sejumlah krim yang membentuk lapisan tipis pada slide
mikroskop.
Syarat : Tidak boleh lebih dari 20 partikel berukuran >20µm, tidak boleh lebih
dari 2 partikel berukuran >50µm, dan tidak satupun partikel berukuran >90µm.
5. Stabilitas Krim
Dilakukan uji percepatan dengan :
a. Agitasi dan sentrifugasi (mekanik)
Prosedur : sediaan disentrifuga dengan kecepatan tinggi (± 30000 rpm). Amati
adanya pemisahan atau tidak.
Menurut Becher : sentrifugasi 3750 rpm, radius 10 cm, 5 jam sebanding
dengan efek gravitasi 1 tahun. Ultrasentrifugasi 25000 rpm atau lebih
sebanding dengan efek yang tidak diamati selama umur normal emulsi/krim.
b. Manipulasi suhu (termik)
Prosedur : krim dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40,
50, 60 dan 70oC. Amati dengan bantuan indikator (ex. Sudan merah), mulai
suhu berapa terjadi pemisahan. Makin tinggi suhu, krim makin stabil.
6. Isi Minimum
7. Penentuan Tipe Emulsi
a. Uji kelarutan zat warna
Sedikit zat warna larut air, misal metilen blue atau biru brillian CFC diteteskan
pada permukaan emulsi. Jika zat warna terlarut dan berdifusi homogen pada
fase eksternal yang berupa air, maka tipe emulsi adalah M/A. Jika zat warna
tampak sebagai tetesan di fase internal, maka tipe emulsi adalah A/M. Hal yang
terjadi adalah sebaliknya jika digunakan zat warna larut minyak (Sudan III).

30
b. Uji pengenceran
Uji ini dilakukan dengan mengencerkan emulsi dengan air. Jika emulsi
tercampur baik dengan air, tanpa memperlihatkan ketidakcampuran, maka tipe
emulsi adalah M/A. Hal ini dapat dilakukan dengan mikroskop untuk
memberikan visualisasi yang baik tentang tidak adanya ketidakcampuran.
8. Penetapan pH
Persyaratan pH yang ditentukan 5,4 – 6,5.
9. Uji Pelepasan Bahan Aktif dari Sediaan
Prinsip : mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan krim dengan
cara mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu tertentu.
10. Uji Kebocoran Tube

2.8.2 Evaluasi Kimia


1. Identifikasi ( tergantung monografi).
2. Uji Penetapan Kadar (tergantung monografi).

2.8.3 Evaluasi Biologi

31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Formula Pembanding


Formula 1

No Nama Bahan Berat (%W/W) Kegunaan


FASE AIR
1 Carbomer 941 3 Viscosifier
2 Deionized Water 79,6 Pembawa Air / Basis Air
3 TEA 3,6 Emulgator
FASE MINYAK
4 Glucam E-20 Distearate 5 Humektan
5 Stripped Coconut Fatty Acid 2 Antioksidan
6 Asam Stearat 5.5 Zat Tambahan
7 Amerlate Lanolin Fatty Acid 0.8 Basis Krim
8 Lauramide Diethanolamine 0.5 Emulgator
9 Parfum & Preservative Qs Bahan Tambahan Pewangi

Kegunaan Komponen Sediaan:

1. Carbomer 941 : Merupakan senyawa polimer yang dibuat dari asam arkilik, yang berfungsi
untuk mendistribusikan atau menunda suatu padatan larut dalam cairan, untuk mengemulsi
dan mengontrol konsistensi serta aliran. Membuat viskositas krim menjadi lebih besar.
2. Deionized water: Air terdeionisasi adalah air yng telah dibebaskan dari ion-ion seperti Na+,
Cl- dan lain lain
3. TEA : Triethanolamin berfungsi untuk membentuk emulsi/ emulgator, sebagai surfaktan dan
mengurangi tegangan permukaan zat.
4. Glucam e-20 Distearate : Bahan aktif yang berfungsi sebagai humektan, menjaga
kelembaban kulit, agar tidak terjadi iritasi sehabis mencukur.
5. Stripped coconut fatty acid: Berfungsi sebagai antioksidan yang mengandung vitamin E dan
polifenol sehingga mencegah infeksi dari mikroba
6. Asam stearate : Berfungsi sebagai bahan pengemulsi, babis krim krim golongan asam
lembab, serta mempunyai efek melembabkan kulit dengan konsentrasi 1-20%

32
7. Amerlate Lanolin Fatty Acid: Sebagai basis krim fasa minyak, mengandung zat emolien
yang berfungsi melembutkan serta melembabkan kulit
8. Lauramide DEA: Sebagai bahan pengemulsi/ emulgator, surfaktan, dan menimbulkan efek
busa.

Kelebihan Formula 1: Kaya akan komponen komponen yang melembabkan kulit, sehingga
meminimalisir iritasi sehabis mencukur.

Formula 2

RECIPE Kegunaan
A Stearic acid 11,20 Emulsifying agent/ Sufaktan
Myristic acid 5,60 Surfaktan, opacifying agent
Coconut fatty acid 6.40 Antioksidan
B Water 50,84 Pelarut
Potassium hydroxide 7.52 Surfaktan
Sodium hydroxide 0.39 Surfaktan
Triethanolamine 1.05 Emulgator
PEG 400 6,00
C Stearic acid 11,20 Emulsifying agent/ Sufaktan
Myristic acid 5,60 Surfaktan, opacifying agent
D GENAPOL LRO paste 3.00 Surfaktan dasar, bahan pembasah / adjuvant
Menthol 0,20 Antiiritasi
Perfume 1,00
Pemberi Bau

Kegunaan Komponen Sediaan:

33
1. Myristic Acid / Glycerin diindikasikan untuk perawatan Kulit kering atau bersisik. Melumasi
dan membasahi permukaan kulit dan kondisi lainnya. Surfaktan, opacifying agent/zat
pemberi kekeruhan
2. Asam Stearat : Emulsifying agent/ Sufaktan
3. Coconut Fatty Acid: Berfungsi sebagai antioksidan yang mengandung vitamin E dan
polifenol sehingga mencegah infeksi dari mikroba.
4. TEA, DEA dan Ethanolamine membantu membentuk emulsi dengan mengurangi tegangan
permukaan zat yang akan diemulsi sehingga larut dalam air dan bahan yang dapat larut dalam
minyak dapat dicampur bersama, mengendalikan pH kosmetik dan produk perawatan
pribadi.
5. Tween/Polysorbate adalah kelas pengemulsi
6. PEG termasuk turunan minyak bumi, uatu polimer yang terdiri dari beberapa ikatan
monomer, untuk melarutkan obat-obat ( zat aktif / active pharma ingredient / API ) yang
tidak larut dalam air, sebagai pelarut juga dapat meningkatkan distribusi obat didalam tubuh
manusia
7. Menthol : Antiiritasi
8. Genapol LRO paste adalah surfaktan dasar, bahan pembasah / adjuvant

Fomula 3

No Nama Bahan Berat (%W/W) Kegunaan


1 Asam Stearat 6 Zat Tambahan
2 Coconut Fatty Acid 0.7 Antioksidan
3 Tea 3.82 Emulgator
4 Propilen Glikol 1.88 Fase Air
5 Gliserin 2 Humektan
6 Mackamide C 1 Basis Krim Minyak
7 Natrium Lauryl Sulfat 2.5 Surfaktan
8 Sorbitol 70% 1.88 Humektan
9 Water Deionized Qs To 100 Pembawa
10 Fragrance Qs Bahan Tambahan
11 Mackstat Dm Qs Pengawet

34
Kegunaan komponen sediaan:

1. Asam stearate : Berfungsi sebagai bahan pengemulsi, basis krim krim golongan asam
lembab, serta mempunyai efek melembabkan kulit dengan konsentrasi 1-20%
2. Coconut Fatty Acid: Berfungsi sebagai antioksidan yang mengandung vitamin E dan
polifenol sehingga mencegah infeksi dari mikroba.
3. TEA : Triethanolamin berfungsi untuk membentuk emulsi/ emulgator, sebagai
surfaktan dan mengurangi tegangan permukaan zat.
4. Propilen Glikol:Sebagai fase air yang dapat digunakan sebagai pelarut dan humektan
5. Gliserin: Merupakan fase air yang berfungsi sebagai pelarut, humektan serta pembasah
6. Mackamide C:Berfungsi sebagai basis krim minyak, komposisinya terdiri dari coconut
oil: gliserin 1:1
7. Natrium Lauryl Sulfate: Berfungsi sebagai surfaktan yang menurunkan tegangan
permukaan zat
8. Sorbitol 70%: Sebagau fase air dalam sediaan krim yang berfungsi sebagai humektan,
yang menjaga kadar air kulit agar tetap lembab.
9. Water Deionized: Air terdeionisasi adalah air yng telah dibebaskan dari ion-ion seperti
Na+, Cl- dan lain lain
10. Mackstat DM : Berfungsi sebagai antimikroba, menghambat pertumbuhan mikroba
dalam sediaan krim.

Kelebihan Formula 2: Sedian yang dihasilkan berbentuk massa krim kental, mudah diaplikasikan
pada wajah. Beberapa orang mungkin lebih menyukai bentuk sediaan shaving cream seperti ini.

Kekurangan: Lengket saat di aplikasikan ke wajah, namun memudahkan saat bercukur

35
Formula 4

Shaving Cream No. 501 Wt.%


A VEEGUM® Ultra Magnesium 2.0 Zat Aktif
Aluminum Silicate (Magnesium
Aluminum Silicate)
VANZAN® NF Xanthan Gum 0.5
(Xanthan Gum)
Water 74.5 Pelarut
B Cetyl Alcohol 0.5 Emulgator
Glyceryl Monostearate SE 3.0 Emollient, pembentuk skin barrier
Caprylic/Capric Triglyceride 2.0 Emollient
(Neobee® M-51)
C 12-15 Alkyl Benzoate (Finsolv® 3.0 Emollient
TN2)
Dimethicone (XIAMETER® PMX- 3.0 Water repellant, emollient
200 Silicone Fluid 350cs3)
Lanolin Alcohol 1.0 Pelumas
Isosorbide Laurate 0.5 Emulsyfying Agent/Zat Pembusa
Mineral Oil 5.0 Pelarut
C Sodium Lauroyl Sarcosinate, 30% 5.0 Emulsyfying Agent
D Triethanolamine or Citric Acid (to pH q.s Adjust PH
5.75±0.25)
Preservative, Fragrance q.s Pengawet, Pengharum

Formula vegum

1. Setil alkohol berfungsi sebagai bahan pengemulsi, dan sebagai bahan pengeras krim sehingga
mampu meningkatkan konsistensi. Setil alkohol sering digunakan dalam sediaan krim karena
sifatnya sebagai emolien.

36
2. Glyceryl Stearate, adalah esterifikasi dari produk glycerine dan asam stearat yang berbentuk
krim berwarna putih, bisa juga berasal dari derivatif palm kernel, minyak sayur atau minyak
biji kedelai, dalam tubuh manusia juuga di produksi secara alami. Glyseryl Stearate pada
cream wajah memberi efek lembut dan halus pada kulit, juga melembabkan kulit karena
memperlambat hilangnya air pada kulit dengnan membentuk penghalang (skin barrier)
3. Caprylic/Capric Triglyceride atau juga disebut Kaprilat/Kaprat Trigliserida. Kaprilat/Kaprat
Trigliserida adalah suatu ester campuran berminyak terdiri dari asam
lemak kaprilat dan kaprat berasal dari minyak kelapa dan gliserin yang berfungsi
untuk memperlambat hilangnya air dari kulit dengan membentuk penghalang di
permukaan kulit
4. C12-15 Alkyl Benzoate sebagai emollient
5. Dimetikon bersifat water-repellant dan memiliki tegangan permukaan yang rendah
(Sweetman, 2009). Dimetikon dapat menjagakelembaban kulit serta memperbaiki daya alir
dan daya sebar dari sediaan. Juga sebagai emollient yang melembutkan sekaligus
melembapkan kulit, sehingga dapat mengurangi rasa gatal-gatal dan pengelupasan kulit.
6. Lanolin Alkohol Bahan ini berperan sebagai pelumas pada permukaan kulit, yang memberi
kulit penampilan lembut dan halus.
7. Isosorbide Laurate :Emulsifying, Pengkondisian kulit
8. Sodium Lauroyl Sarcosinate, emulsifying agent / zat pembusa
9. TEA : adjust PH
10. Pengawet dan Pengharum

37
3.2 Formulasi Pilihan
4. Ingredients Maximum
levels (% w/w)
Zat Aktif : Aloe Vera 1%
Soaps : potassium hydroxide 7%
Humectants : glyceril Monostearat 2,8%, propylene glycol 2%
Thickeners, emulsifying agents : Stearic Acid 5%, Myristic acid 3,5%
Emollients : Caprylic/Capric 7,0%
Silicones including volatile silicones : dimethicone 2%
Surfactants : sodium lauryl sulfate 2,4%
Pengawet : Methyl Paraben 0,15%
Antioxidants : Tokoferol 0.1%
Adjust PH : TEA 0,5% qs
Perfume : Rose Oil qs
Pelarut : Water Deionized (ad 100%)

3.3 Karakteristik Bahan

 Aloe Vera

Aloe vera merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dalam industri
farmasi, terutama dalam sediaan kosmetik. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa khasiat lidah
buaya sebagai bahan baku kosmetik disebabkan karena adanya bahan aktif yang mempunyai
khasiat farmakologis. Kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya, antara lain asam
amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon dan senyawa lainnya seperti
saponin, antrakuinon, kuinon, lignin dan golongan enzim yaitu enzim sellulase, amilase, protein
dan biogenik simulator Senyawa-senyawa tersebut mempunyai fungsi yang cukup beragam,
antara lain sebagai antibiotik, antiseptik, antibakteri, antivirus, anti jamur, anti infeksi,
anti peradangan dan anti pembengkakan. Secara spesifik, dalam khasiatnya sebagai sediaan
kosmetik, saponin berkhasiat sebagai antiseptik, antrakuinon dan kuinon berkhasiat sebagai
antibiotik dan merangsang pertumbuhan sel baru, lignin berkhasiat sebagai pelembab, aloin
untuk merangsang pertumbuhan rambut, dan enzim sellulase, amilase, protein dan biogenic
simulator sebagai zat aktif membantu metabolisme dan merangsang pertumbuhan dan regenerasi
sel kulit. Dalam pemanfaatannya sebagai bahan baku kosmetik, lidah buaya diformulasikan
untuk pengobatan dan perawatan kulit (kulit yang terbakar, iritasi, jerawat, melembabkan
kulit, pelindung kulit dari sinar matahari) dan perawatan rambut (anti ketombe, melembabkan

38
rambut, merangsang pertumbuhan rambut). Bentuk produk kosmetik dan personal care yang
dikembangkan dari lidah buaya antara lain shampo, tonik, sabun, lotion, krim, pasta gigi.

Taksonomi tanaman lidah buaya adalah sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliflorae
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Spesies : Aloe barbadensis Miller

 Potassium Hydroxide

 Glyceril Monostearat
(Pharmaceutical Exipient 2nd Edition)

Gliseril Monostearat digunakan sebagai surfaktan nonionik, stabilizer, emolien,


pelarut dan sebagai plastisizer alam produk makanan, farmasetika dan kosmetik.
Kelarutannya adalah larut dalam etanol panas (95%), eter, kloroform, aseton panas dan
minyak mineral. Praktis tidak larut dalam air. Tidak menyebabkan toksik dan iritasi.
Sebagai bahan pengemulsi tunggal digunakan sebesar 5-20% dari basis krim. Titik
lelehnya 55-66oC.

39
 Propylene Glycol

Propylene glycol (CH8O2) adalah obat terlarut yang umum digunakan dalam
pengobatan topikal, oral, dan suntik. Ini digunakan sebagai penstabil untuk vitamin, dan
sebagai pelarut air yang mudah larut. Propylene glikol telah digunakan selama lebih dari
50 tahun dalam berbagai macam aplikasi. Sebagai aditif farmasi, propylene glycol
umumnya dianggap aman. Namun, pada populasi anak-anak, propilen glikol telah terlibat
dalam toksisitas. Kasus hyperosmolality dari penyerapan krim yang diterapkan pada luka
bakar telah dilaporkan. Dermatitis kontak juga terjadi dengan aplikasi topikal pada
populasi anak-anak. Hemolisis, depresi sistem saraf pusat, hyperosmolality, dan asidosis
laktat telah dilaporkan setelah pemberian intravena. Propylene glycol juga digunakan
sebagai pelembab dalam produk kosmetik dan sebagai dispersan dalam wewangian. Ada
banyak makanan dan keperluan industri lainnya untuk propylene glycol. Sebagai bahan
tambahan makanan, propylene glycol ada di Food and Drug Administration (FDA) A.S.
umumnya dianggap sebagai daftar aman (jangan dikelirukan dengan etilen glikol, yang
sangat toksik jika tertelan). Menurut FDA, sebagai bahan tambahan makanan, propylene
glycol dimetabolisme dalam tubuh dan digunakan sebagai sumber karbohidrat normal.
Penggunaan jangka panjang dan jumlah propylene glikol dalam jumlah besar (sampai
lima persen dari total asupan makanan) dapat dikonsumsi tanpa menyebabkan toksisitas.
Tidak ada bukti dalam informasi yang tersedia tentang propilen glikol yang
menunjukkan, atau memberi kesan bahaya kepada masyarakat bila digunakan pada
tingkat yang sekarang mungkin atau diperkirakan akan terjadi di masa depan.
 Caprilyc

 Dimetichone

 Sodium Lauryl Sulfate

40
 Asam miristat

Asam miristat, juga disebut asam tetradecanoic, adalah asam lemak yang umum
jenuh dengan rumus molekul CH3 (CH2) 12COOH. Sebuah miristat adalah garam atau
ester asam miristat. asam miristat dinamai fragrans pala Myristica.
Mentega pala memiliki 75% trimiristin, trigliserida asam miristat. Selain pala, asam
miristat juga ditemukan dalam minyak inti sawit, minyak kelapa, lemak susu dan
merupakan komponen minor banyak lemak hewan lainnya. Hal ini juga ditemukan dalam
spermaseti, fraksi mengkristal minyak dari ikan paus sperma. Hal ini juga ditemukan
dalam rimpang dari Iris, termasuk Orris root.
Asam miristat umumnya ditambahkan co-translationally untuk kedua dari
belakang, nitrogen-terminus, glisin di kinase reseptor terkait untuk memberikan lokalisasi
membran asam miristat enzyme.The telah menjadi hidrofobik cukup tinggi untuk menjadi
dimasukkan ke dalam inti lemak asil dari fosfolipid yang bilayer membran plasma dari
sel eukariotik. Dengan cara ini, asam miristat bertindak sebagai jangkar lipid di
biomembranes. Ester isopropil miristat digunakan dalam persiapan obat kosmetik dan
topikal mana penyerapan yang baik melalui kulit yang diinginkan. Pengurangan hasil
asam miristat miristil aldehida dan miristil alkohol.

 Methyl Paraben Na

(Handbook of exipient)

Sinonim : Methyl Paraben, metil hidroksi benzoat, metil parahidroksi benzoat,


asam 4-hidroksi benzoat metil ester, metil p-hidroksi, benzoat, nipagin, Uniphen P-
23

Nama kimia : Methyl-4-hydroxybenzoat

Rumus Struktur :

41
O O
H3C

OH

Rumus Empiris : C8H8O3

BM : 152.15

Fungsi : antimikrobial preservative

Pemerian : metil paraben, kristal tidak berwarna atau bubuk kristal putih. Tidak
berbau atau hampir tidak berbau dan mempunyai sedikit rasa terbakar (panas).

Digunakan sebagai pengawet sediaan topikal (0,02%-0,3%)

 Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, makanan,


dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan
paraben lain atau pengawet lain.
 Metil Paraben efektif dalam range pH yang lebar dan mempunyai spectrum
antibakteri yang luas.
 Aktivitas antibakterinya naik jika rantai alkil meningkat, tetapi kelarutan dalam
air menurun, tetapi campuran paraben digunakan untuk mendapatkan efek pengawet
yang efektif.
 Kemanjuran sebagai pengawet naik dengan penambahan propilen glikol (2-5%),
atau mengkombinasikannya dengan antimikroba lain seperti imidurea.
 Metil paraben (0,18%) dengan propil paraben (0,02%) biasa digunakan dalam
formulasi parenteral.
Sifat :
 Aktivitas antimikrobanya pada pH 4-8. Kemanjuran pengawet turun dengan
meningkatnya pH (membentuk anion fenolat). Lebih aktif pada yeasts dan jamur
daripada bakteri dan lebih aktif pada bakteri gram (+) daripada gram (–).

42
 Aktivitas antimikrobanya naik dengan naiknya rantai alkil. Aktivitas meningkat
jika mengkombinasikannya. Yang biasa digunakan bersama adalah metil, etil, propil,
dan butyl paraben. Aktivitas juga meningkat dengan penambahan bahan lain, seperti
propilen glikol (2-5%), feniletil alcohol, dan asam edetic. Aktivitas juga meningkata
dengan penambahan pengawet lain seperti imidurea.
pKa : 8,4 pada 22oC

Titik lebur : 125-128oC

Kelarutan : Larut etanol (1:2), etanol 95% (1:3), etanol 50% (1:6), eter (1:10),
gliserin (1:60), mineral oil (tidak larut), peanut oil (1:200), propilen glikol (1:5), air
(1:400, 25oC; 1:50, 50oC; 1:30, 80oC)

Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan :

Larutan encer metil paraben pada Ph 3-6 disterilkan dengan diautoclave (120oC, 20
mnt), tanpa dekomposisi. Larutan encer pada PH 3-6adalah stabil (4 thn) pada
temperatur ruang, jika pada Ph >8 lebih cepat terhidrolisis. Metil paraben disimpan
dalam botol tertutup, tempat dingin dan kering.

Inkompatibilitas :

Akan menurun kualitas antimokrobialnya dengan penambahan surfaktan nonionik,


seperti polysorbate 80. Namun, propylenglycol akan meningkatkan aktivitas anti
mikrobial apabila ditambahkan dallam surfaktan nonionik karena mencegah interaksi
antara metyl paraben dengan polysorbate 80.

Inkompatibel dengan magnesium trisilikat, talc, tragacant, sodium alginat, minyak


esensial, sorbitol, dan atropine. Juga bereaksi dengan macam-macam gula dan gula
alkohol.

Dapat mengabsorbsi pada wadah plastik namun tergantung plastik dan bahan
pembawa. Metylparaben akan berubah warna apabila bereaksi dengan besi dan
mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat.

 Asam Stearat

43
(Pharmaceutical Exipient 2nd Edition)

Asam stearat digunakan dalam formulasi sediaan oral dan topikal. Dalam sediaan oral
digunakan dalam bahan pengemulsi. Dalam pembuatan basis krim (anionik) dinetralisasi
dengan penambahan alkali seperti Triethanolamin. Bahan ini mudah larut dalam benzen,
karbon tetraklorida, kloroform dan eter, larut dalam etanol, heksan, dan propylenglikol,
praktis tidak larut dalam air. Umumnya tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi. Titik
lelehnya lebih dari 54oC. Konsentrasi umumya digunakan dalm sediaan krim adalah
sebesar 1-20%.
 Tocopherol
Vitamin E (tocopherol) adalah vitamin yang larut dengan baik dalam lemak dan
melindungi tubuh dari radikal bebas. Vitamin E juga berfungsi mencegah penyakit hati,
mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan karena vitamin E berperan dalam
suplai oksigen ke darah sampai dengan ke seluruh organ tubuh. Vitamin E juga menguatkan
dinding pembuluh kapiler darah dan mencegah kerusakan sel darah merah akibat racun.
Vitamin E membantu mencegah sterilitas dan destrofi otot.
Vitamin E banyak digunakan untuk tujuan melawan kekeringan pada kulit, sebagai produk
tabir surya. Produk –produk tabir surya yang terbaik adalah yang mengandung sekurangnya
1% vitamin E. Riset membuktikan bahwa vitamin E memberikan perlawanan terhadap
kekeringan dengan membantu memberikan pelembab natural pada kulit.
Apabila digunakan sebelum terkena matahari, vitamin E bisa mencegah kulit kemerahan,
bengkak, dan kering. Vitamin E biasanya dipakai sebelum dan sesudah terkena paparan
sinar matahari, karena sinar matahari langsung bisa merusak setengah dari suplai vitamin E
alami kulit. Penelitian juga membuktikan bahwa vitamin E bisa mengurangi molekul jahat
yang terjadi akibat paparan asap rokok.
Struktur kimia dari Tocopherol adalah :

44
 Rose oil

Minyak atsiri mawar diciptakan melalui proses sederhana penyulingan uap. Penyulingan
menghasilkan minyak yang sangat terkonsentrasi, atau direct oil, yang berkontribusi pada
sekitar 20% produk akhir. Air yang mengembun bersama dengan minyak dikeringkan dan
disuling ulang, untuk mendapatkan fraksi minyak mawar yang larut dalam air seperti
phenethyl alcohol yang merupakan komponen penting dari aroma dan menyumbang 80%
produksi minyak mawar.

3.4 Pembuatan Shaving Cream

1. Panaskan pada lumpang suhu 75̊̊C Sejumlah Asam Stearate, Glyceril Monostearat,
Caprylic/Capric Triglyceride, Dimethicone
2. Pada lumpang yang berbeda campurkan Air terdeionisasi ditambah KOH, lalu
homogenkan, lalu ditambahan Propilen glikol dan myristic acid homogenkan
3. Campurkan lumpang ke pertama ke lumpang kedua dari suhu 70 C hingga mencapai suhu
ruangan (kurang lebih 30 C) aduk samai homogen.
4. Kemudian tambahkan natrium lauryl sulfat, tokoferol lalu homogenkan, lalu tambahkan
Metyl Paraben, lalu homogenkan.
5. Tambahkan extrax aloe vera dan fragrance pada sediaan lalu aduk sampai homogen.
Pengharum juga ditambahkan sambil tetap mengaduk . Ukur PH, jika tidak sesuai
tambahkan TEA secukupnya sampai sesuai dengan PH yang diinginkan.

45
3.5 Hasil Evaluasi Sediaan
11. Uji Organoleptis
Bau Tidak berbau
Warna Putih
Bentuk Krim berbusa
Tekstur Lembut

12. Uji Homogenitas


Sebaran Warna Merata
Pemisahan Fase Tidak terjadi
Kesimpulan Memenuhi syarat homogenitas

3. Uji Tipe Sediaan Krim


a. Metode Pengenceran
Pengamatan Terlarut
Kesimpulan Tipe minyak dalam air

a. Metode Metilen Blue


Pengamatan Berwarna biru
Kesimpulan Tipe minyak dalam air

4. Uji pH

pH sediaan Shaving cream : 5.6

5. Mikrobiologi

Sediaan shaving cream bebas dari kontaminasi kapang, khamir dan bakteri.

3.6 Hasil Evaluasi Stabilitas Sediaan

46
3.6.1 Stabilitas Fisik

Suhu 40 oC

Pengamatan 1 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Minggu


Organoleptis Warna : Warna : Warna : Warna : Warna :
Putih Putih Putih Putih Putih
kuning kuning+ kuning++ kuning+++
Homogenitas     
pH 5,5 5,6 5,7 6 6,1
Viskositas - - - - Tidak
terjadi
perubahan
viskositas

47
BAB IV

PEMBAHASAN

Shaving cream digunakan untuk mengurangi rasa nyeri atau perih saat bercukur. Kini
banyak salon-salon pria yang menawarkan jasa cukur kumis atau janggut menggunakan
shaving cream. Berbagai merek shaving cream banyak dijual dipasar, namun terkadang
formulasi dari shaving cream tersebut ada yang cocok dan tidak terhadap kuit wajah. Shaving
Cream atau Krim Cukur adalah krim kosmetik berbusa yang dioleskan pada rambut wajah,
untuk memudahkan bercukur. Penggunaan krim mencapai tiga efek:

1. Melumasi proses pemotongan


2. Memecah keratin
3. Membuat kulit tidak peka

Krim merupakan salah satu sediaan yang berbentuk emulsi. Krim dapat didefinisikan
berbagai macam dari beberapa sumber yang berbeda. Menurut Ansel (1989), krim adalah
emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air yang biasanya
digunakan sebagai emolien (pelembab) atau pemakaian obat pada kulit. Menurut British
Pharmacopeia, krim adalah formulasi untuk memberikan persiapan yang pada dasarnya
bercampur dengan sekresi kulit. Tujuan umum dibentuknya sediaan krim adalah untuk
mendapatkan efek emolien atau pelembut. Berdasarkan fase dispersinya, krim digolongkan
menjadi 2 tipe, yakni tipe air terdispersi dalam minyak (A/M) dan krim minyak terdispersi
dalam air (M/A). Krim tipe air dalam minyak (A/M) merupakan suatu krim yang dibuat
dengan mendispersikan komponen air ke dalam komponen minyak.

48
Evaluasi Sediaan Krim Meliputi:

1. Evaluasi Fisik, yang meliputi : Uji organoleptis, Uji Homogenitas, Uji Viskositas, Ukuran
Partikel,Stabilitas, Isi Minimum , pH, penentuan tipe emulsi, uji pelepasan zat aktif, dan uji
kebocoran tube
2. Evaluasi Kimia yang meliputi: Identtifikasi dan Penetapan kadar (Keduanya sesuai
monografi)
3. Evaluasi Biologi yang meliput: Uji batas mikroba

49
BAB V

KESIMPULAN

5.1

50
Suhu 60 oC

Pengamatan 1 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Minggu


Organoleptis Warna : Warna : Warna : Warna : Warna :
Putih Putih Putih Putih Putih
kuning kuning+ kuning++ kuning+++
Homogenitas     
pH 5,7 5,9 6,0 6,3 6,3
Viskositas - - - - Tidak
terjadi
perubahan
viskositas

51
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,Edisi ke 4. Jakarta: Universitas


Indonesia Press

DitJen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Tranggono.(2007), Buku Pengangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia pustaka


Utama.

Sirait, Midian, dkk. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Soeosilo, Slamet, dkk. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departmen Kesehatan Republik
Indonesia

Wasiaatmadja,S.M.(1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:penerbit Universitas


Indonesia.hal.3,58-59,62-63,111-112.

52

You might also like