You are on page 1of 18

SISTEM REPRODUKSI PRIA

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Semester Gasal


Mata Kuliah Psikologi Faal

Oleh :
Kelompok 12
Gesa Wahyu Arinawa 308112416052
Arief Wicaksono 404112473925
Kurrota Aini 405112483655

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
NOVEMBER 2009
2

Sistem Reproduksi Pria

A. Sistem Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar
tidak punah. Fungsi normal sistem reproduksi tidak ditujukan untuk homeostasis dan tidak
penting bagi kelangsungan hidup individu, tetapi penting untuk kelangsungan hidup
spesies. Hanya melalui sistem reproduksilah cetak biru genetik yang kompleks dari tiap-
tiap spesies dapat bertahan melebihi masa hidup tiap-tiap anggota spesies tersebut. Pada
manusia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi.
Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau
seksual.
Walaupun sistem reproduksi tidak memberi kontribusi pada homeostasis dan tidak
penting bagi kelangsungan hidup seseorang, sistem ini tetap berperan penting dalam
kehidupan seseorang. Sebagai contoh, cara bagaimana orang berhubungan sebagai
makhluk seksual sangat berperan dalam perilaku psikososial dan menimbulkan pengaruh
penting pada bagaimana orang memandang diri mereka dan bagaimana mereka
berinteraksi dengan orang lain. Fungsi reproduksi juga memiliki pengaruh mendalam pada
masyarakat. Organisasi universal masyarakat ke dalam satuan-satuan keluarga
menciptakan suatu lingkungan stabil yang kondusif untuk kelangsungan hidup spesies.
Kemampuan reproduksi bergantung pada hubungan rumit antara hipotalamus,
hipofisis anterior, organ reproduksi, dan sel sasaran hormon seks. Selain proses biologis
dasar tersebut, perilaku dan sikap seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan moral
sosiokultural masyarakat tempat individu berada.
Reproduksi bergantung pada penyatuan gamet (sel reproduktif atau sel
germinativum) pria dan wanita, yang masing-masing memiliki separuh sel kromosom
untuk membentuk individu baru dengan set kromosom yang utuh dan khas. Tidak seperti
sistem tubuh lainnya, yang pada dasarnya identik pada kedua jenis kelamin, sistem
reproduksi pria dan wanita sangat berbeda, sesuai dengan peran berbeda mereka dalam
proses reproduksi. Sistem reproduksi pria dan wanita dirancang untuk memungkinkan
penyatuan bahan genetik dari kedua mitra seksual.

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


3

Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia, maka harus mengetahui terlebih
dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung di dalamnya.
B. Sistem Reproduksi Pria
Fungsi reproduksi penting pada pria adalah pembentukan sperma
(spermatogenesis) dan penyaluran sperma pada wanita. Alat kelamin pria dibedakan
menjadi dua, yaitu alat kelamin dalam dan alat kelamin luar.

1. Alat Kelamin Dalam


Alat kelamin dalam terdiri dari :
a. Testis
Testis disebut juga gonad jantan. Alat ini jumlahnya sepasang, bentuknya bulat
telur. Testis tersimpan di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Kantong ini
terletak di luar rongga perut. Skrotum dapat menjaga suhu testis. Jika suhu terlalu
panas, skrotum mengembang, jika suhu dingin skrotum mengerut sehingga testis
lebih hangat. Fungsi testis adalah sebagai alat untuk memproduksi sel-sel sperma
dan juga memproduksi hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. Testis
terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh
suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos.
Didalam testis terdapat terdapat saluran-saluran halus yang disebut saluran
penghasil sperma (tubulus seminiferus). Dinding dalam saluran terdiri dari jaringan
epitel dan jaringan ikat. Di jaringan epithelium terdapat :

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


4

Sel di dinding tubulus seminiferus Fungsi


Sel induk sperma Calon sperma
Sel sertoli Memberi makan sperma
Sel leydig Menghasilkan hormon testosteron
b. Saluran Reproduksi
Sperma yang dihasilkan oleh testis akan keluar melalui saluran kelamin, yang
terdiri atas :
 Epididimis yaitu saluran yang keluar dari testis. Saluran ini panjang dan berkelok-
kelok di dalam skrotum. Setiap testis mempunyai satu epididimis. Oleh sebab itu,
epididimis manusia berjumlah sepasang kanan dan kiri. Di dalam epididimis ini
sperma disimpan untuk sementara waktu, dan di sinilah sperma menjadi masak dan
dapat bergerak menuju saluran berikutnya, yaitu duktus deferens.
 Duktus Deferens merupakan saluran lanjutan dari epididimis. Kalau epididimis
merupakan saluran yang berkelok-kelok maka duktus deferens merupakan saluran
lurus dan mengarah ke atas. Bagian ujungnya terdapat di dalam kelenjar prostat.
Fungsi duktus deferens ini adalah untuk jalannya (mengangkut) sperma dari
epididimis menuju ke kantong sperma atau vesikula seminalis.
 Saluran Ejakulasi (duktus ejakulatorius) merupakan saluran pendek yang
menghubungkan kantong semen dengan uretra. Saluran ini mempunyai
keistimewaan, yaitu mampu menyemrotkan sperma tinggi masuk ke uretra dan
selanjutnya keluar.
 Uretra adalah saluran yang terdapat di dalam penis. Uretra merupakan saluran akhir
dari saluran reproduksi. Uretra terdapat di dalam penis. Saluran ini mempunyai dua
fungsi, yaitu : (1) sebagai alat pengeluaran, yaitu saluran untuk membuang urine
keluar tubuh serta (2) sebagai saluran kelamin, yaitu sebagai saluran semen dari
kantong mani.

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


5

c. Kelenjar Kelamin
Disamping testis (gonad) dan saluran kelamin, alat kelamin manusia juga di
lengkapi kelenjar-kelenjar kelamin. Kelenjar ini bertugas memproduksi getah-
getah kelamin. Kelenjar tersebut terdiri atas :
 Vesikula Seminalis disebut kantong mani atau kantong semen. Jumlahnya
sepasang, tetapi terikat menjadi satu kantong. Dinding vesikula seminalis dapat
menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma dan
bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran
reproduksi wanita. Cairan ini yang mencukupi kebutuhan makanan bagi sel- sel
sperma, menghasilkan sebagian besar cairan sperma, & menyediakan prekursor
untuk pembekuan semen. Saluran pada masing-masing vesikula seminalis bersatu
dengan duktus deferens pada sisinya untuk membentuk duktus ejakulatorius.
 Kelenjar Prostat menghasilkan getah yang dialirkan ke saluran sperma. Kelenjar
prostat mengelilingi satu inci pertama uretra yang muncul dari vesika urinaria.
Jaringan kelenjar prostat mensekresi cairan basa yang membantu untuk
mempertahankan motilitas sperma. Otot polos pada kelenjar prostat berkontraksi
selama ejakulasi untuk turut berperan dalam pengeluaran semen dari uretra.
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung
kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam
dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


6

 Kelenjar Bulbouretra (Cowper) merupakan kelenjar yang menghasilkan getah


berupa lendir yang bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam
dalam saluran uretra. Sekresinya yang bersifat basa akan menyelimuti bagian
dalam uretra sesaat sebelum ejakulasi, yang akan menetralisasi keasaman urine
yang mungkin keluar. Mengeluarkan mukus untuk pelumasan.

2. Alat Kelamin Luar


Alat kelamin luar terdiri dari :
a. Penis
Penis terdiri dari jaringan-jaringan otot, jaringan spons yang lembut, pembuluh
darah dan jaringan saraf. Fungsinya yaitu untuk kopulasi (hubungan antara alat
kelamin jantan dan betina untuk memudahkan semen ke dalam organ reproduksi
betina). Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi pada saat
dikhitan/sunat. Untuk tujuan kesehatan dan kebersihan, kulit yang menutup penis
dipotong (dikhitan) kira-kira 1-1,5 centimeter sehingga penis mudah dibersihkan.
Penis terdiri dari :
 Akar (menempel pada didnding perut)
 Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
 Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut). Dasar glans penis
disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium)
membentang mulai dari korona menutupi glans penis.

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


7

b. Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis.
Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara
skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan
otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum
sehingga dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-
serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot
kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar
kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan
suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.

C. Proses Pembentukan Gamet


Gametogenesis merupakan peristiwa pembentukan sel gamet, baik gamet jantan/sel
spermatozoa (spermatogenesis) dan juga gamet betina/sel ovum. Proses pembentukan
spermatozoa (sel kelamin jantan) berlangsung di dalam testis yang terdapat dalam skrotum
(kantong pelir). Proses pembentukan atau pemasakan spermatozoa disebut
spermatogenesis.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus selama masa seksual aktif akibat
stimulasi oleh hormon gonadotropin hipofisis anterior, yang dimulai rata-rata pada umur
13 tahun dan terus berlanjut hampir di seluruh sisa kehidupan, namun sangat menurun
pada usia tua.
Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil,
beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh. Keseluruhan waktu yang dibutuhkan
dalam spermatogenesis dari sel-sel germinal sampai menjadi sperma adalah sekitar 65-75
hari. Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli. Sel-sel
sertoli akan menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.
Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia berpindah di antara sel-sel
sertoli menuju lumen sentral tubulus seminiferus. Sel-sel sertoli ini sangat besar, dengan
pembungkus sitoplasma yang berlebihan yang mengelilingi spermatogonia yang sedang
berkembang sampai menuju bagian tengah lumen tubulus. Spermatogonia yang melewati
lapisan pertahanan masuk ke dalam lapisan sel sertoli akan dimodifikasi secara berangsur-

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


8

angsur dan membesar untuk membentuk spermatosit primer yang besar. Setiap spermatosit
tersebut, selanjutnya mengalami pembelahan mitosis.

Pembelahan mitosis sel-sel induk sperma (spermatogonium) beberapa kali hingga


dihasilkan lebih banyak spermatogonium. Setengah dari sel-sel spermatogonium tersebut
terus melanjutkan pembelahan mitosis. Sedangkan setengah yang lain membesar menjadi
spermatosit primer. Oleh karena pembentukan spermatosit primer melalui pembelahan
mitosis, maka hasilnya memiliki kromosom diploid (2n) sama dengan
spermatogoniumnya. Spermatosit primer berikutnya membelah secara meiosis (tahap I)
menghasilkan spermatosit sekunder, dengan kondisi kromosom haploid (n). Spermatosit
sekunder melanjutkan pembelahan meiosis (tahap II) menghasilkan dua sel yang juga
haploid, disebut dengan spermatid. Sehingga diperoleh 4 spermatid. Sel-sel spermatid ini
akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa.

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


9

Bagan 1. Spermatogenesis

Selama masa pergantian dari tahap spermatosit ke tahap spermatid, 46 kromosom


spermatozoa dibagi sehingga 23 kromosom diberikan ke satu spermatid dan 23 lainnya ke
spermatid yang kedua. Jika proses pembentukan sperma telah selesai, maka protein
pengikat androgen tidak diperlukan, sehingga sel sertoli akan menghasilkan inhibin untuk

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


10

memberikan umpan balik supaya hipofisis menghentikan produksi FSH dan LH.
Spermatozoa yang telah terbentuk dapat sampai ke urethra (saluran keluar pada penis) jika
dibantu oleh cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
cowper. Cairan yang dihasilkan vesikula seminalis berfungsi membantu spermatozoa agar
mudah bergerak, member nutrient, dan menormalkan keasaman PH saluran reproduksi
wanita pada saat kopulasi. Spermatozoa bersama cairan tersebut disebut dengan istilah
semen atau air mani. Seorang laki-laki saat kopulasi dapat mengeluarkan sekitar 350-360
juta sel sperma dari 3ml air mani. Struktur sperma terdiri dari tiga bagian berikut ini :
1. Kepala : mengandung inti sel, pada bagian ujungnya terdapat akrosom yang
tebentuk dari badan golgi. Akrosom menghasilkan enzim hialuronidase dan
proteinase yang berfungsi membantu sperma menembus sel telur.
2. Bagian tengah : terdapat mitokondria tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk
membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif.
3. Ekor : sebagai alat gerak sperma agar mencapai ovum.

Sperma yang terbentuk akan mengalir ke saluran pengumpul yang disebut dengan
epididimis. Dari epididimis, sperma meninggalkan testis melalui vas deferens, kemudian

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


11

ditampung dalam kantung sperma (vesikula seminalis). Dari kantong sperma, sperma
dialirkan melalui saluran penyembur (duktus ejakulatories). Sperma mendapat tambahan
cairan dari kelenjar prostat. Cairan prostat merupakan media sperma yang memberi makan
sperma dan menjaga pH sperma.

D. Hormon Reproduksi
Adapun hormon yang mendukung sistem reproduksi pria dijelaskan dalam tabel
berikut :
Kelenjar Endokrin &
Hormon-hormon yang Jaringan Tujuan fungsi
Dihasilkan
Hipotalamus →
Hormon Gonadotropin Hipofisis Anterior Merangsang pengeluaran FSH
(Follicle Stimulating Hormone), LH
(Luteinizing Hormone), & hormon
tumbuh (Growth Hormone)
Hipofisis Anterior →
a) FSH Testis Merangsang sel-sel sertoli pada
tubulus seminiferus pada testis untuk
mengubah sel-sel spermatid menjadi
sperma (proses spermatogenesis)
b) LH Testis Merangsang sel-sel leydig (sel-sel
interstitil) untuk menghasilkan
testosteron
c) Hormon Tumbuh Testis Memacu agar memulai pembelahan
spermatogonia
Testis→
Testosteron Seluruh tubuh  Pada janin merangsang
perkembangan organ seks primer
 Masa pubertas mempengaruhi
pertumbuhan alat reproduksi dan

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


12

ciri-ciri kelamin sekunder (suara,


kejantanan, pertumbuhan rambut,
dan kematangan seksual).
 Dewasa berperan dalam
memelihara ciri-ciri kelamin
sekunder dan mendorong
spermatogenesis

Perilaku reproduksi pada pria tidak bersiklus seperti halnya pada wanita. Hormon
testosteron mempengaruhi perilaku reproduksi pada pria yang akan disekresi bila terdapat
stimulasi. Umumnya perilaku reproduksi pria ditandai dengan adanya penetrasi yang
diakhiri dengan ejakulasi. Setelah terjadi ejakulasi maka dibutuhkan tenggang waktu
tertentu sebelum kembali dapat melakukan penetrasi (refractory period).

E. Perilaku Seksual Pria


Perilaku seksual pria (male sex act) terdiri dari dua komponen :
1. Ereksi
Pengerasan penis yang dalam keadaan normal lemas yang memungkinkannya
masuk ke vagina. Ereksi tidak disebabkan oleh kontraksi otot-otot rangka di
dalam penis, seperti yang semula diperkirakan, tetapi akibat pembengkakan
penis oleh darah.
Refleks ereksi adalah suatu refleks spinal yang dipicu oleh stimulasi
mekanoreseptor-mekanoreseptor yang sangat peka di glas penis, yang menutupi
ujung penis. Peningkatan aktivitas parasimpatis dan penurunan aktivitas
simpatis ke arteriola-arteriol di penis, sehingga terjadi vasodilatasi arteriol-
arteriol tersebut dan ereksi (bagan 2). Arteriol biasanya hanya dipersarafi oleh
saraf simpatis, yang bila aktivitasnya meningkat menyebabkan vasokonstriksi
dan bila aktivitasnya menurun menyebabkan vasodilatasi. Stimulus
parasimpatis dan inhibisi simpatis pada arteriol penis yang terjadi secara
bersamaan menyebabkan vasodilatasi terjadi yang lebih cepat dan lebih kuat
dibandingkan dengan yang dapat terjadi pada arteriol yang hanya mendapat
persarafan simpatis. Melalui cara efisien yang dengan cepat meningkatkan

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


13

aliran darah ke dalam penis ini, ereksi penuh dapat dicapai hanya dalam waktu
lima sampai sepuluh detik. Pada saat yang sama, impuls parasimpatis
meningkatkan sekresi mukus dari kelenjar bulbouretra dan kelenjar uretra
sebagai persiapan untuk koitus.

Stimulasi mekanoreseptor di glans penis

+ + ─
Persarafan parasimpatis ke Persarafan parasimpatis Persarafan simpatis
kelenjar bulbouretra dan ke arteriol penis ke arteriol penis
kelenjar uretra

Mukus Dilatasi arteriol penis

Pelumasan Ereksi

Vena tertekan

Bagan 2. Refleks Ereksi

2. Ejakulasi
Penyemprotan kuat dan ekspulsif semen ke dalam uretra dan keluar dari penis.
Volume dan isi sperma pada ejakulat bergantung pada lama waktu sebelum
ejakulasi. Volume rata-rata semen adalah 3 ml, berkisar dari 2,5 sampai 6 ml,
dengan volume yang lebih besar dapat terjadi setelah ditahan beberapa saat.
Ejakulat (semen) manusia rata-rata mengandung sekitar 300 – 400 juta sperma
(120 juta/ml).
Selain komponen yang benar-benar berkaitan dengan reproduksi ini, siklus respons
seksual juga mencakup respons fisiologis yang lebih luas yang dapat dibagi menjadi
empat fase :

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


14

1. Fase eksitasi
Mencakup ereksi disertai vasokongesti testis (pembengkakan oleh darah) dan
peningkatan keinginan berhubungan kelamin.
2. Fase datar
Ditandai oleh peningkatan respons-respons tersebut, ditambah dengan respons
tubuh yang lebih menyeluruh, misalnya peningkatan kecepatan denyut jantung,
tekanan darah, kecepatan bernafas, dan ketegangan otot.
3. Fase orgasme
Mencakup ejakulasi serta respons lain yang berpuncak pada kenikmatan seksual
dan secara kolektif dirasakan sebagai kenikmatan fisik yang intensif.
4. Fase resolusi
Mengembalikan genitalia dan sistem-sistem tubuh ke keadaan sebelum
terangsang.

F. Masalah Seputar Alat Reproduksi Pria


Master dan Johnson mendeskripsikan masalah seksual pada pria pada ejakulasi dan
orgasme. Mereka melaporkan adanya penurunan kekuatan dan frekuensi kontraksi otot-
otot lurik pelvis mempunyai efek penurunan dalam kekuatan pengeluaran semen.
Beberapa perubahan yang terjadi pada pria adalah :
1. Produksi testosteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan
menurunkan hasrat dan kesejahteraan. Testis menjadi lebih kecil dan kurang
produktif. Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan
menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak
mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.
2. Kelenjar prostat biasanya membesar, dimana hipertrofi prostat jinak terjadi pada
50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun.
3. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak
biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
4. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12
sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja.

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


15

5. Ereksi pagi hari (morning erection) juga semakin jarang terjadi. Hal ini tampaknya
berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang
atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya
tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian oleh Kisney dkk, menemukan
bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan
hal ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50 perminggu.
6. Disfungsi Ereksi (DE)
Disfungsi Ereksi (DE) atau impotensi adalah ketidakmampuan secara konsisten
untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi sedemikian rupa sehingga
mencapai aktivitas seksual yang memuaskan. Secara umum, impotensia dibedakan
menjadi impotensi coendi (ketidakmampuan melakukan hubungan seksual),
impotensia erigendi (tidak mampu berereksi) dan impotensia generandi (tidak
mampu menghasilkan keturunan). Prevalensi DE pada pria di antara 40-70 tahun
dan bahkan lebih besar pada pria yang lebih tua.
Untuk timbul ereksi diperlukan adanya rangsangan yang bisa berasal dari
rangsangan psikologik (fantasi, bayangan erotik), olfaktorik (bau-bauan) dan
rangsangan sentuh atau rabaan. Rangsangan tersebut melalui jalur kortiko-
talamikus, limbik maupun talamo-retikularis dan sebaliknya kemudian akan
diteruskan ke susunan saraf otonom (parasimpatis) akan menyebabkan vasodilatasi
korpus kavernosa penis. Setelah aktivitas seksual terjadi, saraf simpatis akan
membantu terjadinya ejakulasi. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses ereksi menyangkut berbagai fungsi diantaranya saraf, vaskular, hormonal,
psikologik dan kimiawi.
Secara garis besar DE dapat dibagi menjadi 2 bagian besar sebagai berikut :
 DE organik. Sebagai akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler
(aterosklerosis atau fibrosis).
 DE endokrinologik biasanya berupa sindroma ADAM (Androgen
Deficiency in the Aging Male), yang merupakan hipogonadisme pada lansia. DE
tipe ini disebabkan oleh gangguan testikular baik primer maupun sekunder.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan
hiperprolaktinemia, hipertiroid dan Cushing’s disease.

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


16

 DE neurogenik dapat disebabkan oleh gangguan jalur impuls terjadinya


ereksi. Lesi dilobus temporalis sebagai akibat trauma atau multiple scelrosis
stroke, gangguan atau rusaknya jalur asupan sensorik misalnya pada
polineuropati diabetik, tabes dorsalis atau penyakit ganglia radiks dorsalis
medula spinalis, juga pada gangguan nervus erigentes akibat pasca
prostatektomi total atau operasi rektosigmoid.
 DE vaskuler merupakan DE yang paling sering pada lansia yang mungkin
berbuhungan erat dengan prevalensi penyakit aterosklerosis yang tinggi pada
lansia. Gangguan aliran darah arteri ke korpus kavernosus seperti bekuan darah,
aterosklerosis, atau hilangnya kelenturan dinding pembuluh darah dapat
menyebabkan DE.
 DE psikogenik, sebelum ini selalu dikatakan sebagai penyebab utama DE, namun
menurut penelitian hal ini tidak benar. Justru penyebab utama DE pada lansia
gangguan organik, walaupun faktor psikogenik ikut memegang peranan. DE jenis
ini yang berpotensi reversibel potensial yang biasanya disebabkan oleh kecemasan,
depresi, rasa bersalah, masalah perkawinan, atau juga akibat dari rasa takut akan
gagal dalam berhubungan seksual.
Selain yang telah disebutkan diatas, sekitar 25% DE disebabkan oleh obat-obatan
terutama obat antihipertensi (Reserpin, β blocker, guanethidin dan metildopa),
alkohol, simetidin, antipsikotik, antidepresan, lithium, hipnotik sedatif, dan
hormon-hormon seperti estrogen dan progesteron.

G. Penyakit Kelamin Pada Alat Reproduksi Pria


1. Gonorrhea dan Chlamydia
a) Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu
setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini.
b) Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air
kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama
sekali.
c) Penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotik bila ditangani secara dini.
2. Herpes
a) Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan.

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


17

b) Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita
penyakit ini.
c) Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan
berair.
d) Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang.
e) Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang
sering.
3. Infeksi Jamur
a) Disebabkan oleh jamur.
b) Menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat.
c) Dapat disembuhkan dengan krim anti jamur.
4. Syphilis
a) Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah
berhubungan intim dengan penderita penyakit ini.
b) Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya
tidak terasa sakit.
c) Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan
penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan
hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain.
d) Syphilis dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin.
5. Bisul Pada Alat Kelamin
a) Disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV).
b) Muncul berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun
setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit tersebut.
c) Pada umumnya tidak dapat terlihat pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan
lapisan cuka.
d) Bisul pada kelamin ini dapat disembuhkan.
6. Kutu Kelamin
a) Sangat kecil (lebih kecil atau sama dengan 1/8 inch), berwana kelabu kecoklatan,
menetap pada rambut kemaluan.
b) Dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut kelamin
7. Kutu Dibawah Kulit

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria


18

a) Mirip dengan kutu kelamin, tetapi ukurannya lebih kecil dan menetap di bawah kulit.
b) Menyebabkan luka-luka kecil dan gatal di seluruh tubuh.
c) Diobati dengan obat cair yang diusapkan ke seluruh tubuh.
d) Pakaian, seprei dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena kutu dapat
menetap pada kain-kain terebut.
8. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)/HIV Disease
a) Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya
sistim kekebalan tubuh.
b) Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah.
c) Dapat menyebabkan kematian setelah sepuluh tahun setelah terinfeksi virus HIV,
tetapi pengobatan telah ditemukan.
d) Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan.

H. Cara Mencegah Infeksi Saluran Kemih (ISK)


ISK merupakan suatu kondisi adanya kuman dalam saluran kemih yang
menimbulkan gejala-gejala seperti : nyeri/sakit pada saat berkemih, anyang-anyangan
(ingin buang air kecil terus-menerus tapi urine tidak keluar ), nyeri pada perut bagian
bawah, disertai demam dan kadang-kadang mual. Cara untuk mencegah ISK antara lain :
1. Menjaga kebersihan alat reproduksi.
2. Jangan sering menahan buang air kecil.
3. Memakai air yang bersih / steril.
4. Sesekali menggunakan sabun antiseptik untuk membersihkan organ kelamin
5. Banyak minum air putih.
6. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari
dubur tidak masuk ke dalam saluran kemih.

Psikologi Faal – Sistem Reproduksi Pria

You might also like