You are on page 1of 5

1.

Definisi
Gangguan citra tubuh melibatkan distorsi dan anggapan negative
mengenai kondisi fisik individu. Hal ini berupa perasaan malu yang kuat,
kesadaran diri dan keetidaknyamanan sosial. Gangguan citra tubuh juga dapat
diartikan berupa perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang
sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan karena kegagalan
dalam diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuh secara fisik
(Muhith, 2015). Citra tubuh sendiri dapat dikatakan pemikiran, persepsi, an
kebiasaan yang berhubungan dengan penapilan seseorang. Sedangkan citra
tubuh sendiri juga biasa dikaitkan dengan “self-esteem” dan “quality of life”
(Bolton, dkk, 2010).

2. Jenis/macam
1) Perubahan ukuran tubuh, bentuk atau penampilan (peningkatan atau
penurunan berat badan yang cepat, operasi plastic, hamil).
2) Proses patologi yang menyebabkan perubahan struktur atau fungsi tubuh
(misalnya penyakit parkison, kanker, penyakit jantung).
3) kegagalan bagian tubuh berfungsi sebagaimana mestinya (misal. Kanker,
paraplegia).
4) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang yang normal
(pubertas, proses penuaan).
5) Tindakan medis atau prosedur keperawatan (kateterisasi, terapi radiasi,
transplantasi organ).

3. Tanda dan gejala


1) Merasa ada yang kurang dari tubuhnya.
2) Malu dan menolak berhubungan dengan orang lain.
3) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
4) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
5) Menolak penjelasan perubahan tubuh
6) Persepsi negatif pada tubuh
7) Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
8) Mengungkapkan keputusasaan
9) Mengungkapkan ketakutan

4. Fase
a. Syok Psikologis
Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis
digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak
dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme
pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk
mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan, tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional.
Klien menjad ipasif, tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk
berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadarakan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka
muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran
diri yang baru.

Namun, menurut Zerwekh & Claborn (2010), gangguan citra tubuh dapat
dibagi menjadi beberapa fase sebagai berikut:
1) Impact phase
a. Menunjukkan perilaku putus asa, kekecewaan dan penerimaan pasif.
b. Sering merasa bersalah pada orang lain.
c. Merasa gagal dalam tubuh sendiri.
d. Marah dan memiliki perang batin dalam dirinya sendiri.
2) Retreat phase
a. Menjadi lebih siaga pada luka, penyakit, atau sesuatu hal yang
mengakibatkan cacat.
b. Anak-anak dan orang dewasa akan mengalami kemunduran perilaku.
c. Remaja dan orang dewasa akan mengalami kemunduran dan menjadi
menyangkal mengenai kondisinya.
3) Acknowledgment phase
a. Hilangnya masa berkabung/ masa berduka.
b. Mengakui kerugian, terlepas dari gelar yang terlibat; tidak bisa lagi
menyembunyikan atau mundur dari situasi yang dialaminya.
c. Mulai untuk fokus pada kekuatan dibandingkan kehilangan.
4) Reconstruction phase
a. Melakukan adaptasi ada perubahan citra tubuh.
b. Meyakinkan untuk mencoba hidup baru yang akan datang.
5. Psikopatologi

Isolasi sosial: menarik diri dari lingkungan

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Dapat memahami dan menghargai


Menolak keadaan yang terjadi (marah, malu, takut,putusasa keadaan
tubuhnya persepsi negative terus-
terusan)

Koping tdk berhasil Mekanisme koping berhasil

Rasa sedih dan dukacita (rasa shock,


kesangsian, pengingkaran, kemarahan,
rasa bersalah atau penerimaan)

Gangguan Citra Tubuh

Perubahan bentuk, ukuran, fungsi, keterbatasan


tubuh

Faktor Predisposisi dan Presipitasi


6. Pengkajian
1) Objektif :
a. Hilangnya bagian tubuh.
b. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.
c. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
d. Menolak melihat bagian tubuh.
e. Menolak menyentuh bagian tubuh.
f. Aktifitas sosial menurun
2) Subjektif :
a. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan
hasil operasi.
b. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.
c. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
d. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
e. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
f. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
3) Konsep diri :
Ideal diri ; tidak realistis, ambisius
4) Sosial budaya :
a. Nilai budaya yang ada di masyarakat.
b. Nilai budaya yang dianut individu

You might also like