You are on page 1of 4

1.

Definisi
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA, 2005). Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat digambarkan
sebagai perasaan yang negated terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan (Muhith,2015).

2. Jenis/macam
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara:
1) Gangguan harga diri situasional
Merupakan gangguan harga diri yang terjadi trauma tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, perceraian, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban pemerkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba)
2) Gangguan harga diri kronik
Merupakan gangguan harga diri yang berupa perasaan negative terhadap diri
telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat klien telah mempunyai
cara berfikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negative terhadap dirinya.

3. Tanda gejala
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahgunakan/mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternative tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat diri yang rendah disertai harapan yang suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

4. Fase

Respon adaptif respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan depersonali


diri positif rendah identitas sasi

Rentan respons harga diri rendah (Stuart & Gail, 2007)


a. Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif
dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
5. Psikopatologi

Menarik diri halusinasi Mecederai diri sendiri/


orang lain

Sukar mengambil keputusan

Mengalami rasa kurang percaya diri

Mengasingkan diri

Merasa tidak bisa melibatkan diri sendiri pada situasi baru

Menganggap diri tidak berarti

Individu malu terhadap diri sendiri

Faktor predisposisi (penolakan orang tua, harapan tidak


realistis, kegagalan berulang kal, kurang tanggung jawab
ketergantungan dengan orang lain).

6. Pemeriksaan dan pengkajian


a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medis.
b. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor biologis,
faktor psikologis, social budaya, dan faktor genetic.
c. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak
adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya
mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan
yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang
lain dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual.
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,
alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive.
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.

You might also like