You are on page 1of 15

LAPORAN KASUS KDP

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


ISTIRAHAT DAN TIDUR DI RUANG NUSA INDAH RUMAH SAKIT
Tk.III BALADHIKA HUSADA JEMBER

OLEH:
Laili Fajariyatul Hasanah, S.Kep

NIM 142311101022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER JEMBER
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Istirahat dan Tidur


Istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, santai, tanpa tekanan
emosional, dan bebas dari kecemasan (ansietas) (Asmadi, 2008). Sedangkan
menurut Potter dan perry (2005) istirahat adalah keadaan seseorang merasa relaks
secara mental, bebas dari kecemasan, dan tenang secara fisik. Dapat disimpulkan
bahwa istirahat yaitu seseorang yang merasa tenang, nyaman, dan bebas dari
tekanan emosional sehingga seseorang benar benar merasa istirahat jika seseorang
merasa nyaman dan aman dengan situasi dan kondisi lingkungan.
Seseorang merasa istirahat jika (Asmadi, 2008):
a. Dapat mengatasi segala sesuat di bawah kontrol
b. Merasa diterima eksistensi di tempat tinggal dan idenya diterima oleh orang
lain.
c. Mengetahui apa yang terjadi
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
e. Memliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya
f. Mengetahu adanya bantuan sewaktu bila membutuhkan
Dalam meningkatkan istirahat terdapat banyak faktor yang memengaruhi
kemampuan untuk mendapat keadaan istirahat yang cukup. Kesehatan komunitas
dan rumah, perawat membantu klien mengembangkan perilaku istirahat dan
relaksasi. Hal ini mencakup saran-saran perubahan lingkungan atau kebiasaan
gaya hidup tertentu. Seperti perhatian yang tidak mencukupi terhadap kebutuhan
tidur diantara pekerja dewasa adalah masalah utama dalam masyarakat (Asmadi,
2008).
Tidur merupakan keadaan seseorang tidak sadar di mana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dibangunkan
kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Tidur
merupakan suatu keadaan yang berulang, perubahan status kesadaran yang
terjadai selama periode tertentu yang cukup dan seseeorang merasa tenaganya
telah pulih (Potter dan Perry, 2005).
Seseorang dikategorikan sedang tidur terdapat tanda sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran bervariasi
c. Terjadi perubahan proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respon terhadap rangsangan dari luar
Selama tidur, tubuh seseorang terjadi perubahan fisiologi sebagai berikut:
a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
b. Dilatasi pembuluh darah perifer
c. Terkadang terjadio peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
d. Relaksasi otot-otot rangka
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%
Tidur dan istirahat merupakan kebutuhan dasar setiap orang supaya tubuh
dapat berfungsi normal setalah melakukan aktivitas sehari-sahri. Dalam keadaan
istirahat tubuh akan melakukan proses pemulihan dan pengembalian energi hingga
bera dalam kondisi optimal (Gunanthi dan Diniari, 2016).

B. Epidemiologi
Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur
selama hidup, dan orang dewasa sekitar 20%-40% dan 17% diantaranya
mengalami masalah serius. Prevalensi gangguan tidur setiap tahunntya meningkta
dikarenakan faktor usia dan berbagai penyebab yang memicu terjadinya gangguan
tidur (Japardi, 2002).

C. Etiologi
Faktor yang memengaruhi kuantitas dan kulaitas tidur antara lain (Potter dan
Perry, 2005):
a. Status Kesehatan/ Penyakit Fisik
Seseorang yang memiliki penyakit menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan
fisik, masalah suasana hati, kecemasan atau depresi dapat menyebabkan masalah
tidur. Sehingga seseorang yang memiliki penyakit memiliki masalah kesulitan
tidur atau tetap tidur dengan dalam posisi yang tidak biasa.
b. Obat-obatan
Berbagai obat resep atau obat bebas memiliki salah satu efek kantuk dan
deperesi tidur. Oabat yang yang memengaruhi proses tidur seperti golongan obat
hipnotiuk, diuretik, antidepresan dan stumulan, alkohol, kafein, penyekat beta,
benzodiazepin, dan narkotika (morfin/ demerol).
c. Lingkungan
Lingkungan sekita seseorang memngaruhi pada proses tidur seseorang,
seperti ventilasi, ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur. Selain itu tingkat
cahaya jiga memngaruhi kemampuan seseorang untuk tidur dan suhu ruangan
yang terlalu hangat atau terlalu dingin seringkali menyebabkan klien merasa tidak
nyaman.
d. Gaya Hidup
Kegiatan sehari-hari daoat menyebabkan gangguan poada pola tidur
seseorang. Seseorang yang bekerja dengan waktu yang berputar atau tidak
menentu dapat mengganggu proses tidur seseorang. Kesulitan dalam
mempertahankan kesdaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan bahkan
penampilan yang berbahaya.
e. Stress Emosional
Stress emosional meneyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali
mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress juga menyebabkan seseorang
mencoba untuk tidur terlalu keras, sering terbangun selama siklus yidur, atau
terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur
yang buruk.
f. Latihan Fisik dan Kelelahan
Latihan sedang dapat memperoleh tidur yang mengistirahatkan dan latihan 2
jam sebelum tidur damapat membuat tubuh dingin dan mempertahankan keadaan
kelelahan sehingga meningkatkan relaksasi.
D. Klasifikasi Tidur
Jenis-jenis tidur dibagi dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye
Movement-REM) dan tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non Rapid Eye
Movement- NREM) (Asmadi, 2008).
a. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam keadaan aktif atau tidur paradoksial
yang dalam artian tidur REM sifatnya nyenyak sekali namun fisiknya atau
gerakan bola matanya masih sangat aktif. Tidur ini ditandai dengan mimpi, otot-
otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat, sekresi lambung
meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan
jantung dan pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, shu metabolisme
meningkat. Seseorang yang mengalami kehilangan tidur REM akan memiliki
tanda gejala seperti cenderung heperaktif, kurang mengendalikan diri dan emosi,
nafsu makan bertambah, bingung dan curiga.
b. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tahap ini
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak
tidur. Tanda tidur NREM seperti mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan
darah menurun, pernapasan menurun, metabolisme menurun, gerakan bola mata
lambat. Pada tidur NREM memili empat tahap sebagai berikut:
1. Tahap I
Tahap ini merupakan tahap transisi dari sadar menjadi tidur. Tahap ini
ditandai seseorang merasa kabur, rileks, otot menjadi lemas, kelompak mata
menutup, bola mata bergerak ke kiri kanan, kecepatan jantung dan nafas
menurun secara jelas, EEG terjadi penurunan voltase gelombang alfa. Pada
tahap seseorang dapat denagn mudah dibangunkan.
2. Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh turun terus menerus.
Tahap ini ditandai dengan bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun,
tonus otot perlahan berkurang, kecepatan jantung dan nafas turun dengan
jelas, dan pada EEG gelombang beta berfrekuensi 14-18 siklus/ detik.
Gelombang ini disebut gelombang tidur dan tahap ini berlangsung sekiutar
10-15 menit.
3. Tahap III
Tahap ini keadaan fisik lemah karena tonus otot lenyap secara menyeluruh.
Kecepatan jantung dan nafas mengalami penurunan akibata dominasi sistem
saraf parasimpatis. Pada EEG memperlihatakan gelombang beta menjadi 1-2
siklus/ detik. Pada tahap ini seseorang sulit untuk dibangunkan.
4. Tahap IV
Tahap ini seseorang berada pada keadaan rileks, jarang bergerak karena
keadaan fisik sudah lemah, sulit dibangunkan, dan pada EEG terlihat
gelombang beta lambat 1-2 siklus/ detik. Denyut jantung dan nafas menurun
20-30%. Tahap ini juga terjadi mimpi, dan dapat memulihkan keadaan tubuh.
5. Tahap V
Tahap ini merupaan tahan tidur REM di mana ditandai dengan kembali
bergeraknya kedua bola mata yang berkecapatan lebih tinggi dari tahap
sebelumnya. Tahap ini berlangsung selama 10 menit dapat pula terjadi mimpi.
Seseorang yang mengalami kehilangan NREM akan menunjukkan gejala
sebagai berikut:
1) Menarik diri, apatis, dan respon menurun
2) Merasa tidak enak badan
3) Ekspresi wajah kuyu
4) Malas bicara
5) Kantuk berlebihan
Sedangkan seseorang yang kehilangan tidur keduangan akan menunjukkan
hal berikut:
1) Mampu memberikan keputusan atau pertimbangan menurun
2) Tidak mampu untuk konsentrasi
3) Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual, dan pusing
4) Sulit melakukan aktivitas sehari-hari
5) Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau
pendengaran.

Secara umum siklus tidur normal seperti berikut:

Bangun (Pratidur)

NREM I

NREM II

NREM III

NREM IV NREM III NREM II Tidur REM


Gambar A.1 Tahap-tahap siklus tidur orang dewasa

c. Kebutuhan istirahat tidur perhari


Umur Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur Siklus
0-1 bulan Nenonatus 14-18 jam/ hari 50% REM, ± 45-
60 menit
1-18 bulan Bayi 12-14 jam/ hari 20-30% REM,
tidur sepanjang
malam
18 bulan- 3 Todler 11-12 jam/ hari 25% REM dan
tahun tidur sepanjang
malam dan siang
3-6 tahun Pra sekolah 11 jam / hari 20% REM
6-12 tahun Sekolah 10 jam/ hari 18,5% REM
12-18 Remaja 8,5 jam/ hari 20% REM
tahun
18-40 Dewasa muda 7-8 jam /hari 20-25% REM
tahun
40-60 Masa muda [paruh 7 jam / hari 20% REM dan
tahun baya sering susah tidur
60 tahun Dewasa tua 7 jam/ hari 20% REM dan
ke atas sering susah tidur

d. Jenis gangguan tidur


Gangguan tidur adalah kumpulan gejala yang ditandai oleh gangguan dalam
jumlah, kualitas dan waktu tidur pada seseorang (Natalita dkk, 2011). Berikut
jenis-jenis gangguan menurut Asmadi (2008).
1. Insomnia
Imsomnia merupakan gangguan kesulitan untuk tidur atau kesulitan tetap
tertidur, bahkan seseorang yang terbangun dari tidur tetapi masih merasa
belum cukup tidur. Jenis insomnia yaitu insomnia inisial, intermiten, dan
terminal. Insomnia inisial adalah ketidakmampuan seseorang untuk memulai
tidur, intermiten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur atau
keadaan terjaga dari tidur dan insomnia terminal adalah bangun secara dini
dan tidak dapat tidur lagi.
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang ompleks mencakup
adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik sepeti menutup atau
membuka pintu, duduk di tempat tidur, menabarak kursi, berjalan kaki, dan
berbicara, termasuk berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
3. Enuriesis
Enuresis merupaan kencing tidak sengaja (mengompol) dan biasa terjadi pada
anak-anak dan remaja dan paling sering pada anak laki-laki.
4. Narkolepsi
Naarkolepsi merupakan seuatu kondisi yang dicirkan oleh keinginan yang
tida terkendali untuk tidur. Narkolepsi juga disebut sebagai serangan
mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat
dimanapun serangan tidur datang.
5. Night Terrors
Night terrors merupakan mimpi buruk dan pada umumnya terjadi pada anak
usia 6 tahun atau lebih.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan karena adanya rintangan terhadap pengaliran udara
hidung dan mulut.
E. Tanda dan Gejala
Pada orang normal gangguan tidur yang berkepanjangan dapat
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan pada siklus tidur, daya tahan tubuh
menurun, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, yang pada akhirnya
memengaruhi keselamatan diri atau orang lain (Asmadi, 2008).
Gejala tidur REM antara laian seperti mimpi aktif, lebih sulit dibangunkan
selama tidur nyenyak NREM, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur, dan mata
cepat tertutup dan terbuka (Asmadi, 2008).

F. Patofisiologi Thypoid dan Clinical Pathway


Patogenesis thypoid terjadi karena adanya kuman salmonella thypu yang
ditularkan melalui makanan (Food), jari tangan/ kuku (Fingers), Muntah
(Fomitus), lalat (Flat), dan feses. Penularan yang palings ering yaitu melalui
mulut manusia yang terinfeksi sehingga menuju lambung. Sebagian kuman ini
mati di asam lambung dan sebagian lagi lolos sehingga masuk ke usus halus
bagian distal, hal ini bisa terjadi iritasi pada usus dan mengeluarkan endotoksin
sehingga menyebabkan darah mengandung bakteri primer menuju limfa dan hati
melalui aliaran darh dan jaringan limfoid plaque. Pada jaringan limfois kuman
berkembang biak lalu masuk ke aliran darah sehingga menimbulkan tukan pada
mukosa usus yang menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan ini
menimbulkan pada dan suhu tubuh meningkat sehinggaberisiko kekurangan
cairan tubuh (Zulkoni, 2011).
Clinical pathway

Salmonella Thypi Lambung Sebagian mati

Masuk ke usus halus

Berkembang biak

Menembus sel epitel

Sebagian hidup dan


menetap Membentuk limfoid plaque
peyer
Perdarahan Sebagian menembus lamina propia

Perforasi Masuk ke aliran limfe

Peritonitis Menembus dan masuk ke aliran darah

Nyeri Masuk dan bersarang di hati dan limpa

Hepatomegali dan splenomegali

Gangguan Rasa
Nyaman: Istirahat Infeksi salmonella
dan Tidur thypi
Zat pirogen dilepas oleh leukosis
pada jaringan yang merdang

Demam Tifoid

Hipotermi
G. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis untuk gangguan tidur yaitu dapat diberikan obat-


Sobatan seperti amfetamin, nikotin, terbulatin, teofilin, dan pemolin. selain obat
tersebut juga dapat diberikan alkohol, barbiturat, antidepresan trisiklik, serta
triazolan (Potter dan Perry, 2005).

H. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Hadibroto (2006) yaitu dapat melakukan teknik relaksasi, terapi
musik, dan terapi aromaterapi. Sedangkan pPenatalaksanaan keperawatan yang
dilakukan menurut Nursalam dan Efendi (2008) adalah sebagi berikut:
a. Melaksanakan penyuluhan tentang kebutuhan istirahat tidur
b. Mejaga keamanan klien
c. Memberikan teknik relaksasi
d. Memberikan latihan gerak ambulasi
e. Membantu terlaksananya aktivitas yang bervariasi
f. Menciptakan suasana yang tenang
Selain itu penatalaksanaan yang dilakukan

I. Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan Tidur


Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentfifikasi gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur yaitu (Asmadi, 2008):
a. Pola tidur: seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa
biasa bangun, kan keteraturan pola tidur klien
b. Kebiasaan yang dilakukan sebelum tidur: seperti membaca buku, buang air
kecil, dan lain-lain
c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya
d. Kebiasaan tidur siang
e. Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien, apakah
kondisinya bising, gelap, atau suhunya dingin, dan lain-lain
f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup dan apakah peristiwa tersebut
menyebabkan lien mengalami gangguan tidur
g. Status emosi dan mental klien. Status mental dan emosi memngaruhi terhadap
kemampuan klien istirahat dan tidur dan perawat dapat mengkaji sumber dari
stress yang dialami klien
h. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibata gangguan tidur seperti penampilan wajah (area gelap daerah
mata, bengkak, konjungtiva kemerahan, mata cekung, dan lain-lain), perilaku
yang terkait dengan gangguan istirahat dan tidur ( mudah tersinggung, selalu
menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat biungung, dan lain-lain), dan
kelelahan.

J. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat tidur antara lain (Herdman, 2015):
a. Insomnia berhubungan dengan: ansietas, berduka, depresi, sering mengantuk,
faktor lingkungan, hygiene tidak adekuat, ketakutan, konsumsi alkohol,
stressor, dan ketidaknyamanan fisik ditandai dengan:
1. Mata cekung
2. Lingkaran hitam pada daerah mata
3. Sering menguap
4. Konsentrasi kurang
5. Konjungtiva kemerahan
6. Tampak bingung
7. Mudah lelah, letih, lesu
b. Deprevasi tidur berhubungan dengan mimpi buruk, apnea tidur,
hipersomnolen, hambatan lingkungan, ketidaknyamanan fisik dan psikologis,
ditandai dengan:
1. Daerah mata tampak gelap
2. Konsentrasi kurang
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan,
ketidakmampuan mengatasi stress, nyeri yang diakibatkan penyait lain, dan
imobilisasi, ditandai dengan:
1. Jam tidur berubah-ubah
2. Tampak bingung
3. Mudah lelah, letih, dan lesu
d. Hambatan imobilisasi di tempat tidur yang berhubungan dengan fisik tidak
bugar, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, kekuatan otot
tidak memadai, dan nyeri.

K. Perencanaan/Nursing Care Plan :

No. Masalah NOC NIC


Keperawatan
1. Insomnia Mengukur keberhasilan: Menyelesaikan
(00095) Tidur masalah
1. Manajemen
Tambahan:
1. Konsentrasi meningkat lingkungan:
2. Tingkat kelelahan kenyamanan
2. Pemberian obat
3. Keseimbangan alam
perasaan Manajemen perasaan
1. Manajemen nyeri
4. Kelelahan: efek yang
2. Terapi relaksasi
mengganggu berkurang 3. Peningkatan
Fator yang berhubungan keamaan
Peningkatan tidur
1. Tingkat kecemasan menurun
1. Sentuhan
atau menghilang
2. Status kenyamanan: Tambahan:
1. Penguranngan
lingkungan meningkat
3. Tingkat depresi menurun kecemasan
4. Tingkat ketidaknyamanan 2. Teknik
menghilang menenangkan
5. Tingkat rasa takut berkurang 3. Pemijakatan
4. Terapi musik
atau menghilang
5. Pengaturan posisi
6. Tingkat nyeri berkurang/
6. Relaksasi otot
menghilang
porgresif
7. Tingkat stress berkurang
7. Perawatan kanguru
8. Status pernafasan: ventilasi
adekuat
2. Deprevasi Mengukur keberhasilan: Masalah
1. Pengurangan
tidur (00096) Tidur
kecemasan
Tambahan:
2. Manajemen
1. Konsentrasi meningkat
lingkungan:
2. Tingkat kecemasan
kenyamanan
3. Tingkat kelelahan 3. Peningkatan latihan
4. Manajemen
4. Keseimbangan alam
pengobatan
perasaan
5. Manajemen nyeri
5. Kelelahan: efek yang
Peningkatan tidur
mengganggu berkurang
1. Pemijatan
6. Tingkat nyeri 2. Terapi kesenian
Fator yang berhubungan
1. kontrol kecemasan diri
2. Status kenyamanan:
lingkungan dan fisik
meningkat
3. Tingkat ketidaknyamanan
berkurang
4. Tingkat nyeri berkurang/
menghilang
5. Tingkat stress berkurang
3. Gangguan Mengukur penyelesaian Masalah:
1. Manajemen
Pola tidur diagnosis:
Tidur lingkungan:
(000198)
kenyamanan
Tambahan
2. Pemberian obat
1. Kelelahan : efek yang
3. Pengaturan posisi
mengganggu 4. Terapi relaksasi
2. Tingkat kelelahan 5. Peningkatan
keamanan
Berkaitan dengan faktor yang
berhubungan: Peningkatan tidur:
1. Kepuasan klien : lingkungan Tambahan
1. Pengurangan
fisik
2. Status kenyamanan: kecemasan
2. Teknik
lingkungan
3. Tingkat depresi menenangkan
3. Pemijatan
4. Fasilitasi meditasi
5. Manajemen nyeri
6. Terapi musik
Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi kebiutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Gunanthi, N.M.M., dan N.K.S.Diniari. 2016. Prevalensi dan Gambaran Gangguan


Tidur Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa Semester I Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universita Udayanan Tahun
2015. Ejournal Medika. 5 (4): 1-9

Hadibroto, I., dan A. Syamsir. 2006. Selukbeluk Pengobatan Alternatif dan


Komplementer. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Herdman, T. H. 2015. Nanda International Inc, diagnosis Keperawatan:


Definisi& Klasifikasi 2015-2017. Ed. 10. Jakarta: EGC

Japardi, I. 2002. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran bagian Bedah Universitas


Sumatera Utara: Sumatera Utara

Potter, P.A., dan A.G. Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol. 2. Jakarta: EGC

Natalita, C., R. Sekartini., dan H. Poesponegoro. 2011. Skala Gangguan Tidur


untuk Anak (SDSC) sebagai Instrumen Gangguan Tidur pada Anak
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri. 12 (6): 365-372

Nursalam, dan F.Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Zulkoni, A. 2011. Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat, dan


Teknik Lingkungan. Yogyakarta: Nuha Medika.

You might also like