You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan akan pemakaian energi di Indonesia terus meningkat seiring
dengan laju pertumbuhan industri dan bertambahnya jumlah penduduk. Dengan
kondisi tersebut, hanya bergantung kepada energi fosil saja tidak akan mampu
memenuhi kebutuhan energi nasional. Oleh karena itu, Indonesia perlu
mengembangkan energi lain yang berpotensi besar khususnya dari bidang energi
baru dan energi terbarukan. Dari berbagai macam energi baru dan terbarukan yang
sedang dikembangkan di Indonesia, salah satunya adalah energi panas bumi yang
bisa dimanfaatkan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Manfaat
langsung dari sumber energi panas bumi antara lain sebagai sumber air panas
untuk pemandian umum dan wisata. Sedangkan, untuk manfaat secara tidak
langsung, panasbumi dapat digunakan sebagai Pembangkit Listrik. Indonesia
merupakan Negara dengan potensi panas bumi yang besar di dunia. Oleh Karena
hal tersebut, Pengembangan potensi-potensi panas bumi sangatlah penting.

1.2 Maksud dan Tujuan


Pehitungan Potensi panas bumi ini dilakukan dengan maksud agar dapat
memperkirakan jumlah sumur yang efisien dan efektif berkaitan dengan energi
yang dibutuhkan dengan menggunakan Software Feths 2D. Tujuan dari
pembuatan Analisa potensi panas bumi ini yakni dapat menghasilkan berbagai
grafik potensi, suhu, tekanan, dan lain sebagainya terkait dengan lama kontrak dan
jumlah sumur.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Energi Panas Bumi
Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di
bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi ini sudah
dimanfaatkan sejak tahun 1913 oleh Italy dan New Zealand pada 1958. Panas
Bumi merupakan salah satu energi yang masuk dalam kategori energi baru dan
terbarukan. Selain itu, panas bumi juga termasuk dalam golongan energi
berkelanjutan karena saat panas bumi diambil dan digunakan untuk pembangkit
listrik, panas bumi tersebut di reinjeksi melalui sumur injeksi kembali ke perut
bumi. Hal ini harus dilakukan untuk menjaga kesetimbangan massa di bawah
permukaan bumi. Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi hampir tidak
menghasilkan emisi gas rumah kaca dan hampir tidak menyebabkan polusi.
Pembangkit listik tenaga geothermal menghasilkan listrik sekitar 90%,
dibandingkan 65-75% pembangkit listrik berbahan bakar fosil.

Energi panas bumi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan energi


sumber lain yang dapat diperbaharui, di antaranya: hemat ruang dan pengaruh
Gambar 2.1 Skema sumber panas bumi [5] 9 dampak visual yang minimal,
mampu memproduksi secara terus- menerus selama 24 jam, sehingga tidak
membutuhkan tempat penyimpanan energi, Keunggulan lain dari geothermal
energi adalah dalam faktor kapasitasnya (capacity factor), yaitu perbandingan
antara beban rata‐rata yang dibangkitkan oleh pembangkit dalam suatu perioda
(average load generated in period) dengan beban maksimum yang dapat

2
dibangkitkan oleh PLTP tersebut (maximum load). Faktor kapasitas dari
pembangkit listrik panas bumi rata‐rata 95%, jauh lebih tinggi bila dibandingkan
dengan faktor kapasitas dari pembangkit listrik yang menggunakan batubara, yang
besarnya hanya 60‐70% (U.S Department of Energy). Dengan berbagai
keunggulan diatas, saat ini energi panas bumi merupakan salah satu primadona di
dalam dunia energi walaupun belum mampu menghasilkan daya yang sangat
besar, namun saat ini sudah banyak negara di seluruh dunia yang menggunakan
panas bumi sebagai sumber energi primer maupun sekunder.

2.2 Energi Panas Bumi di Indonesia


Di Indonesia sendiri, pencarian terhadap potensi panas bumi telah
dilakukan 95 tahun yang lalu di daerah Kawah Kamojang. Sejak tahun 1926 –
1929 terdapat 5 sumur yang dibor pada saat itu dimana salah satu dari kelima
sumur itu masih beroperasi sekarang dan masih memproduksikan uap panas
kering atau dry steam. Karena terdapat perang dunia dan perang kemerdekaan di
Republik Indonesia, maka kegiatan eksplorasi panas bumi dihentikan dan baru
dilanjutkan eksplorasi secara luas pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan
Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand melakukan
survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan
bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panasbumi dan pada survey selanjutnya
berkembang menjadi 256 prospek panasbumi.

2.3 Sistem Hidrothermal


Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal
yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperature sedang (150‐225oC) [3]. Sistem panas bumi jenis
hidrothermal pada dasarnya terbentuk dari hasil perpindahan panas secara
konduksi dan konduksi dari suatu sumber panas ke sekelilingnya. Perpindahan
panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas
secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber
panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya
apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan

3
untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu
sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air
menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan.

Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air
yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus
konveksi. Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali
ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal
surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud
pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa Gambar 2.2
Sistem hidrothermal secara umum. Kristalin Batuan Lapisan Permeable Batuan
Magma 11 diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan
oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.
Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya
perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahanrekahan
yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke
permukaan.

4
5
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisa Pada Sumur 2

Penurunan Suhu selama 24 Tahun

263.56

263.54

263.52

263.5

263.48

263.46

263.44

263.42
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.1.1 Grafik Penurunan Suhu

Pada grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara


penurunan suhu per tahun akibat adanya eksploitasi panas bumi dengan
menggunakan 2 sumur produksi. Tampak pada grafik diatas terjadi fluktuasi
penurunan pada suhu fluida panas bumi pada saat awal dieksploitasi sampai
mencapai 24 tahun produksi. Keadaan fluida panas saat dilakukan eksploitasi di
tahun pertama memiliki nilai suhu yang paling tinggi dengan besar suhu yaitu
263,570 C, sedangkan suhu terendah panas bumi berada di 24 tahun dengan besar
suhu yaitu 263,430 C. Sehingga dari grafik ini dapat digunakan untuk mengetahui
interval penurunan suhu fluida panas secara teratur pada setiap tahunnya selama
kegiatan eksploitasi.

6
Tekanan selama 24 Tahun
50.02

50

49.98

49.96

49.94

49.92

49.9

49.88
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.1.2 Grafik Penurunan Tekanan

Pada grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara


penurunan tekanan fluida per tahun akibat adanya eksploitasi panas bumi dengan
menggunakan 2 sumur produksi. Tampak pada grafik diatas terjadi fluktuasi
penurunan pada tekanan fluida panas pada saat awal dieksploitasi sampai
mencapai 24 tahun produksi. Keadaan fluida panas bumi saat dilakukan
eksploitasi di tahun pertama memiliki nilai tekanan yang paling tinggi dengan
besar yaitu 49,991 bar, sedangkan tekanan terendah pada fluida panas bumi
berada di 24 tahun dengan besar suhu yaitu 49,89 bar. Penurunan tekanan fluida
ini akan sebanding lurus terhadap penurunan suhu fluida. Sehingga dari grafik ini
dapat digunakan untuk mengetahui interval penurunan tekanan fluida panas bumi
secara teratur pada setiap tahunnya selama kegiatan eksploitasi.

7
Grafik Perubahan Entalphi
1167.5
1167
1166.5
1166
1165.5
Entalphi

1165
1164.5
1164
1163.5
1163
1162.5
1162
0 5 10 15 20 25 30
Tahun

Gambar 3.1.3 Grafik Perubahan Entalpi

Pada grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara


perubahan harga entalpi per tahun akibat adanya eksploitasi panas bumi dengan
menggunakan 2 sumur produksi. Entalpi adalah pertukaran energi panas selama
terjadi reaksi kimia pada fluida. Tampak pada grafik diatas terjadi perubahan
fluktuasi kenaikan entalpi pada fluida panas bumi, dimana pada saat awal
dieksploitasi sampai mencapai 24 tahun produksi. Fluida panas bumi saat
dilakukan eksploitasi di tahun pertama memiliki nilai entalpi yang paling rendah
dengan besar yaitu 1162.3 J, sedangkan entalpi tertinggi pada fluida panas bumi
berada di 24 tahun dengan besar yaitu 1166.8 J. Harga entalpi ini bila
dibandingkan dengan perubahan suhu dan tekanan pada fluida akan memiliki
hubungan yang saling berbanding terbalik, dimana jika suhu dan tekanan fluida
mengalami penurunan maka harga entalpinya akan semakin meningkat dan
sebaliknya. Sehingga dari grafik ini dapat digunakan untuk mengetahui interval
perubahan entalpi fluida panas bumi secara teratur pada setiap tahunnya selama
kegiatan eksploitasi.

8
Produksi 30 MW selama 24 Tahun
40

35

30

25

20

15

10

0
0 5 10 15 20 25 30
-5

Gambar 3.1.4 Grafik Produksi

Pada grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan kurva perubahan


produksi listrik per tiap tahunnya selama kegiatan eksploitasi panas bumi terjadi
dengan menggunakan 2 sumur produksi. Produksi listrik ini merupakan hasil dari
konversi megawatt thermal menjadi megawatt electric. Tampak pada grafik diatas
terjadi fluktuasi kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan tiap tahunnya
pada produksi listrik, dimana kenaikan produksi listrik terjadi ditahun pertama
sampai di tahun ke 6 dengan besar produksi yaitu 23.75, 23.68, 23.62, 23.56,
23.49, 23.41, 27.32, 27.22 Mwatt, dan pada tahun ke 7 produksi listrik ini
mengalami penurunan yang cukup signifikan sampai mencapai di tahun ke 16
dengan besar produksinya yaitu 33.11, 32.98, 32.85, 23, 23, 23, 21, 21 Mwatt
serta produksi dari tahun ke 17 sampai ke tahun 24 tidak ada produksi listrik yang
dihasilkan, karena pada tahun ini suhu fluida panas bumi sudah tidak memenuhi
kriteria standar eksploitasi. Maka dari grafik ini dapat digunakan untuk
mengetahui fluktuasi kenaikan dan penurunan yang terjadi pada produksi listrik
dan untuk mengetahui jarak interval pada setiap perubahan produksi pada setiap
tahunnya selama kegiatan eksploitasi. Sehingga dengan grafik ini dapat ditentukan
kualitas fluida panas bumi yang masih dapat diproduksi sesuai dengan standar
eksploitasi panas bumi.

9
3.2. Analisa Pada Sumur 3

Penurunan Suhu selama 24 Tahun

263.56

263.54

263.52

263.5

263.48

263.46

263.44

263.42
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.2.1 Grafik Penurunan Suhu

Pada grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara


penurunan suhu per tahun akibat adanya eksploitasi panas bumi dengan
menggunakan 3 sumur produksi. Tampak pada grafik diatas terjadi fluktuasi
penurunan pada panas bumi suhu pada saat awal dieksploitasi sampai mencapai
24 tahun produksi. Panas bumi saat dilakukan eksploitasi di tahun pertama
memiliki nilai suhu yang paling tinggi dengan besar suhu yaitu 263,560C,
sedangkan suhu terendah panas bumi berada di 24 tahun dengan besar suhu yaitu
263,430C. Pada tahun ke 19 sampai tahun 24, suhu pada fluida panas bumi sudah
mengalami keadaan yang lebih stabil ditunjukkan dengan perubahan suhu dengan
interval 0. Sehingga dari grafik ini dapat digunakan untuk mengetahui interval
penurunan suhu panas bumi secara teratur pada setiap tahunnya selama kegiatan
eksploitasi.

10
Tekanan selama 24 Tahun
50

49.98

49.96

49.94

49.92

49.9

49.88
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.2.2 Grafik Penurunan Tekanan

Pada grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara


penurunan tekanan fluida per tahun akibat adanya eksploitasi panas bumi dengan
menggunakan 3 sumur produksi. Tampak pada grafik diatas terjadi fluktuasi
penurunan pada tekanan fluida panas pada saat awal dieksploitasi sampai
mencapai 24 tahun produksi. Keadaan fluida panas bumi saat dilakukan
eksploitasi di tahun pertama memiliki nilai tekanan yang paling tinggi dengan
besar yaitu 49,991 bar, sedangkan tekanan terendah pada fluida panas bumi
berada di 24 tahun dengan besar suhu yaitu 49,89 bar. Penurunan tekanan fluida
ini akan sebanding lurus terhadap penurunan suhu fluida. Dari tahun ke 0 sampai
tahun ke 20 tekanan fluida mengalami penurunan, akan tetapi pada tahun ke 21
sampai ke 24, tekanan fluida mengalami kenaikan sebesar 0,1 bar, hal ini
kemungkinan karena dipengaruhi oleh perubahan suhu fluida yang tetap.
Sehingga dari grafik ini dapat digunakan untuk mengetahui interval penurunan
tekanan fluida panas bumi secara teratur pada setiap tahunnya selama kegiatan
eksploitasi.

11
Grafik Perubahan Entalphi
1167
1166.5
1166
1165.5
1165
Entalphi

1164.5
1164
1163.5
1163
1162.5
1162
0 5 10 15 20 25 30
Tahun

Gambar 3.2.3 Grafik Produksi

Pada grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara


perubahan harga entalpi per tahun akibat adanya eksploitasi panas bumi dengan
menggunakan 3 sumur produksi. Entalpi adalah pertukaran energi panas selama
terjadi reaksi kimia pada fluida. Tampak pada grafik diatas terjadi perubahan
fluktuasi kenaikan entalpi pada fluida panas bumi, dimana pada saat awal
dieksploitasi sampai mencapai 24 tahun produksi. Fluida panas bumi saat
dilakukan eksploitasi di tahun pertama memiliki nilai entalpi yang paling rendah
dengan besar yaitu 1162.6 J, sedangkan entalpi tertinggi pada fluida panas bumi
berada di 24 tahun dengan besar yaitu 1166.7 J. Akan tetapi pada tahun ke 20
sampai tahun ke 24 harga entalpinya sudah mengalami perubahan yang tetap
dengan interval perubahan yaitu 0. Harga entalpi ini bila dibandingkan dengan
perubahan suhu dan tekanan pada fluida akan memiliki hubungan yang saling
berbanding terbalik, dimana jika suhu dan tekanan fluida mengalami penurunan
maka harga entalpinya akan semakin meningkat dan sebaliknya. Sehingga dari
grafik ini dapat digunakan untuk mengetahui interval perubahan entalpi fluida
panas bumi secara teratur pada setiap tahunnya selama kegiatan eksploitasi.

12
Produksi 30 MW selama 24 Tahun
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.2.4 Grafik Produksi

Pada grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan kurva perubahan


produksi listrik per tiap tahunnya selama kegiatan eksploitasi panas bumi terjadi
dengan menggunakan 3 sumur produksi. Produksi listrik ini merupakan hasil dari
konversi megawatt thermal menjadi megawatt electric. Tampak pada grafik diatas
terjadi fluktuasi kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan tiap tahunnya
pada produksi listrik, dimana kenaikan produksi listrik terjadi ditahun pertama
sebesar 38.75 Mw, sedangkan pada tahun ke 4 mengalami penurunan sebesar
35.56 Mw, lalu mengalami kenaikan produksi mencapai 44 Mw ditahun ke 10,
lalu mengalami penurunan produksi lagi mencapai 30 ditahun ke 15, dan pada
tahun ke 25 merupakan jumlah produksi listrik terbesar sebesar 35.04 Mw, serta
sampai tahun ke 24 mengalami penurunan hingga jumlah produksi listrik
mencapai angka 0. Perubahan produksi ini terjadi karena pada setiap tahunnya
suhu fluida panas bumi mengalami perubahan yang tidak teratur. Maka dari grafik
ini dapat digunakan untuk mengetahui fluktuasi kenaikan dan penurunan yang
terjadi pada produksi listrik dan untuk mengetahui jarak interval pada setiap
perubahan produksi pada setiap tahunnya selama kegiatan eksploitasi. Sehingga
dengan grafik ini dapat ditentukan kualitas fluida panas bumi yang masih dapat
diproduksi sesuai dengan standar eksploitasi panas bumi.

13
3.3 Dengan 4 Sumur
3.3.1 Grafik Penurunan Suhu

Penurunan Suhu selama 24 Tahun


263.56

263.54

263.52

263.5

263.48

263.46

263.44

263.42

263.4
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.3.1 Grafik penurunan suhu selama 24 tahun

Grafik di atas merupakan grafik dari perkiraan penurunan suhu dari tahun ke
tahun dengan menggunakan 4 sumur. Grafik tersebut dibuat berdasarkan atas
penurunan nilai suhu fluida geothermal yang dihasilkan oleh software Feths. Dari
hasil running software Feths didapatkan hasil efektifitas produksi geothermal
selama 24 tahun. Pada grafik dapat dilahat bahwa suhu fluida geothermal pada
awal produksi adalah 263,55o C. Sedangkan pada akhir produksi yaitu tahun ke 24
memiliki suhu 263,41o C sehingga dapat diperkirakan penurunan suhu rata-rata
tiap tahunnya yaitu sekitar 0,01 o C. Hanya saja pada tahun ke 21 sampai tahun ke
24 memiliki suhu fluida yang relatif konstan yaitu sekitar 263,41o C.

14
3.3.2 Grafik Penurunan Tekanan

Tekanan selama 24 Tahun


50

49.98

49.96

49.94

49.92

49.9

49.88

49.86
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.3.2 Grafik penurunan tekanan selama 24 tahun

Grafik di atas merupakan grafik dari perkiraan penurunan tekanan dari


tahun ke tahun dengan menggunakan 4 sumur. Grafik tersebut dibuat berdasarkan
atas penurunan nilai tekanan fluida geothermal yang dihasilkan oleh software
feths. Dari hasil running software Feths didapatkan hasil efektifitas produksi
geothermal selama 24 tahun. Pada grafik dapat dilahat bahwa tekanan fluida
geothermal pada awal produksi adalah 49,991 bar, sedangkan pada akhir produksi
yaitu tahun ke 24 memiliki nilai tekanan 49,873 bar. Dari grafik dapat dilihat
bahwa penurunan tekanan fluida geothermal dari tahun ke tahun relatif stabil yaitu
berkisar 0,008 bar. Hanya saja pada tahun ke 20 sampai tahun ke 24 memiliki
tekanan fluiada yang relatif konstan yaitu antara 49,875 bar sampai 49,873 bar.

15
3.3.3 Grafik Perubahan Entalphi

Perubahan entalphi terhadap 24 Tahun Produksi


1195

1190

1185
Entalphi

1180

1175

1170

1165

1160
0 5 10 15 20 25 30
Tahun

Gambar 3.3.3 Grafik perubahan entalphi selama 24 tahun

Grafik di atas merupakan grafik dari perubahan entalphi terhadap waktu


produksi selama 24 tahun dengan menggunakan 4 sumur. Grafik tersebut dibuat
berdasarkan atas perubahan entalphi dari fase geothermal yang dihasilkan oleh
software feths. Dari hasil running software Feths didapatkan hasil efektifitas
produksi geothermal selama 24 tahun. Pada grafik dapat dilahat bahwa perubahan
entalphi akan semakin meningkat seiring berjalannya produksi dan seiring dengan
rendahnya tekanan dan temperature dari fluida geothermal . Perubahan entalphi
yang ditunjukkan oleh grafik di atas yaitu semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan fase dari fluida menjadi uap yang
terjadi dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan volume fluida berkurang. Hal
itu ditandai dengan pada awal produksi didapatkan entalphi sebesar 1162,5 kj/kg,
sedangkan pada akhir produksi yaitu tahun ke 24 memiliki entalphi sebesar 1189
kj/kg. Dari grafik dapat dilihat bahwa peningkatan entalphi geothermal dari tahun
ke tahun relatif meningkat sebesar 2 kj/kg . Semakin tinggi entalphi yang terukur
maka semakin kering pula kondisi sumur geothermal yang diproduksi sehingga
perlunya dilakukan reinjeksi ulang.

16
3.3.4 Grafik Produksi 30 Mw

Produksi 30 MW selama 24 Tahun


60

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.3.4 Grafik produksi 30 Mw selama 24 tahun

Grafik di atas merupakan grafik dari perkiraan efektifitas masa produksi


geothermal dengan estimasi tingkat energi produksinya sebesar 30 MW dari tahun
ke tahun dengan menggunakan 4 sumur. Grafik tersebut dibuat berdasarkan atas
estimasi produksi energi geothermal yang dihasilkan oleh software feths. Dari
hasil running software Feths didapatkan hasil efektifitas masa produksi
geothermal selama 24 tahun. Pada grafik dapat dilahat bahwa energi geothermal
yang dapat diproduksi pada awal tahun produksi adalah 43.75 Mw. Sedangkan
dari tahun ke tahun energi yang dapat diproduksi mengalami penurunan dan
kenaikan yang fluktuatif dengan rata-rata nilainya 0,1 sampai 4 Mw. Penurunan
dan kenaikan produksi energi sangat relatif dipengaruhi oleh kondisi suhu,
tekanan dan volume fluida geothermal pada reservoir. Energi akan habis
diproduksi pada tahun ke 24 karena menunjukan angka produksi 0 Mw sehingga
perlunya reinjeksi fluida ulang ke dalam reservoir panas bumi.

17
3.4 Dengan 5 Sumur
3.4.1 Grafik Penurunan Suhu

Penurunan Suhu selama 24 Tahun

263.56

263.54

263.52

263.5

263.48

263.46

263.44

263.42
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.4.1 Grafik penurunan suhu selama 24 tahun

Grafik di atas merupakan grafik dari perkiraan penurunan suhu dari tahun
ke tahun dengan menggunakan 4 sumur. Grafik tersebut dibuat berdasarkan atas
penurunan nilai suhu fluida geothermal yang dihasilkan oleh software Feths. Dari
hasil running software Feths didapatkan hasil efektifitas produksi geothermal
selama 24 tahun. Pada grafik dapat dilahat bahwa suhu fluida geothermal pada
awal produksi adalah 263,56o C. Sedangkan pada akhir produksi yaitu tahun ke 24
memiliki suhu 263,43o C sehingga dapat diperkirakan penurunan suhu rata-rata
tiap tahunnya yaitu sekitar 0,01 o C. Hanya saja pada tahun ke 21 sampai tahun ke
24 memiliki suhu fluida yang relatif konstan yaitu sekitar 263,43o C.

18
3.4.2 Grafik Penurunan Tekanan

Tekanan selama 24 Tahun


50.02

50

49.98

49.96

49.94

49.92

49.9

49.88
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.4.2 Grafik penurunan tekanan selama 24 tahun

Grafik di atas merupakan grafik dari perkiraan penurunan tekanan dari


tahun ke tahun dengan menggunakan 4 sumur. Grafik tersebut dibuat berdasarkan
atas penurunan nilai tekanan fluida geothermal yang dihasilkan oleh software
feths. Dari hasil running software Feths didapatkan hasil efektifitas produksi
geothermal selama 24 tahun. Pada grafik dapat dilahat bahwa tekanan fluida
geothermal pada awal produksi adalah 49.998 bar, sedangkan pada akhir produksi
yaitu tahun ke 24 memiliki nilai tekanan 49.891 bar. Dari grafik dapat dilihat
bahwa penurunan tekanan fluida geothermal dari tahun ke tahun relatif stabil yaitu
berkisar 0,004 bar. Hanya saja pada tahun ke 21 sampai tahun ke 24 memiliki
tekanan fluiada yang relatif konstan yaitu antara 49.893 bar sampai 49.891 bar.

19
3.4.3 Grafik Perubahan Entalphi

Perubahan Entalphi terhadap tahun


1167.5
1167
1166.5
1166
1165.5
Entalphi

1165
1164.5
1164
1163.5
1163
1162.5
1162
0 5 10 15 20 25 30
Tahun

Gambar 3.4.3 Grafik perubahan entalphi selama 24 tahun

Grafik di atas merupakan grafik dari perubahan entalphi terhadap waktu


produksi selama 24 tahun dengan menggunakan 4 sumur. Grafik tersebut dibuat
berdasarkan atas perubahan entalphi dari fase geothermal yang dihasilkan oleh
software feths. Dari hasil running software Feths didapatkan hasil efektifitas
produksi geothermal selama 24 tahun. Pada grafik dapat dilahat bahwa perubahan
entalphi akan semakin meningkat seiring berjalannya produksi dan seiring dengan
rendahnya tekanan dan temperature dari fluida geothermal . Perubahan entalphi
yang ditunjukkan oleh grafik di atas yaitu semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan fase dari fluida menjadi uap yang
terjadi dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan volume fluida berkurang. Hal
itu ditandai dengan pada awal produksi didapatkan entalphi sebesar 1162,3 kj/kg,
sedangkan pada akhir produksi yaitu tahun ke 24 memiliki entalphi sebesar
1166.8 kj/kg. Dari grafik dapat dilihat bahwa peningkatan entalphi geothermal
dari tahun ke tahun relatif meningkat sebesar 0,5 kj/kg . Semakin tinggi entalphi
yang terukur maka semakin kering pula kondisi sumur geothermal yang
diproduksi sehingga perlunya dilakukan reinjeksi ulang.

20
3.4.3 Grafik Produksi 30 Mw

Produksi 30 MW selama 24 Tahun


60

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25 30

Gambar 3.4.4 Grafik produksi 30 Mw selama 24 tahun

Grafik di atas merupakan grafik dari perkiraan efektifitas masa produksi


geothermal dengan estimasi tingkat energi produksinya sebesar 30 MW dari tahun
ke tahun dengan menggunakan 4 sumur. Grafik tersebut dibuat berdasarkan atas
estimasi produksi energi geothermal yang dihasilkan oleh software feths. Dari
hasil running software Feths didapatkan hasil efektifitas masa produksi
geothermal selama 24 tahun. Pada grafik dapat dilahat bahwa energi geothermal
yang dapat diproduksi pada awal tahun produksi adalah 48,75 Mw. Sedangkan
dari tahun ke tahun energi yang dapat diproduksi mengalami penurunan dan
kenaikan yang fluktuatif dengan rata-rata nilainya 0,1 sampai 4 Mw. Penurunan
dan kenaikan produksi energi sangat relatif dipengaruhi oleh kondisi suhu,
tekanan dan volume fluida geothermal pada reservoir. Energi akan habis
diproduksi pada tahun ke 24 karena menunjukan angka produksi 0 Mw sehingga
perlunya reinjeksi fluida ulang ke dalam reservoir panas bumi

21
3.5 Grafik Sensitivitas Suhu Terhadap Produksi

Sensitivitas Permeabilitas Terhadap Suhu


263.58
263.56
263.54
Temperature (oC)

263.52
263.5 2 Sumur
263.48 3 sumur
263.46 4 sumur
263.44
5 Sumur
263.42
263.4
0 5 10 15 20 25 30
Year

Gambar 3.5 Grafik Sensitivitas Permeabilitas Terhadap Suhu

Pada grafik di atas merupakan grafik yang menunjukkan kurva perubahan


suhu dari hasil analisa pada sumurproduksi yang berbeda-beda yaitu pada sumur
2, 3, 4, dan 5. Pada grafik ini bertujuan untuk memandingkan hasil perubahan
suhu pada sumur produksi yang berbeda di setiap tahunnya. Tampak pada grafik
diatas bahwa perubahan suhu setiap sumurnya memiliki pola yang relatif sama
sejak tahun pertama sampai di tahun ke 24. Sumur produksi yang memiliki nilai
suhu yang rata-ratanya tinggi yaitu berada pada hasil analisa pada 2 sumur
produksi dengan suhu tertingginya yaitu 263,50C, sedangkan sumur produksi yang
memiliki suhu yang rata-rata rendah adalah berada pada 5 sumur produksi dengan
suhu terendah sebesar 263,410C. Sehingga dari grafik ini dapat digunakan untuk
mengetahui perubahan suhu pada tiap tahunnya dengan jumlah sumur yang
berbeda-beda selama kegiatan eksploitasi.

22
3.6 Sensitivitas Permeabilitas Terhadap Tekanan

sensitivitas Permeabilitas Thd. Tekanan


50.02
50
49.98
Tekanan (bar)

49.96
2 Sumur
49.94
3 Sumur
49.92
4 Sumur
49.9
5 sumur
49.88
49.86
0 5 10 15 20 25 30
Tahun

Gambar 3.6 Grafik sensitivitas permeabilitas terhadap tekanan

Gambar di atas merupakan gambar grafik sensitivitas permeabilitas terhadap


Tekanan yang menggambarkan kesesuaian pemakaian jumlah sumur dalam
kegiatan produksi geothermal. Dari gambar di atas dapat dilihat beberapa
probability (kemungkinan) dari pengaruh penggunaan jumlah sumur dengan efek
tekanan yang akan ditimbulkan oleh fluida geothermal. Garis simbol warna biru
menunjukkan penggunaan 2 buah sumur produksi, warna merah menunjukkan
penggunaan 3 sumur produksi, warna abu-abu menunjukkan penggunaan 4 sumur
produksi serta warna orange menunjukkan penggunaan 5 sumur produksi.
Target penggunaan energi yang akan dicapai dalam kegiatan produksi
adalah sebesar 30 Mw. Dari data grafik di atas dapat dilihat bahwa penggunaan
jumah sumur yang paling efektif adalah menggunakan 3 sumur produksi. Hal
tersebut dikarenakan pada penggunaan 3 sumur yang ditunjukkan oleh warna
orange memiliki kondisi tekanan yang relatif stabil dibanding dengan jumlah
sumur lainnya. Selain itu pemilihan jumlah 3 sumur juga didasarkan dengan
pertimbangan jumlah biaya yang keluar dan target energi yang dicapai yaitu 30
sehingga tidak perlu tekanan yang terlalu berlebihan untuk mempermudah
perawatan segala infrastruktur produksi.

23
3.7 Sensitivitas Permeabilitas Terhadap Produksi

sensitivitas Permeabilitas Thd. Produksi


60

50

40
Produksi (Mw)

2 Sumur
30
3 Sumur
20
4 Sumur
10 5 Sumur

0
0 5 10 15 20 25 30
-10
Tahun

Gambar 3.7 Grafik sensitivitas permeabilitas terhadap produksi

Gambar di atas merupakan gambar grafik sensitivitas permeabilitas terhadap


produksi yang menggambarkan kesesuaian pemakaian sumur dalam kegiatan
produksi geothermal. Dari gambar di atas dapat dilihat beberapa probability
(kemungkinan) dari pengaruh penggunaan jumlah sumur serta keefektifitasan
produksi dimana garis simbol warna biru menunjukkan produksi dengan
menggunakan 2 buah sumur, warna merah menunjukkan penggunaan 3 sumur
produksi, warna abu-abu menunjukkan penggunaan 4 sumur produksi serta warna
orange menunjukkan penggunaan 5 sumur produksi.
Target penggunaan energi yang akan dicapai dalam kegiatan produksi
adalah sebesar 30 Mw, sedangkan kegiatan produksi dituntut untuk seekonomis
mungkin.Dari data grafik di atas dapat dilihat bahwa penggunaan jumah sumur
yang paling efektif adalah menggunakan 3 sumur produksi. Hal tersebut
dikarenakan pada penggunaan 3 sumur yang ditunjukkan oleh warna orange
mendekati dengan angka produksi 30 Mw serta lebih hemat biaya pengeluaran
produksi. sedangkan apabila dipilih 2 sumur produksi maka umur produksinya
lebih pendek dan tidak sesuai dengan target yaitu 24 tahun. Apabila memilih 4
sumur maka akan terlalu memakan banyak biaya pengeluaran, sedangkan energy
yang diperlukan hanyalah 30 Mw. Maka dari pertimbangan itulah penggunaan 3
sumur produksi yang paling sesuai untuk digunakan.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data sumur produksi hasil analisa suhu, tekanan,
harga entalpi, dan jumlah produksi listrik pada setiap tahunnya dengan
menggunakan software Feths, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari Simulasi dengan Software Feth 2D diperoleh informasi untuk dapat


memproduksi 30 Megawatt dalam 30 tahun paling baik menggunakan 3
sumur produksi.

25

You might also like