You are on page 1of 7

TELAAH KASUS

RESTORASI AKHIR STAINLESS STEEL CROWN


PADA GIGI 65 PASCA PERAWATAN PULPEKTOMI

Oleh :
Rezy Kurnia

Dosen Pembimbing :
drg. Sri Ramayanti Sp. KGA, M.DSc

DEPARTEMEN PEDODONSIA
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
Telaah Kasus
Restorasi Stainless Steel Crown

Nama : Rezy Kurnia


No. BP : 1210342029
Preseptor : Drg. Sri Ramayanti, MDSc., Sp.KGA
Tanda tangan :

A. Data Pasien
No Kartu : 013901
Nama : Faiz Andi Kurniawan
Umur : 7 Tahun 1 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Panti asuhan darul maarif, gunung pangilun
Telepon : 081374384882

B. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complain
Pasien datang dengan gigi atas belakang kiri yang berlobang sudah dilakukan
perawatan pulpektomi vital dan ingin melakukan penambalan pasca perawatan
tersebut
2. Present Illness
Perawatan pulpektomi pasien dilakukan karena gigi tersebut pada awalnya
berlubang kecil lalu lubang membesar dan pertama kali sakit sekitar beberapa
bulan yang lalu ketika ada makanan yang masuk. Setelah perawatan pulpektomi
pasien tidak merasakan keluhan lagi pada gigi tersebut
3. Post Dental History
Pasien menyikat gigi 2x sehari ketika mandi pagi dan sore. Pasien belum pernah
mendapatkan perawatan dari dokter gigi. Pasien biasanya mencabut gigi yang
goyang sendiri
4. Post Medical History
Pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit dan tidak sedang mendapatkan
perawatan dari dokter

1
5. Family History
Ayah : tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik
Ibu : tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik
6. Social History
Pasien tinggal di sebuah Panti asuhan bersama beberapa anak lainnya. Pasien
sekarang duduk di kelas 1 sekolah dasar. Pasien biasanya pulang ke rumah orang
tuanya ketika libur sekolah

C. Pemeriksaan Objektif
Elemen gigi : karies profunda pada gigi 65 (site 2 size 4)
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
Termal (-)
Mobility (-)

Gigi 65 (tampak oklusal)


D. Pemeriksaan Radiografi

2
Interpretasi Gambaran Radiografi
Berdasarkan hasil rontgen terlihat bahwa pada gigi 65 terdapat:
1) Terlihat gambaran radiolusen pada bagian distal yang sudah mencapai kamar pulpa
2) Tidak ada terjadi resorpsi interna pada akar gigi
3) Gigi permanen pengganti belum terbentuk sempurna.

E. Diagnosa
Nekrosis Pulpa pasca Perawatan Pulpektomi Vital

F. Prognosis
Baik. Tidak terdapat fraktur horizontal maupun vertikal pada akar gigi. Pasien
kooperatif untuk datang berulang dan oral hygiene pasien baik.

G. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk restorasi indirect (Stainless Steel Crown):
Diagnostic set Stone bur / gunting
Bur set Sliding caliper
Glass lab Slicing Paper
Semen spatel Saliva Ejector

Bahan untuk restorasi indirect (Stainless Steel Crown) :


Cotton roll GIC Luting
Cotton pellet SSC

H. Tahapan pekerjaan
1. Kunjungan I
1) Sebelum gigi dipreparasi, ukur jarak mesiodistal gigi dengan sliding caliper. Selain
itu cek oklusi pasien, dan lakukan dokumentasi terhadap oklusi yang benar
Pengukuran ini bertujuan untuk memilih besarnya SSC yang akan dipakai. Ukuran
crown yang dipilih harus cukup besar untuk disisipkan diantara gigi dibawah
gingival margin dan sedikit bisa direstorasi.
2) Pembuangan jaringan karies jika masih ada

3
3) Pengurangan oklusal dilakukan sebanyak 1-1,5 mm. Lakukan preparasi oklusal
terlebih dahulu, dengan membuat alur sedalam 1,25 mm antar cusp. Lalu lakukan
pengurangan semua bagian oklusal gigi.

4) Mengurangi permukaan proksimal sebanyak 1 mm dengan bur fissure sehingga


terbentuk permukaan yang sedikit konvergen ke arah oklusal. Sebelum melakukan
preparasi, lindungi gigi tetangga dengan matriks band. Tempatkan bur diamond
berkontak dengan gigi pada embrasurre bukal atau lingual dengan posisi sudut 20
derajat dari vertikal dan ujungnya pada margin gingival. Preparasi dilakukan
dengan gerakan bukolingual mengikuti kontur proksimal gigi. Untuk menurangi
resiko kerusakan pada gigi tetangga akibat posisi bur yang miring maka dilakukan
slicing dari arah lingual ke bukal, baru dari arah oklusal ke gingival. Akhiran
preparasi berbentuk feather edge.

5) Mengurangi permukaan bukal dan lingual dengan bur fissured, permukaan bukal
dan lingual dikurangi sedikit sampai ke gingival margin dengan kedalaman lebih
kurang 1-1,5 mm. bulatkan sudut-sudut antar dua permukaan3.

6) Pemotongan SSC
 Letakkan SSC yang sudah dipilih di atas gigi yang telah dipreparasi.
 Tekan SSC ke arah gingiva :

4
o bila terlalu tinggi atau rendah maka oklusi tidak baik.
o bila terlalu besar atau kecil, SSC tidak dapat memasuki sulkus gingiva.
 Periksa apakah tepi SSC pada daerah aproksimal sudah baik.

 Tentukan kelebihan SSC, lalu buang dengan stone bur atau potong dengan
gunting.

 SSC dicoba lagi dan perhatikan :


o oklusi gigi geligi.
o jika gingiva terlihat pucat berarti SSC masih panjang dan perlu
pemotongan bagian servikalnya
7) Pembentukan SSC.
 Pembentukan SSC memerlukan tang khusus.
 Tempatkan tang dengan paruh cembung sebelah dalam dan paruh cembung
sebelah luar mahkota yang akan dibentuk.
 Bagian bukal lingual serta servikal dibentuk sesuai kontur gigi.

8) Penghalusan SSC
 Daerah margin SSC diasah ke arah gigi supaya pinggirnya tidak mengiritasi
gingival, lalu pinggirnya dihaluskan dan dilicinkan dengan stone bur/rubber
wheel.

5
9) Pemasangan SSC
 Lakukan isolasi daerah kerja dengan cotton roll, siapkan SSC.
 Pasang saliva ejector agar gigi tetap kering.
 Gunakan adhesive semen seperti yang diaduk sampai konsistensi seperti krim,
lalu alirkan ke dinding sebelah dalam SSC hingga hampir penuh.

 Pasang SSC dari arah lingual ke bukal, tekan dengan jari sampai posisi yang
tepat. Lalu pasien diinstruksikan menggigit seperti oklusi normal pada daerah
tersebut.

 Jika semen telah mengeras, bersihkan semua kelebihan bahan terutama pada
celah gingiva dan daerah interdental papil dengan menggunakan sonde. Semen
yang berlebihan dapat mengakibatkan inflamasi gingiva dan ketidaknyamanan.
 Pasien diinstruksikan untuk diet setengah lunak selama satu hari dan
dianjurkan untuk membersihkan celah gingiva dan daerah interdental papil
dengan dental floss.

2. Kunjungan II
1) Kontrol 1 minggu, tanyakan keluhan pasien. Cek palpasi, perkusi dan apakah ada
area yang membuat impaksi makanan.

You might also like