You are on page 1of 16

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis serta Mekanisme Kerja pada Jantung

Marina Dewi Utami

102014038

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Kampus 2 Ukrida, Jl. ArjunaUtara no. 6 Jakarta 11510

Abstrak
Jantung adalah organ vital yang terdapat dalam tubuh kita. Hal ini dikarenakan jantung memiliki
tugas dalam memompakan darah ke seluruh tubuh. Tanpa adanya jantung, maka darah tidak akan
sampai ke bagian-bagian tubuh lainnya. Hal ini tentu saja mengakibatkan tubuh kita akan
kekurangan oksigen serta terganggunya metabolisme dalam tubuh. Terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja jantung. Dapat terjadi kelainan apabila terjadi gangguan struktur, fungsi dan
mekanisme kerja jantung. Hal ini dapat berpengaruh terhadap bagian-bagian tubuh lainnya,
misalnya sesak nafas dan bengkak pada tungkai akibat gagal jantung.

Kata kunci: jantung, fungsi dan mekanisme jantung, gagal jantung.

Abstract
Cardiac is one of the vital organs in our body. This is because the heart has the task in pumping
blood throughout the body. In the absence of the heart, the blood will not get to the other body
parts. This of course resulted in our bodies will lack of oxygen as well as disruption of
metabolism in the body. Can occur in case of abnormality disorders of structure, function and
mechanism of action of the heart. This can have an effect on other body parts, such as shortness
of breath and swelling in the legs due to heart failure.
Keywords: cardiac, function and mechanism of cardiac heart failure.
Pendahuluan

Dalam tubuh manusia diketahui adanya beberapa organ. Di antara organ - organ dalam tubuh
manusia, jantung adalah merupakan organ yang sangat penting. Jantung merupakan bagian organ
yang penting karena jantung merupakan bagian dari system peredaran darah yaitu sebagai pusat
peredaran darah. Dimana system peredaran darah manusia terdiri dari jantung, pembuluh darah,
dan pembuluh limfe yang berperan dalam memompa atau mengedarkan darah ke seluruh tubuh.
Dengan kata lain jantung termasuk dalam system kardiovaskular atau system sirkulasi yaitu
suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas dari cairan yang ada
diseluruh tubuh. Sistem sirkulasi darah dimulai dari jantung yang berfungsi untuk mempompa
darah yang kemudian dialirkan melalui aorta dan diteruskan ke cabang – cabang pembuluh
darah.

Sesuai dengan skenario, pasien mengalami sesak napas disertai dengan kedua tungkai yang
bengkak. Karena itu, penulis akan membahas berhubungan dengan struktur makro maupun
mikro, vaskularisasi, mekanisme kerja, serta enzim-enzim pada sistem kardiovaskuler.

Rumusan Masalah :

Seorang wanita berusia 66 tahun menderita sesak napas dan bengkak pada kedua tungkai.

Hipotesis :

Seorang wanita berusia 66 tahun menderita sesak napas dan bengkak pada kedua tungkai karena
gangguan pada sistem kerja jantung, vaskularisasi, dan kerja enzim pada jantung.

Struktur Makroskopis Jantung

Jantung secara makroskopis yang akan dibahas dalam makalah ini terdiri dari beberapa
bagian yaitu perikardium, ruang-ruang jantung, dan katup-katup pada jantung.

A. Perikardium

Perikardium terdiri dari komponen fibrosa dan serosa. Perikardium fibrosa adalah lapisan kuat
yang menyelimuti jantung. Lapisan ini bergabung dengan pangkal pembuluh besar di atasnya
dan dengan tendon sentral diafragma di bawahnya. Perikardium serosa melapisis perikardium
fibrosa (lapisan parietalis) dan pada pangkal pembuluh darah membalik untuk menutupi
permukaan jantung (lapisan viseralis). Perikardium serosa merupakan permukaan halus sebagai
bantalan bagi jantung. Dua sinus yang penting terletak di antara lapisan parietalis dan viseralis,
yaitu Sinus transversus: terletak antara v. cava superior dan atrium kiri di posterior serta trunkus
pulmonalis dan aorta di anterior, dan sinus obliquus: di belakang atrium, sinus dibatasi oleh v.
cava inferior dan vv. pulmonalis. Pasokan darah perikardium dari cabang-cabang
perikardiacophrenicus dan a. thoracalis interna. Perikardium fibrosa dan lapisan parietalis dari
perikardium serosa dipersarafi oleh n. phrenicus.1

Gambar 1. Selaput Pembungkus Jantung


Sumber : www.study.com/pericarium

B. Ruang-ruang pada Jantung

Jantung dibagi oleh septa vertikal menjadi empat ruang: atrium kanan, atrium sinstrum, ventrikel
kanan, dan ventrikel kiri. Atrium kanan terletak anterior terhadap atrium kiri dan ventrikel kanan
anterior terhadap ventrikel kiri. Dinding jantung tersusun atas otot jantung, miokardium, yang di
luar terbungkus oleh perikardium serosum, yang disebut epikardium, dan di bagian dalam
diliputi oleh selapis endothel, disebut endokardium.2
Gambar 2. Ruang-ruang pada Jantung
Sumber : https://map-bms.wikipedia.org/wiki/Jantung

1. Atrium kanan
Atrium kanan yang berdinding tipis ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah dan
sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik yang mengalir ke ventrikel
kanan. Darah yang berasal dari pembuluh vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui
vena kava superior, vena kava inferior dan sinus koronarius. Dalam muara vena kava
tidak terdapat katup-katup sejati. Yang memisahkan vena kava dari atrium jantung ini
hanyalah lipatan katup atau pita otot yang rudimenter. Oleh karena itu, peningkatan
tekanan atrium kanan akibat bendungan darah disisi kanan jantung akan dibalikan
kembali ke dalam vena sikulasisistemik. Sekitar 75% aliran balik vena kedalam atrium
kanan akan mengalir secara pasif kedalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis.
25% sisanyaakan mengisi ventrikel selama kontraksi atrium. Pengisian ventrikel secara
aktif ini disebut atrialkick. Hilangnya atrialkick pada disritmia jantung dapatmenurunkan
pengisian ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel.2
2. Atrium kiri

Atrium kiri menerima darah teroksigenasi dari paru-paru melalui keempatvena


pulmonalis. Antara vena pumonalis dan atrium kiri tidak terdapat katup sejati. Oleh
karena itu, perubahan tekanan atrium kiri mudah membalik secara retrograd ke dalam
pembuluh paru-paru. Peningkatan akut tekanan atrium kiri akan menyebabkan bendungan
paru. Atrium kiri memiliki dinding yang tipis dan bertekanan rendah. Darah mengalir dari
atrium kiri ke dalam ventrikel kiri melalui katup mitralis.2

3. Ventrikel kanan

Ventrikel kanan berhubungan dengan atrium kanan melalui ostium atrioventriculare


kanan dan dengan truncus pulmonalis melalui ostium trunci pulmonalis. Waktu rongga
mendekati ostium trunci pulmonalis bentuknya berubah menjadi seperti corong, tempat
ini disebut infundibulum.2

Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dibandingkan dengan atrium kanan dan
menunjukkan beberapa rigi menonjol ke dalam, yang dibentuk oleh berkas-berkas otot.
Rigi-rigi yang menonjol ini menyebabkan dinding ventrikel terlihat seperti busa dan
dikenal sebagai trabeculae carneae. Trabecula carneae terdiri atas tiga jenis. Jenis
pertama terdiri atas musculi papillares, yang menonjol ke dalam, melekat melalui
basisnya pada dinding ventrikel, dan bebas pada bagian tengahnya. Salah satu di
antaranya adalah trabecula septomarginalis, menyilang rongga ventrikel dari septa ke
dinding anterior. Trabecula septomarginalis ini membawa fasciculus atriventricularis crus
kanan yang merupakan bagian dari sistem konduksi jantung. Jenis ketiga hanya terdiri
atas rigi-rigi yang menonjol.2

Valva tricuspidalis melindungi ostium atrioventriculare dan terdiri atas tiga cuspis yang
dibentuk oleh lipatan endokardium disertai sedikit jaringan fibrosa yang meliputinya:
cuspis anterior, septalis, dan inferior (posterior). Cuspis anterior terletak di anterior,
cuspis septalis terletak berhadapan dengan septum intraventriculare dan cuspis inferior
atau posterior terletak di inferior. Basis cuspis melekat pada cincin fibrosa rangka
jantung, sedangkan ujung bebas dan permukaan ventrikularnya dilekatkan pada chorda
tendineae. Chorda tendineae menghubungkan cuspis dengan musculi papilares. Bila
ventrikel berkontraksi, musculi papilares berkontraksi dan mencegah agar cuspis tidak
terdorong masuk ke dalam atrium dan terbalik waktu tekanan intraventrikular meningkat.
Untuk membantu proses ini, chodae tendineae dari satu musculus papilaris dihubungkan
dengan dua cuspis yang berdekatan.2
Valva trunci pulmonalis melindungi ostium trunci pulmonalis dan terdiri atas tiga valvula
semilunaris yang dibentuk dari lipatan endocardioum disertai sedikit jaringan fibrosa
yang meliputinya. Pinggir bawah dan samping setiap cuspis yang melengkung melekat
pada dinding arteri. Mulut muara cuspis mengarah ke atas, masuk ke dalam truncus
pulmonalis. Tidak ada chordae tendineae atau musculi papillares yang berhubungan
dengan cuspis valva ini; perlekatan sisi-sisi cuspis pada dinding arteri mencegah cuspis
turun masuk ke dalam ventrikel. Pada pangkal truncus pulmonalis terdapat tiga pelebaran
yang dinamakan sinus, dan masing-masing terletak diluar dari setiap cuspis.2

Ketiga valvula semilunaris tersusun sebagai satu yang terletak posterior (valvula
semilunaris kiri) dan dua yang terletak anterior (valvula semilunaris anterior dan kanan).
Selama sistolik ventrikel, cuspis-cuspis valva tertekan pada dinding truncus pulmonalis
oleh darah yang keluar. Selama diastolik, darah mengalir kembali ke jantung dan masuk
ke sinus; cuspis valva terisi, terletak berhadapan di dalam lumen dan menutup ostium
trunci pulmonalis.2

4. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri berhubungan dengan atrium kiri melalui ostium atrioventriculare kiri dan
dengan aorta melalui ostium aortae. Dinding ventrikel kiri tiga kali lebih tebal daripada
dinding ventrikel dexter. Pada penampang melintang, ventrikel kiri berbentuk sirkular;
ventrikel dexter kresentik (bulan sabit) karena penonjolan septum interventriculare ke
dalam rongga ventrikel dexter. Terdapat trabeculae carneae yang berkembang baik, dua
buah musculi papillares yang besar, tetapi tidak terdapat trabecula septomarginalis.
Bagian ventrikel di bawah ostium aortae disebut vestibulum aortae.2
Valva mitralis melindungi ostium atrioventriculare. Valva terdiri atas dua cuspis, cuspis
anterior dan cuspis posterior, yang strukturnya sama dengan cuspis pada valva
tricuspidalis. Cuspis anterior lebih besar dan terletak antara ostium atrioventriculare dan
ostium aortae. Perlekatan chordae tendineae ke cuspis dan musculi papillares sama
seperti valva tricuspidalis.2
Valva aortae melindungi ostium aortae dan mempunyai struktur yang sama dengan
struktur valva trunci pulmonalis. Satu cuspis terletak di anterior (valvula semilunaris
kanan) dan dua cuspis terletak di dinding posterior (valvula semilunaris kiri dan
posterior). Di belakang setiap cuspis dinding aorta menonjol membentuk sinus aortae.
Sinus aortae anterior merupakan tempat asal arteria coronaria kanan, dan sinus posterior
kiri tempat asal arteria coronaria kiri.2

C. Katup pada Jantung

Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap dari vena ke atrium ke ventrikel ke
arteri. Adanya empat katup jantung satu arah memastikan darah mengalir satu arah.
Katup-katup terletak sedemikian rupa sehingga mereka membuka dan menutup secara
pasif karena perbedaan tekanan, serupa dengan tekanan pintu satu arah. Gradient tekanan
ke arah depan mendorong katup terbuka, seperti anda membuka pintu dengan mendorong
salah satu sisinya, sementara gradient tekanan ke arah belakang mendorong katup
menutup, seperti anda mendorong ke pintu sisi lain yang berlawanan untuk menutupnya.
Perhatikan bahwa gradient ke arah belakang dapat mendorong katup menutup, tetapi
tidak dapat membukanya. Keempat katup jantung berfungsi untuk mempertahankan
aliran darah searah melalui bilik - bilik jantung. Ada 2 jenis katup: katup
atrioventrikularis (AV), yang memisahkan atrium dengan ventrikel dan katup
semilunaris,yangmemisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang
bersangkutan. Katup- katup ini membuka dan menutup secara pasif, menanggapi tekanan
dan volume dalam bilik dan pembuluh darah jantung.1

Gambar 3. Katup Jantung


Sumber : http://sadarjantung.blogspot.com

 Katup Atrioventrikularis (AV)


Katup atrioventrikularis terdiri dari katup trikuspidalis dan katub mitralis. Daun-daun
katup atrioventrikularis halus tetapi tahan lama. Katup trikuspidalisyang terletak antara
atrium dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup.Katup mitralis yang
memisahkan atrium dan ventrikel kiri, merupakan katup bikuspidalis dengan dua buah
daun katup. Daun katup dari kedua katup initertambat melalui berkas-berkas tipis
jaringan fibrosa yang disebut korda tendinae. Korda tendinae akan meluas menjadi otot
kapilaris, yaitu tonjolan otot pada dinding ventrikel. Kordatendinae menyokong katup
pada waktu kontraksi ventrikel untuk mencegah membaliknya daun katup ke dalam
atrium.Apabila kordatendinae atau otot papilaris mengalami gangguan (rupture,
iskemia),darah akan mengalir kembali ke dalam atrium jantung sewaktu
ventrikel berkontraksi. Pencegahan pembalikan katup AV, pembalikan katup AV
dicegaholeh ketegangan pada daun katup yang timbulkan oleh korda tendine sewatktu
otot papilaris berkontraksi.1
 Katup Semilunaris
Kedua katup semilunaris sama bentuknya; katup ini terdiri dari 3 daun katup simetris
yang menyerupai corong yang tertambat kuat pada annulus fibrosus. Katup aorta terletak
antara ventrikel kiri dan aorta, sedangkan katup pulmonalis terletak antara ventrikel
kanan dan arteria pulmonalis. Katup semilunaris mencegah aliran kembali darah dari
aorta atau arteria pulmonalis ke dalam ventrikel, sewaktu ventrikel dalam keadaan
istirahat. Tepat di atas daun aorta, terdapat kantung menonjol dari dinding aorta dan
arteria pulmonalis, yang disebut sinus valsalva. Muara arteria koronaria terletak di dalam
kantung-kantung tersebut. Sinus-sinus ini melindungi muara koronaria tersebut dari
penyumbatanoleh daun katup, pada waktu katup aorta terbuka.1

Struktur Mikroskopis Jantung

Keseluruhan system sirkulasi memiliki struktur dasar umum:


Satu lapis terdiri atas selapis sel epitel sangat gepeng yang disebut endotel, ditunjang oleh
membrane basal jaringan kolagen halu; mereka membentuk tunika intima. Satu lapis muscular
intermeiat, tunika media. Satu lapis jaringan penyokong luar disebut tunika adventisia.
Jaringan dinding pembuluh besar tidak dapat disokong oleh difusi nutrient dari lumennya dan
karenanya dipasok oleh arteri kecil yang disebut vaso vasorum yang berasal dari pembuluh
utama itu sendiri atau dari arteri berdekatan. Vasa vasorum membentuk jalinan kapiler di dalam
tunika adventisia yang dapat meluas sampai ke dalam tunika media.3

Gambar 4. Mikroskopis arteri dan vena


Sumber : materi kuliah Ibu Erma
Arteri Besar : Tunika intima terdiri dari atas selapis sel endotel gepeng ditunjang oleh
selapis jaringan kolagen dengan banyak elastin berupa serat dan lembaran tidak utuh. Jaringan
penyokong subendotel menganung sebaran fibroblast dan sel lain dengan cirri struktur ultra
mirip sel otot polos, dikenal sebagai sel miointimal. Tunika media sangat tebal dan sangat elastis.
Dengan perbesaran kuat, tampak terdiri atas lembaran-lembaran elastin tidak utuh yang
kosentris dipisahkan oleh jaringan kolagen dan relative sedikit serat otot polos. Tunika
adventisia berkolagen mengandung vaso vasorum kecil, yang juga menembus sampai belahan
luar tunika media.3
Arteri sedang : Arteri sedang mempunyai struktur dasar yang sama dengan arteri elastis,
namun jaringan elastisnya hanya berupa lembaran elastis bertingkap, lamina elastika interna,
memisahkan tunika intima dari tunika media, dan lamina elastika eksterna yang kurang berbatas
tegas pada perbatasan tunika adventisia dan media. Tunika media terdiri atas selapis tebal otot
polos yang tersusun melingkar, terpulas kuning dalam mikrograf. Tunika adventisia lebar
terutama terdiri atas kolagen dengan banyak elastin, terpulas hitam dalam mikrograf.3

Arteriol besar : Arteriol dapat didefinisikan sebagai pembuluh system arteri dengan
diameter lumen kurang dari 0,3 mm, meskipun membedakan arteri muscular kecil dengan
arteriol besar agak dipaksakan. Tunika intima sangat tipis dan terdiri atas lapisan endotel, sedikit
jaringan penyokong kolagen dan lamina elastika interna tipis. Tunika media hampir seluruhnya
terdiri atas sel otot polos dalam 6 lapis kosentris. Tunika adventisia mungkin setebal tunika
media dan menyatu dengan jaringan kolagen sekitar. Tidak ada lamina elastika eksterna.3

Arteriol kecil : Tunika media masing-masing terdiri atas 2 lapis sel otot polos. Yang
tampak dari tunika intima adalah inti dari sel endotel gepeng. Adventisia secara berangsur
menyatu dengan jaringan penyokong sekitar. Jaringan penyokong berekatan dengan sejumlah
akson simpatis pengandung vesikel dan sebuah sel penyokong schwann. Lapis aventisia
berangsur menyatu dengan jaringan kolagen longgar di sekitarnya.3

Kapiler : Selapis sel endotel gepeng melapisi lumen kapiler. Lapis sitoplasma tipis itu
sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Inti sel endotel gepeng menonjol ke dalam lumen kapiler;
pada sediaan potongan memanjang inti ini tampak memanjang sedangkan melintang tampak
berbentuk lebih bulat. Tidak terdapat lapis muscular dan adventisia. Sel-sel gepeng yang disebut
perisit memeluk sel endotel kapiler dan dapat berfungsi kontraktil.3

Kapiler jenis utuh : 4 sel endotel tampak melingkari lumen kapiler, membrane plasmanya
saling merapat dan diikat oleh sebaran taut kedap fasia okludens. Lembaran sitoplama kecil
disebut lipatan marginal melintasi taut antar sel pada permukaan lumen. Endotel kapiler
ditunjang oleh membrane basal tipis dan serabut kolagen berdekatan. Sebuah perisit ini ditunjang
oleh membrane basalnya seniri. Ala jaringan penyokong berdekatan tampak sebuah fibroblas dan
serabut kolagen berdiameter lebih besar yang terpotong melintang dan memanjang.3
Kapiler berfenestra : Mereka ini, sebaliknya, tidak banyak terdapatnya dan hanya
memiliki tunika intima dari sel-sel endotel, dan dikelilingi lamina basal lengkap. Fenestra itu
ditutupi suatu membran atau diafragma yang lebih tipis dari membran unit: dikatakan mereka
merupakan daerah yang memungkinkan pertukaran. Tetapi, pada glomerulus ginjal, fenestra itu
tidak ditutupi membran. Kapilar berfenstra terdapat pada kebanyakan kelenjar endokrin, vili
intestinales, pleksus koroideus ventrikel otak, dan glomus carotikum.4

Sinusoid : Sinusoid adalah kapiler berdiameter lebar yang ditemukan dalam hati, limpa,
limfonous, sumsum tulang belakang dan beberapa kelenjar endokrin. Umumnya sinusoid
memiliki garis bentuk tidak teratur, yang sesuai dengan susunan sel dari jaringan tempatnya
berbeda.4

Venula : Mereka menyertai arteriol dan variasi diameter lumen antara 10 sampai 50µm.
Dindingnya hanya terdiri atas tunika intima. Lapisan endotelnya utuh, seperti lamina basalnya.
Sel-sel jaringan ikat belum berdiferensiasi, yaitu perisit, terletak di dalam lamina basal: mereka
sangat bercabang-cabang dan cabangnya meninggalkan lamina basal dan berhubungan dengan
sel-sel endotel. Tidak ada tunika media dan adventisia pada venula.4

Vena : Tunika intima terdiri atas lapisan endotel plus; dalam vena yang tidak dipenuhi
darah, endotel ini meungkin melipat-lipat. Tunika media itu tipis bila dibandingkan dengan arteri
dan terdiri atas 2 atau lebih lapis serat otot polos yang tersusun melingkar. Tunika adventisia
adalah lapis paling tebal dari dinding pembuluh dan terdiri atas serat kolagen tebal tersusun
memanjang yang menyatu dengan jaringan kolagen.4

Vena besar : Mereka juga memiliki ketiga tunika, tetapi tunika adventisianya adalah yang
paling berkembang di antara macam-macam pembuluh darah. Mereka dilapisi endotel utuh.
Tunika medianya mungkin tidak ada atau jumlahnya tidak banyak: susunannya sama seperti vena
biasa. Tunika adventisianya tebal dan terdiri atas otot polos longitudinal, serat serat kolagen dan
elastin.4

Mekanisme Kerja Jantung dan Fase Jantung

 Sirkulasi darah
Gambar. 5. Arah aliran darah pada jantung.
Sumber : www.penyakitjantungkoroner.net
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri melalui arteri,
arteriola dan kapiler kembali ke antrium kanan melalui vena disebut peredaran darah besar atau
sirkulasi sistemik. Aliran dari ventrikel kanan, melalui paru-paru ke antrium kiri adalah
peredaran kecil atau sirkulasi pulmonal.5

Peredaran darah besar. Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri
terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan darah ke
berbagai bagian tubuh. Arteri-arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagi hingga sampai
pada arteriola. Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan
salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah : mempertahankan tekanan darah arteri-
dan dengan jalan mengubah-ubah ukuran saluran – mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding
kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan
interstisiil. Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang
disebut venula, yang kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk menghantarkan darah kembali
ke jantung. Semua vena bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena
kava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah, dan vena kava
superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah
ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan jantung.5

Peredaran darah kecil (sirkulasi pulmonal). Darah dari vena tadi kemudian masuk ke dalam
ventrikel kanan yang berkontraksi dan memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini
bercabang dua untuk mengantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar
memasuki pembuluh-pembuluh darah yang mengaliri paru-paru. Di dalam paru-paru setiap arteri
membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di
dalam jaringan paru-paru untuk memungut oksigen dan melepakan karbon dioksida. Kemudian
kapiler pulmonal bergabung menjadi vena dan darah dikembalikan ke jantung oleh vena
pulmonalis. Dan darahnya dituangkan ke dalam atrium kiri. Darah kemudian mengalir ke dalam
ventrikel kiri. Ventrikel ini berkontraksi dan darah dipompa masuk kedalam aorta. Maka kini
dimulai lagi peredaran darah besar.5

 Cara kerja jantung

Jantung memompa darah ke paru-paru dan ke seluruh jaringan tubuh dengan kontraksi yang
sangat teratur dan berurutan. Ada perbedaan waktu kontraksi atrium dan ventrikel yang
menyebabkan daarah bisa mengalir daru atrium ke ventrikel. Agar jantung bisa bekerja
sempurna, ke empat ruangan jantung harus berkontraksi secara terorganisasi (tidak bersamaan).
Hal ini dimungkinkan dengan adanya impuls listrik. Satu ruangan jantung berkontraksi pada saat
rangsang listrik melewati ruangan tersebut. Signal dimulai dari suatu tempat yang terletak di
atrium kanan – disebut sinoarterial node (SA node) atau sinus node. Kegagalan fungsi ini bisa
membuat jantung gagal atau lambat untuk berdenyut. Secara normal orang dewasa berdetak
sekitar 60 hingga 100 permenit. Pada anak kecil atau bayi detakanya lebih cepat. Namun
aktivitas, emosi dan hormonal bisa mempengaruhi denyut ini, sehingga berubah detaknya. Secara
normal, perubahan ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan metabolism tubuh.6

 Fase jantung

Fase potensial aksi jantung :

- Fase 0 : Depolarisasi cepat : terjadi pemasukan cepat Na+ dari luar sel ke dalam sel
melalui saluran Na+. ion K+ bergerak ke luar sel dan Ca++ bergerak lambat masuk ke
dalam sel melalui saluran Ca++. Sel akan terdepolarisasi dan dimulailah kontraksi
jantung. Selanjutnya terjadi repolarisasi segera yang terdiri dari 3 fase (fase 1,2,3).
- Fase 1 : Repolarisasi dini : saluran Na+ akan menutup sebagian sehingga memperlambat
aliran Na+ ke dalam sel. Pada saat bersamaan Cl- masuk ke dalam sel dan K+ keluar
melalui saluran K+. alhasil terjadi penurunan jumlah ion positif dalam sel yang
menimbulkan gelombang defleksi negative kecil pada kuva potensial aksi.
- Fase 2 : Fase plateu : terjadi pemasukan lambat Ca++ ke dalam sel melalui saluran Ca++.
Ion K+ terus keluar dari sel melalui saluran K+.
- Fase 3 : Repolarisasi cepat akhir : terjadi downslope potensial aksi, dimana K+ bergerak
cepat keluar sel. Saluran Ca++ dan Na+ tidak bisa masuk ke dalam sel. Pengeluaran cepat
K+ menyebabkan suasana elektrik di dalam sel menjadi negative. Jika saluran K+
dihambat, terjadi pemanjangan potensial aksi.
- Fase 4 : Resting membrane potential : kembali pada keadaan istirahat, Na+ dijumpai
banyak di dalam sel serta K+ banyak di luar sel. Pompa Na+ K+ akan diaktivasi untuk
mengeluarkan Na+ dan memasukan K+ ke dalam sel. Jantung mengalami polarisasi. Siap
untuk stimulus berikutnya.7

Vaskularisasi Extremitas Bawah

Di daerah pinggang darah dari aorta dialirkan melalui a.renalis ke ginjal kiri kanan, lalu

di panggul bercabang menjadi dua a.iliaca externa yang masing-masing menuju tungkai kiri

kanan. Selain itu, dari cabang kiri dan kanan akan dipercabangkan juga pembuluh darah yang

mengurus organ di panggul, termasuk organ atau alat reproduksi (a.testicularis pada pria dan

a.ovarica pada wanita). Setelah melewati daerah pelvis, arteri iliaka selanjutnya menjadi arteri

femoralis, yang bergerak turun di sebelah anterior paha. Arteri femoralis mengalirkan darah ke

kulit dan otot paha dalam. Pada bagian bawah paha, arteri femoralis menyilang di posterior dan

menjadi arteri poplitea. Di bawah lutut, arteri poplitea terbagi menjadi arteri tibialis anterior dan

tibialis posterior. Arteri tibialis bergerak turun di sebelah depan dari kaki bagian bawah menuju

bagian dorsal/punggung telapak kaki dan menjadi arteri dorsalis pedis. Arteri tibialis posterior
bergerak turun menyusuri betis dari kaki bagian bawah dan bercabang menjadi arteri plantaris di

dalam telapak kaki bagian bawah. Darah yang meninggalkan kapiler-kapiler di setiap jari kaki

bergabung membentuk jaringan vena plantaris. Jaringan plantar mengalirkan darah menuju vena

dalam kaki (yaitu vena tibialis anterior, tibialis posterior, poplitea, dan femoralis). Vena safena

magna dan safena parva superfisial mengalirkan darah di telapak kaki dari arkus vena dorsalis

menuju vena poplitea dan femoralis.8

Enzim-enzim pada Jantung

Laktat Dehidrogenase

Laktat Dehidrogenase (LDH) dan isoenzimnya. Ada 5 macam LD isoenzim (LD1-LD5). Masing
– masing isoenzim tersebut mempunyai berat molekul sekitar 134.000 kDa. Mereka mengandung
kombinasi subunit H dan M. Jantung mengandung lebih banyak LD1, sedangkan hati dan otot
mengandung LD5. Pemeriksaan LD isoenzim dilakukan dengan cara elektroforesis. Pada infrak
miokardium akut kadar LD1 melebihi kadar LD2, sedangkan pada keadaan normal kadar LD1
lebih rendah dibandingkan LD2.9

Kreatinin Kinase

Karena enzim yang berbeda dilepaskan ke dalam darah dengan periode yang berbeda setelah
infrak miokardium, maka sangat penting mengevaluasi kadar enzim yang dihubungkan dengan
waktu awitan (onset) nyeri dada atau gejala lain. Kreatinin Kinase (Creatinin Kinase-CK) dan
isoenzimnya (CKMB) adalah enzim yang dianalisis untuk mendiagnosis infrak miokardium akut,
dan merupakan enzim pertama yang meningkat saat terjadi infrak miokardium. Gangguan pada
jantung selain infrak miokardium akut juga dihubungkan dengan nilai kadar CK DAN CKMB
total yang abnormal. Gangguan tersebut termasuk perikarditis,miokarditis,dan trauma. 9

SGOT (Serum Glumatik Oksaloasetik Transaminase)

Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung.
Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukan adanya kerusakan pada jaringan jantung
dan hati. 9
SGPT (Serum Glumatik Pyruvik Transaminase)

Merupakan enzim transaminase yang keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati.
Peningkatan dalam serum darah menunjukan adanya trauma atau kerusakan hati. 9

Simpulan

Aktivitas normal jantung dipengaruhi oleh mekanisme kerja dari jantung itu sendiri, baik
atau tidaknya fungsi dari alat-alat jantung, pembuluh darah dan juga dari kerja enzim pada
jantung. Jika terjadi gangguan pada faktor-faktor diatas, dapat dikatakan pasien mengalami
kegagalan fungsi jantung.

Daftar pustaka

1. Faiz O, Moffat D. At a glance series anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004.h.14-5.


2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.h.102-12
3. Burkitt HG, Young B, Heath JW. Buku ajar dan atlas wheather histology fungsional.
Jakarta: EGC; 1995.h.140-51.
4. Craigmyle MBL. Atlas berwarna histology. Jakarta: EGC; 1990.p.45-52.
5. Pearce Evelyn. Anatomi & Fisiologi. Jakarta : PT. Gramedia Jakarta; 2009. h. 127-9.
6. Tapan Erik. Kesehatan keluarga-penyakit degenerative. Jakarta : PT. Elex Media
Koputindo. 2005. h. 7-8.
7. Dharma Surya. Sistematika Interpretasi EKG Pedoman Praktis. Jakarta: EGC; 2009 . h.
4.
8. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC; 2003.h. 154-206.

9. Huon H. Gray, Keith D, Dawkins, Lain A, Simpson, Morgan JM. Lecture notes
kardiologi. Jakarta: Erlangga. 2005.h.138.

You might also like