You are on page 1of 16

Shafira Gina Andriana

PBL 3

Referensi :
1. Phoenix R, Stewart K, Cagna D, DeFreest C. Stewart's clinical removable partial prosthodontics. Quintessence,
Chicago, 4th Ed, 2008.
2. Rosentiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4 th ed. Louis : Mosby Inc 2006
3. McCracken W. A comparison of tooth-borne and tooth-tissue-borne removable partial dentures. The Journal of
Prosthetic Dentistry.1953.

 TATALAKSANA GTSL
PENENTUAN DIMENSI VERTIKAL
Dimensi vertical dibagi atas dimensi vertical oklusi (OVD) dan dimensi vertical fisiologis (RVD). Dimensi vertical oklusi
dihasilkan dari gigi yang beroklusi. Pada pasien edentulous, OVD dihasilkan dari tinggi vertical 2 protesa yang
dikontakkan.
Metode untuk menentukan dimensi vertical ada 2 kategori :
1) Metode mekanis : preextraction records and measurement, kesejajaran ridge, dll
2) Metode fisiologis : penggunaan posisi fisiologis istirahat, fenomena mengunyah, dan fonetik
Semua perkiraan dianggap DIMENSI VERTIKAL TENTATIF hingga gigi diobservasi fonetik dan estetiknya melalui metode
diatas.

METODE MEKANIS

PREEXTRACTION RECORDS
 Profile radiograph digunakan untuk menentukan OVD tetapi karena radiasinya tinggi, tidak dianjurkan untuk
penggunaan rutin pada pasien edentulous.
 Cast of teeth in occlusion. Metode paling simple untuk menentukan vertical overlap relation dan bentuk dan
ukuran gigi melalui diagnostic cast yang dipasang pada articulator
 Facial measurement melalui peletakan facebow dengan auditory meatus plugh dan spectacle suspension. Metode
lain untuk merekan jarak dari dagu ke dasar hidung menggunakan caliper atau dividers

RIDGE RELATION
 Incisive papilla to mandibular incisors. Incisive papilla adalah landmark stabil yang berubah seiring resorpsi
alveolar ridge. Jarak papilla dari incisal edge gigi anterior mandibula pada diagnostic cast sekitar 4 mm. indical
edge maxilla central incisor sekitar 6mm dibawah incisive papilla. Maka, vertical overlap rata2 gigi incisor sekitar
2mm. (ingat! Berbeda2 pada setiap individu)
Shafira Gina Andriana
PBL 3

 Parallelism of the ridge. Mahkota klinis anterior dan posterior hampir memiliki tinggi yang
sama, kehilangan gigi cenderung meninggalkan residual alveolar ridge yang hamper sama
tingginya. Namun demikian, pada kebanyakan orang yang mulai edentulous, residual ridge
tidak parallel.
 Pengukuran denture sebelumnya. Denture yang telah dipakai pasien dapat diukur dan
dibandingkan dengan wajah pasien untuk menentukan perubahan yang dibutuhkan. Pengukuran ini dibuat dari
ridge crest pada maxilla dan mandibula denture dengan Boley gauge.

METODE FISIOLOGIS

PHYSIOLOGICAL REST POSITION


 Registration of jaw in physiological rest position gives an indication of appropriate vertical dimension of occlusion.
Hal ini memungkinkan karna perbedaan OVD dan RVD dinamakan freeway space. Biasanya 2-4 mm ketika diamati
pada P1.
 Metode lain yang lebih adekuat yaitu, mengharuskan pasien relax dengan badan tegak lurus dan kepala
unsupported. Setelah insersi wax occlusion rim, pasien menelan dan biarkan rahang relax. Ketika relaksasi sudah
tepat, bibir dipisahkan untuk melihat jarak antara galangan gigit. Pasien harus membiarkan dentist membuka
bibir tanpa pasiennya menggerakkan rahang/membantu dokternya untuk membuka bibir (pasien diem aja). Jarak
yang didapat harus antara 2-4 mm di P1.
 Jarak interarch dan rest position dapat diukur melalui indelible dots atau adhesive tape di wajah. Jika jaraknya > 4
mm berarti OVD terlalu kecil. Jika jaraknya < 2 mm berarti OVD terlalu besar. Galangan gigit diatur sampai dentist
puas dengan jaran interarch dapat diterima

FONETIK
 Tes fonetik meliputi mendengarkan suara berbicara dan hubungan gigi ketika berbicara. Suara ch, s dan j
menyebabkan gigi anterior mendekati berkontak. Jika jaraknya jauh berarti OVD nya terlalu kecil. Jika giginya
berkontak, berarti OVD terlalu besar

ESTETIK
 Kontur bibir tergantung dari struktur instrinsik didalamnya. Oleh karena itum dentist harus mengkontur
permukaan labial dari galangan gigit

SWALLOWING THRESHOLD
 Posisi mandibula saat memulai menalan menentukan OVD karena gigi berkontak ringan saat memulai menelan.
Jika oklusi denture hilang selama menelan, bisa saja OVD terlalu jauh.

TACTILE SENSE AND PATIENT-PERCEIVED COMFORT


TESTING VERTICAL JAW RELATION WITH OCCLUSION RIM

PRE-PROSTHETIC TREATMENT
Rosentiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4th ed. Louis : Mosby Inc 2006 (174-186)
Sebagai rencana perawatan, berikut prosedur rencana perawatan dalam terapi prosthodontik:
- Mengobati keluhan pasien
Shafira Gina Andriana
PBL 3

- Menghilangkan faktor etiologi (ekskavasi karies, pembuangan deposit)


- Memperbaiki kerusakan
- Memperthankan kesehatan dental
Berikut ini urutan perawatan pada pasien yang mengalami extensive dental disease, meliputi kehilangan gigi, sisa
akar, karies, dan restorasi yang cacat:
1. Penilaian awal
2. Perawatan emergency dari gejala yang timbul
3. Bedah mulut
4. Kontrol karies dan penggantian restorasi yang telah rusak
5. Perawatan endodontik
6. Perawatan periodontal definitif -> bersamaan dengan preliminary occlusal therapy
7. Perawatan orthodontik
8. Perawatan oklusal definitif
9. Fixed prosthodontic
10. Follow-up care
Namun, urutan perawatan persiapan harus flexibel; 1 atau 2 fase dapat dilaksanakan bersamaan.

ORAL SURGERY

SOFT TISSUE PROCEDURES


 Abnormalitas pada jaringan lunak yang dapat menghambat prosedur bedah harus diketahui saat pemeriksaan
awal atau melalui radiograf. Jika perlu, pasien dapat dirujuk ke dokter spesialis bedah mulut.
 Yang termasuk elective soft tissue surgery adalah perlekatan otot, pembuangan wedge atau jaringan lunak distal
terhadap molar, meningkatkan kedalaman vestibular, atau modifikasi edentulous ridge untuk mengakomodasi
protesa fixed atau removable

HARD TISSUE PROCEDURES


 Ekstraksi gigi merupakan prosedur bedah paling umum yang melibatkan jaringan keras. Hal ini harus dilaksanakan
di awal perawatan untuk maximum healing time dan rekontur tulang
 Pembuangan tuberositas pun termasuk ke dalam prosedur jaringan keras, terutama ketika tidak ada space yang
cukup untuk mengakomodasi protesa.
 Gigi impaksi atau unerupted supernumerary teeth harus diekstraksi apabila menimbulkan kerusakan terhadap
struktur terdekat

ORTHOGNATHIC SURGERY
 Kandidat bedah ortognatik membutukan evaluasi restoratif yang mendalam serta perhatian sebelum perawatan
 Jika tidak, maka peningkatan yang diharapkan dalam tulang wajah dapat disertai dengan disfungsi oklusal yang
tidak terduga
 Setelah bedah, hubungan antara kontrol plak, pencegahan karies, dan kesehatan jaringan periodontal harus
ditekankan pada pasien

IMPLANT-SUPPORTED FIXED PROSTHESES


 Implan yang sukses membutuhkan pemilihan pasien yang tepat dan eksekusi teknik yang mahir.
Shafira Gina Andriana
PBL 3

CARIES AND EXISTING RESTORATIONS


 Mahkota dan gigi tiruan merupakan restorasi definitif
 Mereka butuh waktu yang panjang dan butuh biaya yang mahal sehingga tidak direkomendasikan kecuali butuh
restorasi dalam waktu yang panjang
 Setiap gigi yang membutuhkan mahkota biasanya rusak parah atau memiliki restorasi yang besar.
 Restorasi yang terdapat pada gigi tersebut harus dinilai dengan baik
 Apabila diragukan, maka restorasi harus digantikan
 Walaupun butuh waktu yang lama untuk mengganti restorasi, namun hal tersebut merupakan harga yang harus
dibayar agar di masa depan gigi akan menjadi caries-free

FOUNDATION RESTORATIONS (PASAK)


 Core (pasak) digunakan untuk membentuk gigi yang rusak kembali ke bentuk anatomis idealnya sebelum
pemasangan crown
 Pasak harus menyediakan fungsi yang baik dan harus dikontur dan difinishing untuk memfasilitasi oral hygiene
 Ada beberapa dental material yang dapat digunakan untuk pasak, diantaranya adalah amalgam, resin-modified
glass ionomer, composite resin, pin-retained cast metal core

ENDODONTICS
 Saat pengumpulan data awal, kita perlu memperhatikan kebutuhan endodontic yang memungkinkan.
 Pemeriksaan klinis harus meliputi tes vitalitas seluruh gigi pada lengkung gigi
 Sensitivitas terhadap perkusi juga perlu dicatat
 Berbagai sensitivitas abnormal, pembengkakan jaringan lunak, fistula, atau gigi yang mengalami diskolorasi perlu
dicurigai terhadap adanya keterlibatan pulpa
 Pasien yang memiliki gejala2 tersebut biasanya tidak menunjukkan masalah saat diagnosis, karena hanya rasa
sakit merupakan keluhan utama mereka
 Ketika timbul keraguan mengenai kesehatan pulpa, pasien harus dinilai secara radiografis dan film harus
diinspeksi terhadap tanda2 kelainan periapikal (radiolusensi atau pelebaran ligamen periodontal)
 Jika timbul keraguan mengenai prognosis gigi, maka radiograf harus selalu dievaluasi sebagai rujukan terhadap
hasil tes perkusi dan vitalitas

DEFINITIVE PERIODONTAL TREATMENT


McCracken W. A comparison of tooth-borne and tooth-tissue-borne removable partial dentures. The Journal of
Prosthetic Dentistry.1953.
Pada umumnya penyakit rongga mulut yang mengganggu perawatan prostondosia adalah penyakit
periodontal. Oleh karena itu dibutuhkan perawatan periodonsia untuk mengeliminasi poket periodontal yang dalam,
mengeliminasi infeksi dan inflamasi, merestorasi struktur gingiva yang optimal, dan mempertahankan atau
menghasilkan zona adekuat yang memadai pada attached gingiva di sekeliling gigi abutment.
Sebaiknya perawatan periodonsia dilakukan terlebih dulu sebelum ekstraksi gigi. Hal ini mencegah masuknya
fragmen kalkulus ke dalam soket pasca ekstraksi gigi yang dapat menyebabkan infeksi.
Tujuan dari terapi periodontal adalah untuk mengembalikan struktur penyangga gigi ke kondisi yang sehat. Beberapa
kriterianya adalah sebagai berikut:
Shafira Gina Andriana
PBL 3

1. Menghilangkan dan mengontrol semua faktor etiologi penyakit periodontal bersamaan dengan reduksi dan
eliminasi bleeding on probing
2. Eliminasi dan reduksi kedalam poket untuk menghasilkan sulkus gingiva yang sehat
3. Menghasilkan hubungan oklusal fungsional atraumatik dan kestabilan gigi
4. Pengembangan program kontrol plak

TAHAPAN TERAPI PERIODONTAL


 Fase I (Terapi Initial)
Pada fase ini terdapat dental health education agar pasien mengerti cara untuk meningkatkan oral hygiene-nya,
scalling dan root planning, eliminasi faktor etiologi selain kalkulus, occlusal adjustment, dan splinting.
 Fase II (Definitive Periodontal Surgery)
Pada fase ini dilakukan gingivektomi atau bedah flap yang dapat dilanjutkan dengan guided tissue regeneration (GTR).
 Fase III (Maintenance)
Pada fase ini dokter gigi melakukan pemantauan terhadap hasil perawatan dan pemulihan jaringan periodontal
pasien.

ORTHODONSIA
Rosentiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4th ed. Louis : Mosby Inc 2006 Kehilangan
gigi dapat menyebabkan gigi di sekitarnya drifting, tipping, atau ekstud. Perawatan ortodonsia diperlukan untuk
mengoreksi gigi yang ekstrud dan malposisi serta menegakkan gigi yang tipping sehingga tercipta oklusi dan aligment
yang baik. Dalam perawatan prostodonsia, perawatan ortho dapat digunakan untuk reposisi gigi abutment untuk
memperlebar ruang pontik, meningkatkan aligment gigi dalam arah aksial, dan meningkatkan kontur embrasure pada
gigi tiruan.

OCCLUSAL ADJUSTMENT
McCracken W. A comparison of tooth-borne and tooth-tissue-borne removable partial dentures. The Journal of
Prosthetic Dentistry.1953.
Pada kasus tertentu, kontak premature, penyimpangan kontak oklusal, atau slide saat oklusi harus dieliminasi
sebelum melakukan prosedur restoratif untuk menghindari hasil oklusi abnormal dalam restorasi.

 PREPARASI GIGI ABUTMENT

DEVELOPING GUIDING PLANE

DEVELOPING PLANE PADA ABUTMENT TEETH YANG BERDEKATAN DENGAN SEGMEN TOOTH-SUPPORTED
Preparasi dengan menggunakan bur silindris dengan highspeed, dengan menggerakan menggunakan tekanan
perlahan yang digerakan dari facial line angel ke lingual line angel (10-20). Tinggi oklusogingiva 2-4mm dan mengikuti
contur alami permukaan gigi (10-21). Polish dengan menggunakan carburandum-impregnated rubber point atau
wheel dengan menggunakan low-speed dengan tekanan yang lembut dan secara intermiten untuk menghindari panas
yang akan dihasilkan
Shafira Gina Andriana
PBL 3

GUIDING PLANE PADA GIGI PENYANGGA YANG BERADA DEKAT DENGAN DISTAL EXTENSION EDENTULOUS SPACE

Menggunakan cylindrical diamond atau carbide bur dengan high speed yang digunakan untuk mempreparasi gigi
secara parallel dengan path of insertion. Tinggi guiding plane 1,5-2mm secara oklusogingiva.

GUIDING PLANE PERMUKAAN LINGUAL ABUTMENT TEETH


Ada berbagai macam hal alasan yang menyebabkan peletakan guiding planes pada permukaan lingual pertama untuk
menambah reciprocation (10-25). Pada saat cengkram dipasang ke atau dari posisi fully seatednya, retentive arm
harus melewati height of contour. Hal ini menghasilkan tekanan lateral ke abutment. Tekanan ini dapat menyebabkan
kerusakan jaringan periodontal. Untuk mencegahnya, reciprocal element harus berkontak dengan gigi saat ada
tekanan lateral. Caranya dengan menggunakan elemen reciprocal vertikal seperti lingual plate atau dengan lingual
guiding plane dilengkapi cengkram reciprocal. Apabila menggunakan cengkram, harus dibuatkan dulu lingual guiding
plane untuk menghasilkan reciprocal clasp yang efektif.
 Alasan kedua bertujuan untuk meminimalkan jumlah jalur di mana prosthesis dapat masuk dan keluar dari posisi
fully seated. Maka dari itu dokter gigi meningkatkan retensi dengan membuat guiding plane pada permukaan
lingualnya.
 Alasan ketiga untuk menambah resistensi terhadap gaya lateral
 Preparasi dilakukan menggunakan cylindrical diamond bur dengan kecepatan tinggi (high-speed). Tinggi preparasi
adalah 2-4 mm occlusogingival, dan lokasinya di 1/3 tengah (10-26).

GUIDING PLANE ANTERIOR ABUTMENT TEETH


Tujuan pembuatan guiding plane pada gigi anterior adalah untuk meningkatkan stabilisasi protesis, mengurangi ruang
yang tidak diinginkan antara protesis dan gigi abutment, meningkatkan retensi.

PENINGKATAN RETENTIF UNDERCUT


Permukaan fasial dan lingual gigi harus hampir vertikal. Kemudian dibuat depresi pada permukaan fasial atau lingual.
Preparasi yang smooth harus dibuat pada permukaan facial. Preparasi dilakukan menggunakan round atau football
diamond bur dengan kecepatan tinggi (high-speed) digerakaan dalam arah anteroposterior. Depresi harus sejajar
dengan margin gingiva, 4 mm panjang mesiodistal dan 3 mm tinggi occlusogingival.

PREPARASI REST SEAT


Shafira Gina Andriana
PBL 3

GIGI POSTERIOR
Oklusal Rest di Enamel
Outline dari oklusal rest berbentuk segitiga, dasar segitiga pada marginal ride dan ujung segitiga mengarah ke
tengah gigi yang dibuat sehalus mungkin dengan kontur membulat (10-58). Sudut yang dibentuk antara dasar rest
seat dengan permukaan proksimal gigi kurang dari 90 derajat (10-59). Ketebalan dari rest seat minimal 1 mm,
kegagalan untuk mencapai tebal yang cukup mungkin membuat rest lebih rentan terhadap fraktur. Preparasi
menggunakan rounded ends and tapering side diamond bur (10-60).
Embrasure Rest Seat
Embrasure rest seat merupakan dua occlusal rest seat yang berdekatan yaitu dari mesial fossa gigi yang satu ke distal
fossa gigi sebelahnya (10-71). Idealnya preparasi dengan menggunakan round end and tapering side bur dengan high
speed. Lebar rest seat adalah 3-3,5 mm dan kedalamannya adalah 1,5-2 mm dan semua kontur membulat dan tidak
ada undercut.
Cingulum Rest Seat
Cingulum rest seat dipreparasi pada permukaan enamel gigi anterior apabila kontur gigi memadai, enamel memadai,
dan OH baik. Outline rest seat adalah bulan sabit (aspek lingual), v-shape (aspek proksimal) (10-76). Preparasi
menggunakan carbide bur no. 38 dengan kecepatan tinggi (high-speed) dimulai dari marginal ridge, melalui cingulum
dan berakhir pada marginal ridge sisi lainnya membentuk outline bulan sabit (10-77). Finishing dengan stone hijau
serta poles dengan carborundum-rubber point kecepatan rendah (low speed).
Insisal Rest Seat
Incisal rest seat adalah rest seat yang paling tidak disarankan untuk gigi anterior. Rest seat ini tidak estetis, mungkin
mengganggu oklusi, terletak jauh dari rotational center gigi sehingga dapat menyebabkan tipping. Biasanya incisal rest
seat digunakan pada gigi C RB. Incisal rest seat ditempatkan di dekat permukaan proksimal (mesial/distal), tetapi
biasanya dipilih distoincisal untuk alasan estetis. Preparasi menggunakan flame shaped diamond bur dengan
kecepatan tinggi (high-speed). Incisal rest seat terletak 2-3 mm dari sudut proksimal dengan kedalaman 1,5-2 mm.
preparasi sedikit diperluas ke permukaan fasial gigi untuk mencegah pergerakan gigi abutment ke fasial. Finishing
dengan stone hijau dan carborundum rubber point/wheel.

 PRINSIP DESAIN GTSL


Phoenix R, Stewart K, Cagna D, DeFreest C. Stewart's clinical removable partial prosthodontics. Quintessence, Chicago,
4th Ed, 2008.
McCracken W. A comparison of tooth-borne and tooth-tissue-borne removable partial dentures. The Journal of
Prosthetic Dentistry. 1953;3(3):375-381.
Desain yang benar harus didasarkan pada prinsip-prinsip mekanik dan biologis yg dapat diterima. Aplikasi yang tepat
dari prinsip-prinsip ini memungkinkan gigi pendukung dan jaringan lunak untuk menahan force/gaya yang
ditempatkan pada removable partial denture selama berfungsi.
Dalam mempertimbangkan desain GTSL, dokter gigi harus mengingat prinsip dasar yang diuraikan oleh Dr A. H.
Schmidt (1953) :
1. Dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang cermat mengenai

 Faktor mekanis dan biologis yang terlibat dalam desain GTSL,


Shafira Gina Andriana
PBL 3

 Latar belakang pada ilmu science dasar dan terapan,

 Pengetahuan tentang bekerjanya hukum fisika dan teknik, khususnya yang berhubungan dengan tuas.

2. Rencana perawatan harus berdasarkan pemeriksaan lengkap dan diagnosis pasien

3. Dokter gigi harus mengkorelasikan faktor-faktor yang berhubungan dan menentukan rencana perawatan yang
tepat.

4. GTSL harus mengembalikan bentuk dan fungsi tanpa menyebabkan injury kepada struktur oral yang tersisa.
Dalam mengembalikan oklusi, protesa juga harus mengembalikan kontur wajah yang normal atau yang diinginkan
dan tidak mengganggu pergerakan normal dari lidah dan jaringan-jaringan lain. Protesa harus direncanakan agar
struktur oral yang tersisa tidak tertekan melebihi kapasitas fisiologisnya.

5. GTSL adalah bentuk perawatan dan bukan penyembuhan.

Tanggungjawab dokter gigi tidak berakhir dengan penempatan akhir protesa di dalam mulut pasien.

 Jaringan oral tidak pernah tetap statis, tapi secara konstan mengalami perubahan  menggambarkan
kesehatan umum dan usia pasien.

 Pasien harus dikontrol periodik (periodic recall) untuk mencegah terjadinya perubahan yang merugikan.

 Protesa harus direncanakan dengan mempertimbangkan kemungkinan2 dilakukannya koreksi nantinya.

 Desain harus dipilih dengan pertimbangan bahwa kita mungkin melakukan modifikasi untuk
mengkompensasi perubahan yang terjadi pada jaringan oral.

Prinsip-prinsip ini sangatlah mendasar. Namun, jika diaplikasikan dengan benar, kemungkinan suksesnya perawatan
GTSL akan sangat meningkat.

PRINSIP DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPAS


1. Menyeimbangkan tekanan (stress equalization)
 Pemerataan stress di GTSL menekankan “displaceabilitas vertical pada gigi asli tidak sebesar jaringan lunak yang
menutupi/mencover edentulous ridge”. Force yang diterapkan pada GTSL ditransmisikan ke abutment 
akibatnya konektor/connection yang rigid antara basis dan direct retainer itu merusak dan karena itu stress
directors sangat penting untuk proteksi abutment.
 Tekanan yang diterima oleh protesa akan diteruskan pada abutment teeth sehingga dibutuhkan stress directors
untuk melindungi abutment tersebut. Stress directors dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, namun paling
umum digunakan dengan bentuk simple hinges diantara basis dan cengkram (clasp) yang berdekatan. Hinges /
engsel tersebut berguna untuk mengizinkan adanya gerakan vertical dari basis tanpa menyebabkan pembebanan
yang tidak diinginkan dari abutment.
Kelebihan :
- Stress director design biasanya membutuhkan minimal direct retention  karena basis gigi tiruan beroperasi
lebih independen dibandingkan dengan GTSL konvensional
Shafira Gina Andriana
PBL 3

- Terkadang digunakan dengan intracoronal attachment. Hal ini terutama berlaku dalam aplikasi kelas I dan II
kennedy karena sifat unsur retensi intrakoronal yang kuat/tangguh
- Stress director meminimalkan gaya tipping pada gigi abutment  shg membatasi resorpsi tulang
Kekurangan :
- Stress director relatif rapuh dan penggabungan dalam GTSL
framework mjd mahal
- Memerlukan perawatan yg konstan dan mungkin sulit atau
tidak mungkin untuk diperbaiki
- Dari hasil survey penggunaan sstess director  1 dari 3 sekolah
memiliki pendukung paling dikit

2. Tekanan fisiologis pada mukosa dibawah


basis (physiologic basing)
 Keseimbangan dapat dicapai terbaik dengan
mencatat anatomi edentulous ridge dalam
bentuk fungsionalnya dan memastikan basis
protesa mampu merefleksikan anatomi
tersebut secara akurat. Hal tersebut dapat
diperoleh melalui mendepresikan mukosa
saat dilakukan prosedur pencetakan atau
melalui relining basis protesa setelah dibuat. Basis protesa yang dibuat diatas jaringan (mukosa) terkompresi akan
memiliki ketahanan terhadap tekanan vertical yang lebih tinggi.

3. Distribusi tekanan yang luas (broad stress distribution)


 Trauma pada gigi yang tersisa dan residual ridge dapat dicegah dengan mendistribusikan tekanan pada gigi dan
jaringan lunak dengan jumlah sebanyak mungkin. Hal ini dapat diperoleh dengan menggunakan additional rest
dan clasp assemblies, juga dengan memastikan basis protesa dapat menghadirkan broad coverage.
Shafira Gina Andriana
PBL 3

DESAIN GTSL BERDASARKAN KEHILANGAN GIGI KLASIFIKASI KENNEDY


Klasifikasi kelas I dan kelas II yang memiliki bagian free end mendapatkan dukungan sebagian besar dari jaringan
yang berada dibawah basis, dan hanya sebagian kecil dari gigi penjangkar (tooth-tissue borne). Sedangkan untuk
klasifikasi kelas III mendapatkan seluruh support dari gigi penjangkar yang berada pada akhir bagian edentulus (tooth-
borne).

KELAS I & KELAS II: PARTIALLY EDENTULOUS ARCHES


1. Direct Retention
Walaupun rangkaian cengkram berperan besar untuk direct retention, cengkram juga memerlukan adaptasi yang baik
pada kerangka sehingga dapat menjadi acuan bidang pada gigi yang tersisa. Pemanjangan yang tepat (proper
extension) dan adaptasi basis yang baik juga berkontribusi pada retensi gigi tiruan sebagian lepasan.
2. Cengkram
Desain cengkram yang digunakan harus sesederhana mungkin yang dapat memenuhi tujuan desain protesa dengan
tiap cengkramhrus memiliki kualitas stabilissi yang baik, bertahan pasif hingga teraktivasi oleh tekanan fungsional dan
mengakomodasi jumlah kecil pergerakan tanpa mentransmisikan torque pada gigi penjangkar. Cengkram harus
diposisikan secara strategis di lengkung untuk mencapai kontrol tekanan terbaik.
a. Kelas I umumnya memerlukan 2 rangkaian cengkram. Satu pada bagian gigi paling posterior di bagian kanan, dan
lainnya pada gigi paling posterior di bagian kiri lengkung rahang.
 Bila terdapat undercut distobuccal, disarankan untuk menggunakan infrabulge clasp ( T / ½ T).
 Bila terdapat undercut mesiobuccal, diindikasikan menggunakan wrought-wire clasp dan kontraindikasi
dengan cast circumferential clasp.
 Elemen reciprocal harus kaku, dapat berupa bracing arms / lingual plating.
b. Kelas II umumnya memerlukan 3 rangkaian cengkram.
 Bagian distal extension di desain sama dengan kennedy kelas I
 Bagian lawan / bersebrangan dari lengkung rahang harus memiliki dua cengkram retentive dimana satu pada
bagian paling posterior dan satu pada bagian paling anterior kontur gigi dan memperkenankan estetik. Bila
terdapat ruang modifikasi, lebih mudah apabila cengkram diletakkan pada gigi sebelah area edentulus.
a. Pemilihan tipe cengkram dan posisi undercut retentif dipilih sesuai kenyamanan, umumnya tipe
circumferential clasp digunakan.
b. Kekakuan (rigidity) diperlukan untuk seluruh elemen reciprocal. Elemen tersebut dapat berbentuk
bracing arms atau lingual plating.
3. Rest
Gigi penjangkar (abutments) yang dipilih harus dapat menyediakan support maksimal protesa. Rest seats disiapkan
sehingga tekanan / gaya dapat di arahkan ke sepanjang axis gigi penjangkar. Rest seats umumnya ditempatkan dekat
dengan area edentulus.
4. Indirect retention
Indirect retention diperlukan untuk menetralisir unseating forces. Setiap retainer indirect harus diposisikan sejauh
mungkin dari garis fulcrum, tidak boleh diposisikan lebih anterior dari gigi caninus, dan mampu mengarahkan tekanan
sepanjang axis gigi penjangkar. Umumnya kelas I memerlukan 2 indirect retainer dan kelas II memerlukan 1 indirect
Shafira Gina Andriana
PBL 3

retainer. Indirect retainer pada kelas II diletakkan berlawanan dengan distal extension. Lingual plating dapat
digunakan untuk menambah indirect retention, yang harus didukung dengan kombinasi rest-rest seat yang tepat.
5. Konektor mayor & minor
 Konektor mayor yang digunakan harus kaku, tidak boleh mengenai/ menimpa (impinge) gingiva, dan
sesederhana mungkin untuk mencapai tujuan perawatan.
 Konektor minor harus kaku,dan diposisikan sesuai untuk meningkatkan kenyamanan, kebersihan dan
penempatan elemen gigi tiruan.
6. Oklusi
Bila mungkin, interkuspasi maksimum bertepatan dengan relasi sentrik. Oklusi harmonis harus terbentuk. Pemilihan
dan penempatan elemen gigi tiruan ditujukan untuk meminimalisir stress pada protesa.
 Dapat dipilih untuk menempatkan lebih sedikit elemen gigi / gigi tiruan yang lebih sempit secara bukolingual
 Elemen gigi tiruan ditempatkan diatas crest dari residual ridge bila memungkinkan
 Elemen gigi tiruan dapat menampilkan cutting edge yang tajam dan escape ways yang cukup.
7. Basis protesa
Basis protesa dibuat untuk menyediakan broad coverage sehingga dapat mendistribusikan tekanan ke area seluas
mungkin dan meminimalisir konsentrasi stress. Permukaan eksternal dari basis protesa tidak boleh mengganggu
kemampuan pasien untuk melakukan kontrol neuromuskular.

KELAS III: PARTIALLY EDENTULOUS ARCHES


a. Direct Retention
Karena protesa untuk klasifikasi kelas III sepenuhnya tooth-borne, transmisi gaya berbahaya pada gigi abutment dan
residual ridge dapat diminimalisir. Posisi retentive undercut pada tiap gigi abutment tidak terlalu penting.
b. Cengkram
Posisi direct retainer quadrilateral. Jenis cengkram yang dipilih harus sesederhana mungkin, umumnya digunakan
cengkram circlet sederhana.
c. Rest
Rest digunakan untuk mendukung konektor mayor dan plat lingual. Bila memungkinkan, rest atau rest seat diletakkan
bersebelahan dengan area edentulus.
d. Indirect retention
Indirect retention (retensi indirek) umumnya tidak dibutuhkan pada kelas III klasifikasi Kennedy. Bila terdapat
kehilangan gigi bilateral seperti pada modifikasi 1 dan satu atau dua abutment posterior digunakan untuk support
vertical saja tidak untuk retensi, maka keseluruhan desain mengikuti aturan kelas I atau II.
e. Konektor mayor & minor
Syarat sama dengan kelas I dan kelas II.
f. Oklusi
Syarat oklusi sama dengan kelas I dan II.
g. Basis protesa
Cetakan fungsional tidak dibutuhkan karna sepenuhnya tooth-borne. Pencetakan anatomis diindikasikan. Coverage
dari area residual ridge didasarkan atas penampilan, kenyamanan dan menghindari adanya impaksi makanan.
Shafira Gina Andriana
PBL 3

KELAS IV : PARTIALLY EDENTULOUS ARCHES


a. Pergerakan GTSL yang dibuat untuk klasifikasi kennedy kelas IV dan stress yang di transmisikan ke gigi penjangkar
tidak sama dengan kennedy kelas I,II, dan III.
b. Untuk segi estetik dan kebutuhan fonetik, penyusunan elemen gigi dapat dilakukan dengan meletakkan gigi lebih
anterior dari residual ridge crest. Namun hal ini dapat menyebabkan gaya tipping protesa dan rotasi pada
abutment sehingga diperlukan upaya untuk meminimalisir stress, dengan cara:
 Seluruh upaya dilakukan untuk preservasi jaringan lunak dan keras dari edentulous ridge anterior
 Konfigurasi quadrilateral retainer direk ideal untuk digunakan pada klasifikasi ini.
 Untuk tujuan mekanis, cengkram anterior harus diletakkan seanterior mungkin, dan cengkram posterior
diletakkan seposterior mungkin.
a. Indirect retention
Indirect retention harus diposisikan se posterior mungkin terhadap garis fulcrum. Konfigurasi cengkram quadrilateral
ideal untuk digunakan pada klasifikasi ini, dan dapat menghindari kebutuhan untuk retainer indirek tambahan.
b. Konektor mayor & minor
Konektor mayor harus kaku dan broad palatal coverage digunakan pada maksila.
c. Pencetakan fungsional berindikasi apabila area edentulous panjang / ekstensif.

 MASALAH PASCA INSERSI GTSL

SOFT TISSUE IRRITATION

Laserasi atau
Ulserasi
Soft Tissue
Irritation
Eritema

LACERATION
- Disebabkan oleh basis gigi tiruan yang overextended.
- Pemeriksaan jaringan: ada kemerahan atau peningkatan translusensi
- Pemeriksaan apakah basis overextended:
1. Gerakkan jaringan bukal saat protesa terpasang → lihat apakah gerakan terhambat. Jika terhambat dan ada
perubahan warna pada jaringan lunak → kurangi flange.
Shafira Gina Andriana
PBL 3

2. Menggunakan disclosing wax


- Meletakkan jari telunjuk pada permukaan oklusal gigi tiruan & pasien menjulurkan lidah

- Beri diclosing wax pada tepi resin akrilik untuk identifikasi area yang overextended

- GTSL dipasang, pasien menggerakan lidahnya ke pipi

- Area yang overextended disesuaikan

3. Menggunakan indelible pencil


- Area yang iritasi ditandai dengan indelible pencil

- Tanda dari area yang iritasi transfer ke GTSL

- Area yang overextended disesuaikan


Shafira Gina Andriana
PBL 3

ERITHEMA
- Eritema: kemerahan pada jaringan lunak
- Disebabkan oleh basis GTSL yang kasar atau pergerakan basis yang menekan/menggesek jaringan lunak
- Pemeriksaan basis: menggunakan jari di sepanjang permukaan resin yang menghadap jari dan menggunakan
Pressure Indicator Paste (PIP)

IRITASI GIGI
- Pemeriksaan: saat GTSL dilepas, beri tekanan pada gigi-gigi yang masih ada dari sisi mesial, distal, buccal, dan
lingual.
- Penyebab:
1. Tekanan dari GTSL → Pemeriksaan menggunakan disclosing wax pada bagian metal/resin yang berkontak
dengan gigi.
2. Occlusal load → occlusal interference antara gigi asli dengan bagian metal gigi tiruan di lengkung rahang yang
berbeda, pemeriksaan dengan articulating paper.

MISCELLANEOUS COMPLAINTS
Shafira Gina Andriana
PBL 3

Masalah
Gagging dengan
fonetik

Cheek biting Tongue biting

Kesulitan Gigi tiruan


Mengunyah tidak stabil

GAGGING
Penyebab:

1. Adaptasi buruk GTSL maksila terhadap palatum durum → teknik menyetak yang salah sehingga cast tidak
akurat dan major connector menjadi berjarak dengan palatum.
- Solusi: jika major connector terbuat dari metal maka protesa harus dibuat ulang.
2. GTSL yang overextended ke posterior, pemeriksaan menggunakan indelible pencil
- Tandai posterior border dengan indelible pencil

- Pasang GTSL

- Garis akan transfer ke palatum pasien

- Trimming
Shafira Gina Andriana
PBL 3

PROBLEMS WITH PHONETICS


Penyebab:

- Penempatan protesa anterior maksila yang tidak tepat


- Perubahan kontur palatum anterior
- Posisi gigi tiruan premolar RA dan RB yang tidak sesuai. Jika P terlalu lingual: lidah terhambat geraknya. Jika P
terlalu facial: udara dapat lewat antara lidah dan gigi (whistling/slurring)

CHEEK BITING
Penyebab:

1. Kurangnya horizontal overlap pada gigi posterior maksila dan mandibula. Solusi: membulatkan buccal cusp
gigi mandibula agar buccal cusp jadi lebih lingual → horizontal lap jadi lebih besar.
2. Long term absence of posterior teeth. Otot buccinator sagging ke ruang gigi yang hilang → cheek biting.
- NOTE: tonus pipi akan kembali seperti semula saat dipasang gigi tiruan.

TOUNGE BITING
Penyebab:

1. Gigi tiruan terletak terlalu lingual → space untuk lidah jadi berkurang. Solusi: recontouring permukaan lingual
gigi.
2. Gigi posterior mandibula yang hilang dalam waktu lama → lidah kehilangan tonus → melebar untuk mengisi
space yang ada.
- NOTE: tonus lidah akan kembali seperti semula saat dipasang gigi tiruan.

KESULITAN MENGUNYAH
Penyebab:

1. Sudah kehilangan gigi selama beberapa tahun → pasien kehilangan kemampuan neuromuskular untuk
menggigit dan mengunyah makanan. Pasien butuh waktu untuk relearn prosesnya.
2. Kondisi oklusal gigi yang tidak efisien. Solusi: ditambahkan groove dan anatomi lainnya.

GIGI TIRUAN TIDAK STABIL


Penyebab
Retentive clasp yang fatigue dan mishandling / salah penanganan.
Solusi
Readjustment retentive clasp dan pembuatan ulang protesa jika hasilnya tidak memuaskan.

You might also like