Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
DESTERINA AGMI 113063C117005
HARIANI 113063C117014
JIMMY LIN YOSEP 113063C117017
KIKI TRIATI 113063C117018
KRISTIAN SEPTIYADI 113063C117019
PUTRI UTAMI 113063C117023
REINA MARIA EKLESIA 113063C117024
RENIDA ANDRIANI 113063C117025
STEVANY CLAUDIA 113063C117028
YOPA YOPISA 113063C117032
2. Etiologi
Secara umum, gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal yang dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Disfungsi miokard
Iskemia miokard
Infark miokard
Miokarditis
Kardiomiopati
2) Beban tekanan berlebihan pada sistolik (sistolik overland)
Stenosis aorta
Hipertensi
Koartasio aorta
3) Beban volume berlebihan pada diastolik (diastolic overland)
Insufiensi katub mitral dan trikuspidalis
Transfuse berlebihan
4) Peningkatan kebutuhan metabolic (demand overland)
Anemia
Tirotoksikosis
Penyakit paget
5) Gangguan pengisian ventrikel
Primer (gagal distensi sistolik)
Pericarditis restriktif
Tamponade jantung
Sekunder
Stenosis mitral
Stenosis trikuspidalis
1. Aritmia
Aritmia akan menggangu fungsi mekanisme jantung dengan mengubah
rangsangan listrik yang memulai respon mekanisme
2. Infeksi sistemik dan infeksi paru-paru
Respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat
3. Emboli paru
Emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap reaksi
ventrikel kanan, pemicu terjadinya gagal jantung kanan
3. Patofisiologi
a. Mekanisme dasar
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan menggangu kemampuan pengosongan
ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menrurn mengurangi cardiac output dan
meningkatkan volume ventrikel.
Dengan meningkatkan EDV (volume akhir diastolic ventrikel) maka terjadi pula
peningkatan tekanan akhir diastolic kiri (LEDV). Dengan meningkatnya LEDV, maka
terjadi pula peningkatan tekanan atrium (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan
langsung kedalam anyaman vaskuler paru-paru meningkatkan tekanan kapiler dan pena
paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan
osmotic vaskuler, maka terjadi transudasi cairan melibihi kecepatan drainase limfatik,
maka terjadi edema interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat meningkatkan
cairan merembes ke alveoli dan terjadilah edema paru-paru.
b. Respon kompensatorik
1. Meningkatya aktivitas adrenergik simpatik
Menurut cardiac output akan meningkatkan aktivitas adrenergic simpatik yang dengan
merangsang pengeluaran katekolamin dan saraf-saraf adrenergic jantung dan medulla
adrenal
Denyut jantung dan kekuatan kontraktil akan meningkat untuk menambah cardiac
output (CO), juga terjadi vasokontriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri
dan retribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah keorgan-organ yang
rendah metabolismenya, seperti kulit dan ginjal agar perfusi kejantung dan keotak
dapat dipertahankan. Vasokontriksi akan meningkatkan aliran balik vena kesis kanan
jantung yang selanjutnya akan menambah kekuatan kontriksi.
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivitas system renin angiostensi aldosterone (RAA)
Aktivitas RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh ginjal, meningkatkan volume
ventrikel-ventrikel tegangan tersebut. Peningkatan beban awal ini akan menambah
kontrakbilitas miokardium.
3. Atropi ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hidrotropi miokardium akan
bertambah tebalnya dinding.
4. Efek negative dari respon kompensatorik
Pada awalnya respon kompensatorik menguntungkan namun pada akhrinya dapat
menimbulkan berbagai gejala, meningkatkan laju jantung dan memperburuk tingkat
gagal jantung.
Resistensi jantung yang dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan kontraksilitas dini
mengakbiatkan bendungan paru-paru dan vena sistemik dan edema, fase kontruksi
arteri dan redistribusi aliran darah menggangu perfusi jaringnan pada anyaman
vaskuler yang terkena menimbulkan tanda serta gejala, misalnya berkurangnya jumlah
air kemih yang dikeluarkan dan kelemahan tubuh. Vasokontriksi arteri juga
menyebabkan beban akhir dengan memperbesae resistensi terhadap enjeksi ventrikel,
beban akhir juga meningkatkan kalau dilantasi ruang jantung.
Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan oksigen juga meningkat, yang juga
ditambah lagi adanya hipertensi miokard dan perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika
kebutuhan miokard akan oksigen tidak terpenuhi maka akan terjadi iskemia miokard,
akhrinya dapat timbul beban miokard yang tinggi dan serangan gagal jantung yang
berulang.
4. Manifestasi Klinis
a. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada mekanisme control
pernapasan
Gejala:
Dispenia
Orthopnea
Paroxysmal nocturnal dispnea
Batuk
Mudah Lelah
Ronchi
Gelisah
Cemas
b. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik
Gejala:
Oedema perifer
Peningkatan BB
Distensi vena jugularis
Hepatomegaly
Asistes
Pitting edema
Anorexia
Mual
Dll
c. Secara luas peningkatan COP dapat menyebabkan perfusi oksigen kejaringan rendah,
sehingga menimbulkan gejala:
Pusing
Kelelahan
Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
Ekstermitas dingin
d. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi aldosterone dan retensi
cairan dan natrium yang menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiogram dada
Kongesti vena paru
Redistribusi vascular pada lobus-lobus atas paru
Kardiomegali
2. Kimia darah
Hiponatremia
Hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung
BUN dan kerafinin meningkat
3. Urine
Lebih pekat
BJ meningkat
Na meningkat
4. Fungsi hati
Pemanjangan masa protombin
Peningkatan bilirubin dan enzim hati (SGOT dan SGPT meningkat)
6. Penatalaksanaan
Bertujuan untuk:
a. Mengurangi beban kerja jantung
Melalui pembatasan aktivitas fisik yang ketat tanpa menimbulkan kelemahan
otot-otot rangka
b. Mengurangi beban awal
Pembatasan garam
Pemberian diuretik oral
c. Meningkatkan kontraktilitas
Dengan pemberian obat inotropic
d. Mengurangi beban akhir
Pemberian vasodilator seperti hydralazine dan nitrat yang menimbulkan dilatasi
anyaman vaskular melalui 2 cara:
Dilantasi langsung otot polos pembuluh darah
Menghambat enzim konversi angiotensin
Tanda:
3. Intervensi Keperawatan
a. Perununan curah jantung B.d perubahan kontraktilitas miocard, perubahan sruktural,
perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik.
Tujuan:
Diharapkan curah jantung kembali edukat
KH:
TTV dalam batas normal
Ortopnea tidak ada
Nyeri dada tidak ada
Terjadi penurunan episode dispnea
Hemodinamik DBN
Intervensi:
Mandiri
Kolaborasi:
Kolaborasi:
1. Defenisi
Kardiomiopati adalah Penyakit pada otot jantung dan dapat diklasifikasikan atas primer
dan sekunder (Brunner Suddart, 2001). Kardiomiopati adalah penyakit yang menyerang
otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya, namun beberapa penelitian mengatakan
Kardiomiopati merupakan penyakit genetik( Wong, 1997). Cardiomiopati adalah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan sekelompok penyakit otot etiologi tidak diketahui yang
terutama mempengaruhi kemampuan struktur atau fungsi oy miokardium. Diagnosis CMP
dibuat dengan manifestasi klinis pasien dan prosedur jantung non invasif dan invasif untuk
peran penyebab lain dari disfungsi (Sharon Mantik, 2000). Kardiomiopati adalah
sekelompok penyakit mendasar yang hanya menyerang miokardium ventrikel namun tidak
menyerang struktur miokardium lain seperti katup, atau arteri kkoronaria ( Price Sylvia,
2005).
2. Etiologi
Sebagian besar penyebab kardiomiopati tidak diketahui. Ada beberapa sebab yang
diketahui antara lain: Infeksi berbagai mikroorganisme toksik seperti etanol,
metabolik, buruknya gizi dan dapat diturunkan. Tapi kemungkinan ada hubungannya
dengan Alkohol yang berlebihan kardiomiopati dilasi.
3. Klasifikasi
Lapisan dinding jantung pada letak pertengahan miokardium menjadi lemah dan dan tidak
elastis, karena jantung kehilangan fungsi memompa dengan kuat dan menjadi meluas. Pada
fungsi jantung:bagaimanapun juga kontraksi menurun, akibatnya terjadi pengeluaran
cardiac output. Sangat idiopatik dan tidak ada hubungan eratnya pada penyakit jantung.
Ada 3 tipe pada kardiomiopatik:
a. Kardiomiopati dilatasi (umum ): otot jantung yang tipis dan meluas memiliki tanda-
tnda miniml gagal jantung semakin hipertensi dan dilatasi maka akan terjadi masalah
pada reaksi pemompaan ke ventrikel .
b. Kardiomiopati hipertropi :peningkatan masa oto ventrikel jantung mampu
berkontraksi, tapi tidak mampu relaksasi dan kaku in I membuat hanya beberapa aliran
darah yang mengalir .
c. Kardiomiopati Restriptif :otot jantung menjadi kaku dan terbatasnya darah dari
ventrikel biasanya dari angiolosis, radiasi, tau fibrosis miokardium setelah
bedah jantunng terbuka.
4. Patofisiologi
Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit
yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium. Kardiomiopati
digolongkan berdasar patologi, fisiologi dan tanda klinisnya. Penyakit ini dikelompokkan
menjadi: kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif, kardiomiopati hipertrofik,
kardiomiopati restriktif. Tanpa memperhatikan kategori dan penyebabnya, penyakit ini
dapat mengakibatkan gagal jantung berat dan bahkan kematian. Kardiomiopati dilasi atau
kongistif adalah bentuk kardiomiopati yang paling sering terjadi. Ditandai dengan adanya
dilasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot,
pembesaran atrium kiri, dan stasis darah dalam ventrikel. Pada pemeriksaan mikroskopis
otot memperlihatkan berkurangnya jumlah elemen kontraktil serat otot. Komsumsi alkohol
yang berlebihan sering berakibat berakibat kardiomiopati jenis ini. Kardiomiopati
hipertrofi jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertrofi, massa otot jantung bertambah
berat, terutama sepanjang septum. Terjadi peningkatan ukuran septum yang dapat
menghambat aliran darah dari atrium ke ventrikel; selanjutnya, kategori ini dibagi menjadi
obstruktif dan nonobstruktif. Kardiomiopati restritif adalah jenis terakhir dan kategori
paling sering terjadi. Bentuk ini ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu
saja volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat dihubungkan dengan amiloidosis (dimana
amiloid, suatu protein, tertimbun dalam sel) dan penyakit infiltrasi lain. Tanpa
memperhatikan perbedaannya masing-masing, fisiologi kardiomiopati merupakan urutan
kejadian yang progresif yang diakhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan ventrikel
kiri. Karena volume sekuncup makin lama makin berkurang, maka terjadi stimulasi saraf
simpatis, mengakibatkan peningkatan tahanan vaskuler sistemik. Seperti patofisiologi pada
gagal jantung dengan berbagai penyebab, ventrikel kiri akan membesar untuk
mengakomodasi kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami kegagalan. Kegagalan
ventrikel kanan biasanya juga menyertai proses ini (Smeltzer, 2001).
5. Manifestasi Klinis
a. Asimtomatik Beberapa pasien dengan HCM ( hipertropik Cardiomiopat) merupakan
asimtomatik. Ada beberapa tanda yng tidak ditunjukkan hingga mereka berusia
pertengahan 20 tahun.
b. Dispnea Tanda yang paling simtom adalah pernpasan pendek untuk menambah tekanan
pad paru- paru. Jantung tidak dapat beristirahat dengan cukup pada tekanan yang tinggi
dan membawa darah ke paru.
c. Angina Klien yang mengalami nyeri dada berhubungan dengan bertambahnya
masukan oksigen oleh kerja yang berlebih dari otot jantung dan menebalan,
penyempitan pembuluh darah koroner pada dinding jantung
d. Sinkop Penurunan kesadarn yang disebabkan oleh aritmia jantung berhubungan dengan
ketidakmampuan otot jantung untuk mengkonduksi impuls listrik
e. Kematian mendadak Pada dewasa muda mempunyai resiko mati mendadak selama
latihan fisik akibat dari fibrasi ventrikular, yang mana merupakan aritmia jantung
f. Suara jantung abnormal
1) Murmur, merupakan suara hasil turbulansi dari aliran darah abnormal
2) S3, merupakan bunyi ketiga yang biasanya didengar pada gagal jantung. S3 adalah
suara lembut oleh getaran dari dinding ventikel ketika pengisian ventrikel terlalu
deras. S3 didengar setelah bunyi S2 dan paling baik ditemukan pada apeks dari
ventrikel kiri , yang mana pada interkostal ke empat sepanjang garis midklavikula.
3) S4 yang merupakan bunyi jantung yang terdengar sebelum S1 yang merupakan
hasil dari jantung yang terlalu kaku. Ini adalah getaran dari katup-katup dan dinding
ventrikel ketika kontraksi dari atrium dan pengisian ventrikel.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kardiomiopati antara lain( Wong, 1997) :
a. Infeksi
b. CHF 3.
c. Hipertensi
d. Disritmia
e. Hemolisis dan hambatan mekanis
7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Rotgen dada, menunjukkan adanya pembesaran jantung, kongesti pulmonal
2) Akokardiogravi, menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi pelebaran dan
hipertofi kardiomiopati; ukuran ventikular kecil dan pembatan fungsi kardiomiopati
3) EKG, Perubahan ST, konduksi yang abnormalitas, LVH Hipertrofi ventrikel kanan
menunjukkan gelombang QRSyang lebar, biasanya ditunjukkan ditunjukkan 4,5,6
karena tegangan yang tinggi
4) Katerisasi jantung untuk mengukur tekanan katup, cardiak output dan fungsi ventrike,
tetapi sering tidak mampu menambah informasi yang telah didapat dari EKG.
5) Uji latihan, dapat menunjukkan kelemahan fungsi dari kardiak yang tidak jelas pada
saat istirahat.
8. Penatalaksanaan Medik
Terapi pada dasarnya memperhatikan penyebab yang spesifik. Penggunaan tindakan obat-
obatan tu terapi lanjut . mengatur terjadinya serangan dan memberi kekuatan jantung di
mana beberapa terapi dapat menghentikan proses cardiomipatik.
1) Mengatur diet dengan pengurangan garam
2) Beta adrenergic blockers-menyebabkan jantung mengalami pergerakan
lambat,memperoleh waktu yang lebih untuk mengisi ventrikel dan memperbaiki
fungsi kontraksi: Berupa Propranolol, nadolol, metoprolol ( untuk cardiomiopati
hipertofi )
3) Angiotensin-converting enzyme ( ACE ) untuk mengurangi tekanan pengisian
ventrikel kiri
4) Calcium channel blockers- mengurangi kerja pengisian menambah kontraksi :
Verapamil ( untuk cardiomiopati )
5) Mengurangi retensi diuretik cairan :
a. Furosemide , bumetanide , metolazone ( untuk cardiomiopati dilasi )
b. Spinorolactonne ( antagonist aldosterone )
6) Penggunaan agen netropik untuk memungkinkan jantung memiliki kekuatan
kontraksi besar :
a. Dobutamin
b. Milrinone
c. Digoxin ( untuk cardiomiopati dilasi )
7) Penggunaan anti koagulan oral untuk mengurangi kekentalan darah misalnya:
Warfarin ( untuk cardiomiopati dilasi dan hipertrofi )
8) Implantable cardoverter- defibrillator untuk resiko tinggi
9) Myectomyinsisi septum dan pembuangan jaringan mati
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Kardiomiopati kongestif pada fase lanjut terjadi gagal jantung akibat kegagalan ventrikel
kiri dengan manifestasi penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, dan pada
kompensasi akhir bisa mengganggu ventrikel kanan dengan manifestasi emboli sistemik
dan paru. Sering didapat adanya keluhan dispnea, nyeri dada, cepat lelah, palpitasi dan
sinkop.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
3) Gangguan Pertukaran Gas
3. Intervensi Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung
Domain 4 : aktivitas / istirahat
Kelas 4 : kardiovaskular pulmonal
Noc : keefektifan pompa jantung
Dengan dilakukan tindakan keperawtan selama ± 2 x 24 jam diharapkan adanya
keefektifan pompa jantung dengan indikator :
Teknan darah Sistolik
tekanan darah Diastolik
indek jantun
Nic : Perawatan Jantung
Mandiri :
1. Evaluasi nyeri dada
2. Melakukan penilaian secara keseluruhan dari sirkulasi sekeliling ( cek nadi,
edema, CRT, warna, dan suhu dari ekstremitas ).
3. Dokumentasi disritmia jantung
4. Catat tanda dan gejala dari pengurangan curah jantung
5. Monitor frekuensi TTV
6. Monitor sttus jantung
7. Monitor status pernapasan dari gejala gagal jantung
8. Monitor prut dari penurunan perfusi
9. Monitor keseimbangan cairan ( masukan/engeluaran dan berat badan )
10. Monitor fungsi jantung
11. Monitor aktivitas toleransi pasien
12. Monitor dyspnea, nyeri kepala, tachypnea
13. Kaji reaksi efek psikologi dan kondisi pasien
Penyuluhan :
1. Promosi manajemen stress
2. Menganjurkan banyak istirahat saat periode nyeri kepala
3. Instruksikan pasien dan keluarga untuk aktivitas ringan dan yang bertujuan
4. Anjurkan pasien untuk penting segera melaporkan saat adanya nyeri.
Kolaborasi :
1. Monitor nilai Lab ( enzim jantung, kadar elektrolit )
2. Kaji relaksasi pasien pada obat-obatan.
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d ketidakadekuatan O2
NOC: Neurological status consiciousnees (1002)
Dengan dilakukan tindakan keperawatan selama: 2x24 jam diharapkan orientasi dalam
batas normal dengan inikator :
a. Tidak ada stupos/r
b. Orientasi kognitif
c. Rangsangan lingkungan
Kolaborasi :
1. Catat perubahan sa02, sv02, dan tidal s02
2. Monitor laporan foto rongen
3. Berikan terapi treatment respirasi ( nebulizer ) bila perlu
4. Monitor penggunaan ventilator Mekanik
Kesimpulan
Kardiomiopati adalah penyakit yang menyerang otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya, namun beberapa penelitian mengatakan Kardiomiopati
merupakan penyakit genetik( Wong, 1997). Klasifikasi Kardiomiopatii digolongkan
berdasarkan patologi, fisiologi dan tanda klinisnya: Kardiomiopati dilasi atau kongestif,
Kardiomiopati hipertrofi, Kardiomiopati restriktif ( Brunner suddarth, 2001).
Manifestasi Klinis Kardiomiopati: dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria
maupun wanita, Dispnu saat beraktifitas, parosikmal nokturnal dispnu (PND), batuk, dan
mudah lelah, nyeri dada, pusing, pitting edema pada bagian ekrtremitas, pembesaran
hepar, tachycardia, distensi vena jugularis.
Saran
Diharapkan mahasiswa/i mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem kardiovaskular Kardiomiopati dengan tepat serta mampu
melakukan penyuluhan kesehatan pada pasien dengan Kardiomiopati
DISARETMIA
KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Disritmia
adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya.
Disritmia adalah gangguan sistem hantaran jantung dan bukan strruktur jantung. (Keperawatan
Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, 1997)
B. Etiologi
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan berikut
ini dalam sistem irama-konduksi jantung :
a. Irama abnormal dari pacu jantung.
b. Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
c. Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewktu menghantarkan impuls melalui
jantung.
d. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
e. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hamper semua bagian
jantung.
C. PATOFISIOLOGI
1. DISRITMIA NODUS SINUS
a. Bradikardi Sinus
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis,
peningkatan tekanan intracranial, atau infark miokard. Bradikardi sinus juga
dijumpai pada olahraghawan berat, orang yang sangat kesakitan, atau orang yang
mendapat pengobatan (propanolol, reserpin, metildopa), pada keadaan
hipoendokrin (miksedema, penyakit adison, panhipopituitarisme), pada anoreksia
nervosa, pada hipotermia, dan setelah kerusakan bedah nodus SA.
Karakteristik :
· Frekuensi : 40 sampai 60 denyut per menit
· Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal
· Kompleks QRS : biasanya normal
· Hantaran : biasanya normsl
· Irama : regular
b. Takikardi Sinus
Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebablkan oleh demam,
kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif, nyeri,
keadaan hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan
parasimpatolitik.
Karakteristik :
· Frekuensi : 100 sampai 180 denyut per menit
· Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam
gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal
· Kompleks QRS : biasanya mempunyai durasi normal
· Hantaran : biasanya normsl
· Irama : regular
2. DISRITMIA ATRIUM
a. Kontraksi Prematur Atrium
Kontraksi Prematur Atrium (PAC = premature atrium contraction) dapat
disebabakan oleh iritabilitas otot atrium kerana kafein, alcohol, nikotin,
miokardium Atrium yang teregang seperti pada gagal jantung kongestif, stress atu
kecemasan, hipokalemia (kadar kalium rendah), cedera, infark, atau keadaan
hipermetabolik.
Karakteristik :
· Frekuensi : 60 sampai 100 denyut per menit
· Gelombang P : biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan
gelombang P yang berasal dari nodus SA. Tempat lain pada atrium telah menjadi
iritabel (peningkatan otomatisasi) dan melepaskan impuls sebelum nodus SA
melepaskan impuls secara normal. Interval PR dapat berbeda dengan interval PR
impuls yang berasal dari nodus SA.
· Kompleks QRS : bisa normal, menyimpang atau tidak ada. Bila ventrikel
sudah menyelesaikan fase rep[olarisasi, mereka dapat merespons stimulus atrium
ini dari awal.Hantaran : biasanya normsl
· Irama : regular, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi lebih
awal dalam siklus dan biasanya tidak akan mempunyai jeda kompensasi yang
lengkap.
b. Takikardi Atrium Paroksismal
Takikardi Atrium Paoksismal (PAT = paroxysmal atrium tachychardia)
adalah takikardi atrium yang ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian
mendadak. Dapat dicetuskan oleh emosi, tembakau, kafein, kelelahan, pengobatan
simpatomimetik, atau alcohol. PAT biasanya tidak berhubungan dengan penyakit
jantung organic. Frekuensi yang sangat tinggfi dapat menyebabkan angina akibat
pebnurunan pengisian artei koroner. Curah jantung akan menurun dan dapat terjadi
gagal jantung.
Karakteristik :
· Frekuensi : 150 sampai 250 denyut per menit
· Gelombang P : ektopik dan mengalami distorsi disbanding gelombang P
normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek (kurang
dari 0,12 detik)
· Kompleks QR : biasanya normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila
terjadi penyimpangan hantaran
· Hantaran : biasanya normal
· Irama : regular
c. Flutter Atrium
Fluter atrium terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama
jantung dan membuat impuls antara 250 sampai 400 kali per menit. Karakter
penting pada disritmia ini adalah terjadinya penyekat terapi pada nodus AV, yang
mencegah penghantaran beberapa impuls. Penghantaran impuls melalui jantung
sebenartnya masih normal, sehingga komp;leks QRS tak terpengaruh. Inilah tanda
penting dari disritmia tipe ini, karena hantran 1 :1 impuls atrium yang dilepaskan
250 sampai 400 kali per menit akan mengakibatkan fibrilasi ventrikel, suatu
disritmia yang mengancam jiwa.
Karakteristik :
· Frekuensi : frekuensi atrium antara 250 sampai 400 denyut per menit
· Gelombang P : tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang
dihasilkan oleh focus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang
ini disebut sebagai gelombang F.
· Kompleks QRS : konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal.
· Gelombang T : ada namun bisa tertutup oleh gelombang fluter
· Irama : regular atau ireguler, tergantung jenis penyekatnya (mis., 2:1, 3:1,
atau kombinasinya)
d. Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak
terkoordinasi)biasanya berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik,
penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau
penyakit jantung congenital.
3. DISRITMIA VENTRIKEL
a. Kontraksi Prematur Ventrikel
Kontraksi premature ventrikel (PVC = premature ventricular contraction)
terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel otot ventrikel. PVC biasa disebabkan
oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau
peningkatan sirkulasi katekolamin.
b. Bigemini Ventrikel
Bigemini Ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit
arteri koroner, MI akut, dan CHF. Istilah bigemini mengacu pada kondisi di mana
setiap denyut adalah premature.
c. Takikardi Ventrikel
Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan iritabilitas miokard, seperti pada
PVC. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi
sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus
dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama
cepat ini dan sangat cemas.
d. Fibrilasi Ventrikel
Adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini
denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi. Polanya
sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan disritmia tipe lainnya. Karena tidak ada
koordinasi aktivitas jantung, maka dapat terjadi henti jantung dan kematian bila
fibrilasi ventrikel tidak segera dikoreksi.
4. ABNORMALITAS HANTARAN
a. Penyekat AV Derajat-Satu
Biasanya berhubungan dengan penyakit jantung organic atau mungkin
disebabkan pleh efek digitalis. Hal ini biasanya terlihat pada pasien dengan infark
miokard dinding inferior jantung.
b. Penyekat AV Derajat-Dua
Juga disebabkan oleh penyakit jantung organic, IM, atau intoksikasi
digitalis. Bentuk penyekat ini menghasilkan penurunan frekuensi jantung dan
biasanya penurunan curah jantung(curah jantung = volume sekuncup x frekuensi
jantung).
c. Penyekat AV Derajat-Tiga
Juga berhubungan dengan penyakit jantung organik, intoksikasi digitalis,
dan MI. frekuensi jantung berkurang drastis, mengakibatkan penurunan perfusi ke
organ vital. Seperti otak, jantung, paru, dan kulit.
5. ASISTOLE VENTRIKEL
Tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut jantung, denyut nadi
dan pernafasan. Tanpa penatalaksanaan segera, asistole ventrikel sangat fatal.
D. Manifestasi klinis
1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
5. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang
dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan
disritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
F. Penatalaksanaan Medis
Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
- Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
- Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai
anestesi.
- Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
2) Kelas 1 B
- Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
- Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
3) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
- Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
- Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
- Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
- Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
- Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
- Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
1. Terapi mekanis
1. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Kardioversi
mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam keadaan
sadar dan diminta persetujuannya.
2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel
apabila tidak ada irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan
mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus, sehingga
memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai pacemaker.
3. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel. Adalah suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takiakrdia ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami fibrilasi ventrikel.
2. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot
jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Pacemaker adalah alat listrik yang mampu
menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekwensi
jantung. Alat ini memulai dan memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker
alamiah jantung tak mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila
pasien mengalami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang
mengakibatkan kegagalan curah jantung.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DISRITMIA