You are on page 1of 22

2.

2 SYOK HIPOVOLEMIK

2.2.1 Definisi

Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan
cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat (Smeltzer,
2001)

Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan
cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang
tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.

2.2.2 Etiologi

 Penyebab trauma dapat terjadi oleh karena trauma tembus atau trauma benda tumpul.
Trauma yang sering menyebabkan syok hemoragik adalah sebagai berikut: laserasi dan
ruptur miokard, laserasi pembuluh darah besar, dan perlukaan organ padat abdomen,
fraktur pelvis dan femur, dan laserasi pada tengkorak.
 Kelainan pada pembuluh darah yang mengakibatkan banyak kehilangan darah antara lain
aneurisma, diseksi, dan malformasi arteri-vena.
 Kelainan pada gastrointestinal yang dapat menyebabkan syok hemoragik antara lain:
perdarahan varises oesofagus, perdarahan ulkus peptikum, Mallory-Weiss tears, dan
fistula aortointestinal.
 Kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, yaitu kehamilan ektopik terganggu,
plasenta previa, dan solutio plasenta. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik umum
terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan tes kehamilan
negatif jarang terjadi, tetapi pernah dilaporkan.

Tabel 1. Kondisi Pasien Syok Hipovolemik

Kondisi-kondisi yang Menempatkan Pasien pada Risiko Syok Hipovolemik


kehilangan cairan eksternal Trauma

Pembedahan

Muntah-muntah

Diare
Diuresis

Diabetes Insipidus

Perpindahan cairan internal Hemoragi internal

Luka bakar

Asites

Peritonitis

Sumber : Smeltzer, 2001

2.2.3 Manifestasi Klinis

1. Agitasi
2. Akral dingin
3. Penurunan konsentrasi
4. Penurunan kesadaran
5. Penurunan atau tidak ada keluaran urine
6. Lemah
7. Warna kulit pucat
8. Napas cepat
9. Berkeringat

2.2.4 Tahapan Syok Hipovolemik

Perbeadaan antara kelas-kelas syok hemoragik mungkin tidak terlihat jelas pada seorang
penderita, dan penggantian volume harus diarahkan pada respon terhadap terapi semula dan
bukan dengan hanya mengandalkan klasifikasi awal saja. System klasifikasi ini berguna untuk
memastikan tanda-tanda dini dan patofisiologi keadaan syok. (ATLS, 2001)

Klasifikasi Penemuan Klinis Pengelolaan


Kelas I : kehilangan Hanya takikardi minimal, Tidak perlu penggantian
volume darah < 15 % EBV nadi < 100 kali/menit volume cairan secara IVFD
Kelas II : kehilangan Takikardi (>120 kali/menit), Pergantian volume darah
volume darah 15 – 30 % takipnea (30-40 kali/menit), yang hilang dengan cairan
EBV penurunan pulse pressure, kristaloid (RL atau NaCl
penurunan produksi urin 0,9%) sejumlah 3 kali
(20-30 cc/jam) volume darah yang hilang
Kelas III : kehilangan Takikardi (>120 kali/menit), Pergantian volume darah
volume darah 30 - 40 % takipnea (30-40 kali/menit), yang hilang dengan cairan
EBV perubahan status mental kristaloid (NaCl 0,9% atau
(confused), penurunan RL) dan darah
produksi urin (5-15 cc/jam)
Kelas IV : kehilangan Takikardi (>140 kali/menit), Pergantian volume darah
volume darah > 40 % EBV takipnea (35 kali/menit), yang hilang dengan cairan
perubahan status mental kristaloid (NaCl 0,9% atau
(confused dan lethargic), RL) dan darah

Bila kehilangan volume


darah > 50 % : pasien tidak
sadar, tekanan sistolik sama
dengan diastolik, produksi
urin minimal atau tidak
keluar

Beberapa faktor akan sangat mengganggu penilaian respon hemodinamis terhadap perdarahan,
antara lain ;

1. Usia penderita
2. Parahnya cedera, dengan perhatian khusus bagi jenis dan lokasi anatomis cederanya
3. Rentang waktu antar cedera dan permulaan terapi
4. Terapi cairan pra-rumah sakit dan penerapan pakaian anti syok pneumatic (PSAG)
5. Obat-obat yang sebelumnya sudah diberikan karena ada penyakit kronis

2.2.5 Patofisiologi Syok Hipovolemik

Saat sel-sel tubuh kekurangan pasokan darah dan oksigen, maka kemampuan metabolisme enrgi
pada sel-sel tersebut akan terganggu. Metabolisme energi terjadi di dalam sel tempat nutrien
secara kimiawi dipecah dan disimpan dalam bentuk ATP (adenosin tripospat). Sel-sel
menggunakan simpanan energi ini untuk melakukan berbagai fungsi penting seperti traspor aktif,
kontraksi otot, sintesa biokimia, dan melaukan fungsi selular khusus seperti konduksi impuls
listrik. ATP dapat disintesa secara aerob (pada adanya oksigen)atau secara anaerob (tanpa
adanya oksigen). Meskipun begitu, metabolisme aerob akan menghasilkan jumlah ATP yang
jauh lebih besar per mol glukosa dibanding metabolisme anaerob, dan karenanya adalah cara
yang lebih efisien dan lebih efektif dalam penghasil energi. Selain itu, metabolisme anaerob
mengakibatkan akumulasi produk akhir yang toksik, asam laktat, yang harus dibuang dari sel dan
ditranspor ke hepar untuk pengubahan menjadi glukosa dan glikogen.

Pada keadaan syok, sel-sel tidak mendapat pasokan darah yang adekuat dan kekurangan oksigen
dan nutrien; karenanya, sel-sel harus menghasilkan energi melalui metabolisme anaerob.
Metabolisme ini menghasilkan tingkat energi yang rendah dari sumber nutrien, dan lingkungan
intraseluler, yang bersifat asam. Karena perubahan ini, fungsi normal sel menurun. Sel
membengkak dan membrannya menjadi lebih permeabel, sehingga memungkinkan elektrolit dan
cairan untuk merembes dari dan ke dalam sel. Pompa kalium-natrium menjadi terganggu.
Struktur sel (mitokondria dan lisosom) menjadi rusak dan terjadi kematian sel (Hardaway, 1988).

2.2.6 WOC
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: analisis Complete Blood
Count (CBC), kadar elektrolit (Na, K, Cl, HCO3, BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT, APTT,
AGD, urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma), dan tes kehamilan. Darah sebaiknya
ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan.

Pemeriksaan Penunjang lainnya:

 Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia langsung
dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan.
 Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di
unit gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai
terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric
lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus
perforasi atau Sindrom Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien
tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan.
 Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika pasien
hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis harus
segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan
ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.
 Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada
awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi, atau CT-scan dada.
 Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused
Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau
tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil.

2.2.8 Penatalaksanaan

Diagnosis dan terapi syok harusilakukan secara simultan. Untuk hampir semua penderita trauma,
penanganan dilakukan seolah-olah penderita menderita syok hipovolemi, kecuali bila ada bukti
jelas bahwa keadaan syok disebabkan oleh suatu etiologi yang bukan hipovolemia. Prinsip
pengelolaan dasar yang harus dipegang ialah menghentikan perdarahan dan mengganti
kehilangan volume.
Primary Survey

Pemeriksaan jasmani diarahkan kepada diagnosis cedera yang mengancam nyawa dan meliputi
penilaian dari ABCDE. Mencatat tanda vital awal (baseline recording) penting untuk memantau
respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin,
dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan
penderita mengijinkan.

A. Airway (+ lindungi tulang servikal)

B. Breathing (+ oksigen jika ada)

C. Circulation + kendalikan perdarahan

1. Posisi syok

Angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi ± 45o. 300 – 500 cc darah dari kaki
pindah ke sirkulasi sentral.

Gambar 2. Posisi syok

1. Cari dan hentikan perdarahan


2. Ganti volume kehilangan darah

Menghentikan perdarahan (prioritas utama)

 Tekan sumber perdarahan


 Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka
 Bebat tekan pada seluruh ekstremitas yang luka
 Pasang tampon sub fasia (gauza pack)
 Hindari tourniquet (torniquet = usaha terakhir)

Perdarahan permukaan tubuh ekstremitas lakukan penekanan, gunakan sarung tangan atau
plastik sebagai pelindung !

Gambar 3. Perdarahan dan cara menekan perdarahan


Perdarahan 20 cc/menit = 1200 cc / jam

1. Pemasangan infus dan pergantian volume darah dengan cairan/darah.


2. Cari sumber perdarahan yang tersembunyi

Rongga perut (hati, limpa, arteri), rongga pleura, panggul atau pelvis, tulang paha (femur), kulit
kepala (anak)

1. Lokasi dan Estimasi perdarahan

 Fraktur femur tertutup : 1,5-2 liter


 Fraktur tibia tertutup : 0,5 liter
 Fraktur pelvis : 3 liter
 Hemothorak : 2 liter
 Fraktur iga (tiap satu) : 150 cc
 Luka sekepal tangan : 500 cc
 Bekuan darah sekepal : 500 cc

Catatan :

1. Menilai respon pada penggantian volume adalah penting, bila respon mnmal
kemungkinan adanya sumber perdarahan aktif yang harus dihentikan, segera lakukan
pemeriksaan golongan darah dan cross matched, konsultasi dengan ahli bedah, hentikan
perdarahan luar yang tampak (misalnya pada ekstremitas)
2. Penggantian darah dapat digunakan darah lengkap (WBC) atau komponen darah merah
(PRC). Usahakan jangan memberikan tranfusi yang dingin karena dapat menyebabkan
hipotermi.

D. Disability – Pemeriksaan neurologi

Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata
dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi
otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan. Perubahan fungsi
system syaraf sentral tidak selalu disebabkan cedera intracranial tetapi mungkin mencerminkan
perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal
dari cedera intracranial.

E. Exposure – Pemeriksaan lengkap

Setelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi


dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian dari mencari cedera. Bila
menelanjangi penderita, sangat penting mencegah hypothermia.
F. Folley Catheter

Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan adanya hematuria dan evaluasi
dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. Darah pada urethra atau prostat dengan
letaktinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada laki-laki merupakan kontraindikasi mutlak
bagi pemasangan kateter urethra sebelum ada konfirmasi radiografis tentang urethra yang utuh.

G. Gastric Cholic – Dekompresi

Dilatasi lambung seringkali terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-anak, dan dapat
mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat diterangkan, biasanya berupa
bradikardi dari stimulasi syaraf vagus yang berlebihan. Distensi lambung membuat terapi syok
menjadi sulit. Pada penderita yang tidak sadar, distensi lambung membesarkan resiko aspirasi isi
lambung, ini merupakan suatu komplikasi yang bias menjadi fatal. Dekompresi lambung
dilakukan dengan memasukkan selang/pipa kadalam perut melalui hidung atau mulut dan
memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung. Namun walau penempatan pipa
sudah baik, masih memungkinkan terjadi aspirasi.

Bidang Kegawatdaruratan

Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara lain:

1. Memaksimalkan pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat,


peningkatan saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah,
2. Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut, dan
3. Resusitasi cairan.

1. 1. Memaksimalkan penghantaran oksigen

 Jalan napas pasien sebaiknya dibebaskan segera dan stabilisasi jika perlu. Kedalaman dan
frekuensi pernapasan, dan juga suara napas, harus diperhatikan. Jika terjadi keadaan
patologi (seperti pneumothoraks, hemothoraks, dan flail chest) yang mengganggu
pernapasan, harus segera ditangani. Tambahan oksigen dalam jumlah besar dan bantuan
ventilator harus diberikan pada semua pasien. Ventilasi tekanan positif yang berlebihan
dapat berbahaya pada pasien yang mengalami syok hipovolemik dan sebaiknya dihindari.
 Sebaiknya dibuat dua jalur intravena berdiameter besar. Hukum Poeseuille mengatakan
bahwa aliran berbanding terbalik dengan panjang kateter infus dan berhubungan langsung
dengan diameter. Sehingga kateter infus intravena yang ideal adalah pendek dan
diameternya lebar; diameter lebih penting daripada panjangnya. Jalur intravena dapat
ditempatkan pada vena antecubiti, vena sphena, atau vena tangan, atau pada vena
sentralis dengan menggunakan teknik Seldinger. Jika digunakan jalur utama vena
sentralis maka digunakan kateter infus berdiameter lebar. Pada anak kurang dari 6 tahun
dapat digunakan jalur intraosseus. Faktor yang paling penting dalam melakukannya
adalah skill dan pengalaman
 Pengadaan infus arteri perlu dipertimbangkan pada pasien dengan perdarahan hebat.
Untuk pasien ini, infus arteri akan memonitoring tekanan darah secara berkala dan juga
analisa gas darah.
 Pada jalur intravena, cairan yang pertama digunakan untuk resusitasi adalah kristaloid
isotonik, seperti Ringer Laktat atau Saline Normal. Bolus awal 1-2 liter pada orang
dewasa (20 ml/kgBB pada pasien anak), dan respon pasien dinilai.
 Jika tanda vital sudah kembali normal, pasien diawasi agar tetap stabil dan darah pasien
perlu dikirim untuk dicocokkan. Jika tanda vital membaik sementara, infus kristaloid
dilanjutkan dan dipersiapkan darah yang cocok. Jika perbaikan yang terjadi tidak
bermakna atau tidak ada, infus kristaloid harus dilanjutkan, dan darah O diberikan (darah
tipe O rhesus (-) harus diberikan kepada pasien wanita usia subur untuk mencegah
sensitasi dan komplikasi lanjut).
 Jika pasien kritis dan hipotensi berat (syok derajat IV), diberikan cairan kristaloid dan
darah tipe O. Pedoman pemberian kristaloid dan darah tidak diatur, terapi yang diberikan
harus berdasarkan kondisi pasien.
 Posisi pasien dapat digunakan untuk memperbaiki sirkulasi; salah satu contohnya
menaikkan kedua kaki pasien sementara cairan diberikan. Contoh lain dari posisi yang
bermanfaat adalah memiringkan pasien yang sementara hamil dengan trauma kearah
kirinya, dengan tujuan memposisikan janin menjauhi vena cava inferior dan
meningkatkan sirkulasi. Posisi Trendelenburg tidak dianjurkan untuk pasien dengan
hipotensi karena dikhawatirkan terjadi aspirasi. Posisi Trendelenburg juga tidak
memperbaiki keadaan kardiopulmonal dan dapat mengganggu pertukaran udara.
 Autortransfusi mungkin dilakukan pada beberapa pasien trauma. Beberapa alat diizinkan
untuk koleksi steril, antikoagulasi, filtrasi, dan retransfusi darah disediakan. Pada
penanganan trauma. Darah yang berasal dari hemothoraks dialirkan melalui selang
thorakostomi.

1. 2. Kontol perdarahan lanjut

 Kontrol perdarahan tergantung sumber perdarahan dan sering memerlukan intervensi


bedah. Pada pasien dengan trauma, perdarahan luar harus diatasi dengan menekan
sumber perdarahan secara langsung, perdarahan dalam membutuhkan intervensi bedah.
Fraktur tulang panjang ditangani dengan traksi untuk mengurangi kehilangan darah.
 Pada pasien dengan nadi yang tidak teraba di unit gawat darurat atau awal tibanya, dapat
diindikasikan torakotomi emergensi dengan klem menyilang pada aorta diindikasikan
untuk menjaga suplai darah ke otak. Tindakan ini hanya bersifat paliatif dan butuh segera
dibawa di ruang operasi.
 Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, vasopressin intravena dan H2 bloker
telah digunakan. Vasopressin umumnya dihubungkan dengan reaksi negatif, seperti
hipertensi, aritmia, gangren, dan iskemia miokard atau splanikus. Oleh karena itu, harus
dipertimbangkan untuk penggunaanya secara tetap. H2 Bloker relatif aman, tetapi tidak
terlalu menguntungkan
 Infus somatostatin dan ocreotide telah menunjukkan adanya pengurangan perdarahan
gastrointestinal yang bersumber dari varises dan ulkus peptikum. Obat ini membantu
kerja vasopressin tanpa efek samping yang signifikan.
 Pada pasien dengan perdarahan varises, penggunaan Sengstaken-Blakemore tube dapat
dipertimbangkan. Alat ini memiliki balon gaster dan balon esofagus. Balon gaster
pertama dikembangkan dan dilanjutkan balon esofagus bila perdarahan berlanjut.
Penggunaan selang ini dikaitkan dengan akibat yang buruk, seperti ruptur esofagus,
asfiksi, aspirasi, dan ulserasi mukosa. Oleh karena alasan tersebut, penggunaan ini
dipertimbangkan hanya sebagai alat sementara pada keadaan yang ekstrim.
 Pada dasarnya penyebab perdarahan akut pada sistem reproduksi (contohnya kehamilan
ektopik, plasenta previa, solusio plasenta, ruptur kista, keguguran) memerlukan intervensi
bedah.
 PASG dapat digunakan untuk mengendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau
ekstremitas bagian bawah, namun tidak boleh mengganggu resusitasi cairan cepat.
Cukupnya perfusi jaringan menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan.
Mungkin diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan internal

1. 3. Resusitasi Cairan

Apakah kristaloid dan koloid merupakan resusitasi terbaik yang dianjurkan masih menjadi
masalah dalam diskusi dan penelitian. Banyak cairan telah diteliti untuk digunakan pada
resusitasi, yaitu: larutan natrium klorida isotonis, larutan ringer laktat, saline hipertonis, albumin,
fraksi protein murni, fresh frozen plasma, hetastarch, pentastarch, dan dextran 70.

 Pendukung resusitasi koloid membantah bahwa peningkatan tekanan onkotik dengan


menggunakan substansi ini akan menurunkan edema pulmonal. Namun, pembuluh darah
pulmonal memungkinkan aliran zat seperti protein antara ruang intertisiel dan ruang
intravaskuler. Mempertahankan tekanan hidrostatik pulmoner (< 15 mmHg tampaknya
menjadi faktor yang lebih penting dalam mencegah edama paru)
 Pendapat lain adalah koloid dalam jumlah sedikit dibutuhkan untuk meningkatkan
volume intravaskuler. Penelitian telah menunjukkan akan kebenaran hal ini. Namun,
mereka belum menunjukkan perbedaan hasil antara koloid dibandingkan dengan
kristaloid.
 Larutan koloid sintetik, seperti hetastarch, pentastarch, dan dextran 70 mempunyai
beberapa keuntungan dibandingkan dengan koloid alami seperti fraksi protein murni,
fresh frozen plasma, dan albumin. Larutan ini mempunyai zat dengan volume yang sama,
tetapi karena strukturnya dan berat molekul yang tinggi, maka kebanyakan tetap berada
pada intravaskuler, mengurangi edema intertisiel. Meskipum secara teoritis
menguntungkan, penelitian gagal menunjukkan perbedaan pada parameter ventilasi, hasil
tes fungsi paru, lama penggunaan ventilator, lama perawatan, atau kelangsungan hidup.
 Kombinasi salin hipertonis dan dextran juga telah dipelajari sebelumnya karena fakta-
fakta menunjukkan bahwa hal ini dapat meningkatkan kontraktilitas dan sirkulasi
jantung. Penelitian di Amerika Serikat dan Jepang gagal menunjukkan perbedaan
kombinasi ini jika dibandingkan dengan larutan natrium klorida isotonik atau ringer
laktat. Selanjutnya, meski ada banyak cairan resusitasi yang dapat digunakan, tetap
dianjurkan untuk menggunakan Ringer Laktat terlebihdahulu,dan pilihan keduayaitu
Normal Saline 0,9%.

Area yang lain yang menarik tentang resusitasi adalah tujuan untuk mengembalikan volume
sirkulasi dan tekanan darah kepada keadaan normal sebelum control perdarahan.

1. 4. Medikasi Obat

Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi

Obat Anti Sekretorik : Obat ini memiliki efek vasokonstriksi dan dapat mengurangi aliran darah
ke sistem porta.

1. Somatostatin (Zecnil)

Secara alami menyebabkan tetrapeptida diisolasi dari hipotalamus dan pankreas dan sel epitel
usus. Berkurangnya aliran darah ke sistem portal akibat vasokonstriksi. Memiliki efek yang sama
dengan vasopressin, tetapi tidak menyebabkan vasokonstriksi arteri koroner. Cepat hilang dalam
sirkulasi, dengan waktu paruh 1-3 menit.

 Dosis

Dewasa : bolus intravena 250 mcg, dilanjutkan dengan 250-500 mcg/jam, infus selanjutnya;
maintenance 2-5 hari jika berhasil
Anak-anak Tidak dianjurkan

 Interaksi

Epinefrin, demeclocycline, dan tambahan hormon tiroid dapat mengurangi efek obat ini.

 Kontraindikasi

- Hipersensitifitas

- Kehamilan

- Risiko yang fatal ditunjukkan pada binatang percobaan, tetapi tidak diteliti pada manusia,
dapat digunakan jika keuntungannya lebih besar daripada risiko terhadap janin.

 Perhatian

Dapat menyebabkan eksaserbasi atau penyakit kandung kemih; mengubah keseimbangan pusat
pengaturan hormon dan dapat menyebabkan hipotiroidisme dan defek konduksi jantung.
1. Ocreotide (Sandostatin)

Oktapeptida sintetik, dibandingkan dengan somatostatin memiliki efek farmakologi yang sama
dengan potensi kuat dan masa kerja yang lama.

Digunakan sebagai tambahan penanganan non operatif pada sekresi fistula kutaneus dari
abdomen, duodenum, usus halus (jejunum dan ileum), atau pankreas.

 Dosis

Dewasa: 25-50 mcg/jam intravena, kontinyu; dapat dilanjutkan dengan bolus intravena 50 mcg;
penanganan hingga 5 hari.
Anak-anak : 1-10 mcg/kgBB intravena q 12 jam; dilarutkan dalam 50-100 ml Saline Normal atau
D5W.

 Kontraindikasi

- Hipersensitivitas

- Kehamilan

- Risiko terhadap janin tidak diteliti pada manusia, tetapi telah ditunjukkan pada beberapa
penelitian pada binatang.

 Perhatian

Efek samping yang utama berhubungan dengan perubahan motilitas gastrointestinal, termasuk
mual, nyeri abdomen, diare, dan peningkatan batu empedu dan batu kandung kemih; hal ini
karena perubahan pada pusat pengaturan hormon (insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan),
dapat timbul hipoglikemia, bradikardi, kelainan konduksi jantung, dan pernah dilaporkan terjadi
aritmia, karena penghambatan sekresi TSH dapat terjadi hipotiroidisme, hati-hati pada pasien
dengan gangguan ginjal, kolelithiasis dapat terjadi.

Algoritme penatalaksanaan Syok Hipovolemik

Penderita perdarahan

Pasang IV line jarum besar + catat tekanan darah, nadi,perfusi,

Ambil sample darah produksi urin,

Siap transfusi darah 500-1000 ml

Ringer Laktat atau NaCl 0,9%


1000-2000 ml dalam 30-60 menit,

Ulangi sampai 2-4 x lost volume

(kalau perlu 2 IV line)

Hemodinamik naik Hemodinamik buruk

Tekanan darah >100, nadi <100 teruskan cairan

Perfusihangat, kering 2-4 x lost volume

Urin >1/2 ml/kg/jam

Hemodinamik baik Hemodinamik buruk

Evaluasi Evaluasi Emergency medikasi

2.2.9 Komplikasi Syok Hipovolemik

1. Kerusakan ginjal
2. Kerusakan otak
3. Gangren dari lengan atau kakièkadang-kadang mengarah ke amputasi
4. Serangan jantung

2.2.10 Prognosis

Syok Hipovolemik selalu merupakan darurat medis. Namun, gejala-gejala dan hasil dapat
bervariasi tergantung pada:

1. Jumlah volume darah yang hilang


2. Tingkat kehilangan darah
3. Cedera yang menyebabkan kehilangan

Mendasari pengobatan kondisi kronis, seperti diabetes dan jantung, paru-paru, dan penyakit
ginjal 3.1 SYOK HIPOVOLEMIK
Tn. N (48th) mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung di bawa ke RS UA. Tn. N dalam
keadaan pingsan. Tn N yang mengendarai motor tertabrak mobil lalu terserempet pickup dan
terpental ke pinggir jalan lalu pasien tidak sadarkan diri. Tn. N mengalami fraktur terbuka femur
kondiler disertai perdarahan hebat. Dan Fraktur terbuka Cruris 1/3 proksimal. Dari pemeriksaan
TTV didapatkan nadi 126x/menit, RR 26x/menit, TD 90/70 mmHg, CRT > 2detik dan kulit
terlihat pucat. Jumlah perdarahan kurang lebih 1800 cc

3.1.1 Pengkajian

1. Data Demografi/ identitas

1. Nama : Tn. N
2. Umur : 48 Tahun
3. Alamat: Sutorejo Surabaya
4. Keluhan Utama

Tanda-tanda syok perdarahan.

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Tn. N (48th) mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung di bawa ke RS UA. Tn. N dalam
keadaan pingsan. Tn N yang mengendarai motor tertabrak mobil lalu terserempet pickup lalu
terpental ke pinggir jalan lalu pasien tidak sadarkan diri. Tn. N mengalami fraktur terbuka femur
kondiler disertai perdarahan hebat. Dan Fraktur terbuka Cruris 1/3 proksimal.

1. Riwayat Penyakit Keluarga

1. Keadaan Umum
1. Nadi : 126x/menit
2. Tekanan Darah: 90/70 mmHg
3. RR : 26x/menit

1. Pemeriksaan Fisik

Rumah Sakit Pendidikan REKAMAN DATA PENGKAJIAN Unit Gawat Darurat

Universitas Airlangga
IDENTITAS
Nama lengkap : Tn N No Reg : 28.64.53.36 Tgl : 8/11/2012

Umur : 48 hn/bln/hari Triase : Jam : 20.15


PENGKAJIAN
Keluhan utama

Tn. N (48th) mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung di bawa ke RS UA. Tn. N dalam
keadaan pingsan. Tn N yang mengendarai motor tertabrak mobil lalu terpental ke pinggir jalan
lalu pasien tidak sadarkan diri. Tn. N mengalami fraktur terbuka femur kondiler disertai
perdarahan hebat. Dan Fraktur terbuka Cruris 1/3 proksimal.
Data Biologis
Data Masalah Keperawatan
1. AIR WAY ÿ Bersihan jalan nafas
tidak efektif
ÿ Bersih
ÿ Pola nafas tidak
ÿ Sumbatan : darah/sputum/caiean asing (pada mulut & hidung) efektif

ÿ Mulut terkatub trismus/bismus ÿ Gangguan pertukaran


gas
ÿ Batuk produktif/tidak produktif
ÿ Kegagalan ventilasi
ÿ …………………………………………………………………… spontan
……………………..
ÿ ………………………
…………………..

1. BREATHING

ÿ Pergerakan dada: simetris/asimetris

ÿ Pola nafas : dyspnoe/tachipnoe/hiperpnoe/orthopnoe

ÿ Suara nafas wheezing/ronchi/stridor/cracles : (Vesikuler)

ÿ Sesak : saat istirahat/beraktivitas (tak terkaji)

ÿ Penggunaan otot nafas tambahan : PCH/Retraksi/suprasternal

ÿ Suara perkusi paru : (redup/sonor)

ÿ ………………………………………………………………………
………………………………………………………
1. CIRCULATION

ÿ Akral : hangant/dingin

ÿ Nadi : regular/irregular/kuat/lemah/tidak teraba

ÿ CRT : > 3 detik/< 3 detik

ÿ Warna kulit : cyanosis/kemerahan

ÿ Turgor : cepat/lambat kembali ÿ Kekurangan volume


cairan
ÿ Kulit/membrane mukosa : kering/lembab
ÿ Volume cairan
ÿ Peningkatan JVP berlebih

ÿ Edema : wajah/anasarka/ekstemitas atas/bawah ÿ Penurunan cardiac


output
ÿ Perdarahan : 1800 cc
ÿ ………………………
ÿ ……………………………………………………………………… …………………..
……………………………………………….

1. DISABILITY

ÿ Kesadaran: CM/somnolent/stupoor/

ÿ Reflek cahaya : ………../…………

ÿ GCS : ……….. (E: ……M: ……V: …...)

ÿ Kejang

ÿ AFGAR Score : 1’ :.... 5 ‘......


ÿ Nyeri akut/kronis
ÿ Hemiparese/plegia: (ekstremitas kiri/ka), tetraplegi
ÿ Perfusi jaringan tidak
ÿ Nyeri skala 1.2.3.4.5.6.7.8.9.10 (tidak terkaji) efektif (otak)

ÿ Luka ÿ Kerusakan integritas


:………………………………………………………………………… kulit/jaringan
……………………………….…..
ÿ ………………………
1. ELIMINASI & OBSTETRI GINEKOLOGI …………………..
ALVI :

ÿ Perubahan pola BAB ⃝ Distensi abdomen ⃝ Perkusi abd dullness ⃝


Nyeri saat defekasi ⃝ Frekuensi BAB menurun ⃝ Tidak mampu
mengeluarkan feses ⃝ Suara usus hipo/hiperaktif

ÿ BAB > 3 kali ⃝ konsistensi cair (tidak terkaji)

URI :

ÿ Tidak dapat BAK ⃝ Nyeri saat akan BAK ⃝ Bladder penuh

ÿ Keluar urine tanpa disadari ⃝ Nokturia ⃝ Tidak mampu menahan ÿ Konstipasi


BAK ⃝ Frekuensi BAK sebih sering (tiap 2 jam) (tidak terkaji)

Status Obstetri Ginekologi


ÿ Diare
⃝ G:....P:....A:.... ⃝ usia kehamilan:.....mgg ⃝ presentasi: ......................⃝
HPHT:......

⃝ TFU:.........cm ⃝ LP:.....cm ⃝ BJA :......x/mnt ⃝ ANC (dokter/bidan)

ÿ Retensio urine

1. FAHRENHEIT ÿ Inkontinensia
urin/risiko
Suhu:.0C Tensi : 90/70 mmHg Nadi : 126 x/mnt Respirasi: 26 x/mnt
ÿ ………………………
ÿ kulit kemerahan …………………..

ÿ badan panas

ÿ badan & akral dingin

1. GATROINTESTINAL

⃝ Membrane mucoa & konjunctiva pucat ⃝ luka/imflamasi daerah mulut ⃝


mudah merasa kenyang ⃝ ketidakmampuan mengunyah makanan ⃝
keengganan makan ⃝ Rambut rontok ⃝ BU hiperaktif ⃝ BB 20 % dibawah
ideal ⃝ Turgor menurun
Data Penunjang

ÿ EKG
ÿ Rontgen: ÿ Hipertermia

ÿ CtScan: ÿ Hipotermia

ÿ USG:

ÿ Laboratorium :

Darah :

Urine :

Feses :

ÿ Nausea

ÿ Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

ÿ ………………………
…………………..

3.1.2 Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : - Perdarahan massif Pola nafas tidak efektif

DO : Tubuh kekurangan suplai


oksigen dan darah
- RR 26 x/menit
Hipoperfusi alveoli
- Ada penarikan otot bantu
pernafasan Tachipnea

- CRT >2 detik Pola nafas tidak efektif


DS : - Perdarahan massif Gangguan perfusi serebral
DO : Hipovolemia

- Pasien tidak sadarkan diri CO


(stupor)
TD

Vasokonstriksi pembuluh
darah

Hipoksia

Gangguan perfusi serebral


DS : - Perdarahan massif Gangguan perfusi jaringan

DO : Hipovolemia

- Nadi 126x/menit CO

- TD 90/70 mmHg TD

- CRT >2 detik tonus simpatik meningkat

- Akral dingin rapid HR


DS : - Perdarahan massif Defisit volume cairan

DO : Tubuh kekurangan darah dan


cairan
- Perdarahan massive ±
1.800 mL Hipovolemia

- Akral dingin Kekurangan volume cairan

- Turgor kulit jelek


DS : - Trauma langsung Resiko tinggi infeksi

DO : fraktur terbuka cruris

- Perdarahan massif ± adanya luka


1.800 mL
resiko tinggi infeksi
- Adanya luka terbuka
akibat fraktur cruris

3.1.3 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, suplai
oksigen.
2. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan kekurangan suplai oksigen ke otak.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplay darah ke jaringan,
penurunan curah jantung
4. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan massive.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka port de entrée.

3.1.3 Rencana Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC


Gangguan pola nafas tidak NOC: NIC:
efektif
Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
keperawatan, pasien memaksimalkan
menunjukkan keefektifan pola ventilasi (posisi syok
nafas dan head up)
2. Oksigenasi
menggunakan
maksimal 10 lpm.
3. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
4. Atur intake cairan
untuk mengoptimalkan
keseimbangan
5. Monitor respirasi dan
status O2

Gangguan Perfusi serebral NOC: NIC:

Setelah dilakukan asuhan 1. Tinggikan kepala 0-45°


keperawatan, ketidakefektifan tergantung pada kondisi
perfusi jaringan serebral pasien dan order medis
teratasi. 2. Monitor TTV
3. Monitor AGD, ukuran
pupil, ketajaman,
kesimetrisan dan reaksi
4. Monitor tekanan
intrakranial dan respon
neurologis
5. Catat perubahan pasien
dalam merespon
stimulus
6. Monitor status cairan
7. Pertahankan parameter
hemodinamik

Perubahan perfusi jaringan Memperbaiki perfusi jaringan 1. kaji dan pantau status
dengan mempertahankan curah kardiovaskuler setiap
jantung 15 menit atau sesuai
indikasi ; warna kulit,
denyut nadi, TD,
parameter
hemodinamik, denyut
nadi perifer dan irama
jantung
2. Berikan cairan IV
sesuai instruksi
3. Berikan dopamine,
dobutamin atau
ephinephrin sesuai
instruksi untuk
mempertahankan TD
yang memadai ( > 90
mmHg sistolik)
4. Berikan Nipride sesuai
instruksi
5. Pantau Hb dan Ht
6. Pantau Asidosis dengan
AGd setiap hari

Defisit volume cairan Pasien akan normovolemik 1. Kaji status volume


cairan ( TD, FJ, FP,
suhu, bunyi jantung)
setiap 1 jam
2. Berikan cairan IV
sesuai instruksi
3. Kaji semua data
laboratorium
4. Monitor irama jantng
5. Berikan obat dan
elektrolit sesuai
instruksi
6. Berikan pengobatan β-
adrenerjik sesuai
instruksi

Resiko tinggi terhadap infeksi Cegah infeksi nosokomial dan 1. Dapatkan biakan darah
tangani mikroorganisme yang sesuai instruksi
teridentifikas 2. Dapatkan urin, sputum
dan drainase luka untuk
biakan sesuai indikasi
3. Temani pasien pada
pemeriksaan radiologi
diagnostic
4. Pantau S, VS dan SDP
5. Berikan antibiotic
sesuai instruksi
6. Pantau kadar obat
antibiotic sesuai
instruksi
7. Berikan obat-obat lain :
Antihistamin, NSAIDs,
antibody monoclonal,
steroid
8. Gunakan teknik aseptic
yang ketat saat
menangani aliran
infasive, kateter,
selang-selang dsb

3.1.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah pasien Syok Hipovolemik mendapatkan intervensi adalah sebagai
berikut.

1. Pola nafas tidak efektif


2. Tidak terjadi gangguan perfusi serebral
3. perfusi jaringan adekuat
4. Volume cairan adekuat.
5. Tidak terjadi infeksi

4.

You might also like