Professional Documents
Culture Documents
Sistem imun adalah serangkaian molekul, sel dan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti
bakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
mengenali dan menghancurkankan serangan ini. jadi kalo kelainan sistem imun berarti
kemampuan untuk mempertahankan kekebalan tubuh terganggu sehingga mudah diserang
penyakit. Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia
sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam
perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas,
dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
1. Nodus Limfe
Dalam tubuh manusia ada semacam angkatan kepolisian dan organisasi intel
kepolisian yang tersebar di seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat juga kantor-kantor polisi
dengan polisi penjaga, yang juga dapat menyiapkan polisi baru jika diperlukan. Sistem ini
adalah sistem limfatik dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisi dalam sistem ini
adalah limfosit.
Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi
umat manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh,
nodus limfa yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang
diproduksi oleh nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, serta cairan
getah bening tempat limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh
limfatik.
Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh
limfatik menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar
pembuluh limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat
setelah melaku-kan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi
ini diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai
merebak permusuhan, pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah
bening.
2. Lien (Limpa)
Lien/ spleen/limfa merupakan organ RES (reticuloendothelial system) yang terletak
di cavum abdomen pada regio hipokondrium/ hipokondriaka sinistra. Lien terletak
sepanjang costa IX, X, dan XI sinistra dan ekstremitas inferiornya berjalan kedepan sampai
sejauh linea aksilaris media. Lien juga merupakan ogan intra peritonial.
Lien mempunyai 2 facies, facies diaphragmatica yang berbentuk konvex dan facies
viscelais yang berbentuk lebih datar. Facies diaphragmatica lin berhadapan dengan
diphragma dan costa IX-XI sinistra. Sedangkan facies viceralis memiliki 3 facies, yaitu
facies renalis yang berhdapan dengan ren sinistra, facies gstric yang berhadapan dengan
gaster, dan facies colica yang berhadapan dengan flexura coli sinistra.
Lien di vaskularisasi oleh arteri renalis yang merupakan cabang dari truncus
coeliacus / tripel hallery bersama arteri hepatica communis dan arteri gastric sinistra.tripel
hallery sendiri merupakan cabang dari aorta abdominalis yang di cbangkan setinngi vertebra
thoracal XII –vertebra lumbal I
Lien diinervasi oleh persyarafan simpatis nervus sympaticus sngmen thoracal VI – X
dan persarafan parasimpatisnya oleh nervus fagus.
Fisiologis Lien
· Organ limfoid terbesar
· Tempat pembentukan sel darah saat fetus
· Tempat perombakan HB
Sewaktu janin limpa atau lien membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang
dewasa juga masih mengerjakannya apabila fungsi sum-sum tulang rusak. Sel darah merah
yang telah rusak di pisahkan dari sirkulasi.Limpa juga menghasilkan limfosit yang
berfungsi juga dalam perlindungan terhadap penyakit dan mengasilkan zat-zat antibodi.
Pada seluruh jaringan dan organ-organ tubuh terdapat sel-sel tertentu yang dapat memakan
(fagositose) benda- benda asing dan bakteri atau virus. Mereka terutama berpusat dalam
kelenjar limfe, lien, hati, dan sum-sum tulang belakang. Sel-sel ini memiliki kemampuan
besar untuk berkembng biak dan bertalian dengan limfosit dan dengan organ-organ
pembentuk darah yang bertugas dalam perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Lien atau limpa bukan organ yang sangat penting untuk melangsungkan
kehidupan.dalam beberapa keadaan nemi hemolitik, limpa diangkat melalu operasi
splenoktomi dan hasil dari tindakan ini ialah bahwa kerapuhan sel darah merah berkurang
dan dapat memperingan penyakit.
Palpasi lien ; apabila lien mengalami pembesaran akan teraba pembesaran lien ke arah
caudomedioanerior. Oleh karena itu, palpasi lien dilakukan sepanjang garis schuffner, yaitu
garis yang terbentang dari spina ischiadica anterior superior (SIAS) dextra melewati
imbilicus smp ke arcus costae sinistra.
Perkusi lien ; untuk melakukan perkusi pada lien, kita dapat melakukan nya pada area
traube atau traube’s space. Yaitu merupakan sebuah tempat yang terletak antara
ICS(intercostae space) terbawah pada linea aksilaris media. Normalnya akan terdengar
suara timpani, lalu kita menyuruh pasien menarik dalam dan ditahan, lalu kita lakukan
perkusi kembali, apabila tidak didapatkan splenomegali, maka akan terdengar bunyi
timpani. Sedangkan bila di dapatkan splenomegali akan terdengar bunyi redup/ pekak saat
di perkusi.
3. Sumsum tulang
Sumsum tulang (bahasa Inggris: bone marrow, medulla ossea) adalah jaringan lunak yang
ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besar sel
darah baru. Ada dua jenis sumsum tulang:
1. sumsum merah, dikenal juga sebagai jaringan myeloid. Sel darah merah,keping darah,
dan sebagian besar sel darah putih dihasilkan dari sumsum merah.
2. sumsum kuning. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya
ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya.
Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.
Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan,
semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata
2,6 kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah
ditemukan terutama pada tulang pipih seperti tulang pinggul, tulang
dada, tengkorak, tulang rusuk, tulang punggung, tulang belikat, dan pada bagian lunak di
ujung tulang panjang femur dan humerus. Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior
bagian tengah tulang panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat
banyak, sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk
meningkatkan produksi sel darah.
4. Tymus
Pada masa kanak-kanak, tymus merupakan organ yang mengisi sebagian besar
mediastinum superius. Tymus terdiri dari jaringan lymphoid berbentuk agak gepeng,
mempunyai 2 lobi dan tampak berbenjol-benjol. Letaknya di belakang os sternum, tetapi
pada bayi baru lahir, dapat mencapai daerah leher melewati aperturthoracis superior
sehingga terdapat di depan pembuluh darah besar. Pada anak yang lebih besar dan
pubertas, thymus akan mengecil. Pada orang dewasa hamper tidak dapat ditemukan lagi
kecuali sebagai nodulus kecil terbungkus jaringan ikat jarang. Thymus mendapat darah
dari arteria thyroidea inferior dan arteria thoracica interna. Fungsi thymus adalah
membentuk T-lymphocytes yg berhubungan dengan proses imunologi
5. Cincin waldeyer
Merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Bagianterpentingnya adalah
tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur yang lain adalahtonsil lingual, gugus
limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalamfosa Rosenmuller,
di bawah mukosa dinding posterior faring dan dekat orifisium tubaeustachius.
6. GALT (Gutassosiated lymphoid tissue)
Sistem kekebalan saluran pencernaan yang sering disebut sebagai GALT
(Gutassosiated lymphoid tissue) dan bekerja untuk melindungi tubuh dari invasi. GALT
adalah contoh dari mukosa terkait jaringan limfoid .
Fungsi
Para saluran pencernaan merupakan komponen penting dari tubuh sistem kekebalan
tubuh . Bahkan, usus memiliki massa terbesar dari jaringan limfoid dalam tubuh
manusia. [1] The GALT terdiri dari beberapa jenis jaringan limfoid yang menyimpan sel-sel
kekebalan tubuh, seperti T dan limfosit B, yang melakukan serangan dan membela
terhadap patogen . Penelitian baru menunjukkan bahwa GALT mungkin terus menjadi
situs utama HIVkegiatan, bahkan jika terapi obat telah mengurangi jumlah HIV dalam
darah perifer.
Komponen
Komponen Darah
1. Eritrosit
Sel darah merah (eritrosit)Bentuk dan ukuran sel darah merah tergantung dari jenis
hewan. Padamamalia sel darah merahnya tidak mempunyai inti, bentuknya bulat (kecuali
padacamellidae bentuknya lonjong) dan bikonkaf. Sel darah merah pada
kebanyakanvertebrata yang lain mempunyai bentuk lonjong, berinti dan bikonfeks.Pada
umumnya sel darah merah yang tidak berinti mempunyai ukuranlebih kecil
dibandingkan dengan sel darah merah yang berinti. Sel darah merah yang
ukurannya paling besar terdapat pada hewan amfibia. (Eckert, 1978)Pada manusia sel
darah merahnya mempunyai ukuran sebagai berikut :d i a m e t e r r a t a - r a t a 7 , 5
m i k r o n , s e d a n g k a n t e b a l n ya a d a l a h 1 m i k r o n d i b a g i a n tengah dan 2
mikron di bagian tepi, dan luas permukaannya adalah 120 mikron. D u l u
d i a n g g a p s e b a g a i s u a t u s e l ya n g m a t i , k a r e n a t i d a k m e m p u n ya i i n t i
d a n konsumsi O2 -nya sangat sedikit. Tetapi eritrosit melakukan proses
metabolismedan juga membutuhkan O2meskipun sedikit. Karena alasan ini,
dapat dianggap bahwa eritrosit merupakan jenis khusus dari sel hidup. Agak sukar
membedakansecara morfologi eritrosit manusia dengan hewan mamalia yang
lain. (Wulangi,1993)
Menurut strukturnya eritrosit terdiri atas membran sel yang
merupakandinding sel. Substansi seperti spons yang disebut stroma dan
hemoglobin yangmenempati ruang-ruang kosong dari stroma. Analisa kimia
membuktikan bahwadinding eritrosit terdiri terutama dari 2 macam substansi yaitu
protein dan lipida.Kombinasi protein dan lipida ini disebut lipo-protein. (Maskoeri,
1989)1.1Eritrosit pada manusiaErirosit pada manusia berbentuk kepingan bikonkaf
yang diratakan dandiberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti
“barbell”jika dilihatsecara melintang. Bentuk ini (setelah nukei dan organelnya
dihilangkan) akanmengoptimisasi sel dalam proses perukaran oksigen d engan
jaringan tubuh disekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika
masuk ke dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk
bundar.Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 mikronmeter dan
ketebalan 2 mikronmeter, lebih kecil daripada sel -sel lainnya yang
terdapat p a d a t u b u h m a n u s i a . E r i t r o s i t n o r m a l m e m i l i k i v o l u m e s e k i t a r
9 f e m t o l i t e r . Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari
270 juta molekulhemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
(Maskoeri, 1993)O r a n g d e w a s a m e m i l i k i 2 - 3 x 1 0 1 3 e r i t r o s i t s e t i a p w a k t u
( w a n i t a memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6
juta.Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen
yangr e n d a h m a k a c e n d e r u n g u n t u k m e m i l i k i s e l d a r a h m e r a h ya n g
l e b i h b a n ya k ) . Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi
dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih
yang hanya memilikisekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang
hanya memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia. (Eckert,
1978)Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf.
Cekungan(konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin
yangakan mengikat oksigen
2. Leukosit
Sel darah putih (leukosit)Sel darah putih yang dikenal juga sebagai leukosit
terdapat di dalamdarah dan cairan limfa, tetapi sering juga terdapat di cairan
jaringan. Sel darah p u t i h ya n g t e r g o l o n g g r a n u l o s i t d i b u a t d i d a l a m
s u m s u m t u l a n g , s e d a n g k a n limfosit dan monosit dibuat di nodus limfatikus.
Sel darah putih berbeda dari sel darah merah dalam hal bahwa
a d a beberapa ciri yang dimiliki oleh sel darah putih yaitu : mempunyai nukleus,
tidak m e n g a n d u n g h e m o g l o b i n , m e m p u n ya i u k u r a n ya n g r e l a t i v s l e b i h
b e s a r , d a n jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah.
Kecuali ciri-ciritersebut masih ada beberapa sifat penting yang dimiliki oleh sel darah
putih yaitu p e r g e r a k a n n ya y a n g s e p e r t i a m o e b a . S e l d a r a h p u t i h d a p a t
bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan cara menjulurkan
s i t o p l a s m a n ya k e a r a h ya n g dikehendaki. (Wulangi, 1993)
Sel darah putih dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu granulosit dan
aranulosit : dari kedua kelompok tersebut terdapat 5 jenis sel darah putih yangdapat
dibedakan satu dengan yang lainnya dari ukuran, bentuk, dan ada tidaknyagranula yang
terdapat di sitoplasmanya. Ciri-ciri granulosit adalah nukleusnya terdiri dari
beberapa lobus dan sitoplasmanya mengandung granula. Ada 3 jenis sel darah
putih yang tergolong granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Neutrofil mempunyai
ciri-ciri seperti nukleusnya terdiri dari 3 sampai5 l o b u s , s i t o p l a s m a n ya
m e n g a n d u n g g r a n u l a ya n g h a l u s , u k u r a n n ya b e r k i s a r a n t a r a 9 s a m p a i
1 2 m i k r o n d a n j u m l a h n ya p a l i n g b a n ya k d i a n t a r a s e s a m a s e l darah putih
yaitu antara 65 sampai 75% dari seluruh sel darah putih. (Maskoeri, 1989)
Eosinofil memiliki ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya terdiri dari
2l o b u s , s i t o p l a s m a n ya m e n g a n d u n g g r a n u l a ya n g b e s a r d a n k a s a r ,
u k u r a n n ya b e r k i s a r a n t a r a 9 s a m p a i 1 2 m i k r o n d a n j u m l a h n ya a n t a r a 2
s a m p a i 1 2 % d a r i seluruh sel darah putih. (Eckert, 1978)
Basofil merupakan sel darah putih yang paling sedikit jumlahnya yaitusekitar 0,5%
dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya relativ besar, t e t a p i
b a t a s - b a t a s l o b u s n ya t i d a k j e l a s d a n u k u r a n n ya r a t a - r a t a 1 0
m i k r o n . (Wulangi, 1993)
Dari namanya, agranulosit menunjukkan tidak memiliki granula
disitoplasmanya dan mempunyai ciri -ciri sebagai berikut : dapat
memperbanyak dengan jalan mitosis dan mempunyai kemampuan untuk bergerak seperti
amubadan dapat menembus dinding kapiler. Ada dua jenis sel darah putih yangtergolong
agranulosit yaitu limfosit dan monosit.
L i m f o s i t m e m p u n y a i c i r i - c i r i s e p e r t i n u k l e u s n ya b e s a r d a n
h a m p i r menempati sebagian besar dari sel, ukurannya antara 8 sampai 12
mikron dan jumlahnya berkisar antara 20 sampai 25% dari seluruh sel darah
putih.Monosit mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya besar
dan b e r b e n t u k s e p e r t i s e p a t u k u d a , u k u r a n n ya a n t a r a 1 2 s a m p a i 1 5
m i k r o n d a n jumlahnya berkisar antara 3 sampai 8% dari seluruh sel darah
putih. (Wulangi,1993)3 .
3. Trombosit
Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk
mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan kekebalan non-
spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan jenis
dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan tingkat
pertama dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi
dari segala macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal.
Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi
fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag,
sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap sel yang rusak,
repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah
untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki
jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba. Dan jenis pertahanan kedua yang terakhir yaitu
substansi mikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem komplemen merupakan
sistem yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai opsonisator untuk
meningkatkan fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang yang
menyebabkan inflamasi.
Innate immunity, atau sering disebut imunitas alamiah, merupakan mekanisme pertama yang
akan terjadi saat infeksi berlangsung, terjadi secara cepat terhadap infeksi mikrobia, dan terjadi
antara jam ke-0 sampai jam ke-12 infeksi. Sistem imun turunan terdiri dari berbagai sel dan
mekanisme yang mempertahankan tubuh suatu organisme dari infeksi organisme lain, secara
non-spesifik. Ini berarti sel-sel dari sistem imun turunan mengenali dan merespon patogen dalam
cara yang umum, namun tidak seperti sistem imun adaptif, sistem imun turunan tidak
menyediakan kekebalan yang protektif dan jangka panjang bagi organisme yang memilikinya.
Sistem imun turunan menyediakan pertahanan menengah melawan infeksi, dan dapat ditemukan
pada semua tumbuhan dan hewan.
Sedangkan menurut Sherwood (2001) sistem imun bawaan atau sistem imun nonspesifik
adalah respon pertahanan inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi
benda asing atau abnormal dari jenis apapun, walaupun baru pertama kali terpajan. Respon ini
membentuk lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam, termasuk agen
infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan yang menyertai trauma mekanis atau luka bakar
termasuk dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme. Sistem ini disebut nonspesifik
karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu (Baratawidjaya, 2002). Selain itu
sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak
memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang singkat (O’Gorman and
Albert, 2008).
2. Pertahanan kedua
Pertahanan kedua ini meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba.
a. Fagosit.
Fagosit adalah sel yang mengeliminasi mikroba dengan cara 'memakan' mikroba
tersebut secara endositosis, mikroba tersebut terperangkap dalam fagosom, setelah itu
fagosom berfusi dengan lisosom membentuk fagolisosom kemudian enzim-enzim dari
lisosom akan menghancurkan mikroba tersebut.
Fagosit berarti 'sel yang dapat memakan atau menelan material padat . Sel imun ini
menelan pathogen atau partikel secara fagositosis. Untuk menelan partikel atau patogen,
fagosit memperluas bagian membran plasma, membungkus membran di sekeliling partikel
hingga terbungkus. Sekali berada di dalam sel, patogen yang menginvasi disimpan di
dalam endosom yang lalu bersatu dengan lisosom. Lisosom mengandung enzim dan asam
yang membunuh dan mencerna partikel atau organisme. Fagosit umumnya berkeliling dalam
tubuh untuk mencari patogen, namun mereka juga bereaksi terhadap sinyal molekuler
terspesialisasi yang diproduksi oleh sel lain, disebut sitokin. Sitokin adalah polipeptida yang
memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam
menentukan respon imun alamiah dengan cara mengatur atau mengontrol perkembangan,
differensiasi, aktifasi, lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam organ limfoid. Sitokin
merupakan suatu kelompok“messenger intrasel” yang berperan dalam proses inflamasi
melalui aktifasi sel imun inang. Sitokin Juga memainkan peran penting dalam atraksi leukosit
dengan menginduksi produksi kemokin, yang kita kenal sebagai mediator poten untuk
inflamasi sel. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat
mengaktifkan atau menekan respon inflamasi (O’Gorman and Albert, 2008). Beberapa sel
fagosit bisa menjadi sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cell / APC).
Neutrofil.
Neutrofil bersama dengan dua tipe sel lainnya: eosinofil dan basofil dikenal dengan
nama granulosit karena keberadaan granula di sitoplasma mereka, atau disebut juga
dengan polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil
mengandung berbagai macam substansi beracun yang mampu membunuh atau menghalangi
pertumbuhan bakteri dan jamur. Mirip dengan makrofag, neutrofil menyerang patogen
dengan serangan respiratori. Zat utama yang dihasilkan neutrofil untuk melakukan
serangan respiratori adalah bahan pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen
peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit. Neutrofil adalah tipe fagosit yang berjumlah
cukup banyak, umumnya mencapai 50-60% total leukosit yang bersirkulasi, dan biasanya
menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat. Sumsum tulang normal
dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan meningkat menjadi sepuluh
kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
Sel dendritik
Sel dendritik adalah sel fagositik yang terdapat pada jaringan yang terhubung dengan
lingkungan eksternal, utamanya adalah kulit (umum disebut sel Langerhans) dan lapisan
mukosa dalam dari hidung, paru-paru, [lambung], dan usus. Mereka dinamai sel dendritik
karena dendrit neuronal mereka, namun mereka tidak berhubungan dengan sistem syaraf. Sel
dendritik sangat penting dalam proses kehadiran antigen dan bekerja sebagai perantara antara
sistem imun turunan dan sistem imun adaptif.
Fagositosis dari sel dari organisme yang memilikinya umumnya merupakan bagian
dari pembentukan dan perawatan jaringan biasa. Ketika sel dari organisme tersebut mati,
melalui proses apoptosis ataupun oleh kerusakan akibat infeksi virus atau bakteri, sel fagositik
bertanggung jawab untuk memindahkan mereka dari lokasi kejadian. Dengan membantu
memindahkan sel mati dan mendorong terbentuknya sel baru yang sehat, fagositosis adalah
bagian penting dari proses penyembuhan jaringan yang terluka.
b. Inflamasi.
Inflamasi merupakan respon tubuhterhadap sel yang rusak, repon ini ditandai dengan
adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi
oleh mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang
telah rusak oleh mikroba. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan permeabilitas
vaskular terjadi pada setiap inflamsi akut. Adanya vasodilatasi menyebabkan kemerahan pada
daerah yang terjadi inflamasi, sedangkan permebilitas vaskuler menyebabkan keluarnya
cairan yang plasma sehingga menyebabkan edema (bengkak). Vasodilatasi dan permebilitas
vaskuler disebabkan oleh mediator-mediator kimia yaitu prostaglandin, bradikinin, histamin
dan Interluikin.
c. Substansi antimikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem komplemen
merupakan sistem yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai opsonisator
untuk meningkatkan fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang
yang menyebabkan inflamasi. Komplemen juga bisa melisiskan bakteri secara langsung
dengan membentuk sebuah 'hole' sehingga isi bakteri akan keluar (lisis). Komplemen yang
ada di darah harus diaktifkan sebelum dapat berperan dalam innate immunity. Ada 3 jalur
pengaktifan komplemen yaitu jalur klasik, jalur lektin dan jalur alternatif. Pengaktifan
komplemen jalur klasik membutuhkan intervensi antibodi dalam pengaktifannya, sedangkan
jalur lektin dan jalur alternatif tidak membutuhkan antibadi untuk pengektifannya. Perbedaan
antara Jalur lektin dan jalur alternatif adalah dalam hal stimulator aktifnya jalur ini. Pada jalur
lektin, stimulatornya adalah MBL (Manose Binding lectin) suatu zat yang ada pada didnding
mikroba/bakteri. Sistem komplemen, semua jalur pengaktifannya akan menghasilkan produk
pecahan molekul kecil dan pecahan molekul besar. Produk molekul kecil ini akan beredar ke
darah dan produk yang besar akan berikatan pada reseptornya. Jalur-jalur ini memecah C3
menjadi C3a (pecahan kecil) dan c3b (pecahan besar). C3a (suatu anafilaktor) akan beredar ke
darah. C3b mampu mengopsonisasi bakteri agar dapat dengan mudah difagosit oleh
makrofag. Jika semua molekul komplemen C3b, C5b C6, C7, C8 dan C9 berikatan dengan
sempurna, maka akan dapat melisiskan bakteri.
Kesimpulan
1. Kekebalan bawaan atau innate imunity merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh yang
paling pertama sehingga tubuh tidak terkena atau terlindungi dari berbagai mikroba pathogen.
Tetapi sistem pertahanan ini belum bisa mengenali mikroba patogen secara spesifik atau
masih bersifat umum untuk semua jenis mikroba.
2. Kekebalan bawaan di bagi menjadi dua langkah pertama pertahanan pertama meliputi secara
fisik, kimia dan flora normal yang ada di dalam tubuh. Pertahanan kedua meliputi fagosit,
inflamasi demam dan substansi antimikroba.
3. Komponen lain yang berperan sebagai kekebalan bawaan adalah sel mast, Basofil dan
Eosinofil serta sel pembunuh alamiah.
Limfosit B
Sel B berikatan dengan antigen Sel plasma yang menghasilkan antibodi.
Antibodi dikeluarkan ke dalam darah / limfe memperoleh akses ke darah Globulin γ
/ Imunoglobulin.
Antibodi mengidentifikasi zat asing dan meningkatkan aktivitas berbagai sistem pertahanan
melalui :
1. Pengaktifan sistem komplemen
2. Peningkatan fagositosis
3. Stimulasi sel pembunuh.
Effector Responses Of the Immune System
Sistem kekebalan tubuh adalah suatu organ komplek yang memproduksi sel-sel yang
khusus yang dibedakan dengan sistem peredaran darah dari sel darah merah (erithrocyte), tetapi
bekerja sama dalam melawan infeksi penyakit ataupun masuknya benda asing kedalam tubuh
(sebagai antigen). Semua sel imun mempunyai bentuk dan jenis sangat bervariasi dan
bersirkulasi dalam sistem imun dan diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sedangkan
kelenjar limfe adalah kelenjar yang dihubungkan satu sama lain oleh saluran limfe yang
merupakan titik pertemuan dari sel-sel sistem imun yang mempertahankan diri dari benda asing
yang masuk kedalam tubuh. Limpa adalah organ yang penting tempat dimana sel imun
berkonfrontasi dengan mikroba asing, sedangkan kantung-kantung organ limpoid yang terletak
diseluruh bagian tubuh seperti: sumsum tulang, thimus, tonsil, adenoid dan apendix adalah juga
merupakan jaringan limpoid.
Beberapa macam sel imun yang bersirkulasi dalam sistem imun diproduksi didalam
sumsum tulang. Sumsum tulang adalah merupakan jaringan lemak yang mengisi rongga tulang
dimana sumsum tulang tersebut terdiri dari dua tipe yaitu sumsum kuning dan merah. Sumsum
yang berwarna kuning mengisi rongga yang besar dari tulang yang besar dan terdiri dari sebagian
besar sel lemak dan beberapa sel darah yang muda. Sumsum yang berwarna merah adalah
jaringan haematopoietik tempat dimana sel darah merah dan leukosit granula diproduksi.
Ada dua jenis limposit yang penting yaitu
1. sel B yang tumbuh dan matang dalam sumsum tulang dan sel T yang diproduksi dalam
sumsum tulang dan matang dalam kelenjar thimus. Sel B memproduksi antibodi yang
bersirkulasi dalam saluran darah dan limfe dan antibodi tersebut akan menempel pada
antigen asing yang memberi tanda (mengkodenya) supaya dapat dihancurkan oleh sel
imun. Sel B adalah bagian dari jenis sel yang disebut “antibody-mediated” atau
imunitas humoral, disebut demikian karena antibodi tersebut bersirkulasi dalam darah
dan limfe.
2. Sel T yang dimatangkan dalam thimus juga bersirkulasi dalam darah dan limfe dan
juga untuk menandai antigen asing, tetapi sel ini juga dapat langsung menghancurkan
antigen asing tersebut. Sel T bertanggung jawab atas “Cell mediated immunity” atau
imunitas seluler. Sel T merancang, mengatur dan mengkoordinasi respon imun secara
keseleruhan. Sel T bergantung pada molekul permukaan yang unik yang disebut “major
histocompatibility complex” (MHC) yang membantu untuk mengenaili fragmen
antigen.
Antibodi
Antibodi yang diproduksi oleh sel B adalah penanda dasar pada daerah khusus yang
spesifik untuk antigen target. Dengan melalui proses kimia atau sel tertentu, sel imun memilih
sasaran antigen yang dapat dihancurkannya. Dalam hal ini antibodi yang berbeda memilih
antigen yang sesuai dengannya untuk dihancurkannya. Bilamana antibodi berikatan dengan
antigen, maka akan mengaktifkan aliran 9 protein yang disebut “complement” yang biasanya
bersirkulasi secara non-aktif didalam darah. Komplemen tersebut merupakan “partner” dari
antibodi, dimana sekali mereka bereaksi dengan antigen, langsung menolong untuk
menghancurkan antigen asing tersebut dan mengeluarkan dari tubuh, disamping itu tipe lain dari
antibodi juga dapat mencegah masuknya virus kedalam sel.
Sel T
Sel T mempunyai dua peranaan penting dalam sistem kekebalan. Regulator sel T adalah sel
yang merancang respon sistem kerja sama diantara beberapa beberapa tipe sel imun. Helper sel T
yang disebut juga “CD4 positif T cells” (CD4+ T cells) mempeeringatkan sel B untuk mulai
membentuk antibodi. CD4+ sel T juga dapat mengaktifkan sel T dan sistem imun yang disebut
sel makrofag yang mempengaruhi sel B untuk menentukan antibodi yang diproduksi. Sel T
tertentu yang disebut “CD8 positif T cells” (CD8+ T cells), dapat menjadi sel pembunuh sel
asing dengan menyerang dan menghancurkan sel yang menginfeksi tersebut. Pembunuh sel T (T
cells killer) juga disebut “cytotoxic T cells” atau CTLs (Cytotoxic lymphocytes).
Komponen glikoprotein dari imunoglobulin G (IgG), adalah molekul efektor yang terbesar
dalam respon sistem imun humoral pada orang, jumlahnya sekitar 75% dari total imunoglobulin
dalam plasma darah orang yang sehat. Sedangkan empat imunoglobulin lainnya yaitu IgM, IgA,
IgD dan IgE hanya mengandung sekitar 25% glikoprotein (Spiegelbert, 1974). Antibodi dari IgG
menunjukkan aktifitas yang dominan selama terjadi respon antibodi sekunder. Hal tersebut
menunjukkan bahwa IgG adalah merupakan respon antibodi yang telah matang yang merupakan
kontak antibodi yang kedua dengan antigen.
Antibodi yang diproduksi pertama kali oleh sel B adalah IgM, sekali diproduksi konsentrasi
IgM meningkat dengan cepat dalam serum darah. Beberapa jam setelah IgM diproduksi, sel B
mulai memproduksi IgG, yang kemudian konsentrasi IgG meningkat cepat melebihi konsentrasi
IgM. Antibodi IgG ini lebih kuat untuk melawan kuman patogen karena ukurannya yang kecil,
sehingga ia dapat berpenetrasi kedalam jaringan pada tempat yang penting. Sedangkan aktifitas
IgM terbatas pada saluran darah, tetapi IgM merupakan respon antibodi pertama (antibodi
primer) dalam mempertahankan tubuh terhadap antigen sampai cukup terbentuknya IgG
(antibodi sekunder).
Kedua bentuk antibodi tersebut secara terus menerus diproduksi selama ada antigen dalam
tubuh. Antibodi yang diproduksi oleh sel B tersebut akan melekat pada antigen dan dikeluarkan
dari tubuh, dimana antibodi lainnya yang tidak digunakan di katabolisme dan hancur sendiri.
Setiap antibodi mempunyai kemampuan hidup yang berbeda yaitu: Waktu paroh biologi
(biological half life) dari antibodi: IgG1, IgG2 dan IgG4 adalah 20 hari, IgM selama 10 hari, IgA
6 hari dan IgD, IgE selama 2 hari.
B. Sistem imun
Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau menghilangkan benda asing atau sel
abnormal yang berpotensi merugikan.
Sistem imun yang terpisah tetapi saling bergantung yaitu sistem imun bawaan atau di dapat.
Respon kedua sistem ini berbeda dalam waktu dan dalam selektivitas mekanisme pertahanannya.
Untuk memastikan diagnosis harus ditunjang dengan pemeriksaan labolatorium dan pemeriksaan
spesifik. Pemeriksan yang dapat dilakukan ialah :
b. Pemeriksaan sediaan apus basah seperti pemeriksaan terhadap hiva ( dengan KOH 10% )
trikomonas ( NaCI 0,9% )
c. Periksaan sekret/ bahan-bahan dari kulit dengan pewarnaan kusus, seperti gram ( untuk
bakteri ), Ziehl Nielsen untuk hasil tahan asam, gentian violet untuk virus, microscop lapangan
gelap untuk spiroketa, pemeriksaan cairan gelembung( untuk menghitung eosinofil ) dan
pemriksaan sel tzanck.
f. Pemeriksaan terhadap alergi: uji gores, tetes, tempel, tusuk, dan uji suntik\
Widal, ASTO, Rheumatoid, C-Reactive Protein, Seramoeba, V.D.R.L, T.P.H.A, R.P.R, Anti-
HIV, HbsAG, Anti-HbeAG, Anti-HBc totall, IgM Anti-HBc dan IgM Anti-HAV.
Lupus Eritematosus merupakan gangguan inflamatorik kronis pada jaringan ikat dan muncul
pada dua bentuk, yaitu lupus eritematosus diskoid, yang hanya menyerang kulit dan lupus
eritematosus sistemik (systemic lupus erythemaosus/ SLE), yang menyerang sistem organ
multiple ( termasuk kulit) dan bisa berakibat fatal. Seperti artritis reumatoid, SLE ditandai
dengan remisi dan eksaserbasi yang muncul berulang-ulang dan paling sering terjadi selama
musim semi dan musim panas. Serangannya bisa akut atau tersembunyi dan tidak menunjukkan
pola klinis yang khas. SLE menyerang wanita 8 kali lebih sering daripada pria dan meningkat
sampai 15 kali pada wanita yang sedang mengandung. SLE muncul diseluruh dunia, tetapi
prevalensinya paling tinggi adalah pada orang Asia dan orang kulit hitam. Dengan deteksi dan
penanganan dini, prognosisnya membaik namun masih buruk pada pasien yang mengalami
komplikasi kardiovaskular, renal atau neurologis atau infeksi bakteri parah.
Ø Penyebab
· Tidak diketahui
Ø Faktor predisposisi
· Imunisasi
· Kehamilan
· Stres
§ Fotosensitivitas
§ Proteinurea yang sangat banyak (lebih dari 0,5/hari atau struktur silinder selular yang
berlebihan dalam urin.
Ø Uji Diagnostik
· Uji khusus untuk SLE meliputi antibodi antinuklear (ANA), anti-DNA, dan uji sel lupus
eritematosus (LE), yang menghasilkan temuan positif pada sebagian besar penderita SLE aktif,
tetapi hanya berguna sebatas untuk mendiagnosis penyakit. ANA merupakan uji sensitif namun
tidak khusus untuk SLE, anti-DNA merupakan untuk uji khusus untuk SLE, namun tidak
sensitif, dan uji LE bukanlah uji yang sensitif maupun khusus untuk SLE.
· Perbedaan jumlah sel darah lengkap bisa menunjukkan anemia dan berkurangnya sel darah
putih
· Studi urine bisa menunjukkan sel darah merah dan WBC, struktur silinder dan sedimen urin,
dan protein yang hilang secara signifikan (lebih dari 0,5 g/24 jam).
· Studi darah memeperlihatkan turunnya kadar komplemen serum (C3 dan C4), yang
mengindikasikan penyakit aktif.
· Beberapa pasien menunjukkan hasil positif pada uji antikoagulan lupus dan pada uji anti
kardiolipin. Pasien tersebut cenderung mudah menderita sindrom antifosfolipid (trombosis,
aborsi dan trombisitopenia)
Ø Penanganan
· Penderita penyakit ringan membutuhkan sedikit medikasi atau tidak sama sekali
· Lesi kulit memerlukan pengobatan topikal. Krim kortikosteroid, misalnya hidrokortison atau
tiamcinolone, direkomendasikan untuk lesi akut.
Ø Prioritas Masalah
· Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan perjalanan penyakit yang tidak dapat
diperkirakan dan perubahan penampilan
· Resiko isolasi sosial yang berhubungan dengan keadaa yang memalukan dan respon orang
lain terhadap penampilan
· Risiko gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencapai
tugas perkembangan sekunder akibat kondisi cacat dan perubahan penampilan
· Risiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan kulit sekunder akibat
proses penyakit
· Keletihan yang berhubungan dengan penurunan mobilitas dan efek inflamasi kronis
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrom) adalah kumpulan dari beberapa gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan
RNA sebagai molekul pembawa infromasi genetik. Virus ini pertama kali ditemukan pada
Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien Limfadenopati.
A. Anatomi
B. Etiologi
1. Hubungan seks tanpa perlindungan (penggunaan kondom) dengan orang yang sudah
terinfeksi.
3. Penggunaan jarum suntik narkoba, tindik dan tato yang tidak steril/bergantian.
5. Berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama. Semua kegiatan aman selama
tidak ada sarana perpindahan cairan tubuh dan darah.
C. Patofisiologi
Sal T dan makrofag serta dendritik/langerhans(sel imun) adalah sel-sel yang terinfeksi oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. HIV menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD$, dengan bagian virus
yang bersesuaian yaitu antigen.
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka HIV menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dal sel yang terinfeksi. Dengan menurunnya
jumlah sel T4, maka sistem imun selulur makin lemah secara progresif.
HIV masuk dalam tubuh manusia – tidak ada tanda-tanda khusus, orang yang tertular HIV tetap
tampak sehat dan merasa sehat seperti orang lain yang tidak tertular HIV – periode jendela
adalah masa antara masuknya HIV kedalam tubuh manusia sampai terbentuknya antibody
(penangkal penyakit) terhadap HIV dalam darah. Periode ini biasanya antara 8-12 minggu – bila
dilakukan test darah untuk HIV hasilnya mungkin negatif karena antibody terhadap HIV belum
terdeteksi dalam darah – meskipun tanpa gejala sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
2. Fase Kedua (HIV positif tanpa gejala, umumnya selama 3-10 tahun, tergantung stamina
tubuh)
HIV berkembang biak dalam tubuh – tidak ada tanda-tanda khusus, orang tertular HIV tetap
tampak sehat dan merasa sehat – bila dilakukan test darah untuk HIV antibody sudah terdeteksi
karena telah terbentuk antibody terhadap HIV dalam darah atau disebut HIV positif.
System kekebalan tubuh munurun – mulai muncul gejala-gejala penyakit akibat terinfeksi HIV,
contoh pembengkakan kelenjar getahbening pada seluruh tubuh, flu, diare terus-menerus, dan
lain-lain.
System kekebalan tubuh sangat melemah – mulai muncul gejala-gejala infeksi oportunistik.
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan dari berat awal.
8. Sariawan pada saluran pencernaan dan terdapatnya lapisan putih pada lidah.
3. Waria.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui derajat penurunan imunitas dan evolusi infeksi HIV digunakan test yang
sesuai :
2. Tes tuberkulin
5. Rontgen dada
Nilai dari tes tuberkulin sangat terbatas untuk meningkatkan diagnosis tuberkolosis, oleh karena
tingginya kejadian anergia pada orang yang terinfksi HIV. Reaktifitas mungkin masih ada pada
individu yang derajat imunitasnya masih agak tinggi, sedangkan pada individu dengan tahapan
infeksi yang lebih lanjut dan pada AIDS, reaktivitas mungkin tidak ada lagi.
Bila anda terlibat kegiatan penuh resiko dalam 6 bulan sebelum menjalani tes, anda perlu
menjalani tes lagi 6 bulan kemudian, walaupun hasil tes pertama negatif.
Sebelum anda menjalani tes, jangan lupa berbicara dengan konselor terlatih atau dokter. Penting
sekali bagi anda untuk memahami hasil tes dan langkah-langkah yang perlu anda tempuh.
F. Komplikasi
Infeksi Oportunistik adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh organisme yang tidak
menimbulkan penyakit pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh normal.
Contoh : infeksi paru (TBC), infeksi jamur pada mulut (sariawan yang parah), kanker kulit
(Sarkoma Kaposi), dll.
G. Pencegahan
A: Anda jauhi seks, berarti anda tidak melakukan hubungan seks sama sekali.
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat.
Tanda :
· Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernapasan.
b. Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada
cedera (jarang terjadi).
Tanda :
c. Intergitas Ego
Gejala :
· Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol diri, dan depresi.
Tanda :
d. Eliminasi
Gejala :
· Diet yang intermiten, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal / daerah sekitar
perut.
Tanda :
e. Makanan / Cairan
Gejala :
Tanda :
· Adanya bising usus progresif.
· Penurunan berat badan : perawatan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot.
· Leis pada rongga mulut, adanya selaput putih atau perubahan warna.
· Edema (umum,dependen).
f. Higiene
Tanda :
g. Neurosensori
Gejala :
· Perubahan status menta, kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi
masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun.
· Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki yang tampak menunjukan perubahan awal)
Tanda :
· Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retradasi psikomotor / respon melambat.
· Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
· Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.
· Tremor pada motorik kasar/ halus, menurunya motorik fokalis; hemiparesis, kejang.
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
· Sakit kepala.
Tanda :
i. Pernapasan
Gejala :
· Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari
adanya PCP mungkinbatuk spasmodik saat napas dalam).
Tanda :
j. Keamanan
Gejala :
· Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang ( mis : hemofilia, operasi
vaskuler mayor, insiden traumatis).
Tanda :
· Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh atau lebih (misalnya
: leher, ketiak, paha).
k. Seksualitas
Gejala :
Tanda :
l. Interaksi Sosial
Gejala :
· Isolasi, kesepian, teman dekat atau pasangan seksual yang meninggal karena AIDS.
Tanda :
2. Diagnosa Keperawatan
Dp 1. Resiko tinggi terhadap ( progresi menjadi sepsis atau awitan infeksi oportunistik ) infeksi
berhubungan dengan:
a. pertahanan primer tak efektif, kulit rusak jaringan traumatik, stasis cairan tubuh.
Dp 3. Resiko tinggi terhadap kerusakan perubahan pertukaran gas/pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan:
3. Rencana Keperawatan
Dp 1. Resiko tinggi terhadap ( progresi menjadi sepsis atau awitan infeksi oportunistik ) infeksi
berhubungan dengan:
a) pertahanan primer tak efektif, kulit rusak jaringan traumatik, stasis cairan tubuh.
b) Depresi sistem imun; penggunaan agen antimikroba.
HYD :
c. Tidak demam dan bebas dari pengeluaran atau sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari
kondisi infeksi.
Intervensi :
Rasional : memberikan informasi data dasar, awitan atau peningkatan suhu secara berulang-
ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi
yang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang tidak dapat
disembuhkan.
b. Berikan laingkungan yang bersih dan berventilasi yang baik. Periksa pengunjung atau staf
terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi.
Rasional : mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak dilakukan. Intruksikan kepada pasien
atau orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi.
d. Periksa adanya luka atau lokasi alat invasif, perhatikan tanda-tanda inflamasi atau infeksi
lokal
Rasional : indentifikasi atau perawatan awal dari infeksi skunder dapat mencegah terjadinya
sepsis
HYD : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
TTV stabil, haluaran urine adekuat, secara pribadi
Intervensi :
a. Pantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi termasuk perubahan postural
d. Ukur haluaran urine dan berat jenis urin, ukur atau kaji jumlah kehilangan diare.
Rasional : peningkatan berat jenis urine atau penurunan haluaran urine menujukkan perubahan
perfusi ginjal atau volume sirkulasi.
Rasional : diperlukan untuk mendukung atau memperbesar volume sirkulasi, terutama jika
pemasukan oral tidak adekuat, mual atau muntah terus-menerus.
Dp.3 resiko tinggi terhadap kerusakan perubahan pertukaran gas/pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan:
HYD:
b. Tidak mengalami sesak nafas atau sianosis dengan bunyi nafas dan sinar X bagian dada
yang bersih atau meningkat dan GDA dalam batas normal pasien.
Intervensi :
Rasional : takipnea, sianosis, tak dapat beristirahat, dan peningkatan nafas menunjukan kesulitan
pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan atau intervensi medis.
c. Tinggikan kepala tempat tidur, usahakan pasien untuk berbalik, batuk,menarik nafas sesuai
kebutuhan.
Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau infeksi
yang ditimbulkan karena atelektasis.
d. Berikan periode istirahat yang cukup diantara waktu aktifitas perawatan, pertahankan
lingkungan yang tenang.
Rasional : mempertahankan ventilasi atau oksigenasi efektif untuk mencegah atau memperbaiki
krisis pernafasan.