You are on page 1of 15

SEBUAH RIVIEW : HERNIA INGUINALIS

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : hernia inguinalis adalah masalah pembedahan yang paling sering,
namun dapat membuat dillema bagi dokter ahli bedah berpengalaman ketika penyakit ini
muncul dengan gejala yang tidak biasa. Strategi “ menunggu” adalah langkah yang tepat untuk
hernia dengan gejala yang sangat minimal, terapi definitif dari hernia ignuinalis, terlepas dari
asal usul serta tipenya, adalah terapi pembedahan. Perbaikan melalui jalan pembedahan adalah
satu satunya kesempatan ahli bedah untuk memperbaiki setiap gejala abnormal yang mungkin
ada. Kajian sistematis ini diharapkan dan ditujukan untuk pembaca, khususnya kepada para
ahli bedah muda, residen bedah dan dokter umum untuk menyadari pemikiran mengenai
penatalaksanaan hernia inguinalis.

METODE : publikasi dalam bahasa inggris mulai dari tahun 1959 hingga 2015 dilakukan baik
karena permintaan untuk di terbitkan ulang atau dengan pencarian melalui sumber data
PubMed. Data di ekstraksi termasuk penulis, negara, peneliti, dan jenis terapi pembedahan,
serta temuan yang tidak biasa pada hernia inguinalis.

HASIL : patofisiologi nya dapat menjelaskan tingginya insidensi heria inguinalis pada pria
dibandingkan wanita, sedangkan etiologi dapat menjelaskan latar belakang fisiologi terhadap
berbagai metode modern yang berbeda untuk perbaikan hernia inguinalis dan alasan dibalik
kekambuhan hernia (hernia berulang) menggunakan perbaikan operasi dengan jahitan tipe
lama. Selain itu, beberapa lesi jinak dan ganas yang tidak biasa juga ditemukan pada hernia
inguinalis.

REKOMENDASI : pengetahuan yang up to date mengenai berbagai temuan ini penting untuk
perbaikan hernia inguinalis yang lebih baik lagi sehingga menurunkan insidensi kejadian
penyakit ini, dan penanganan yang hati hati terhadap gejala yang tidak biasa dari hernia
inguinalis.

KATA KUNCI : hernia inguinalis, epidemiologi, faktor resiko, operasi pembedahan,


temuan yang tidak biasa.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
hernia adalah penyakit tertua yang tercatat hingga saat ini serta sering terlihat didaerah pangkal
paha. Hernia didefinisikan sebagai sebuah penonjolan, bulging atau projeksi dari organ atau
bagian organ melalui dinding tubuh yang normalnya mengandung organ tersebut. Hernia
inguinalis adalah penonjolan yang terjadi melalui kanalis inguinalis. Hernia didaerah lipat paha
adalah kondisi yang paling sering dimana dokter layanan primer akan merujuk pasien tersebut
untuk dilakukan tatalaksana pembedahan. Sekitar 96% hernia pada lipat paha adalah yang
berjenis inguinalis dan 4% nya adalah femoral. Perbaikan hernia inguinalis adalah salah satu
pembedahan tersering pada praktik operasi. Dan penyakit ini sering menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang paling penting. Terlepas dari seringnya insidensi penyakit ini, hernia dapat
membuat dilemma/masalah pada pembedahan, meskipun bagi dokter ahli bedah yang sudah
berpengalaman, karena banyak wujud patologi yang menyerupai hernia inguinalis. Kandungan
dari isi hernia yang tidak biasa dan pseudohernia termasuk didalam beberapa kasus ini.
Insidensi hernia inguinalis tidak diketahui, namun sekitar 500.000 kasus datang untuk
ditangani secara medis tiap tahunnya. Kajian ini dipersembahkan untuk para pembaca
khususnya khususnya kepada para ahli bedah muda, residen bedah dan dokter umum untuk
menyadari pemikiran mengenai penatalaksanaan hernia inguinalis.

METODE

Publikasi dalam bahasa inggris mengenai hernia inguinalis sejak tahun 1959 hingga 2015
dilakukan baik melalui permintaan untuk diterbitkan ulang atau melalui pencarian
menggunakan sumberdata PubMed. Data yang diambil dari berbagai jurnal ini termasuk
penulisnya, negara, tahun publikasi, usia dan jenis kelamin pasien, epidemiologi, patogenesis,
faktor resiko untuk mengembangkan hernia inguinalis, distribusi ras, gejala yang muncul,
terapi pembedahan, temuan yang tak biasa pada terapi pembedahan hernia inguinalis.

EPIDEMIOLOGI

Meskipun hernia inguinalis terjadi pada kedua jenis kelamin, namun penyakit ini sering terjadi
pada pria dibandingkan wanita; dan lebih sering terjadi pada ras kulit putih dibandingkan
dengan non kulit putih pada seluruh populasi orang dewasa di amerika serikat. Pada umumnya,
hernia inguinalis mempengaruhi segala usia, namun insidensinya meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih sering alami hernia inguinalis pada
usia tua, dimana usia puncaknya pada 40 hingga 60 tahun, dan usia rata ratanya adalah 60
hingga 79 tahun, tidak seperti pada pria, yang 10 tahun lebih muda (lebih dini alami hernia
inguinalis). Hernia inguinalis bermanifestasi sebagai gejala bilateral pada hingga 20% orang
dewasa yang terkena. Lebih sering terjadi di kanan dari pada di kiri, dengan rasio 2:1, mungkin
karena penurunan testis kanan yang lebih lama serta hubungannya degnan patent prosesus
vaginalis. Skar apendiktomi juga dapat dijadikan alasan lain lebih seringnya kejadian hernia
inguinalis pada bagian kanan. Prevalensi hernia secara signifikan lebih tinggi bila ada vena
varikosa, pada pria yang memiliki gejala hipertofi prostat, serta bila Pasien alami hemoroid
dan, pada laki laki bertubuh kurus. Berbagai hubungan ini mungkin merefleksikan peran dari
peningkatan tekanan abdomen. Prevalensi hernia rendah pada mereka yang kelebihan berat
badan atau kelebihan adiposit, mengisyaratkan bahwa obesitas adalah sebuah faktor protektif
dari didapatkannya hernia. Meskipun insidensi dan prevalensi hernia inguinalis di dunia belum
diketahui dengan pasti, diperkirakan, di Amerika serikat saja, sekitar 4,5 juta orang alami
hernia inguinalis. Sedangkan di yeruasalem, tercatat sebanyak 18 per 100 pria berusia 25 tahun
dan lebih tua yang alami hernia inguinalis. Sedikit yang diketahui mengenai epidemiologi
hernia inguinalis pada keadaan dengan sumber daya yang terbatas, meskipun begitu, prevalensi
hernia inguinalis pada orang tanzania dewasa adalah 5.36%, dan sekitar 12.09% pria alami
hernia. Telah disebutkan bahwa, semenjak pembedahan adalah satu satunya terapi elektif untuk
memmperbaiki hernia inguinalis, data audit operasi dapat dianggap sebagai sebuah indikator
yang beralasan untuk menentukan insidensi/angka prevalensi penyakit ini. Di Inggris, sekitar
70.000 setiap perbaikan hernia inguinalis dilakukan tiap tahunnya, dan hal ini turut
berkontribusi pada sekitar 0.14% populasi tiap tahunnya. Angka statistik ini memberikan
gambaran mengenai beban pada penyakit ini.

KLASIFIKASI

Secara tradisional, hernia inguinalis dibagi menjadi 3 kelompok :

- Direk
- Indirek
- Dan hernia kombinasi

Diketahui juga sebagai hernia saddle bag atau romberg atau pantaloon, tergantung kepada
hubungan hernia ini dengan pembuluh darah epigastrik inferior. Hernia inguinalis direk terjadi
ke arah medial dari pembuluh darah epigastrik inferior ketika isi abdomen melewati titik lemah
di fasia dari dinding posterior kanalis inguinalis, yang dibentuk oleh fasia transversalis. Hernia
inguinalis indirek terjadi ketika konten/isi abdomen menonjol melalui cincin inguinalis dalam,
lateral terhadap pembuluh darah epigastriuk inferior. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kegagalan penutupan embrional dari prosesus vaginalis. Berdasarkan kombinasi dari berbagai
variasi ini, kantung hernia berada pada kedua sisi pembuluh darah epigastrik inferior. Hernia
inguinalis direk lebih jarang (~25~30% dari seluurh hernia inginalis) dan selalu terjadi pada
pria berusia 40 tahun ke atas. perkumpulan hernia senegara Eropa memiliki klasifikasi resmi
untuk hernia didaerah inguinal yang gampang Dan mudah diingat. Klasifikasi ini sudah
termasuk lokasi anatomi serta ukuran orifisium hernia seperti yang terlihat saat operasi.
Apabila dilokalisasikan secara anatomi sebagai L=lateral, M=medial, F=femoral dan ukuran
orifisium/lubang hernia juga turut diperhitungkan menggunakan ujung hari dengan ketentuan
1.5 hingga 2 cm. Klasifikasi ini seperti yang terlihat pada tabel 1 yakni :

- 1 (≤1 jari)
- 2 (1-2 jari)
- 3 (≥3 jari).

Oleh karena itu, orifisium hernia yang berukuran 2.5 cm dianggap dan dimasukkan sebagai
hernia berukuran 2 cm. Dimensi ini dilaporkan sesuai dengan panjang dari akar grasper
laparotomi, disektor, atau gunting yang memudahkan ahli bedah untuk menggunakan
klasifikasi ini selama pembedahan laparoskopi. Pada klasifikasi ini, hernia kombinasi
disinggung pada kotak di tabel 1 sebagai berikut :

Hernia dapat diklasifikasikan sebagai yang bisa masuk kembali dan yang tidak bisa masuk
kembali. Hernia yang dapat didorong masuk kembali adalah suatu keadaan dimana konten
hernia nya dapat didorong kembali ke abdomen dengan cara melakukan tekanan manual
kedalamnya. Sedangkan hernia yang ireponible/inkarserata adalah ketika konten nya tidak bisa
dimasukkan kembali ke ruang abdomen dengan tekanan manual. Hernia yang tidak dapat
dimasukkan kembali kemudian diklasifikasikan lagi menjadi hernia obstruksi dan hernia
strangulata. Hernia obstruksi adalah ketika lumen dari bagian usus alami obstruksi sedangkan
hernia strangulata adalah ketika aliran darah dari komponen hernia nya terganggu, sehingga
sebabkan iskemia. Lumen dari ususnya mungkin atau bisa saja tidak patent. Tidak masalah
sistem klasifikasi mana yang digunakan, jenis hernia penting untuk di catat berdasarkan temuan
intraoperatif.

PATOFISIOLOGI

Pada pria, hernia indirek mengikuti rute yang sama seiring dengan penurunan testis, yang
migrasi melalui abdomen ke skrotum selama perkembangan sistem/organ urin dan reproduksi.
Semakin besar ukuran kanalis inguinalisnya, dan cincin bagian dalamnya, yang
mentransmisikan testis dan mengakomodasikan struktur spermatic cord, yang mungkin
merupakan satu satunya alasan mengapa pria lebih sering mengalami hernia inguinalis dari
pada wanita. Hernia indirek biasanya dipengaruhi oleh faktor kongenital yang membuat
timbulnya potensi untuk terbentuk kantung hernia, misalnya prosesus vaginalis. Setelah proses
penurunan testis fetal ke skrotum dari retroperitoneum terjadi, prosesus vaginalis harusnya
mengalami obliterasi. Jika prosesus vaginalis tidak alami obliterasi, maka lemak atau usus bisa
masuk ke dalam kantung tersebut. Sifat/kemampuan pinchock dari sistem musculatur cincin
interna selama proses peregangan otot abdomen menghambat terjadinya penonjolan usus ke
patent prosesus. Paralisis otot atau cedera dapat menghambat terjadinya efek shutter ini. Selain
itu, penipisan aponeurosis abdominis transversus selama tegangan, lantas akan semakin
mendorong dasr inguinalis. Posisi kongenital yang tinggi dari sudut aponeurotik mungkin akan
menghalangi efek penopangnya. Neurapxic atau sekule neurolitik dari apendiktomi dan
prosedur vaskular femoral mungkin dapat meningkatkan insidensi hernia pada pasien pasien
ini. Hernia inguinalis adalah suatu komplikasi dari prostatektomi retropubik radikal, baik
secara terbuka atau melalui prosedur laparoskopi, dan dilaporkan terjadi pada 15-21% pasien.
Diketahui juga bahwa insisi disepanjang garis terbawah memiliki resiko yang sama, karena
prosedur ini mengganggu mekanisme rana/shutter dan meningkatkan resiko herniasi inguinalis.

ETIOLOGI

Etiologi hernia indirek sebagian besar dijelaskan melalui dasar embriologi inguinal dan
penurunan testis. Hernia inguinalis indirek adalah bagian dari hernia kongenital, tergantung
pada usia pasien. Hal ini terjadi karena penonjolan dari viskus abdomen masuk ke prosesus
vaginalis yang terbuka. secara umum, setiap kondisi yang meningkatkan tekanan pada kavitas
intraabdomen turut berperan dalam pembentukan hernia. Hernia inguinalis direk disebabkan
oleh kelemahan area fasia transversalis dari segiita hesselbach. Segitiga ini terletak ke arah
alteral dari pembuluh darah epigastrik inferior, medial oleh batas lateral dari otot rektus
abdominis dan inferior oleh ligamen inguinalis. Metabolisme kolagen abnormal mungkin
berperan dalam perkembnagan hernia inguinalis primer. Peningkatan produksi kolagen tipe III
(serat tipis) akan menurunkan rasio tipe I, (serat fiber yang lebih tebal) terhadap kolagen tipe
III. Hal ini akan menganggu struktur matrix koalgen dan kekuatan dari dinding abdomen,
sehingga meningkatkan resiko individu tersebut untuk mengembangkan hernia inguinalis.

FAKTOR RESIKO TERBENTUKNYA HERNIA INGUINALIS

Selain karena jenis kelamin laki laki, faktor resiko lainnya adalah riwayat keluarga dengan
hernia inguinalis. Kondisi lain yang dilaporkan dapat meningkatkan resiko pada kedua jenis
kelamin adalah merokok yang sebabkan gangguan pada metabolisme jaringan ikat, dan PPOK.
Pada wanita, tinggal di daerah pedesaan, tinggi badan yang mumpuni, dan hernia umbilikal
adalah faktor resiko tambahan dari hernia inguinalis. BMI yang lebih rendah, tingginya tekanan
intraabdomen, penyakit kolagen vaskular, aneurisma aorta abdomen dan thorax, PPV, riwayat
apendiktomi terbuka, dan dialisis peritoneal juga sebagai faktor resikonya. Pasien dengan
kelainan matriks metalloproteinase (MMP), (peningkatan ekspresi MMP-2 dan aktivitas
penghambatan jaringan MMP 2) seperti sindrom Ehlers – Danlos, Marfan's, Hurler's, dan
Hunter, juga memiliki peningkatan risiko mengalami hernia direk. Matriks metalloproteinase
adalah keluarga enzim proteolitik yang mendegradasi komponen protein dari matriks ekstra-
seluler. Peningkatan aktivitas proteolitik seperti itu dapat menyebabkan kelemahan pada
jaringan struktural dan homeostasis jaringan ikat abnormal.

Apakah olahraga angkat berat juga merupakan faktor risiko masih kontroversial. Sebuah
tinjauan sistematis baru-baru ini menunjukkan data mengenai hubungan antara angkat berat
yang sering, pengangkatan berat yang berulang, atau satu episode mengangkat yang berat dan
pengembangan hernia selangkangan menjadi tidak meyakinkan. Dari catatan, adalah bahwa
pengangkat berat badan tidak memiliki peningkatan insidensi hernia inguinalis.

GEJALA KLINIS

Adanya tonjolan didaerah antara sisi tulang pubis mengindikasikan telah terjadi hernia
inguinalis. Terdapat rasa terbakar, Sensasi seperti ada massa atau sakit di tonjolan, atau rasa
sakit atau ketidaknyamanan di selangkangan, terutama ketika membungkuk, batuk atau
mengangkat benda. Saat hernia terbentuk, isi rongga perut, seperti lambung, usus kecil, usus
besar, dan hati, bisa turun ke hernia. Kadang-kadang, rasa sakit dan pembengkakan di sekitar
testikel terjadi, ketika usus yang menonjol turun ke dalam skrotum. Hernia inkarserata mungkin
terkait dengan ketidakmampuan untuk memanipulasi hernia melalui defek fasia. Nyeri, mual,
dan muntah, menunjukkan obstruksi usus sementara persistensi nyeri dan nyeri hernia
inkarserata menunjukkan strangulasi. Selain itu, mungkin ada toksisitas sistemik sekunder
terhadap iskemik usus.

DIAGNOSIS

Kebanyakan hernia inguinal awal dapat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik yang teliti.
Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan hati-hati memeriksa daerah inguinal untuk tonjolan
saat pasien berdiri. Kemudian, pasien harus diminta untuk batuk atau mengedan (mis.,
Manuver Valsava) sementara dokter mengamati tonjolan. Lebih sulit untuk mendiagnosis
hernia pada pasien wanita. Diagnosis tidak hanya didasarkan pada pemeriksaan tetapi juga
dengan palpasi dengan tangan terbuka di area selangkangan yang mungkin merasakan tonjolan
atau mendeteksi dorongan hernia selama manuver Valsava atau dengan jari yang dimasukkan
ke dalam skrotum.

Meskipun pencitraan jarang diperlukan untuk mendiagnosis hernia, mungkin berguna dalam
situasi klinis tertentu (misalnya, curiga hernia sport; hernia rekuren; diagnosis tidak pasti;
komplikasi bedah, terutama nyeri kronis). Namun, ahli bedah harus mencatat bahwa
penggunaannya terbatas hanya pada sejumlah kecil pasien, karena pada sebagian besar pasien,
pemeriksaan klinis saja sudah cukup. Ultrasound mungkin berguna dalam mendiagnosis hernia
inguinalis pada pasien yang melaporkan gejala tetapi tidak memiliki cacat yang teraba pada
daerah inguinalis. Ini juga dapat membantu dalam membedakan hernia inkarserata dari nodus
limfatik patologis atau penyebab lain dari massa yang kuat dan teraba. Magnetic resonance
imaging (MRI) menyediakan deteksi paling sensitif dari hernia yang tersembunyi pada pasien
dengan kecurigaan klinis untuk hernia namun pemeriksaan fisiknya meragukan.

TATALAKSANA PEMBEDAHAN

Saat ini tidak ada rekomendasi medis tentang bagaimana mengelola kondisi hernia inguinalis,
karena fakta bahwa hingga saat ini, operasi elektif direkomendasikan untuk semua pasien
hernia inguinalis. Alasan untuk rekomendasi ini adalah risiko komplikasi yang ditakuti seperti
inkarserata atau strangulasi pada usus yang terjepit. Namun dalam banyak kasus, perbaikan
bedah tidak dilakukan untuk mencegah strangulasi, tetapi karena permintaan pasien, untuk
menghilangkan ketidaknyamanan. Oleh karena itu, menunggu dengan waspada merupakan
pilihan yang masuk akal yang direkomendasikan, terutama untuk hernia dengan gejala yang
sangat minimal, (Gambar 1) karena risiko nyeri pasca herniorrafi kronis yang signifikan (>
10%), dan risiko inkarserasi yang rendah (<0,2% per tahun).

MANAJEMEN BEDAH

Kebanyakan perbaikan hernia inguinal dapat dilakukan dengan aman, akurat dan hemat biaya
menggunakan anestesi lokal, melalui pendekatan anterior terbuka. Tingkat kekambuhan Hernia
kurang dari 4% telah dilaporkan untuk herniorrhaphies dilakukan tanpa mesh prostetik oleh
ahli bedah yang terampil. Perbaikan hernia menggunakan prosthetic mesh akan menjadi pilihan
yang baik pada pasien dengan hernia direk atau pada pasien yang lebih tua dengan hernia yang
telah lama dan fasia yang memang sudah lemah. Hernia rekuren yang diperbaiki dengan
herniorrhaphy klasik yang tidak menggunakan mesh memiliki tingkat kekambuhan yang
dilaporkan sekitar 23% pada tiga tahun. Untuk alasan ini, hernia rekuren sebaiknya dikelola
dengan perbaikan mesh anterior atau posterior terbuka dan perbaikan laparoskopi.

JENIS PERBAIKAN HERNIA : OPEN DAN PERBAIKAN SECARA LAPAROSKOPI

Teknik terbuka untuk perbaikan hernia inguinalis antara lain :

- Tension-free mesh repair


- Tension-free sutur repair
- Metode yang lebih tua dari tension-suture repair
PERBAIKAN MENGGUNAKAN MESS

Jerat/mess telah mengurangi tingkat kekambuhan hernia secara signifikan, (Tabel 2) tetapi
beberapa masalah yang terkait mess sering kali dilaporkan. mess memiliki fitur tertentu seperti
material, kekuatan, elastisitas, kepadatan, ukuran pori. Standar mesh polypropylene adalah
yang paling sering digunakan. Alat ini murah, tersedia, tidak terserap, dan cukup kuat untuk
menghindari kekambuhan. Namun demikian, beberapa masalah sebenarnya dengan
penggunaan mesh seperti sensasi benda asing dan nyeri pasca-operasi kronis (Tabel 2 & 3)
telah menciptakan konflik terkait mesh polypropylene standar. Polyester mesh mungkin
menjadi alternatif, namun popularitasnya menurun seiring dengan waktu, terutama di daerah
yang terinfeksi.

Jaring ringan yang lebih baru telah diproduksi untuk mengatasi masalah tersebut tetapi mereka
lebih mahal daripada mesh polypropylene standar. Mesh polypropylene murni yang ringan
adalah opsi paling ekonomis. Ada juga mesh polypropylene yang mampu mengurangi respon
imun host terhadap adanya benda asing di tubuh/prosthesis, namun masih memberikan
kekuatan yang memadai untuk perbaikan hernia. Minyak ikan, beta glukan dan titanium telah
digunakan untuk pelapisan pada mesh jenis ini. Ketika mesh diklasifikasikan berdasarkan
kepadatan, mesh dengan kepadatan> 100gm / m2 dianggap sebagai mess yang berat, sedangkan
35-50 gm / m2 kepadatan diklasifikasikan sebagai ringan, dan meshes ringan dianggap
meningkatkan kenyamanan pasien.

Perbaikan Lichtenstein melibatkan penempatan jala datar di atas defek yang memperkuat
daerah inguinal. Dasar penggunaan mesh adalah dinding posterior dari kanalis inguinal tidak
sempurna dan oleh karena itu, otot yang lemah atau fasia transversalis tidak boleh digunakan
untuk perbaikan. Jala permanen biasanya terbuat dari polypropylene atau polyester.
Komplikasi penggunaan mesh kadang-kadang terjadi, dan ini termasuk, nyeri kronis
(bervariasi dari 10-50% tergantung pada sumber), sensasi benda asing, kekakuan, (Tabel 3)
orchitis iskemik, testis atrofi dysejaculation, anejaculation atau ejakulasi menyakitkan di
sekitar 12 % pasien. Orchitis iskemik, atrofi testis bagaimanapun tidak aneh untuk perbaikan
mesh. (Tabel 2) Dalam jangka panjang, benjolan polipropilena menghadapi degradasi, karena
efek panas. Ini meningkatkan risiko kekakuan dan nyeri kronis, infeksi, pembentukan adhesi,
dan erosi ke organ intraperitoneal. Komplikasi sesekali ini biasanya menjadi jelas beberapa
minggu sampai bertahun-tahun setelah perbaikan awal, yang muncul sebagai abses, obstruksi
usus atau dalam beberapa kasus, perforasi usus. Operasi hernia tradisional memiliki risiko
tinggi terhadap timbulnya nyeri kronis, (Tabel 2) dan sebanyak 17% pasien dapat mengalami
nyeri yang signifikan selama bertahun-tahun. Insiden yang tinggi ini mungkin disebabkan oleh
lokasi mesh yang digunakan untuk operasi semacam ini. Ini juga mungkin terkait dengan
skarifikasi saraf, kontraksi mesh, peradangan kronis, atau osteitis pubis. Ada prosedur yang
menurunkan nyeri kronis ini, mis. perbaikan preperitoneal terbuka, di mana saraf yang
bertanggung jawab untuk rasa sakit kronis dihindarkan, menyebabkan insiden yang lebih
rendah dari komplikasi yang bermasalah ini. Prosedur ini dilakukan sebagai prosedur patch
pre-invitoneal transu invasif minimal invasif (TIPP) atau sebagai prosedur extraperitoneal trans
rectus sheath (TREPP) di bawah anestesi lokal. Prosedur minimal invasif ini memungkinkan
diseksi luas di ruang preperitoneal, termasuk di bawah ligamentum Cooper. Teknik ini
memfasilitasi penempatan mesh tanpa perlu penjahitan, memungkinkan tekanan pasif dari isi
peritoneum untuk menjaga mesh agar tetap di tempatnya. Uji klinis acak telah menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam mendukung TEP (ekstraperitoneal total) dan TIPP
dibandingkan dengan Lichteinstein sehubungan dengan pengendalian nyeri kronik postoperatif
dan fungsi fisik.
Mosquito net mesh : Jaring jaring nyamuk: Jerat yang terbuat dari kain nyamuk, dalam
coplymer polyethylene dan polypropylene telah digunakan untuk pasien berpenghasilan rendah
di pedesaan India dan Ghana. Setiap potongan biaya $ 0,01 dan hasilnya identik dengan yang
diperoleh menggunakan jerat komersial, dalam hal infeksi dan tingkat kekambuhan pada 5
tahun.

Absorbable mesh: Biomeshes yang dapat diserap dihasilkan dari pencarian biomaterial yang
dapat mengatasi masalah yang terkait dengan mesh sintetis permanen, termasuk peradangan
kronis dan reaksi benda asing, kekakuan dan fibrosis, dan infeksi mesh. Mereka terbuat dari
dermis manusia atau babi yang telah diproses ke acellular, berpori perancah matriks
ekstraseluler kolagen dan elastin. Mereka mahal, tetapi dapat digunakan untuk perbaikan di
lingkungan yang terinfeksi, seperti untuk hernia inkarserata. Selain itu, mereka tampaknya
meningkatkan kenyamanan dan agaknya mengurangi risiko inguinodynia. Mesh yang terserap
akan menurunkan dan kehilangan kekuatan seiring waktu. Ini tidak dimaksudkan untuk
memberikan penguatan jangka panjang ke situs perbaikan. Ketika material terdegradasi,
pertumbuhan jaringan baru dimaksudkan untuk memberikan kekuatan pada perbaikan

PERBAIKAN MENGGUNAKAN JAHITAN

Teknik Bassini adalah perbaikan “tegangan”, di mana ujung-ujung cacat dijahit kembali, yaitu
tendon konjoin didekati ke ligamentum inguinalis dan tertutup tanpa jaring. penggunaan
terhadap teknik Bassini sekarang bersifat historis, namun tetap dilakukan di beberapa negara
berkembang, jika ahli bedah tidak memiliki pengetahuan tentang perbaikan tanpa tegangan.
Dalam perbaikan ligamentum McVay / Cooper, dasar saluran diperkuat dengan pendekatan
aponeurosis transversus abdominis dan fasia transversalis ke ligamen pektin (Cooper) secara
medial dari tuberkulum pubikum ke vena femoralis Lateral. dasarnya diperbaiki dengan
mendekati selubung femoralis ke ligamentum inguinalis. teknik Ini juga digunakan dalam
perbaikan hernia femoralis. Teknik Desarda adalah teknik berbasis jahitan yang muncul.
Teknik ini bebas tegangan, bebas mesh, dan memperhatikan fisiologi bedah kanalis inguinal.
Ini menggunakan aponeurosis oblique eksternal dijahit ke ligamentum inguinalis dan oblique
internal untuk memperkuat dinding posterior dari kanalis inguinalis. Teknik ini juga
memberikan hasil yang sama dengan Lichtenstein dalam hal kekambuhan, dengan manfaat
signifikan dari tidak memperkenalkan materi benda asing permanen. Sekuel pasca operasi lain
dari teknik Desarda dibandingkan dengan Lichtenstein ditunjukkan pada Tabel 3. Seperti
teknik Desarda, Guarnieri adalah teknik bebas tegangan lain yang memperhatikan fisiologi
bedah kanalis inguinal. Dalam prosedur ini di mana mesh tidak digunakan, kanalis inguinal
diperkuat oleh tumpang tindih aponeurosis oblik eksternal dalam mode double breasted.

Teknik Shouldice adalah rekonstruksi empat lapisan fascia transversalis yang relatif sulit;
Namun, tingkat kekambuhan dilaporkan relatif rendah di tangan ahli bedah berpengalaman
dengan metode ini.

TEKNIK PERBAIKAN LAPAROSKOPIK

Teknik ini untuk memperbaiki hernia memiliki berbagai tingkat penggunaan di negara industri
yang berbeda, dan salah satu kelemahannya adalah bahwa ia memerlukan ahli bedah yang
sangat berpengalaman dalam operasi hernia laparoskopi. Sedangkan penggunaannya
dipastikan rendah di beberapa negara industri seperti Inggris dan Jepang, perbaikan hernia
laparoskopi telah mendapatkan popularitas yang tinggi di Amerika Utara dan beberapa negara
Eropa, seperti Jerman, terhitung 15-30% dari operasi hernia di negara-negara ini. Perbaikan
laparoskopik lebih mahal daripada perbaikan terbuka. Sedangkan Hynes dkk melaporkan
bahwa perbaikan laparoskopi biaya rata-rata $ 638 lebih dari perbaikan terbuka di Amerika
Utara, McCormack, et al. melaporkan bahwa di Inggris, perbaikan laparoskopi membutuhkan
biaya tambahan 300-350 pound per pasien. Dua perbaikan hernia inguinal laparoskopi utama
adalah perbaikan tambalan preperitoneal (TEP) dan transabdominal preperitoneal (TAPP) dan
masing-masing dianggap sebagai bebas tegangan dan membutuhkan penggunaan mesh.

Ketika dilakukan oleh seorang ahli bedah berpengalaman dalam perbaikan hernia laparoskopi,
komplikasinya lebih sedikit daripada Lichtenstein, terutama rasa sakit dan mati rasa yang
kurang kronis dan kembalinya pasien ke aktivitas sehari hari biasanya lebih cepat. Dalam
perbandingan acak perbaikan hernia inguinal laparoskopi dan Lichtenstein, Eklund, et al.
menunjukkan bahwa lima tahun setelah operasi hanya sebagian kecil pasien masih melaporkan
nyeri kronik sedang sampai berat. bahkan bisa lebih singkat lagi bagi mereka yang mengalami
perbaikan hernia inguinal laparoskopi. Sehubungan dengan perbaikan hernia berulang,
pembentukan hematoma / seroma jarang terbentuk setelah perbaikan hernia laparoskopi.
Namun, waktu operasi lebih lama dan tampaknya ada risiko komplikasi yang lebih tinggi,
sehubungan dengan cedera visceral dan vaskular. Cedera vaskular adalah kejadian yang tidak
biasa namun tetap berpotensi merugikan. Perbaikan Lichtenstein memiliki waktu operasi yang
lebih pendek, dan lebih murah. Perbaikan laparoskopi dianggap sebagai pilihan yang baik
untuk perbaikan hernia bilateral karena kedua belah pihak dapat diperbaiki melalui situs port
laparoskopi yang sama.
TEMUAN YANG TIDAK BIASA DARI PEMBEDAHAN HERNIA INGUINALIS

Telah dinyatakan bahwa isi hernia yang tidak biasa atau temuan di saluran inguinal dapat
menimbulkan masalah dalam ilmu bedah. Lipoma tali pusat pada ligamentum bulat adalah
salah satu temuan yang aneh ini. Dapat menyebabkan nyeri pangkal paha pada kedua jenis
kelamin, tetapi lebih pada wanita, mungkin karena ukuran cincin internal pada wanita. Lipoma
semacam itu kadang-kadang terbukti tumbuh sangat besar, menyerupai hernia yang tidak dapat
diperkecil, dan pada laki-laki dapat tumbuh ke dalam skrotum untuk menyebabkan
kebingungan diagnostik. Sebuah emboli epiploik yang membengkak dari kolon sigmoid telah
ditemukan di kantung hernia inguinalis. Ini appendisitis epiploik seperti yang disebut,
menyebabkan gejala iritasi dan pembentukan massa, tanpa desakan batuk. Herniasi ovarium
jarang terjadi dan terjadi pada <3% dari hernia pada wanita. Entrapment dari adneksa pada
hernia tidak langsung jarang terjadi pada wanita dewasa. Sebagian besar kasus yang dilaporkan
menyangkut populasi pediatrik dan 30% terjadi pada remaja usia reproduktif. Komplikasi
termasuk torsi ovarium, penahanan atau salpingitis. Meskipun jarang, kantung hernia dapat
mengandung apendiks vermiform; ini disebut hernia Amyand dan luar biasa, appendiks akut
yang meradang yang merupakan 0,07-0,13% dari semua kasus apendisitis akut. Peradangan
usus buntu disebabkan oleh tekanan di leher hernia. Ketika kantung mengandung divertikulum
Meckel, itu disebut hernia Littre, tumor jinak telah dilaporkan di kanalis inguinal sebagai
gumpalan yang biasanya menyamar sebagai hernia inguinalis. Contohnya adalah
Schwannoma, dan kista mesothelial jinak; yang terakhir bisa jadi bingung dengan myxoma
ganas dan dapat menyebabkan kinerja operasi kanker radikal. Neural nephrogenic istirahat
(ENR), yang berkembang dari blastema nefrogenik persisten telah dilaporkan di kanalis
inguinal, tetapi ini jarang terjadi. Sebagian besar terkait dengan prosesus vaginalis paten.
Beberapa menjalani transformasi neoplastik menjadi adenoma jinak atau tumor Wilms. Sisa-
sisa jaringan adrenal ektopik dijumpai secara kebetulan pada 1% -9,3% anak-anak yang
menjalani operasi inguinal. Ini beristirahat hadir sebagai nodul kuning cerah, dan harus
dihapus, karena mereka mungkin mengalami hiperplasia atau perubahan neoplastik yang
ditandai. Jurnal yang ada tidak menyebutkan terjadinya tumor primer atau metastatik dari
kantung hernia, tetapi kejadian ini ada dan kurang dari 0,4% dari kantung yang dikeluarkan,
dan sebagian besar dari kejadian ini adalah sebuah metastasis. Tumor ini telah diklasifikasikan
sebagai tumor saccular atau intrasaccular, berdasarkan hubungan mereka dengan kantung
inguinal. Keganasan intra-abdomen seperti kanker kolon, dapat muncul sebagai hernia
inguinalis. Namun, kurang dari 1 dari 200 kasus karsinoma kolon ganas ini terlokalisasi di
dalam hernia inguinalis, dan telah diketahui menyebabkan obstruksi kolon. Liposarkoma
membentuk 7% dari semua sarkoma paratesticular, dimana 12% terjadi di kanalis inguinalis.
Bagian dari saluran kemih dapat muncul dan timbul sebagai hernia geser. Hernia uretra terjadi,
meskipun jarang pada laki-laki tanpa gejala kencing. Oruç, dkk. menunjukkan bahwa ada 64
kasus herniasi inguinoscrotal ureter dalam literatur bahasa Inggris. Insiden hernia inguinal yang
mengandung kandung kemih adalah 0,36%. Penting untuk menyadari kondisi ini untuk
menghindari kerusakan struktur ini ketika mengelola hernia yang langka ini.

Hernia inguinalis tidak langsung adalah temuan umum pada bayi/anak yang masih sangat kecil.
Intervensi bedah dini biasanya disarankan untuk menghindari perkembangan obstruksi. Testis
infarcted telah ditemukan di kantung hernia.

Ketidaklengkapan testis ke dalam skrotum terjadi pada 2-8% laki-laki saat lahir. Sebuah testis,
cryptorchid atrophic telah dilaporkan di kantung hernia seorang pria 50 tahun. Salah satu
kandungan tidak umum lainnya dari kantung hernia inguinalis adalah abses. Koleksi ascites
yang terinfeksi dapat tetap di relung rongga peritoneum setelah peritonitis. Ini dapat
menyebabkan peradangan dan pembentukan abses di kantung hernia.

REKOMENDASI
meskipun hernia adalah sebuah masalah pembedahan, pengetahuan yang up to date dari
herniologi penting dalam rangka menciptakan suatu teknik pembedahan yang mampu
menurunkan angka kekambuhan, dan menangani dengan baik masalah atau temuan yang tidak
biasa dari hernia inguinalis, serta mencegah keruskan pada struktur terkait didalamnya.

You might also like