Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok 12
Gesa Wahyu Arinawa 308112416052
Arief Wicaksono 404112473925
Kurrota Aini 405112483655
A. Sistem Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar
tidak punah. Fungsi normal sistem reproduksi tidak ditujukan untuk homeostasis dan tidak
penting bagi kelangsungan hidup individu, tetapi penting untuk kelangsungan hidup
spesies. Hanya melalui sistem reproduksilah cetak biru genetik yang kompleks dari tiap-
tiap spesies dapat bertahan melebihi masa hidup tiap-tiap anggota spesies tersebut. Pada
manusia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi.
Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau
seksual.
Walaupun sistem reproduksi tidak memberi kontribusi pada homeostasis dan tidak
penting bagi kelangsungan hidup seseorang, sistem ini tetap berperan penting dalam
kehidupan seseorang. Sebagai contoh, cara bagaimana orang berhubungan sebagai
makhluk seksual sangat berperan dalam perilaku psikososial dan menimbulkan pengaruh
penting pada bagaimana orang memandang diri mereka dan bagaimana mereka
berinteraksi dengan orang lain. Fungsi reproduksi juga memiliki pengaruh mendalam pada
masyarakat. Organisasi universal masyarakat ke dalam satuan-satuan keluarga
menciptakan suatu lingkungan stabil yang kondusif untuk kelangsungan hidup spesies.
Kemampuan reproduksi bergantung pada hubungan rumit antara hipotalamus,
hipofisis anterior, organ reproduksi, dan sel sasaran hormon seks. Selain proses biologis
dasar tersebut, perilaku dan sikap seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan moral
sosiokultural masyarakat tempat individu berada.
Reproduksi bergantung pada penyatuan gamet (sel reproduktif atau sel
germinativum) pria dan wanita, yang masing-masing memiliki separuh sel kromosom
untuk membentuk individu baru dengan set kromosom yang utuh dan khas. Tidak seperti
sistem tubuh lainnya, yang pada dasarnya identik pada kedua jenis kelamin, sistem
reproduksi pria dan wanita sangat berbeda, sesuai dengan peran berbeda mereka dalam
proses reproduksi. Sistem reproduksi pria dan wanita dirancang untuk memungkinkan
penyatuan bahan genetik dari kedua mitra seksual.
Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia, maka harus mengetahui terlebih
dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung di dalamnya.
B. Sistem Reproduksi Pria
Fungsi reproduksi penting pada pria adalah pembentukan sperma
(spermatogenesis) dan penyaluran sperma pada wanita. Alat kelamin pria dibedakan
menjadi dua, yaitu alat kelamin dalam dan alat kelamin luar.
c. Kelenjar Kelamin
Disamping testis (gonad) dan saluran kelamin, alat kelamin manusia juga di
lengkapi kelenjar-kelenjar kelamin. Kelenjar ini bertugas memproduksi getah-
getah kelamin. Kelenjar tersebut terdiri atas :
Vesikula Seminalis disebut kantong mani atau kantong semen. Jumlahnya
sepasang, tetapi terikat menjadi satu kantong. Dinding vesikula seminalis dapat
menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma dan
bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran
reproduksi wanita. Cairan ini yang mencukupi kebutuhan makanan bagi sel- sel
sperma, menghasilkan sebagian besar cairan sperma, & menyediakan prekursor
untuk pembekuan semen. Saluran pada masing-masing vesikula seminalis bersatu
dengan duktus deferens pada sisinya untuk membentuk duktus ejakulatorius.
Kelenjar Prostat menghasilkan getah yang dialirkan ke saluran sperma. Kelenjar
prostat mengelilingi satu inci pertama uretra yang muncul dari vesika urinaria.
Jaringan kelenjar prostat mensekresi cairan basa yang membantu untuk
mempertahankan motilitas sperma. Otot polos pada kelenjar prostat berkontraksi
selama ejakulasi untuk turut berperan dalam pengeluaran semen dari uretra.
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung
kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam
dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
b. Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis.
Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara
skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan
otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum
sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-
serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot
kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar
kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan
suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
angsur dan membesar untuk membentuk spermatosit primer yang besar. Setiap spermatosit
tersebut, selanjutnya mengalami pembelahan mitosis.
Bagan 1. Spermatogenesis
memberikan umpan balik supaya hipofisis menghentikan produksi FSH dan LH.
Spermatozoa yang telah terbentuk dapat sampai ke urethra (saluran keluar pada penis) jika
dibantu oleh cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
cowper. Cairan yang dihasilkan vesikula seminalis berfungsi membantu spermatozoa agar
mudah bergerak, member nutrient, dan menormalkan keasaman PH saluran reproduksi
wanita pada saat kopulasi. Spermatozoa bersama cairan tersebut disebut dengan istilah
semen atau air mani. Seorang laki-laki saat kopulasi dapat mengeluarkan sekitar 350-360
juta sel sperma dari 3ml air mani. Struktur sperma terdiri dari tiga bagian berikut ini :
1. Kepala : mengandung inti sel, pada bagian ujungnya terdapat akrosom yang
tebentuk dari badan golgi. Akrosom menghasilkan enzim hialuronidase dan
proteinase yang berfungsi membantu sperma menembus sel telur.
2. Bagian tengah : terdapat mitokondria tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk
membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif.
3. Ekor : sebagai alat gerak sperma agar mencapai ovum.
Sperma yang terbentuk akan mengalir ke saluran pengumpul yang disebut dengan
epididimis. Dari epididimis, sperma meninggalkan testis melalui vas deferens, kemudian
ditampung dalam kantung sperma (vesikula seminalis). Dari kantong sperma, sperma
dialirkan melalui saluran penyembur (duktus ejakulatories). Sperma mendapat tambahan
cairan dari kelenjar prostat. Cairan prostat merupakan media sperma yang memberi makan
sperma dan menjaga pH sperma.
D. Hormon Reproduksi
Adapun hormon yang mendukung sistem reproduksi pria dijelaskan dalam tabel
berikut :
Kelenjar Endokrin &
Hormon-hormon yang Jaringan Tujuan fungsi
Dihasilkan
Hipotalamus →
Hormon Gonadotropin Hipofisis Anterior Merangsang pengeluaran FSH
(Follicle Stimulating Hormone), LH
(Luteinizing Hormone), & hormon
tumbuh (Growth Hormone)
Hipofisis Anterior →
a) FSH Testis Merangsang sel-sel sertoli pada
tubulus seminiferus pada testis untuk
mengubah sel-sel spermatid menjadi
sperma (proses spermatogenesis)
b) LH Testis Merangsang sel-sel leydig (sel-sel
interstitil) untuk menghasilkan
testosteron
c) Hormon Tumbuh Testis Memacu agar memulai pembelahan
spermatogonia
Testis→
Testosteron Seluruh tubuh Pada janin merangsang
perkembangan organ seks primer
Masa pubertas mempengaruhi
pertumbuhan alat reproduksi dan
Perilaku reproduksi pada pria tidak bersiklus seperti halnya pada wanita. Hormon
testosteron mempengaruhi perilaku reproduksi pada pria yang akan disekresi bila terdapat
stimulasi. Umumnya perilaku reproduksi pria ditandai dengan adanya penetrasi yang
diakhiri dengan ejakulasi. Setelah terjadi ejakulasi maka dibutuhkan tenggang waktu
tertentu sebelum kembali dapat melakukan penetrasi (refractory period).
aliran darah ke dalam penis ini, ereksi penuh dapat dicapai hanya dalam waktu
lima sampai sepuluh detik. Pada saat yang sama, impuls parasimpatis
meningkatkan sekresi mukus dari kelenjar bulbouretra dan kelenjar uretra
sebagai persiapan untuk koitus.
+ + ─
Persarafan parasimpatis ke Persarafan parasimpatis Persarafan simpatis
kelenjar bulbouretra dan ke arteriol penis ke arteriol penis
kelenjar uretra
Pelumasan Ereksi
Vena tertekan
2. Ejakulasi
Penyemprotan kuat dan ekspulsif semen ke dalam uretra dan keluar dari penis.
Volume dan isi sperma pada ejakulat bergantung pada lama waktu sebelum
ejakulasi. Volume rata-rata semen adalah 3 ml, berkisar dari 2,5 sampai 6 ml,
dengan volume yang lebih besar dapat terjadi setelah ditahan beberapa saat.
Ejakulat (semen) manusia rata-rata mengandung sekitar 300 – 400 juta sperma
(120 juta/ml).
Selain komponen yang benar-benar berkaitan dengan reproduksi ini, siklus respons
seksual juga mencakup respons fisiologis yang lebih luas yang dapat dibagi menjadi
empat fase :
1. Fase eksitasi
Mencakup ereksi disertai vasokongesti testis (pembengkakan oleh darah) dan
peningkatan keinginan berhubungan kelamin.
2. Fase datar
Ditandai oleh peningkatan respons-respons tersebut, ditambah dengan respons
tubuh yang lebih menyeluruh, misalnya peningkatan kecepatan denyut jantung,
tekanan darah, kecepatan bernafas, dan ketegangan otot.
3. Fase orgasme
Mencakup ejakulasi serta respons lain yang berpuncak pada kenikmatan seksual
dan secara kolektif dirasakan sebagai kenikmatan fisik yang intensif.
4. Fase resolusi
Mengembalikan genitalia dan sistem-sistem tubuh ke keadaan sebelum
terangsang.
5. Ereksi pagi hari (morning erection) juga semakin jarang terjadi. Hal ini tampaknya
berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang
atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya
tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian oleh Kisney dkk, menemukan
bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan
hal ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50 perminggu.
6. Disfungsi Ereksi (DE)
Disfungsi Ereksi (DE) atau impotensi adalah ketidakmampuan secara konsisten
untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi sedemikian rupa sehingga
mencapai aktivitas seksual yang memuaskan. Secara umum, impotensia dibedakan
menjadi impotensi coendi (ketidakmampuan melakukan hubungan seksual),
impotensia erigendi (tidak mampu berereksi) dan impotensia generandi (tidak
mampu menghasilkan keturunan). Prevalensi DE pada pria di antara 40-70 tahun
dan bahkan lebih besar pada pria yang lebih tua.
Untuk timbul ereksi diperlukan adanya rangsangan yang bisa berasal dari
rangsangan psikologik (fantasi, bayangan erotik), olfaktorik (bau-bauan) dan
rangsangan sentuh atau rabaan. Rangsangan tersebut melalui jalur kortiko-
talamikus, limbik maupun talamo-retikularis dan sebaliknya kemudian akan
diteruskan ke susunan saraf otonom (parasimpatis) akan menyebabkan vasodilatasi
korpus kavernosa penis. Setelah aktivitas seksual terjadi, saraf simpatis akan
membantu terjadinya ejakulasi. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses ereksi menyangkut berbagai fungsi diantaranya saraf, vaskular, hormonal,
psikologik dan kimiawi.
Secara garis besar DE dapat dibagi menjadi 2 bagian besar sebagai berikut :
DE organik. Sebagai akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler
(aterosklerosis atau fibrosis).
DE endokrinologik biasanya berupa sindroma ADAM (Androgen
Deficiency in the Aging Male), yang merupakan hipogonadisme pada lansia. DE
tipe ini disebabkan oleh gangguan testikular baik primer maupun sekunder.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan
hiperprolaktinemia, hipertiroid dan Cushing’s disease.
b) Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita
penyakit ini.
c) Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan
berair.
d) Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang.
e) Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang
sering.
3. Infeksi Jamur
a) Disebabkan oleh jamur.
b) Menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat.
c) Dapat disembuhkan dengan krim anti jamur.
4. Syphilis
a) Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah
berhubungan intim dengan penderita penyakit ini.
b) Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya
tidak terasa sakit.
c) Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan
penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan
hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain.
d) Syphilis dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin.
5. Bisul Pada Alat Kelamin
a) Disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV).
b) Muncul berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun
setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit tersebut.
c) Pada umumnya tidak dapat terlihat pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan
lapisan cuka.
d) Bisul pada kelamin ini dapat disembuhkan.
6. Kutu Kelamin
a) Sangat kecil (lebih kecil atau sama dengan 1/8 inch), berwana kelabu kecoklatan,
menetap pada rambut kemaluan.
b) Dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut kelamin
7. Kutu Dibawah Kulit
a) Mirip dengan kutu kelamin, tetapi ukurannya lebih kecil dan menetap di bawah kulit.
b) Menyebabkan luka-luka kecil dan gatal di seluruh tubuh.
c) Diobati dengan obat cair yang diusapkan ke seluruh tubuh.
d) Pakaian, seprei dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena kutu dapat
menetap pada kain-kain terebut.
8. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)/HIV Disease
a) Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya
sistim kekebalan tubuh.
b) Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah.
c) Dapat menyebabkan kematian setelah sepuluh tahun setelah terinfeksi virus HIV,
tetapi pengobatan telah ditemukan.
d) Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan.