You are on page 1of 18

LAPORAN PREPLANNING BRIDGING EXERCISE PADA KLIEN S DI

WISMA KHUSUS DI UPT PSTW BANYUWANGI

TUGAS

Oleh:
Dewi Wulan Pratiwi
NIM 182311101090

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp./Fax. (0331) 323450
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

LAPORAN PREPLANNING BRIDGING EXERCISE PADA KLIEN S DI


WISMA KHUSUS DI UPT PSTW BANYUWANGI

TUGAS

Disusun untuk memenuhi laporan akhir Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Gerontik

Oleh:
Dewi Wulan Pratiwi
NIM 182311101090

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp./Fax. (0331) 323450
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisa Situasi


Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang (Azizah, 2011).
Menjadi tua (aging) yaitu proses perubahan biologis secara terus menerus yang
dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia lanjut
merupakan istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut (Suardiman,
2011). Batasan lansia menurut Word Health Organizational (WHO) meliputi usia
pertengahan (eldery) yaitu usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (old) yaitu usia
antara 76 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90
tahun. Semakin tua seseorang maka semakin memiliki cenderung mengalami
penurunan status kesehatan. Permasalahan yang sering terjadi pada lansia adalah
proses penuaan yang terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah
sosial, mental, dan fisik (Sunaryo, 2015).
Proses penuaan dapat menjadi ancaman bagi lansia ketika mengalami
penyakit tidak menular, seperti stroke. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus
stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas
(43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi
stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan dengan
perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke diperkotaan lebih
tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). Stroke merupakan
penyebab kematian ketiga yang paling sering setelah jantung dan kanker dan
penyebab utama kecacatan (Misbach, 2007)
Berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa PSP2N Universitas Jember
pada tanggal 19 September 2018 terhadap lansia dengan nyeri pada pusing pada
kepala bagian belakang. Klien mengatakan bahwa pernah jatuh dilantai sebelum
mengalami stroke yang akhirnya membuat klien tidak bisa bergerak dan klien
dipindah keruang isolasi. Klien mengeluh kaki kirinya tidak dapat digerakkan.
Klien mengatakan ingin melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam kegiatan
yang akan dilakukan ini adalah bagaimana melakukan bridging exercise pada
lansia Tn. S di Wisma Khusus UPT PSTW Banyuwangi?

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT


2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

Kegiatan bridging exercise ini bertujuan untuk membantu, melatih serta


mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot pada Ny. S di wisma
Sritanjung di UPT PSTW Banyuwangi.

2.1.2 Tujuan Khusus


Setelah dilakukan kegiatan bridging exercise, tujuan khusus yang ingin
dicapai dengan dibuatnya preplaning ini adalah sebagai berikut:
1. Lansia mengerti dan mampu melakukan bridging exercise;
2. Lansia mengetahui manfaat bridging exercise;
3. Lansia mampu mengikuti dan mendemonstrasikan bridging exercise;
4. Lansia mampu memelihara dan meningkatkan kekuatan otot
ekstermitas bawah; dan
5. Klien mampu memelihara dan meningkatkan pergerakan sendi.

1.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari kegiatan bridging exercise antara lain:
1. Menambah pengatahuan lansia mengenai bridging exercise pada Tn. S
2. Menambah keterampilan mahasiswa dan lansia dalam mempraktikkan
bridging exercise pada Tn. S.
3. Membantu meningkatkan toleransi dan kekuatan otot lansia
4. Membantu mempertahankan pergerakan sendi lansia

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir dari rentang kehidupan
manusia. Berbagai macam penyakit kronik dan degeneratif yang sering kali
menyertai mereka, memerlukan penatalaksanaan jangka panjang, bahkan seumur
hidup. Peningkatan usia lanjut sering disertai dengan meningkatnya berbagai
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

penyakit dan ketidakmampuan. Kondisi inilah yang menyebabkan munculnya


pemikiran mengenai bagaimana penanganan yang tepat terhadap lansia. Penuaan
adalah proses normal dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Penuaan merupakan fenomena yang kompleks dan
multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang
sampai pada keseluruhan sistem (Stanley dan Beare, 2006). Proses penuaan
merupakan akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan fisiologi organ
tubuh yang berlangsung seiring berlalunya waktu. Proses penuaan akan
meningkatkan kemungkinan terserang penyakit bahkan kematian (Azizah, 2011).
Proses penuaan dapat menjadi ancaman bagi lansia ketika mengalami
penyakit tidak menular, seperti stroke. Insiden stroke mengenai populasi usia
lanjut yang berusia 75-84 tahun lebih banyak sekitar 10 kali dari populasi 55-64
tahun (Azizah, 2011). Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali,
sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan
sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan
penderita terus menerus di kasur. Stroke yang menyerang lansia menyebabkan
ketergantungan lansia makin meningkat. Kejadian ini menunjukkan bahwa
serangan stroke meningkat bisa karena serangan yang terulang maupun serangan
mendadak (Indahsari et al., 2013).
Bridging exercise menjadi salah satu intervensi untuk memperkuat otot
gluteus dan hamstring, menstabilisasi dan melatih kekuatan otot perut dan otot
punggung bawah serta hip, dan sebagai latihan rehabilitasi dasar untuk
meningkatkan stabilisasi tulang belakang. Bridging exercise adalah latihan
penguatan stabilisasi pada glutei, hip dan punggung bawah (Miller, 2012).
Bridging exercise adalah cara yang baik untuk mengisolasi dan memperkuat otot
gluteus dan hamstring (kaki bagian atas). Jika melakukan latihan ini dengan benar,
bridging exercise digunakan untuk stabilitas dan latihan penguatan yang
menargetkan otot perut serta otot-otot punggung bawah dan hip. Akhirnya,
bridging exercise dianggap sebagai latihan rehabilitasi dasar untuk meningkatkan
stabilitas atau keseimbangan dan stabilisasi tulang belakang (Quinn, 2012).
Meskipun bridging exercise merupakan latihan yang mudah untuk dilakukan,
sangat bermanfaat dalam mempertahankan kekuatan di punggung bawah dan
berguna dalam program pencegahan sakit punggung bawah. Bridging exercise
juga merupakan latihan yang bagus yang memperkuat otot-otot paraspinal, otot-
otot kuadrisep di bagian atas paha, otot-otot hamstring di bagian belakang paha,
otot perut dan otot-otot glutealis (Angriani, 2016).

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Kerangka penyelesaian masalah pada lansia Tn.S adalah melalui bridging
Pematerisalah
exercise merupakan mendemonstrasikan danpasien
satu terapi pada mengajarkan bridging keterbatas
yang mengalami
gerak dan membutuhkan latihan untuk melemaskan otot-otot dan sendi lansia
exercise
dengan stroke. Latihan ini diharapkan bisa menstabilkan sendi dan menstabilkan
otot pada lansia saat stroke.
Lansia dapat melakukan bridging exercise secara mandiri
atau dibantu dan didampingi oleh perawat

Berikan pujian positif atau penghargaan seperti bersalaman


mengacungkan jempol atau bertepuk tangan pada lansia
setelah melakukan bridging exercise
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN


4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah
Bridging exercise merupakan upaya yang bisa dilakukan untuk membantu
menangani kekakuan sendi dan penurunan aktifitas gerak pada lansia yang
diakibatkan stroke sehingga memerlukan perawatan latihan gerakan untuk
melemaskan otot dan sendi Tn. S. Latihan diawali dengan bantuan penuh oleh
mahasiswa yang memperagakan pertama kali yang kemudian klien dapat
mempraktikkannya dengan sendiri jika mampu mempraktikkannya.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan kesehatan ini yaitu Tn. S di Wisma Khusus
UPT PSTW Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : Praktik
2. Landasan teori : Latihan
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Menjelaskan tujuan dan manfaat bridging exercise
c. Melakukan praktik bridging exercise
d. Diskusi antara mahasiswa dengan klien
e. Evaluasi

: Sasaran

: Pemateri
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

DAFTAR PUSTAKA

Angriani, D. 2016. Pengaruh Bridging Exercise Terhadap Peningkatan Kekuaatan


otot Glutei pada Pasien Post Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah
Sinjai. Skripsi. Makasae: Universitas Haasanudin
Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Indahsari, P.N., Agusman, F., dan Ekowati, S.I. 2016. Hubungan Perubahan
Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS)
pada Lansia dengan Stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota
Semarang). Jurnal Keperawatan Komunitas. 1 (1): 24-32.
Miller, Sarka-Jonae. 2012. Pelvic Bridging Exercise, (online).
(http://www.ehow.com/way_5385407_pelvic-bridging-exercise.html)
Quinn, Elizabeth. 2012. Bridge Exercise, Online).
(http://sportsmedicine.about.com/od/strengthtraining/qt/bridge-
exercise.html)
Suardiman, S. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada
Sunaryo. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Nurkuncoro, I.D. 2015. Pengaruh Latihan Keseimbangan terhadap Risiko Jatuh
pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur
Kasongan Bantul. Naskah Publikasi. http://digilib.unisayogya.ac.id/84/.
(Diakses tanggal 19 September pukul 22.15 WIB) Stanley, M. & Beare,
P. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta: EGC.
Yuliatin, E. 2012. Bugar dengan Olahraga. Jakarta Timur: PT Balai Pustaka
Mukholid, A. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta:
Yudhistira

Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Berita acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Satuan Operasional Prosedur (SOP) jika ada
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Leaflet

Pemateri,

Dewi Wulan Pratiwi


NIM 18231101090
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
T.A 2018/2019

BERITA ACARA

Pada hari ini, Selasa, 25 September 2018 jam 11.00 WIB s/d selesai bertempat di
UPT PSTW Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur telah
dilaksanakan kegiatan Bridging Exercise oleh Mahasiswa PSP2N Universitas
Jember. Kegiatan ini diikuti oleh ….. orang (daftar hadir terlampir)

Banyuwangi, ………. 2018

Mengetahui,

Penanggung Jawab Mata Kuliah


Stase Keperawatan Gerontik
FKEP Universitas Jember

Latifa Aini S., S.Kep., M.Kep., Sp.Kom.


NIP 19710926 200912 2 001
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
T.A 2018/2019

DAFTAR HADIR
Kegiatan Bridging Exercise oleh Mahasiswa PSP2N Universitas Jember. Pada
hari ini Selasa, 25 September 2018 jam 11.00 WIB s/d selesai bertempat di UPT
PSTW Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur

NO NAMA ALAMAT TANDA


TANGAN
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.

Banyuwangi, ……September 2018

Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Gerontik
FKEP Universitas Jember

Latifa Aini S., S.Kep., M.Kep., Sp.Kom.


NIP 19710926 200912 2 001
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

Lampiran 3: SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/materi : Bridging Exercise


Sasaran : Lansia Tn. S
Waktu : 11.00 s/d selesai WIB
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 September 2018
Tempat : Wisma Khusus UPT PSTW Banyuwangi Kebupaten Banyuwangi
Provinsi Jawa Timur

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan mengenai bridging exercise, sasaran akan dapat mengerti,
memahami, dan mampu mendemostrasikan bridging exercise secara mandiri
dalam sehari-hari.
2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan demonstrasi bridging exercise, selama 20 menit sasaran
akan mampu:
1. Mengerti dan mampu mempraktekkan bridging exercise
2. Mampu menerapkan bridging exercise sehari-hari

3. Pokok Bahasan
Bridging exercise

4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian bridging exercise
b. Tujuan bridging exercise
c. Manfaat bridging exercise
d. Langkah-langkah bridging exercise

5. Waktu
1 x 20 menit
6. Bahan/ Alat yang digunakan
a. Materi
7. Model Pembelajaran
a. Jenis Model Pembelajaran : Praktik
b. Landasan Teori : Latihan
c. Landasan Pokok :
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Menjelaskan tujuan dan manfaat bridging exercise
c. Melakukan praktik bridging exercise
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

d. Diskusi antara mahasiswa dengan klien


e. Evaluasi

: Sasaran

: Pemateri

8. Persiapan
Mahasiswa menyiapkan SOP Bridging Exercise untuk lansia kemudian
membuat media pembelajaran yaitu leaflet.

9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta
Pendahuluan 1. Salam pembuka memperhatikan 2 menit
2. Memperkenalakan diri
3. Menjelaskan tujuan umum dan
tujuan khusus
Penyajian 1. Menjekaskan tentang bridging Memperhatikan 20 menit
exercise dan memberi
2. Tujuan dan manfaat bridging tanggapan
exercise
3. Langkah-langkah melakukan
bridging exercise
4. Memberikan kesempatan pada
Tn. S jika terdapat pertanyaan
5. Menjawab pertanyaan jika
terdapat pertanyaaan
6. Mendomonstrasikan bridging
exercise
7. Memberikan kesempatan kepada
Ny.s untuk mempraktikkan
bridging exercise jika tidak bisa
tetap didampingi perlahan namun
pasti.
Penutup 1. Menyimpulkan materi yang telah Memperhatikan 3 menit
diberikan. dan menanggapi
2. Mengevaluasi hasil bridging
exercise
3. Salam penutup
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

10. Evaluasi
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat
1. Evaluasi Struktur
a. Materi yang akan disajikan terkait bridging exercise telah disajikan
b. Tempat yang akan digunakan untuk melakukan bridging exercise
telah disiapkan
c. Persiapan mahasiswa telah dilakukan
d. Persiapan lansia Tn.S telah dilakukan
2. Evaluasi Proses
a. Proses demontrasi bridging exercise pada lansia Ny.S berjalan
dengan lancar mulai dari awal hingga akhir latihan sesuai yang
diharapkan
b. Lansia Tn.S kooperatif selama dilakukan bridging exercise
c. Tujuan umum dan tujuan khusus tercapai setelah bridging exercise
dilaksanakan.
3. Evaluasi Hasil
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan lansia Tn. S mampu:
a. Menjelaskan pengertian tujuan dan indikasi serta manfaat bridging
exercise dan memperagakan dengan sendiri meskipun gerakannya
tidak lengkap.
b. Mengetahui dan mampu mempraktikkan langkah-langkah bridging
exercise sedikit demi sedikit.
c. Melakukan konseling dan menjadi pendengar yang baik untuk
membantu lansia dalam mengemukakan masalah yang dihadapi.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

Lampiran 4: SOP

BRIDGING EXERCISE

PSIK

UNIVERSITAS JEMBER

PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN : NO HALAMAN :


REVISI :

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


TERBIT :

1 PENGERTIAN Bridging exercise adalah latihan rehibilitasi dasar untuk


meningkatkan stabilitas atau keseimbangan dan stabilisasi tulang
belakang.
2 TUJUAN a. Untuk mengisolasi dan memperkuat otot gluteus dan hamstring.
b. Untuk stabilitas dan latihan penguatan yang menargetkan otot
perut serta otot-otot punggung bawah dan hip.
c. Sebagai latihan rehabilitasi dasar untuk meningkatkan
stabilisasi tulang belakang (Quinn, 2012).
3. INDIKASI a. Klien dengan hambatan mobilitas fisik

4. KONTRAINDIKASI a. Klien yang memiliki nyeri sendi


b. Klien yang memiliki penyakit radang sendi sering, seperi
osteoastritis
5 PERSIAPAN LANSIA a. Lansia diberitahu tindaakan yang akan dilakukan
b. Posisi lansia disesuaikan dengan gerakkan yang akan dilakukan
c. Ruangan yang tenang, bersih, cukup ventilasi, pencahayaan dan
suhu yang nyaman (tidak panas)

6 PERSIAPAN ALAT Tidak ada alat yang diperlukan pada latihan ini. Alat yang
digunakan dalam indikator kebersihan adalah geniometer dan
penggaris atau midline.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

7 PROSEDUR KERJA a. Berbaring di permukaan datar seperti lantai, karpet atau


matras.
b. Tekuk lutut Anda dan menempatkan kaki Anda rata di lantai
dengan jarak antara kedua kaki enam sampai delapan inci.
c. Telapak tangan Anda harus rata di lantai di samping tubuh
Anda.
d. Rilekskan tubuh bagian atas dan punggung saat Anda
kontraksikan perut dan kontraksikan otot dasar panggul Anda.
e. Keluarkan napas saat Anda menekan tangan dan lengan bawah
ke lantai dan perlahan-lahan mendorong panggul ke arah atas.
Tahan dalam posisi tersebut.
f. Tarik napas saat Anda perlahan-lahan menurunkan tubuh Anda
kembali ke posisi awal. Jaga kontraksi perut untuk
menghindari kendur di punggung bawah atau glutes. Lakukan
dua hingga tiga set dengan 12-15 repetisi, lakukan 30-60 detik
istirahat antara set.
Latihan gerakan :
1. Berbaring dengan lutut fleksi pada 60 derajat dan abduksi
pinggul selebar bahu, kedua lengan menyilang di dada.

2. Lakukan gerakan mengangkat dan menahan sendi panggul dan


lutut dalam posisi awal, serta tangan menyilang di dada.
Lakukan selama 5 detik (jika mampu tanpa bantuan)
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

3. Mampu menaikkan sendi panggul sampai sudut fleksi panggul


sebesar antara 90 derajat dan tangan menyilang di dada.
Lakukan setidaknya 5 detik (jika mampu tanpa bantuan)

4. Mampu menaikkan sendi panggul sampai sudut fleksi panggul


sebesar antara 90 derajat dan tangan menyilang di dada, serta
salah satu kaki naik, lakukan bergantian. Lakukan setidaknya 5
detik (jika mampu tanpa bantuan)
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

5. Mampu menaikkan sendi panggul sampai sudut fleksi panggul


sebesar antara 90 derajat dan tangan menyilang di dada, serta
salah satu kaki naik dengan kaki sebelah pada tumpuan bantal.
Lakukan setidaknya 5 detik (jika mampu tanpa bantuan)

8. HASIL a. Evaluasi respon lansia. Tanyakan apa yang dirasakan oleh


pasien setelah latihan selesai.
b. Simpulkan hasil kegiatan.
c. Berikan reinforcement positif.
d. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.
e. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik.
9. DOKUMENTASI a. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan pelaksanaan.
b. Catat respon pasien terhadap tindakan.
c. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP.
d. Bubuhkan nama dan paraf perawat.
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

Lampiran 5: Materi
1. Pengertian Bridging Exercise
Bridging exercise biasa disebut pelvic bridging exercise yang mana latihan
ini elakang baik untuk latihan penguatan stabilisasi pada glutei, hip dan punggung
bawah (Miller, 2012). Bridging exercise adalah cara yang baik untuk mengisolasi dan
memperkuat otot gluteus dan hamstring (kaki bagian atas). Jika melakukan latihan ini
dengan benar, bridging exercise digunakan untuk stabilitas dan latihan penguatan
yang menargetkan otot perut serta otot-otot punggung bawah dan hip. Akhirnya
bridging exercise dianggap sebagai latihan rehabilitasi dasar untuk meningkatkan
stabilitas atau keseimbangan dan stabilisasi tulang belakang (Quinn, 2012). Meskipun
bridging exercise merupakan latihan yang mudah untuk dilakukan, sangat bermanfaat
dalam mempertahankan kekuatan di punggung bawah dan berguna dalam program
pencegahan sakit punggung bawah. Bridging exercise juga merupakan latihan yang
bagus yang memperkuat otot-otot paraspinal, otot-otot kuadrisep di bagian atas paha,
otot-otot hamstring di bagian belakang paha, otot perut dan otot-otot glutealis
(Cooper, 2009).

2. Tujuan
a. Untuk mengisolasi dan memperkuat otot gluteus dan hamstring.
b. Untuk stabilitas dan latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta
otot-otot punggung bawah dan hip.
c. Sebagai latihan rehabilitasi dasar untuk meningkatkan stabilisasi tulang
belakang (Quinn, 2012).

3. Manfaat
Fungsi dan daya tahan core muscles telah terbukti dapat meningkatkan
stabilitas columna vertebral lumbal dan pelvic. Adapun manfaatnya yaitu:
a. Injury Prevention and Treatment : Penelitian menunjukkan bahwa pada
penderita stroke mengalami kelemahan pada core muscles. Sehingga dengan
pemberian latihan memungkinkan untuk dapat meningkatkan stabilitas core
muscles pada area columna vertebral lumbal dan pelvic.
b. Power Generation : Semakin kuat core muscles, maka semakin stabil columna
vertebra lumbal dan pelvic (Seong-Hun Yu, 2013).

4. Indikasi
Klien yang mengalami hambatan mobilitas fisik. Bagi yang baru
memulai melakukan latihan ini, sebaiknya melakukan beberapa detik saja. Lebih
baik melakukan dengan posisi yang benar dengan jangka waktu yang lebih
pendek daripada jangka waktunya lama tetapi posisinya salah (Quinn, 2012).
Laporan P2N Stase Keperawatan Gerontik – FKEP Universitas Jember 2018

Lampiran 6 : Leaflet

You might also like