Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma Uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya. Oleh karena itu, dalam kepustakaan dikenal
juga istilah fibromioma, leimioma, ataupun fibroid. Matthew Baille adalah orang
pertama yang mendeskripsikan mioma pada 1793. Mioma terutama terdiri dari sel
otot polos dan mengandung jumlah jaringan fibrosa yang berbeda. Selama
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Mioma uteri belum pernah dilaporkan
mioma yang masih bertumbuh. Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara
pasti. Mioma jarang sekali ditemukan pada usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh
2
utama dalam penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan tampak secara
Intramural atau interstisiel yang terdapat pada dinding uterus diantara serabut
miometrium, dan Mioma Uteri Subserosa yang terletak pada subserosa korpus uteri.
riwayat keluarga, obesitas, paritas, dan kehamilan. Etiologi pasti terjadinya mioma
uteri belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan
faktor predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormon pertumbuhan dan
terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang
banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia
menopause.
Pada penderita mioma uteri, gejala klinis hanya terjadi pada 35-50%
terdapat kelainan di dalam uterusnya. Keluhan penderita sangat tergantung pula dari
lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan penderita dapat berupa
3
massa dibawah perut, perdarahan, nyeri, efek penekanan pada organ sekitar,
Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri yang
telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama teratur,
istri belum pernah mengalami kehamilan. Salah satu faktor organik yang dapat
pada serviks, kavum uteri, maupun miometrium. Mioma uteri merupakan salah satu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mioma Uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya. Oleh karena itu, dalam kepustakaan dikenal
juga istilah fibromioma, leimioma, ataupun fibroid.(1) Mioma uteri berbatas tegas,
tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri
dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak
jika otot rahimnya yang dominan.(2) Matthew Baille adalah orang pertama yang
mendeskripsikan mioma pada 1793. Mioma terutama terdiri dari sel otot polos dan
pseudocapsule terganggu oleh jembatan serat kolagen dan pembuluh darah yang
jarak yang jelas antara mioma dan pseudokapsul, dan antara pseudokapsul dan
mudah dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal,
5
berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos
rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti.(3) Mioma uteri belum pernah
10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-
11,7% pada semua penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga
ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40%
pada usia lebih dari 35 tahun.(4) Insidensinya 3-9 kali lebih banyak dari ras kulit
ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. (3)
Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan pada usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan
mioma karena hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik yang
memungkinkan untuk ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata tumor ini
adalah 15 cm, tetapi cukup banyak yang melaporkan kasus mioma uteri dengan
lokasinya.
bertangkai panjang dapat menonjol keluar melalui kanalis servikalis menjadi polip,
dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi serta nekrosis sehingga resiko infeksi
sangatlah tinggi. Tumor ini memperluas permukaan kavum uteri. Pengaruhnya pada
perdarahan irregular. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti
yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri
subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali
Mioma yang terdapat pada dinding uterus diantara serabut miometrium. Sering
tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya
massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Apabila masih kecil, tidak merubah
bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus
bertambah besar dan berubah bentuknya. Kadang kala tumor tumbuh sebagai
mioma subserosa dan kadang – kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot
rahim dapat besar (jaringan ikat dominan), dapat lunak (jaringan otot rahim
dominan).
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu masa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
berkisar sekitar 1% banyak mioma kecil tidak dikenal. Dalam banyak kasus
8
kombinasi mioma uteri dan kehamilan tidak mempunyai arti apa-apa. Dipihak lain
kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetrik yang besar artinya. Hal itu
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu
mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun.
(11)
Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan . Pada usia
sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi,
serta akan turun pada usia menopause.(12). Pada wanita menopause mioma uteri
b. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
d. Paritas
9
perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu
kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah
mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan
uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormon
dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan
hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu juga jarang
ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan
banyak sekali mediator di dalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor,
proliferasi.
dari mioma uteri yang diperiksa dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada
Hal yang mendasari tentang penyebab mioma uteri belum diketahui secara
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari
sebuah sel neoplastik tunggal yang berada di antara otot polos miometrium. Sel-sel
kromosom non random. Abnormalitas ini dapat dibagi menjadi 6 subgrup sitogenik
yang utama termasuk translokasi antara kromosom 12 dan 14, trisomi 12,
dan delesi kromosom 3 dan 7. Penting untuk diketahui mayoritas mioma uteri
mioma:
a. Estrogen
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
Selama fase sekretorik, siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen
kehamilan.
b. Progesteron
c. Hormon Pertumbuhan
12
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, terlihat pada periode ini memberi
kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara hormon pertumbuhan dan estrogen.(10)
Terjadinya Mioma uteri diduga karena adanya sel – sel yang belum matang
terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan pervaginan lama dan
banyak. Dengan adanya perdarahan pervaginan lama dan banyak akan terjadi resiko
kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum diketahui.
Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis
ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi
resiko lebih tinggi untuk terjadinya mioma uteri sedangkan perempuan multipara
memiliki resiko relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri. Pukka dan kawan-
kawan melaporkan bahwa jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor
bervariasi pada setiap individu, bahkan diantara nodul mioma pada uterus yang
13
sama. Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor
teori cell nest atau genitoblas. Pendapat ini lebih lanjut diperkuat oleh hasil
penelitian Miller dan Lipschutz yang mengatakan bahwa terjadinya mioma uteri
bergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya
Gejala klinis hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma. Hampir sebagian
tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan
bagian bawah.
Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi
pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi
zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk
dikoreksi dengan suplemen zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali
pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi endometrium diatas
14
endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum uteri terhubung oleh
tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea dapat disebabkan oleh efek
c. Nyeri
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian
terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proes degenerasi
akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus
sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala
abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau
yang besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi untuk mengedan.
Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan persyarafan
d. Efek Penekanan
lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum.
belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri
histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor. Apabila
miomektomi.(16)
a. Atrofi
Tanda-tanda dan gejala berkurang dan menghilang karena ukuran mioma uteri
b. Degenerasi Hialin.
Perubahan ini sering terutama pada penderita usia lanjut disebabkan karena
kurangnya suplai darah. Jaringan fibrous berubah menjadi hialin dan serabut otot
sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu
c. Degenerasi Kistik
16
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi
cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat
juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista
Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
e. Degenerasi Merah
Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: Diperkirakan karena
suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskulerisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin
dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda
disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran yangkai tumor ovarium atau
mioma bertangkai.
f. Degenerasi Lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Pada mioma yang sudah
homogen dan serabut ototnya berisi titik lemak dan dapat ditunjukkan dengn
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa menonjol
keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya riwayat
pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan perdarahan
kontak.(7)
b. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh
satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa
c. Pemeriksaan penunjang
1. Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
2. Imaging
dari mioma bertangkai dan polip. Pemeriksaan ini juga dapat melihat
ini meliputi visualisasi langsung, tindakan terapi yang terus menerus dan
termasuk mioma(17).
a. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari
19
kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai,
b. Medikamentosa
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa
masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa
amantadine
c. Operatif
uterus.
mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya
yang cepat
a. Degenerasi ganas
0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Torsi
tangkai mioma biasanya terjadi pada Mioma uteri subserosa dan Mioma uteri
submukosa
dan kelainan letak , Inersia uteri, Gangguan jalan partum, perdarahan post partum, dan
Retensi plasenta. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri: Mioma cepat membesar
yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan senggama
pasangan suami istri belum pernah mengalami kehamilan. Sementara itu, dikatakan
sebagai infertilitas sekunder jika pasangan suami istri gagal untuk mengalami
organik maupun faktor organik. Dibawah ini adalah faktor penyebab infertilitas :
masalah pada uterus, apabila terdapat kelainan pada serviks, kavum uteri, maupun
miometrium. Mioma uteri merupakan salah satu kelainan pada miometrium. Mioma
uteri merupakan tumor jinak uterus yang berasal dari peningkatan aktivitas
kemungkinan terkait dengan sumbatan pada tuba, sumbatan pada kanalis servikalis
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Ny. AA
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Alamat : Oesao
No. RM : 500220
3.2 Anamnesis
Pasien dengan Post SVH + SOS datang ke poli untuk kontrol luka operasi
Pasien datang ke poli untuk kontrol luka bekas operasi.. Pasien sebelumnya
didiagnosa dengan Mioma uteri + Infertil Primer dan telah di operasi Supra Vaginal
kondisi pasien dan ukuran serta perlengketan dari tumor tersebut, operator
keluhan perdarahan terus menerus, nyeri pada perut bagian bawah, dan mual
muntah yang sering dialami pasien sudah tidak pernah terjadi sampai dengan
Pasien di diagnosa Mioma uteri sejak tahun 2017 dan sudah dioperasi pada 21
Desember 2018. Pasien juga di diagnosa dengan infertil primer karena setelah
menikah dengan suami selama 6 tahun, pasien belum pernah memiliki anak
melakukan hubungan intim, pasien juga tidak merokok, dan tidak minum minuman
beralkohol.
Riwayat mioma uteri pada saudara/I kandung (-), riwayat infertil pada saudara/I
kandung (-)
Menarche : usia 12 tahun, Siklus haid: tidak teratur, selama 30 hari, Keluhan
saat haid: Nyeri perut bagian bawah, haid berlangsung terlalu lama
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
BB : 81 kg
TB : 157 cm
Suhu : 36,50C
Abdomen :
kering.
3.5 Diagnosis
BAB IV
PEMBAHASAN
anak. Pasien datang kontrol pada tanggal 3 Januari 2019. Kunjungan ini merupakan
kunjungan ke-2 dari pasien setelah operasi. Sebelumnya pasien pernah melakukan
operasi Supra Vaginal Histerektomi dengan indikasi Mioma Uteri di RSUD Prof.
ditegakkan sejak tahun 2017 oleh dokter SpOG setelah dilakukan pemeriksaan ke
dokter dan dari hasil USG didapatkan ukuran mioma sebesar 7cm, saat itu pasien
mengeluhkan haid yang terlalu lama yaitu mencapai 2 minggu. Dokter kemudian
memilih untuk meminum obat- obatan herbal dengan berharap mioma akan sembuh
dengan obat herbal, namun tidak membuahkan hasil. Pasien kemudian merasakan
memanjang hingga 1 bulan, nyeri pada perut bagian bawah yang menjalar ke
belakang, serta rasa lemas seluruh tubuh. Pasien kemudian dibawa ke RSUD Prof.
pasien harus di transfusi dan sempat rawat inap selama 1 minggu. Saat itu menurut
keterangan pasien, hasil USG menunjukkan bahwa ukuran Mioma sudah mencapai
20cm. Setelah itu pasien rutin kontrol ke dokter SpOG dan direncanakan operasi
pada 3 Desember 2018, namun pasien kemudian haid lagi, sehingga harus
28
menunggu saat haid pasien berhenti baru dapat dilakukan operasi. Akhirnya pada
sebelumnya.
Gejala klinis hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma. Berbagai keluhan
penderita dapat berupa benjolan di perut bagian bawah, pada 30% penderita yang
bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila
berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan
suplemen zat besi, nyeri terkait dengan proes degenerasi akibat oklusi pembuluh
darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk
mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri, penekanan organ sekitar, sekret
mioma uteri sulit ditegakkan diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis saja
karena gejala klinis yang dimiliki oleh mioma uteri juga dimiliki oleh penyakit lain.
memberitahukan lokasi akurat mioma submukosa dan batas yang jelas dari mioma
bertangkai dan polip. Pemeriksaan ini juga dapat melihat distorsi endometrium
tindakan terapi yang terus menerus dan komplikasi minimal. Mioma tersebut
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Embolisasi arteri uterus (Uterin
Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl
alkohol melalui kateter yang nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan
menyebabkan nekrosis.
ganas, Torsi tangkai mioma, dan efek terhadap kehamilan yaitu Infertilitas, Abortus,
Persalinan prematuritas dan kelainan letak , Inersia uteri, Gangguan jalan partum,
perdarahan post partum, dan Retensi plasenta. Myoma yang kambuh kembali
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Telah dilaporkan pasien Ny. AA umur 35 tahun dengan keluhan pasien post operasi
atas indikasi mioma uteri. Pasien sudah menikah 6 tahun menikah dan tidak memiliki anak,
Uteri post SVH + SOS. Tindakan yang dilakukan pada pasien adalah perawatan luka bekas
operasi.
31
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo
ginekologi.Jakarta.Hipokrates
Sarwono Prawirohardjo
Medika. Jakarta.
Jakarta : EGC.
15. Scott JR, Disala PJ, Hammond CB. 2002. Danforth Buku Saku Obstetric
16. Uterine fibroids. Stewart EA. Lancet. 2001.Center for Uterine Fibroids,
Massachusetts