You are on page 1of 9

I.

EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait
di tingkat populasi. Gangguan mood meningkat dengan bertambahnya usia dan prevalensi pada
semua kelompok usia adalah secara drastic lebih tinggi dalam kelompok psikiatrik dibandingkan
populasi umum. Diantara anak anak usia sekolah dalam masyarakat, kira-kira 2 persen memiliki
gangguan depresi berat. Depresi adalah lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan pada anak usia sekolah. Diantara remaja, kira-kira 5 persen komunitas memiliki
gangguan depresi berat.

Gangguan distmik diperkirakan lebih sering dibandingkan gangguan depresif berat pada anak
usia sekolah , dengan angka sampai 2,5 %, dibandingkan 2% untuk gangguan depresif berat..
pada remaja, seperti pada orang dewasa, gangguan distmik adalah lebih jarang dibandingkan
gangguan depresi berat, dengan angka kira kira 3,3 persen untuk gangguan distmik.
Dibandingkan dengan kira kira 5% untuk gangguan depresif berat.

Angka untuk gangguan bipolar I adalah sangat rendah pada anak anak prapubertas dan mungkin
memerlukan waktu beberapa tahun untuk didiagnosis, karena mania biasanya terlihat untuk
pertama kalinya pada masa remaja. Remaja dengan varian klinis dari mania yaitu dengan gejala
manik tetapi tanpa kriteria diagnostic yang lengkap (gangguan bipolar II) memiliki angka sampai
10 persen , menurut suatu penelitian

II. ETIOLOGI

a) Faktor genetik
Gangguan mood pada pasien anak-anak, remaja, dan dewasa cenderung kumpul
pada keluarga yang sama. Peningkatan insidensi gangguan mood biasanya
ditemukan pada anak-anak dari orang tua dengan gangguan mood dan pada sanak
saudara dari anak dengan gangguan mood.

Memiliki satu orangtua yang terdepresi kemungkinan meningkatkan risiko 2x


Untuk keturunannya, sedangkan memiliki kedua orangtua terdepresi
kemungkinan meningkatkan risiko 4x bagi anak untuk memiliki gangguan mood
sebelum usia 18 tahun, jika dibandingkan dengan risiko pada anak-anak dengan
orangtua yang tidak terganggu.

b) Faktor biologis lain

Terjadinya hipersekresi kortisol selama gangguan depresif berat

1
c) Lingkungan - sosial: peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan. Anak laki-laki
yang orangtuanya meninggal sebelum ia berusia 13 tahun lebih mungkin
mengalami depresi.
d) Behavioral: reinforcement dan Interaksi negatif.
e) Emosional dan kognitif: Kesulitan coping (sulit menemukan pemecahan
masalah), Kurangnya makna atau tujuan hidup, dan cara berpikir bias atau
terdistors.

III. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS

a. Gangguan depresi berat

Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai


masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis. Gangguan depresif merupakan gangguan
medik serius menyangkut kerja otak, bukan sekedar perasaan murung atau sedih dalam
beberapa hari. Gangguan ini menetap selama beberapa waktu dan mengganggu fungsi
keseharian seseorang.

Gangguan depresif masuk dalam kategori gangguan mood, merupakan periode


terganggunya aktivitas sehari-hari, yang ditandai dengan suasana perasaan murung dan gejala
lainnya termasuk perubahan pola tidur dan makan, perubahan berat badan, gangguan
konsentrasi, anhedonia (kehilangan minat apapun), lelah, perasaan putus asa dan tak berdaya
serta pikiran bunuh diri. Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang
(distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari
pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Depresi :

1) Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun.

2) Jeniskelamin
Pada pengamatan yang hampir uiversal, terlepas dari kultur atau negara, terdapat
prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali lebih besar pada wanita
dibandingkan laki-laki.

3) Pendidikan

4) Status pernikahan

Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki
hubungan interpersonal yang erat atau yang tercerai atau berpisah.

2
Gejala Depresif Berat

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang

2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

6. Tidur terganggu

7. Nafsu makan berkurang.

Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan ungkapan
pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien

b. Gangguan Distimik

Merupakan bentuk depresi yang lebih ringan dari depresi mayor. Biasanya berawal dari
masa kanak-kanak atau remaja.Ganguan distimik pada anak-anak dan remaja terdiri dari mood
yang mudah terdepresi atau mudah tersinggung untuk sebagian besar hari dibandingkan tidak,
selama periode kurangnya satu tahun. Menurut kriteria diagnostik DSM-IV, sekurang-kurangnya
tiga dari gejala berikut harus menyertai mood yang terdepresi atau mudah tersinggung:
keyakinan diri yang buruk, pesismisme atau putus asa, hilangnya minat, menarik diri dari
lingkungan sosial, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, gelaja diatas tidak pernah
menghilang selama lebih dari dua bulan untuk sekali waktu. Disamping itu, tidak ada episode
depresif berat yang ditemukan selama tahun pertama gangguan.

Jika depresi mayor cenderung parah dan terbatas waktunya, gangguan distimik terjadi relatif
ringan dan kronis, biasanya berlangsung selama beberapa tahun.

Perasaan depresi dan kesulitan sosial terus ada bahkan setelah orang tersebut menampakkan
kesembuhan.

Keluhan mengenai depresi seolah-olah menjadi semacam pelengkap dari kehidupan orang
tersebut sehingga sepertinya menjadi bagian tak terpisahkan dari struktur kepribadian mereka.

3
c. Gangguan Bipolar I

Gangguan bipolar I merupakan penyakit kronis yang sering kambuh dan bersifat episodik, dalam
arti ada periode sakit ada nada normal. Kekambuhan bisa dipicu oleh stressor psikososial,
misalnya pertengkaran, perceraian, atau kehilagan orang tercinta. Pada gangguan bipolar I,
penderita akan mengalami episode mania dan depresi secara bergantian di sertai kesulitan yang
bermakna dalam pekerjaan, sekolah, atau dalam, suatu hubungan. Tipe ini adalah yang paling
berat dan dapat berkembang menjadi lebih parah dan berbahaya.

Gangguan bipolar I jarang didiagnosis pada anak-anak prapubertal, karena episode


manik adalah jarang pada kelompok usia tersebut. Pada umumnya, suatu episode depresif berat
mendahului suatu episode manik pada remaja yang mengalami gangguan bipolar I. Tetapi jika
episode manik yang klasik tampak pada seorang remaja, keadaan ini dikenali sebagai perubahan
definitf dari keadaan sebelumnya dan sering terlihat dengan dengan waham kebesaran dan
paranoid dan fenomena halusinasi. Kritetia diagnostik untuk episode manik adalah periode
terpisah adanya mood yang meningkat, meluas, atau mudah tersinggung yang abnormal yang
berlangsung sekurangnya satu minggu atau tiap durasi jika diperlukan perawatan di rumah sakit.
Gangguan mood adalah cukup untuk menyebabkan gangguan yang jelas, dan bukan karena efek
langsung dari suatu zat atau kondisi medis umum. Jadi, keadaan manik yang dicetuskan oleh
medikasi somatik ( sebagai contohnya, antidepresan ) tidak dapat diperhitungkan sebagai
indikasi diagnosis gangguan bipolar I.

Berbeda dengan episode manik klasik, episode manik masa anak-anak mugkin
merupakan varian tetapi memiliki hubungan dengan gangguan bipolar I. Episode tersebut
kemungkinan tidak jelas episodik, dan mungkin kurang responsif terhadap terapi dibandingkan
episode manik klasik.

Pada umumnya, jika episode manik tampak pada masa remaja, maka sering disertai oleh
ciri psikotik, dan sering diperlukan perawatan di rumah sakit. Waham dan halusinasi pada remaja
dapat berupa gagasan kebesaran tentang kekuasaan , nilai, pengetahuan, keluarga, atau hubungan
mereka. Pada remaja dengan ganguan depresif berat yang ditakdirkan menjadi gangguan bipolar
I dan menunjukkan episode depresif yang berat dan akut dengan psikosis, hypersomnia, dan
retardasi psikomotor.

Gangguan jiwa bipolar, sering juga mempunyai gejala gejala sebagai berikut:
4
1. Seasonal changes in mood, perubahan suasana hati musiman. Seperti pada penyakit Seasonal
Affective Disorder (gangguan affektif musiman), suasana hati atau mood penderita bipolar dapat
berubah selaras dengan perubahan musim. Beberapa penderita menjadi mania atau hipomania
dimusim semi dan musim panas, kemudian berubah menjadi depresi dimusim gugur atau musim
dingin. Pada beberapa penderita bipolar lain, gejalanya malah kebalikannya, yaitu depresi di
musim panas namun hipomania atau mania dimusim dingin.

2. Rapid cycling bipolar disorder, Pada beberapa penderita gangguan bipolar perubahan suasana
hati berlangsung cepat, yaitu mengalami perubahan mood (suasana hati) 4 kali atau lebih dalam
setahun. Namun kadang kadang, perubahan perasaan bisa berlangsung lebih cepat, yaitu dalam
hitungan jam.

3. Psikosis. Pada penderita bipolar dengan gejala mania atau depresi berat, sering muncul gejala
psikosis yaitu pemikiran yang tidak berdasar realita. Gejalanya bisa berupa halusinasi (suara atau
penglihatan) dan delusi (percaya sesuatu yang berbeda dengan kenyataan). Gejala gangguan
bipolar pada anak anak dan remaja Biasanya tidak jelas perubahan dari mania ke depresi atau
sebaliknya, pada anak anak dan remaja, gejala yang menonjol adalah sikap yang mudah meledak
(marah atau menangis), perubahan suasana hati yang cepat, agresif dan ugal-ugalan/sembrono
(reckless). Sebagai contoh, seorang anak dengan gangguan bipolar bisa terlihat sangat gamang
atau pandir/bodoh, dan kemudian diikuti dengan tangisan atau kemarahan panjang dalam kurun
waktu satu hari.

Penyebab dan Faktor Resiko

Ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terkena gangguan bipolar, yaitu:

1. Mempunyai hubungan darah atau saudara penderita gangguan bipolar


2. Periode pengalaman hidup yang sangat menekan (stressful).
3. Penyalah guna obat atau alcohol.
4. Perubahan hidup yang besar, seperti ditinggal mati orang yang dicintai.

Pemeriksaan Gangguan Bipolar I

Beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:

1. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan berat badan tinggi
badan, suhu tubuh, tekanan darah dan detak nadi, mendengarkan jantung dan paru paru serta
memeriksa perut.

5
2. Pemeriksaan laboratorium. Dokter mungkin akan memerintahkan pemeriksaan darah
rutin, atau pemeriksaan fungsi kelenjar gondok bila ada indikasi kearah gangguan fungsi
kelenjar gondok.

3.Pemeriksaan psikologis. Untuk mengecek ada tidaknya depresi dan mania, dokter atau
tenaga kesehatan akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran, dan pola perilaku pasien.
Dokter atau petugas akan mengajukan pertanyaan tentang gejala, kapan mulainya, apakah
pernah mengalami hal yang sama dulu. Dokter juga akan menanyakan apakah ada pemikiran
kearah menganiaya diri sendiri atau bunuh diri. Pasien mungkin akan diminta untuk mengisi
kuestionnaire (daftar pertanyaan) untuk membantu menentukan ada tidaknya depresi dan
mania.

4. Mood charting. Untuk mengetahui secara pasti apa yang terjadi, dokter akan meminta
pasien untuk mencatat suasana hati (mood), pola tidur dan hal hal lain yang akan mendukung
diagnose dan pengobatan gangguan bipolar.

d. Gangguan siklotimik

Krtiteria diagnostik (menurut DSM IV):

A. Selama sekurangnya 2 tahun, adanya banyak periode dengan gejala hipomatik dan
banyak periode dengan gejala depresif yang tidak memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat. (Pada anak-anak dan remaja sekurangnya selama 1 tahun)
B. Selama periode 2 tahun di atas (Pada anak-anak dan remaja sekurangnya selama 1
tahun), orang tidak pernah tanpa gejala dalam kriteria A selama lebih dari 2 bulan.
C. Tidak ada episode depresif berat, episode manik, atau episode campuran yang
ditemukan selama 2 tahun pertama gangguan.
D. Gejala dalam kriteria A tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan skizoafektif dan tidak
menumpang pada skizofrenia, gangguan skizofeniform, gangguan delusional, atau
gangguan psikotik yang tidak ditentukan.
E. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis
umum.
F. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

e. Gangguan skizoafektif

6
Skizoafektif adalah kelainan yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi yaitu antara
gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif. Pasien yang mengalami gangguan skizoafektif
sering mempunyai riwayat depresi dan episode manik. Bagaimanapun juga, pasien ini
mempunyai gejala psikotik yang kronis dari skizofrenia, seperti delusi dan halusinasi, meskipun
selama periode mood yang normal.

f. Kehilangan

 Keadaan duka cita yang berhubungan dengan kematian seseorang yang dicintai yang
dapat ditemukan dengan gejala yang karateristik dari episode depresi berat
 Gejala depresif berat yang berhubungan dengan kehilangan : perasaan sedih, insomnia,
menghilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan
 Dan jika pada anak-anak umumnya mereka lebih menarik diri dan terlihat sedih; dan
mereka tidak mudah ditarik meskipun aktivitas itu merupakan aktivitas yang mereka
sukai
 Durasi periode kehilangan yang normal bervariasi. Contohnya pada seorang anak.
seorang anak yang harus di pindahkan dari rumah karena kematian orang tua yang
dicintainya mungkin merasa bahwa kematian ortunya terjadi Karena mereka nakal atau
tidak berkelakuan seperti yang diharapkan.

Dampak kehilangan
1. Pada masa anak-anak : Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk
berkembang, kadang akan timbul takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
2. Pada masa remaja atau dewasa muda : Kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi
dalam keluarga atau suatu kehancuran keharmonisan keluarga.
3. Pada masa dewasa tua : Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat
menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang
ditinggalkan.

IV. PEMERIKSAAN PATALOGI DAN LABORATORIUM

Diagnosis gangguan mood yang dikaitkan dengan depresi tidak sejelas seperti penyakit lain.
Maka tidak ada tes khusus yang dapat membantu menentukan diagnosis pasti dalam menetukan
seseorang yang di indikasi mengalami gangguan mood. Namun dibawah ini terdapat beberapa
pemeriksaan yang berkaitan dengan gangguan mood :

1. Tes Skrining

Tes ini digunakan untuk fungsi tiroid sehingga mampu mengidentifikasi kemungkinan
peranan endokrinologi dalam gangguan mood.
7
2. Tes Suprei Deksametason

Tes ini mungkin dilakukan secara serial pada kasus gangguan deprsif berat.

V. DIAGNOSIS BANDING

Bentuk psikotik dari episode depresif dan manik harus dibedakan dari skizofernia.
Gangguan mood akibat zat kimia kadang dapat dibedakan dari gangguan mood lainnya
setelah detoksifikasi.

Gejala kecemasan dan perilaku gangguan konduksi dapat terjadi bersamaan dengan
gangguan depresif dan sering kali dapat menimbulkan masalah dalam membedakan
gangguan gangguan tersebut dari gangguan emosional non depresi dan gangguan konduksi.
Perbedaan antara episode depresif atau manik teragitasi dan gangguan hiperaktivitas adalah
adanya aktivitas berlebihan yang persisten dan kegelisahan yang dapat menyebabkan
kebingungan.

VI. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Perjalanan penyakit dan prognosis gangguan mood pada anak-anak dan remaja adalah
tergangung pada usia onset, dan adanya gangguan komorbid dengan usia onset yang muda dan
gangguan multipel adalah menyatakan prognosis yang buruk.

Gangguan depresif kemungkinan kambuh dan jika tidak diobati dengan berhasil, akan
menyebabkan komplikasi yaitu ;

 Pencapaian akademik yang buruk


 Henti atau keterlambatan dalam pola perkembangan psikososial
 Bunuh diri
 Penyalahgunaan zat sebagai cara mengobati diri sendiri
 Gangguan konduksi

VII. TERAPI

a) Perawatan di rumah sakit


Penting untuk melakukan pertimbangan yang cepat apakah indikasi dari penderita
memerlukan perwatan di rumah sakita atau tidak.

8
Jika pasien akan bunuh diri, perawatan di rumah sakit diperlukan untuk
memberikan perlindungan maksimal terhadap dorongan dan perilaku
menghancurkan diri sendiri yang dimiliki pasien.
Perawatan di rumah sakit juga diperlukan jika anak atau remaja juga menderita
penyalahgunaan atau ketergantungan zat tertentu.

b) Psikoterapi

Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi merupakan pendekatan kognitif dan


pendekatan yang lebih terarah dan terstruktur dibandingkan pada dewasa, karena
fungsi psikososial anak yang terdepresi dapat tetap terganggu dalam periode yang
lama, walaupun episode depresif telah menghilang, sehingga diperlukan intervensi
keterampilan social jangka panjang.

Pada beberapa progam terapi, modeling dan permainan peran dapat membantu
menegakkan keterampilan memecahkan masalah yang baik.

c) Farmakoterapi

Pemberian antidepresan belum disetujui oleh FDA (food Drug Administration)


karena efek samping dan toksisitas yang serius. Antidepresan hanya boleh
diberikan pada anak-anak setelah dilakukan penelitian atau konsultasi dengan
klinisi yang ahli.

Fluoxetine (Prozac) dapat digunakan bagi remaja dengan depresi berat. Karena
beberapa anak dan remaja yang menderita episode depresif akan mengalami
gangguan bipolar II, klinisi harus mencatat gejala hipomanik yang mungkin
terjadi selama pemberian fluoxetine dan antidepresan lain. Tetapi respon
hipomanik tidak selalu meramalkan bahwa gangguan bipolar II terjadi.

Gangguan bipolar I dan gangguan bipolar II pada masa anak-anak dan remaja
dapat diobati dengan lithium (eskalith).

You might also like