You are on page 1of 6

ALGORHITMA ASSESSMEN PADA KELEMAHAN ANGGOTA GERAK BAWAH SISI KANAN

ET CAUSA TRAUMA BRAIN INJURY POST OP CRANIEKTOMI

History Taking :
Kelemahan pada anggota gerak bawah sisi kanan yang dialami
sejak bebeapa minggu setelah operasi craniektomi pada tanggal 14
april 2018.

Inspeksi :
Pasien tidur terlentang diatas bed dengan kedua lengan
diikat dan kedua tungkai tertekuk. Pasien terpasang
keteter, inpus, selang sonde, canulla tracheastomy
dan oksigen

Pemeriksaan fisik

Tingkat kesadaran (Skala Tes Reflex : Tes Motorik : Tes kognitif :


GCS) : 10 Normal pada Pasien hanya mampu Terganggu dan pasien
ekstemitas atas dan tidur miring dengan tidak mau menjawab
Tes Sensorik bawah. bantuan orang lain dan pertanyaan yang
Tajam Tumpul : terasa Babinsky : + duduk tetapi dengan diberikan oleh
Rasa Sakit : sulit bantuan bed fisioterapis.
dilakukan Tes MMT : Nilai 3
pada ekstemitas Tes Tonus otot
Rasa posisi : sulit
inferior (terbatas) Ekstemitas atas : 0
dilakukan Ekstremitas bawah sisi kanan : 1
Tes ADL (index barthel) : Tes koordinasi :
2 (Ketergantungan total) Sulit dilakukan

Hasil CT-Kepala :
Pendarahan subdural regio temporal sinistra dan Pendarahan
intracerebri lobus frontotemporoparietal sistra, lobus frontal
dextra dan lobus parietal dextra

Diagnosa ICF :
Kelemahan anggota gerk bawah sisi kanan et causa Trauma brain
injury post operasi craniektomi

Makassar, ..........................................

Clinical Educator,

____________________________
LEMBAR BAGAN ICF

Buatlah bagan ICF sesuai dengan problematik yang ditemukan berdasarkan hasil assessment terhadap
kasus anda tangani

Nama Pasien : Tn. Tm


Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki

Kondisi/Penyakit :
Kelemahan anggota gerak bawah
sisi kanan et causa Trauma brain
injury post operasi craniektomi

Participation Restriction
Impairment
 Tidak mampu bekerja.
(Body structure and function) Acivity Limitation  Tidak mampu melakukan
 Penurunan tonus otot pada  Gangguan Aktivity Daily aktivitas sehari-hari.
ekstemitas inferior dextra. Living (ADL).
 Gangguan IADL
 Kesulitan menggerakkan  Tidak mampu berdiri dan
tungkai sisi kanan. berjalan.

Makassar, ..........................................

Clinical Educator,

____________________________
LEMBAR INTERVENSI FISIOTERAPI

Tulislah berbagai jenis pendekatan intervensi fisioterapi yang diberikan oleh CE bersama dengan
mahasiswa praktikan

Nama Pasien : Tn. N


Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Diagnosa Fisioterapi : Kelemahan anggota gerak atas sisi kanan et causa Trauma brain injury post
operasi craniektomi.
Jenis Intervensi Tujuan Intervensi Alasan Klinis

Komunikasi Membantu pasien dalam Adanya komunikasi teraupiotik,


Teraupiotik mengurangi beban perasaan kecemasan pasien akan berkurang
dan pikiran sehingga beban pikiran dan
perasaan akan berkurang dan akan
mendorong proses penyembuhan
pada pasien.

Positioting Mencegah dekubitus, tirah Perubahan posisi sangat penting


baring, dan static penumonia pada penderita Traumatic brain
injury karena kelumpuhan atau
kelemahan pada tungkai akan
menghambat perubahan posisi.
Perubahan posisi yang dilakukan
baik itu miring kanan maupun kiri
akan mencegah terjadinya
dekubitus pada pasien, sehingga
akan mencegah terjadinya
komplikasi akibat tirah baring
lama.

Breathing Exercise meningkatkan ventilasi paru, Tekhnik breathing exercise


meningkatkan kekuatan dan mengikuti pola chest pasien dan
daya tahan serta koordinasi pada akhir expirasi ditambah
otot-otot respirasi, dengan fibrasi sehingga dapat
mempertahankan mobilisasi membantu kinerja otot pernapasan.
chest.

Passive ROM Exercise Mempertahankan integritas Adanya stimulasi kinestetik berupa


sendi dan jaringan lunak serta gerakan rileks pasif movement
meminimalkan dampak akan yang murni berasal dari fiisoterapis
terjadinya kontraktur. tanpa disertai adanya gerakan dari
tubuh pasien akan merangsang
muscle spindle dan organ tendon
golgi dalam pengaturan motorik.
Dengan terstimulasinya muscle
spindle dan organ tendo golgi
lewat gerakan rilex pasive
movement akan mempengaruhi
mekanisme kontraksi dan rileksasi
otot.
Sifat elastisitas otot digambarkan
sebagai 2 komponen utama.
Komponen elastisitas parallel
(PEC) ditunjukkan oleh membrane
otot yang memberikan tahanan
pada saat otot secara pasif
terulur(stretch). Komponen
elastisitas seri(SEC) terdapat pada
tendon, bekerja sebagai pegas yang
lentur untuk menyimpan energy
elastisitas ketika otot yang tegang
diulur. Komponen elastisitas otot
dinamakan demikian karena
membrane otot dan tendon masing-
masing parallel dengan serabut
otot dan seri memberikan
komponen kontraktil.
Elastisitas otot skeletal manusia
secara utama terdapat pada
komponen seri yaitu tendon. Baik
SEC atau PEC memiliki sifat
merekat yang memungkinkan otot
terulur dan kembali dalam bentuk
semula. ketika penguliran
dipertahankan selama jangka
waktu tertentu, maka secara
progresif otot akan memanjang dan
peningkatan ROM.

Stretching Meningkatkan fleksibilitas Strerching digunakan untuk


(kelenturan) otot, meningkakan memanjangkan otot yang
jangkauan gerakan persendian, mengalami pemendekatn atau
mencegah kontrakur dan menurunnya elastisitas dan
membantu merileksasikan otot fleksibilitas otot, baik karena factor
patologis (cedera/infeksi) maupun
yang bersifat fisiologis yang
mengambat gerak sendi yakni
kontraktur dan perlengketan.
Active Assisted Rom meningkatkan kekuatan otot partisipasi aktif dari pasien sangat
exercise dan meningkatkan daya tahan dibutuhkan pada saat ingin
otot melakukan Active assisted rom
exercise dengan cara melibatkan
ekstremitas yang tidak mengalami
kelemahan untuk membantu
ekstremitas yang lemah dan
fisioterapis member sedikit
bantuan kepada pasien.

Pemberian resisted secara aktif


akan memicu timbulnya kontraksi
otot. Kontraksi otot yang kuat
dapat menimbulkan hipertrofi,
dimana selama terjadi hipertropi ,
sintesis protein kontraktil otot
berlangsung lebih cepat, sehingga
menghasilkan jumlah filament
aktin dan myosin yang bertambah
banyak secara progresif dalam
myofibril, yang seringkali
meningkat sampai 50%. Beberapa
myofibril itu sendiri akan
memecah dalam otot yang
mengalami hipertropi untuk
membentuk myofibril yang baru.
Bersama dengan peningkatan
myofibril, system enzin yang
menyediakan energy juga
bertambah. Hal ini tertama terjadi
pada enzim-enzim yang dipakai
untuk glikolisis yang
memungkingkan terjadinya
penyediaan enerqy yang cepat
selama kontraksi otot yang kuat
dan singkat sehingga akan
meningkatkan daya tahan dan
kekuatan otot.

Makassar, ..........................................

Clinical Educator,
___________________________

You might also like