You are on page 1of 15

ANALISIS PENGGANTIAN KONDUKTOR SUTT 150 KV

DI PT PLN (PERSERO) P3B SUMATERA


AHMAD FATAHUL ALIM MUHAMMAD ALI HATALA
D411 08 265 D411 08 270

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

ABSTRAK

Saluran transmisi pada dasarnya didesain dan dibangun dengan batasan kapasitas
hantar arus tertentu, yang ditentukan oleh tipe konduktor yang digunakan. Selanjutnya,
menjadi permasalahan tersendiri bilamana batasan kapasitas hantar arus dari konduktor yang
digunakan dihubungkan dengan peningkatan daya beban listrik yang dari waktu ke waktu
terus meningkat.
Dikarenakan suatu saluran transmisi tidak dapat melampaui batasan kapasitas hantar
arus yang telah ditentukan (adanya thermal-limit), dengan adanya analisis penggantian
konduktor maka tentunya kita dapat mengetahui batasan kapasitas hantar arus suatu
konduktor. studi penggantian koduktor di PT PLN (Persero) dengan objek studi pada
transmisi 150 kV GI Bukit Asam - GI Lahat dengan cara mengganti koduktor ACSR dengan
konduktor ACCC/TW.

BAB I PENDAHULUAN arus yang telah ditentukan (adanya thermal-


I. Latar Belakang limit), maka perlu dicarikan solusi untuk
mengatasi permasalahan keterbatasan penyaluran
Seiring dengan semakin meningkatnya tersebut, terutama pada saluran transmisi yang
jumlah pelanggan (konsumen listrik) dari waktu mengalami peningkatan penyaluran secara
ke waktu, yang berakibat pada bertambahnya siginifikan. Solusi yang diharapkan dapat
beban (load) energi listrik maka hal ini mengatasi permasalahan dimaksud haruslah dan
berkontribusi pada peningkatan daya (energi) efektif baik dari segi waktu penyelesaian maupun
listrik yang perlu dibangkitkan oleh pusat-pusat biaya yang diperlukan.
pembangkit maupun nantinya disalurkan melalui
saluran transmisi. Dikarenakan meningkatnya 1.2 Rumusan Masalah
penyaluran energy listrik, berarti arus listrik yang
disalurkan melalui suatu saluran transmisi juga Adapun rumusan masalah yang
akan bertambah (pada kondisi tegangan terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai
penyaluran adalah tetap). berikut :
Saluran transmisi pada dasarnya
didesain dan dibangun dengan batasan kapasitas 1. Kajian teknis terkait kondisi suatu sistem
hantar arus (current carrying ampacity) tertentu, penyaluran, proyeksi pertumbuhan beban
yang ditentukan dari tipe konduktor yang sehingga diperlukan perbaikan sistem
digunakan. Selanjutnya, menjadi permasalahan penyaluran melalui penggantian
tersendiri bilamana batasan kapasitas hantar arus konduktor.
dari konduktor yang digunakan dihubungkan 2. Perhitungan kapasitas hantar arus pada
dengan peningkatan kapasitas penyaluran energi kawat penghantar (konduktor) SUTT
listrik yang dari waktu kewaktu terus meningkat. 150 KV.
3. Analisis efektifitas dan efisiensi yang
Dikarenakan suatu saluran transmisi diperoleh dari penggantian konduktor,
tidak dapat melampaui batasan kapasitas hantar dibandingkan dengan metode lainnya
dalam hal mengatasi permasalahan Studi literatur yaitu mengadakan studi dari
keterbatasan penyaluran sebagai akibat buku, internet dan sumber bahan pustaka
dari batasan kapasitas hantar arus atau informasi lainnya yang terkait dengan
konduktor. materi yang dibahas dalam tulisan ini.

1.3 Tujuan Penelitian II. KONFIGURASI JARINGAN


TRANSMISI
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis efektivitas pekerjaan penggantian 2.1 Umum
konduktor SUTT 150 KV yang saat ini sedang
berlangsung di PLN P3B Sumatera. Selanjutnya Tenaga listrik yang merupakan landasan
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kehidupan modern, merupakan syarat bagi suatu
manfaat sebagai berikut : masyarakat untuk mempunyai taraf kehidupan
1. Mengetahui kapasitas hantar arus dan yang lebih baik dan perkembangan industri yang
kemampuan penyaluran pada konduktor maju. Setelah dihasilkan melalui proses konversi
SUTT 150 kV. energi dari energi primer, energi listrik dalam
2. Mengetahui besar rugi-rugi daya jumlah yang sangat besarperlu disalurkan melalui
sebelum dan sesudah penggantian saluran transmisi dalam level tegangan tinggi
konduktor. atau ekstra tinggi bahkan ultra tinggi. Oleh
3. Mengetahui kondisi tegangan tarik karena itu saluran transmisi sebagimana pusat
SUTT 150 kV dengan konduktor pembangkit maupun jaringan distribusi harus
sebelum dan konduktor pengganti. dipastikan selalu berada dalam kondisi siap
operasi dan handal, sehingga pelayanan terhadap
1.4 Batasan Masalah konsumen dapat dipenuhi secara terus-menerus.

Tenaga listrik sangat berguna karena tenaga


Di dalam penulisan ini, kami
listrik itu dapat dengan mudah digunakan dalam
memberikan batasan – batasan masalah dimana
kebutuhan sehari-hari. Tenaga listrik
pembahasan dalam tulisan kami hanya mencakup
dibangkitkan di pusat-pusat listrik tenaga (PLT),
:
seperti Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), Pusat
1. Sistem penyaluran yang akan dianalisis
Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat Listrik
hanya terbatas pada area kerja PLN P3B
Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pusat Listrik
Sumatera.
Tenaga Gas (PLTG), Pusat Listrik Tenaga Gas
2. Konduktor yang akan dilakukan
Uap (PLTGU), Pusat Listrik Tenaga Diesel
perhitungan hanya pada yang telah
(PLTD), Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
terpasang dan konduktor yang akan
dan lain sebagainya.
digunakan sebagai pengganti.
3. Proses penggantian konduktor yang
2.2 Saluran Transmisi
terjadi di PLN P3B Sumatera terbatas
pada yang sedang berlangsung.
Pada umumnya saluran transmisi menggunakan
dua jenis saluran yaitu :
1.5 Metode Penelitian
1. Saluran udara ( overhead line ), yang
Metode penelitian yang digunakan menyalurkan daya listrik melalui konduktor
dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain : yang digantung pada tiang-tiang transmisi
dengan menggunakan isolator.
1. Metode Pengambilan Data
2. Saluran bawah tanah ( under ground line ),
Metode pengambilan data dilakukan
yang menyalurkan daya listrik melalui kabel-
dengan pengambilan data secara langsung
kabel yang di tanam di bawah permukaan
dan melalui wawancara /diskusi dengan
tanah.
pihak praktisi.
2. Metode Analisis Data
Metode analisis data yaitu dengan
menganalisa dan menghitung perhitungan
yang terkait dengan tujuan penelitian.
3. Studi Literatur
Trafo Step Up Trafo Step Down
REL TT REL TM
G1
GENERATOR

G2

G3

TRAFO PEMAKAIAN
TRAFO PEMAKAIAN SENDIRI
SENDIRI

Saluran Transmisi
PUSAT LISTRIK

GARDU INDUK

JARINGAN
DISTRIBUSI

Gambar 2.1 Skema pusat listrik yang


dihubungkan melalui saluran transmisi ke gardu
induk.

Saluran transmisi udara terdiri dari


seperangkat konduktor yang membawa energi Gambar 2.3 Menara transmisi ganda
litrik dan mentransmisikan dari pusat pembangkit
ke gardu induk. Konduktor dari saluran transmisi
tersebut digantungkan pada isolator yang
dikaitkan ke lengan menara. Gambar 2.2 dan
2.3 Saluran Udara Tegangan Tinggi
Gambar 2.3 menunjukkan sketsa dari Menara
transmisi. Gambar 2.2 memperlihatkan bagian
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
dari menara yang membawa tiga buah konduktor
adalah sarana di atas tanah yang digunakan untuk
tiga fasa R,S, danT, hal ini disebut dengan
menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit
rangkaian transmisi tunggal. Untuk Gambar 2.3
ke gardu induk (GI), atau dari GI ke GI lainnya.
menunjuk menara yang membawa enam buah
Kawat-kawat / konduktor-konduktor saluran
konduktor yang tersusun atas dua rangkaian yang
transmisi direntangkan antara tiang-tiang melalui
terpisah masing-masing terdiri dari dua kawat
isolator-isolator dengan sistem tegangan tinggi
dengan fasa R, S dan T. Jenis ini disebut dengan
(70 kV dan 150 kV). Bagian-bagian Saluran
menara transmisi ganda.
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dapat
dikelompokkan menjadi beberapa komponen
utama. Berikut ini adalah komponen utama dari
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) :

1. Tiang Transmisi
2. Isolator
3. Kawat Penghantar
4. Kawat Tanah

2.3.1 Tiang Transmisi

Jenis-jenis bangunan penopang saluran


transmisi berupa menara baja, tiang baja, tiang
beton bertulang dan tiang kayu. Di sini akan
dibahas untuk menara baja dan tiang baja.
Menara baja adalah bangunan tinggi terbuat dari
Gambar 2.2 Menara transmisi tunggal baja yang bagian kakinya mempunyai pondasi
sendiri-sendiri. Sedangkan tiang baja mempunyai
satu pondasi untuk semua bagian kakinya.

1. Menara baja
untuk saluran transmisi dibagi
menurut bentuk dan sifat konstruksinya,
diantaranya menara persegi, menara
persegi panjang, menara korset, menara
gantry, menara rotasi, menara M.C. dan
menara bertali.

2. Menara persegi dan tiang persegi


dilihat dari bentuk dan
kekuatannya sering dipakai untuk
saluran transmisi ganda. Menara persegi
panjang banyak di pakai untuk saluran
tunggal saluran banyak (multicircuit).
Gambar 2.5 Jenis-jenis tiang baja.
3. Menara korset
biasanya dipakai untuk saluran
tegangan tinggi rangkaian tunggal 2.3.2 Menara Transmisi
(single circuit), serta gawang (span) yang 2.3.2.1 Jenis-Jenis Menara
lebar. Menara gantry digunakan bila
saluran menyeberangi jalur kereta api, Tenaga listrik yang disalurkan lewat
jalan raya dan kanal air. sistem transmisi umumnya menggunakan kawat
4. Menara rotasi adalah menara yang telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai
bagian atasnya diputar 45 0 terhadap media isolasi antara kawat penghantar tersebut
bagian bawahnya. dengan benda sekelilingnya. Tower adalah
5. Menara M.C. terbuat dari pipa-pipa baja konstruksi bangunan yang kokoh, berfungsi
yang diisi beton. untuk menyangga / merentang kawat penghantar
6. Menara bertali mempunyai konstruksi dengan ketinggian dan jarak yang cukup agar
berengsel yang menunjang beban aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.
mekanisnya dengan kawat penahan (stay Antara tower dan kawat penghantar disekat oleh
wire). isolator.
7. Tiang baja terbagi menjadi 4 jenis,
diantaranya tiang persegi, tiang segitiga, Menurut fungsinya menara dibagi atas
tiang pipa baja, dan tiang panzer. beberapa macam yaitu:
Tiang baja segitiga adalah
1. Menara singgung (jenis Aa) yaitu
konstruksi yang terdiri dari tiga kaki
menara yang dipasang menurut garis
yang mempunyai bagian-bagian segitiga
lurus, dengan bagian yang bersudut
sama sisi (equilateral) dan diagonal-
mendatar kecil (biasanya 3° untuk
diagonal seperti pada tiang-tiang persegi.
gawang standar) dapat dilihat pada
Tiang jenis ini dipakai pada kawat yang
gambar 2.6
bebannya ringan. Tiang pipa baja terbuat
pipa baja dengan penampang bulat.
Tiang Panzer terbuat dari pelat baja tipis
yang dipasang dengan penopang tiang.

Gambar 2.6 Menara singgung (jenis Aa)

Gambar 2.4 Jenis-jenis menara baja


2. Menara sudut (jenis Bb) yaitu menara
yang dipasang dengan sudut mendatar
yaitu jenis Bb sudutnya 20°, dapat dilihat
pada gambar 2.7

Gambar 2.9 Menara Penegang (jenis Dd)

5. Menara ujung yaitu menara dipasang


pad ujung (dead end) semua kawat
penghantar dan kawat tanah, sehingga
Gambar 2.7 Menara sudut (jenis Bb) perlu memiliki ketahanan yang
besar.Menara Khusus yaitu menara yang
3. Menara sudut (jenis Cc) yaitu menara
yang dipasang dengan sudut mendatar digunakan pada penyeberagan sungai
tertentu yaitu sudutnya 30° , dapat dilihat atau lembah bila dipandang perlu.
pada gambar 2.8

2.3.2.2 Jenis-Jenis Tiang

Menurut bentuk konstruksinya jenis-


jenis tower dibagi atas empat macam, namun
yang paling banyak digunakan sekarang ini
hanya dua yaitu;

1. Tiang kisi-kisi (Lattice tower), dapat


dilihat pada gambar 2.10
2. Tiang pipa baja (Tubular steel
pole),dapat dilihat pada gambar 2.11

Gambar 2.8 Menara sudut (jenis Cc)

4. Menara Penegang (tension tower) jenis


Dd yaitu menara yang digunakan sebagai
penguat (reinforcement) di beberapa
tempat pada saluran, yaitu bila pada
menara singgung terjadi tarikan yang
tidak seimbang karena perbedaan lebar
gawang yang bersampingan,pada gambar
2.9
Gambar 2.10 Tiang kisi-kisi (Lattice tower)

2.4 Konduktor

Konduktor adalah media untuk tempat


mengalirkan arus listrik dari pembangkit ke
gardu induk (GI) atau dari GI ke GI lainnya,
yang terentang lewat tower-tower. Konduktor
pada tower tension dipegang oleh tension clamp,
sedangkan pada tower suspension dipegang oleh
suspension clamp. Di belakang clamp tersebut
dipasang rencengan isolator yang terhubung ke
tower.

2.4.1 Konstruksi Kawat Penghantar

Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa


digunakan pada saluran transmisi adalah tembaga
Gambar 2.11 Tiang pipa baja (Tubular steel dengan konduktivitas 100% (Cu 100%), tembaga
pole) dengan konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%), atau
aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%).
Konstruksi tiang merupakan jenis
konstruksi SUTT/SUTET yang paling banyak Kawat penghantar Almunium terdiri dari
digunakan di jaringan PLN karena mudah dirakit beberapa jenis dan lambang sebagai berikut :
terutama untuk pemasangan di daerah
pegunungan dan jauh dari jalan raya. Namun 1. AAC : “All Aluminium
demikian perlu pengawasan yang intensif karena Conductor” yaitu kawat penghantar
besi-besinya rawan terhadap pencurian. yang seluruhnya terbuat dari
almunium.
Tower harus kuat terhadap beban yang bekerja 2. AAAC : “All-Aluminium Alloy
padanya yaitu: Conductor“ yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari
campuran alunium.
3. ACSR : “Aluminium Conductor
a. Gaya berat, gaya berat ini arahnya
Steel Reinforced” yaitu kawat
kebawah vertikal, gaya berat ini adalah
penghantar almunium dengan inti
merupakan berat total dari
kawat baja.
1. Konduktor
4. ACAR : “Aluminium Conductor
2. Kawat tanah
Alloy Reinforced” yaitu kawat
3. Isolator dan fitting
penghantar almunium yang diperkuat
4. Berat tower sendiri
dengan logam campuran.
b. Gaya angin, gaya angin ini arahnya
5. ACCC : “Aluminium Conductor
horisontal transversal, yaitu gaya angin
Composite Core” yaitu Penghantar
yang menabrak
berlilit ini mempunyai inti serat Hybrid
1. Konduktor
composite yang dikelilingi oleh serat
2. Kawat tanah
aluminium.
3. Isolator dan fitting
4. Towernya sendiri
II.4.1.1 Bahan Konduktor
c. Gaya tension, gaya ini disebabkan oleh
Bahan konduktor yang dipergunakan
adanya tarikan kawat, gaya tarikan kawat
untuk saluran energi listrik perlu
ini dirasakan terutama pada tower angle,
memiliki sifat sifat sebagai berikut:
sedangkan pada line tower karena saling
berlawanan maka saling meniadakan, 1. konduktivitas tinggi
gaya tension yang bekerja sepanjang 2. kekuatan tarik mekanikal tinggi
transmisi adalah sama. 3. titik berat
4. biaya rendah 2. Konduktor ACCC
5. tidak mudah patah Dewasa ini telah dikembangkan penghantar
ACCC/TW (Aluminium Conductor Composite Core /
Pada umumnya SUTT maupun SUTET Trapezoidal Wire).Penghantar berlilit ini mempunyai
menggunakan ACSR (Almunium Conductor inti serat Hybrid composite yang dikelilingi oleh serat
Steel Reinforced). Bagian dalam kawat berupa aluminium trapezium wires dengan kandungan
steel yang mempunyai kuat mekanik tinggi, trapezium wires mempunyai sifat konduktivitas
sedangkan bagian luarnya mempunyai dan ketahanan panas yang tinggi sedangkan
konduktivitas tinggi. Karena sifat efek mengalir Hybrid composite yang berada ditengah akan
arus listrik terutama pada bagian luar kawat menghasilkan kekuatan tarik yang tinggi tetapi
daripada bagian sebelah dalam kawat maka berat yang lebih ringan dan konduktivitas yang
ACSR cocok dipakai pada SUTT/SUTET. lebih baik dari pada baja.

Pada saluran transmisi yang perlu Penghantar ACCC/TW dapat


dinaikkan kapasitas penyalurannya namun SUTT beroperasi secara terus-menerus pada suhu
tersebut berada di daerah yang rawan longsor, 200°C pada kondisi darurat, sehingga akan
maka dipasang konduktor jenis TACSR menaikan kapasitas penyaluran hampir dua kali
(Thermal Almunium Conductor Steel Reinforced) lebih besar dari pada menggunakan penghantar
yang mempunyai kapasitas besar tetapi berat konvesional. Konduktor ACCC/TW sangat
kawat tidak mengalami perubahan yang banyak. berpeluang untuk menggantikan konduktor
konvensional yang ada, konduktor ACCC/TW dapat
Pada umumnya saluran transmisi yang dipasang dengan cepat dan mudah menggantikan
ada di Indonesia menggunakan jenis kawat konduktor konvensional dengan ROW (Rights of way)
penghantar jenis ACSR. Karena kawat tembaga yang tersedia dengan sedikit ataupun tanpa perubahan
mempunyai tahanan yang sama besar, berat dan pada tower dan alat- alat pendukung lainnya.
harga yang lebih mahal dari almunium. Untuk
memperbesar kuat tarik dari almunium maka
digunakan campuran almunium (almunium
alloy).

Kawat penghantar tembaga


mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
kawat penghantar aluminium, karena
konduktivitas dan kuat tariknya lebih
tinggi.Tetapi kelemahannya yaitu besar tahanan
yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium
dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat
penghantar aluminium telah menggantikan
kedudukan tembaga.Untuk memperbesar
tegangan tarik dari aluminium digunakan
campuran aluminium (aluminium alloy).

1. Konduktor ACSR
Untuk saluran transmisi tegangan Gambar 2.11 Perbandingan konduktor
tinggi, dimana jarak antara dua tiang jauh ACCC/TW dan ACSR
(ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih
tinggi.Untuk itu digunakan
kawatpenghantaraluminium yang diperkuat
dengan inti baja misalkam Aluminium Conductor III METODE PENINGKATAN DAYA SALURAN
Steel Reinforced (ACSR). Pada umumnya
konduktor konvensional (ACSR) mempunyai batas TRANSMISI DENGAN MENGGANTI
temperatur yang diijinkan tidak melebihi 75°C pada
pembebanan harian dan pada keadaan beban darurat KONDUKTOR ACSR DENGAN KONDUKTOR
boleh meningkat sampai 90°C.
ACCC.
3.1 Umum I : Arus penghantar (A)

Metode yang digunakan untuk meningkatkan R : Tahanan (Ohm/m)


daya pada saluran transmisi yaitu dengan cara
mengganti konduktor yang telah terpasang
dengan yang belum terpasang, didasarkan pada 3.2.1 Kalor yang Berasal dari
data-data yang ada pada saluran transmisi Matahari
tersebut. Untuk data-data tersebut, informasi
yang diperlukan adalah jenis konduktor yang Selain adanya peningkatan suhu
sementara terpasang dan yang akan konduktor yang disebabkan oleh arus listrik I
menggantikan. Sehingga dapat dibandingkan (Ampere), energi panas dari sinar matahari juga
data-data dari kedua konduktor tersebut, dengan ikut berperan dalam hal peningkatan suhu
cara menghitung parameter-parameter konduktor
tersebut seperti kapasitas hantar arus, kalor yang
berasal dari energi matahari ( q s ),pengurangan
kalor sebagai akibat adanya pergerakan angin
konduktor. Besarnya nilai kalor yang merupakan
(𝑞𝑐 ), pelepasan kalor dalam bentuk radiasi kalor
kontribusi dari sinar matahari dapat ditentukan
sebagai akibat adanya perbedaan suhu konduktor
dengan menggunakan persamaan berikut ini:
dengan lingkungan sekitar ( q r ), dan perhitungan
tegangan tarik dan andongan konduktor serta Keterangan Persamaan (3.3) :
perhitungan rugi daya. sehingga dari hasil perhitungan
tersebut, konduktor yang akan menggantikan telah  : koefisien serap sinar matahari
memenuhi syarat. (0.23 ke 0.91)

Qs : Radiasi kalor sinar matahari per


satuan luas (W/m²)
3.2 Kapasitas Hantar Arus Konduktor
 : Sudut sinar matahari (°)
Kapasitas hantar arus suatu konduktor pada
temperatur tertentu dapat ditentukan dengan A' : Luas proyeksi penghantar per
menggunakan persamaan berikut ini: satuan panjang(m²/m).

3.2.2 Pengurangan Kalor Sebagai Akibat


Adanya Pergerakan Angin (𝑞𝑐 )

Besarnya nilai pengurangan kalor atau


pendinginan pada konduktor sebagai akibat dari
adanya pergerakan angin (𝑞𝑐 ) dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan berikut ini:

Keterangan :

qc : Pengurangan kalor sebagai


akibat adanya pergerakan angin

(W/m)
keterangan persamaan (3.4) dan (3.5) :
qr : Pelepasan kalor dalam bentuk
D : Diameter konduktor (mm)
radiasi kalor sebagai akibat
adanya perbedaan suhu
konduktor dengan lingkungan f : Kerapatan udara (kg/m³)
sekitar (W/m) qs : Kalor yang b
Vw : Kecepatan angin (W/m) tujuh sampai delapan meter. Untuk menghitung
tegangan tarik dan andongan pada kawat penghantar
dapat diperoleh rumus sebagai berikut :
f : Viskositas dinamik udara Pa-s

kf : Keterhantaran termal udara pada


temperatur T film (W/m·°C) Dengan mengacu kepada pedoman SPLN
121 : 1996 maka dapat diterapkan beberapa
K angle : Factor arah angin(-) variabel untuk digunakan dalam perhitungan
Tegangan tarik penghantar sebagai berikut ;
Tc : Temperatur konduktor (°C) W = Berat penghantar per satuan panjang
(kg/m)
Ta : Temperatur ambien udara (°C)
S = Jarak rentang (m)

T film : Tc  Ta  / 2 (C) T = Tegangan tarik penghantar (kg)

Persamaan (3.4) digunakan bilamana D = Andongan (m)


kecepatan angin tergolong rendah (low wind
speed), sedangkan persamaan (3.5) digunakan
untuk kecepatan angin tinggi (high wind speed).
Dalam aplikasi formula yang nantinya
digunakan, kedua persamaan tersebut akan
digunakan untuk perhitungan, dan selanjutnya
akan dipilih nilai convected heat loss ( qc ) yang
paling tinggi.

3.2.3 Pelepasan Kalor Dalam Bentuk


Radiasi Kalor Sebagai Akibat Adanya
Perbedaan Suhu Konduktor dengan Gambar 3.1 Andongan
Lingkungan Sekitar ( q r ). 3.4 Parameter Saluran Transmisi

Besarnya nilai kalor pada konduktor yang Saluran transmisi pada prinsipnya
diradiasikan ke lingkungan sekitar (udara) dapat mempunyai 4 (empat) parameter utama, yaitu :
dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut ini: 1. Resistansi Seri (Series resistance)
2. Induktansi Seri (Series inductance)
3. Kapasitansi Paralel (Shunt capacitance)
4. Konduktansi Paralel (Shunt conductance)

3.4.1 Resistansi
dimana
suatu nilai suhu tertentu, yaitu : tahanan
 : Emissivity (0.23 sampai 0.91) jenis (resistivity) konduktor, panjang dan luas
penampang konduktor.
3.3 Perhitungan Tegangan Tarik dan
Andongan

Karena tegangan kerja (KV) penghantar


umumnya tinggi, andongan penghantar yang terlalu Ro : Resitstansi konduktor pada suhu
besar dapat menimbulkan bahaya bagi obyek lain dan tertentu (Ω)
pada kawat itu sendiri. Menurut nominalisasi yang 𝜌 Tahanan jenis (Ω.m)
:
berlaku, tinggi penghantar di atas tanah berkisar antara
𝑙 : Panjang konduktor (m)
2) D : Diameter konduktor (m)
𝐴 : Luas penampang (mm
Bilamana resistansi dihitung pada suatu r : Jari-jari luar konduktor (m)
suhu yang berbeda dari nilai awal, maka dapat −12
menggunakan persamaan berikut : k : Konstanta ( 8,85 × 10 )

3.4.4 Perhitungan GMD dan GMR

GMD dan GMR dapat dihitung menggunakan


𝑅2 𝑇+𝑡 persamaan berikut :
= 𝑇+𝑡 2 (3.9)
𝑅1 1

3.4.2 Induktansi seri GMR untuk masing-msing fasa :

Induktansi seri dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan berikut:

Keterangan persamaan (3.10) dan (3.11) : Maka :

L : Induktansi (H/m)

Dm : Jarak rata-rata geometri (m)

Ds : Radius rata-rata geometri (m)


Keterangan persamaan (3.16),
π : 3,14 (3.17),(3.18),(3.19) :
f : 50 Hz GMD : Jarak rata-rata geometri (m)
XL : Reaktansi induktif (Ω) Dsp : Radius rata-rata geometri untuk
rangkaian paralel (m)
3.4.3 Kapasitansi seri
Ds : Radius rata-rata geometri (m)
Dapat dihitung menggunakan persamaan :
3.4.5 Arus pengisian, Impedansi, dan
Admitansi

Dapat dihitung menggunakan persamaan :

Keterangan persamaan (3.12) dan (3.13) :

Cab : Kapasitansi antara penghantar


saluran dua-kawat (F/m)

Cn : Kapasitansi ke tanah (F/m ke


netral)
Keterangan persamaan (3.20), (3.21),(3.22) :
π : 3,14
Ichg : Arus pengisian (A/km)

Cn : Kapasitansi ke tanah (F/m ke


netral

Van : Tegangan fasa ke netral (volt)

Z : Impedansi (Ω)

XL : Reaktansi Induktansi(Ω)

Y : Admitansi (Ʊ)

3.4.6 Konstanta Rambatan dan Impedansi


Karakteristik Saluran

Keterangan persamaan
(3.27),(3.28),(3.29),(3.30),(3.31), dan (3.32) :
3.4.7 Tegangan Pengirim dan Arus Pengirim
Ps : Daya pengirim (watt)
Untuk menghitung tegangan pengiriman
digunankan persamaan : 𝑃𝑅 : Daya penerima (watt)

PL : Rugi daya (watt)

𝞰 : Efisiensi (%)

Z0 : Impedansi Surja (Ω)


Dan untuk menghitung arus pengiriman
digunakan persamaan :
B : Zc sinh ɣl

IV. STUDI KASUS PENGGANTIAN


KONDUKTOR ACSR DENGAN
KONDUKTOR ACCC/TW PADA
Keterangan persamaan (3.25) dan (3.26) TRANSMISI 150 KV GI BUKIT ASAM – GI
LAHAT
Vs : Tegangan pengirim (Volt)
4.1 Umum
VR : Tegangan Penerima (Volt)
Untuk mengimplementasikan dan menguji
IR : Arus penerima (Ampere) metode-metode ilmiah yang telah dibahas pada
bab sebelumnya, yaitu mengenai proses
Is : Arus Pengirim (Ampere) penggantian konduktor (reconductoring), proses
penggantian konduktor ACSR dengan konduktor
ACCC/TW pada transmisi 150 kV GI Bukit
3.4.8 Perhitungan Regulasi Tegangan, Daya Asam – GI Lahat akan dijadikan sebagai objek
Pengiriman, Rugi Daya, Efisiensi transmisi, untuk studi kasus. Saluran transmisi 150 kV GI
Impedansi Surja, dan Daya Penerima Bukit Asam – GI Lahat merupakan aset dan
Maksimum. dikelola oleh PT PLN (Persero) P3B Sumatera,
dan konduktor yang terpasang sekarang adalah
ACSR Hawk 1 x 240/40 mm2, dengan jenis
saluran adalah ganda.
4.2 Kapasitas Hantar Arus 4.2.1.2 Perhitungan Pengurangan Kalor
Sebagai Akibat Adanya Pergerakan
4.2.1 Perhitungan Kapasitas Hantar Arus Angin (qc )
Konduktor ACSR Hawk 240/40 mm2

4.2.1.1 Perhitungan Kalor yang Berasal dari 4.2.1.3 Perhitungan Pelepasan Kalor dalam
Sinar Matahari ( q s ) Bentuk Radiasi Kalor Sebagai Akibat Adanya
Perbedaan Suhu Konduktor dengan
Dengan menggunakan Lahat (Sumatera Lingkungan Sekitar (qr )
Selatan) sebagai lokasi tempat konduktor
terpasang, maka dapat diketahui bahwa latitude
(posisi terhadap garis lintang) dari saluran
transmisi Lahat – Bukit Asam adalah 03°45’
lintang selatan. Sehingga nilai altitude of sun
(Hc) adalah 89.6° dan azimuth of sun (Zc) adalah
180° pada pukul 12:00 siang, yaitu yang
diperkirakan konduktor paling banyak menerima
panas matahari. Selanjutnya, sesuai dengan Tabel
6 pada standar IEEE Std 738-2006, maka nilai
koreksi radiasi kalor sinar matahari (Qs ) adalah
Dengan menggunakan persamaan (3.2), dapat
1040 W/m².
dihitung nilai Kapasitas Hantar Arus (KHA)
untuk konduktor ACSR Hawk - 240/40 mm2
adalah:
4.2.2 Perhitungan Kapasitas Hantar Arus
Konduktor ACCC Lisbon - 310 mm2

Dengan menggunakan persamaan (3.2), dapat


dihitung nilai Kapasitas Hantar Arus (KHA)
untuk konduktor ACCC Lisbon - 310 mm2
adalah:

4.2.2.1 Perhitungan Kalor yang Berasal dari


Sinar Matahari ( q s )

Dikarenakan konduktor ACCC Lisbon – 310


mm2 memiliki diameter yang sama dengan
konduktor ACSR Hawk – 240/40 mm2, maka
dapat dipastikan bahwa hasil perhitungan Solar
Heat Gain ( q s ) adalah sama, yaitu:

qs  11.30 W/m²

4.2.2.2 Perhitungan Pengurangan Kalor


Sebagai Akibat Adanya Pergerakan
Angin (qc )

4. 3 Hasil Perhitungan Rugi Daya pada


Transmisi

4.2.2.3 Perhitungan Pelepasan Kalor dalam


Bentuk Radiasi Kalor Sebagai Akibat Adanya
Perbedaan Suhu Konduktor dengan
Lingkungan Sekitar (qr )
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
2. Arismunandar, A., dan Kuwahara, S.,
DR., “Buku Pegangan: Teknik Tenaga
Listrik”, (Jakarta : P.T. Pradnya
Paramita, 1975).
3. Glover dan Sarma, “Power System
Analysis and Design”, (Boston : Second
edition, 1993).
4. Gross, Charles A., “Power System
Analysis”, (John Wiley & Sons :
singapore, 1986).
5. Hutauruk, T.S., “Transmisi Daya
Listrik”, (Jakarta : Erlangga, 1985).
6. IEEE – “Transmission and Distribution
Committee”, (New York : 2007).
Gambar 4.8 Grafik regulasi tegangan terhadap 7. Kadir, Abdul, “ Transmisi Tenaga
perubahan tegangan penerimaan (𝑉𝑅 𝐿−𝐿 ) Listrik” (Jakarta : Universitas Indonesia-
press, 1998).
8. L. Tobing, Bonggas.,”Peralatan
Tegangan Tinggi”, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2003)
Berdasarkan hasil penelitian, dapat 9. Saadat, Hadi, “Power System Analysis”,
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (Singapore : McGraw-Hill, International
Edition, 1999).
1. Sebelum penggantian konduktor ACSR 10. Sulasno, “Analisa Sistem Tenaga
Hawk 240/40 mm2 dengan ACCC/TW Listrik”, (Semarang : Satya Wacana,
Lisbon 310 mm2 kapasitas hantar arus 1993).
(KHA) ACSR Hawk sebesar 681 A dan 11. Theraja B.L., dan A.K Theraja., “ A
dalam keadaan tidak ada angin sebesar Textbook Of Eectrical Technology”,
179,21 A. Setelah penggatian koduktor (New Delhi : S.Chand & Company
ACSR Hawk 240/40 mm2 dengan LTD,1999).
ACCC/TW Lisbon 310 mm2 kapasitas 12. William, D., dan Stevenson, Jr.,
hantar arus menjadi 1404,67 A dan “Analisis Sistem Tenaga Listrik”,
dalam keaadaan tidak ada angin sebesar (Bandung : Erlangga, 1990).
772,25 A. 13. http://www.compositetechcorp.com/accc
2. Rugi daya yang dihasilkan sebelum _lisbon
penggantian konduktor sebesar 4,9 14. http://www.scribd.com/doc/25544483/Tr
MW sedangkan setelah penggantian ansmission-Line-Parameters
konduktor sebesar 1,851 MW. 15. http://www.sural.com/bare_acsr

3. Tegangan tarik yang dihasilkan dari Nama, Ahmad Fatahul Alim lahir di
Lumajang, pada tanggal 14
perhitungan berbanding terbalik November 1989, S-1 pada Jurusan
dengan andongan. Pada jarak antar Teknik Elektro Fakultas Teknik
tiang dan andongan yang sama, Universitas Hasanuddin Makassar.
tegangan tarik untuk ACCC Lisbon Pada tahun 2008.
lebih kecil dibanding tegangan tarik
untuk ACSR Hawk.
Nama, Muhammad Ali Hatala lahir
di Ambon pada tanggal 15 Juli
DAFTAR PUSTAKA 1990, S-1 pada Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas
1. Afandi, AN.,”Operasi Sistem Tenaga Hasanuddin Makasar. Pada tahun
Listrik”, (Yogyakarta : Gava Media 2008
2010).

You might also like