Professional Documents
Culture Documents
ISSN 1410-9891
Abstrak
Untuk mendapatkan kinerja pengendali PID yang optimum diperlukan metode tuning yang dapat
memberikan respon lup tertutup yang optimum. Kinerja optimum dapat dinyatakan dengan jumlah
luas error mutlak, IAE, yang minimum dari respon lup tertutup. Metode Korelasi Baru dapat
diperoleh dengan mengkorelasikan hasil tuning trial error dengan IAE minimum, dengan
parameter lup terbuka sistem dengan model empirik FOPDT. Korelasi yang diperoleh
memberikan IAE rata-rata dari 20 model fungsi yang dipakai sebesar 4.2188. (IAE metode
Cohencoon = 20.3528, metode Lopez = 10.9923, metode Dahlin = 9.7386, metode Ziegler
Nichols = 17.1066). Salah satu contoh penerapan tuning Metode Korelasi Baru pada alat
Pressure Control (Laboratorium Dasar Proses Operasi Departemen Teknik Gas dan Petrokimia,
FTUI) juga memberikan kinerja pengendali yang lebih baik.
Abstract
In order to obtain optimum PID controller performance, tuning method that able to perform
optimum close loop response is needed. Optimum performance can be stated by the minimum
close loop response area of Integrated Absolute area of Error, IAE. The New Correlation tuning
method can be obtained by correlating the result of trial error tuning method with minimum IAE,
along with open loop parameters with FOPDT empirical method. The acquired correlation gives
average IAE of 4.2188 from 20 transfer function model. (Cohen Coon tuning method gives IAE =
20.3528, Lopez tuning method gives IAE = 10.9923, Dahlin tuning method gives IAE = 9.7386,
Ziegler Nichols tuning method gives IAE = 17.1066). One of the application of New Correlation
tuning method on Pressure Control (Basic Unit Operation Laboratory, Departemen Gas and
Petrochemical Faculty of Engineering University of Indonesia) shows better controller
performance.
1. Pendahuluan
Pada sebuah proses kimia dalam sebuah pabrik atau laboratorium, banyak terdapat fenomena yang terjadi
baik secara fisis maupun secara kimia, seperti aliran yang bergelombang dari satu tabung bejana ke bejana
lainnya, cairan yang mendidih dan bergelembung, dan fenomena lain yang selalu berubah secara terus menerus,
terkadang dengan fluktuasi yang kecil dan kadang dengan akibat perubahan yang besar. Kesimpulannya bahwa
segala fenomena yang ada di dunia ini merupakan sesuatu yang dinamis. Kalimat ini mengandung pengertian
yang menjadi kunci penting untuk pengendalian proses, yaitu adanya gangguan atau perubahan yang tidak
diinginkan sehingga variabel-variabel tertentu dapat kita kendalikan.
Pengendalian sebuah sistem sangat penting bagi suatu proses, karena sifat proses yang dinamik (berubah
dari waktu ke waktu). Dalam pengendalian berumpan balik (feedback controller) dikenal jenis-jenis pengendali
antara lain: P (proporsional), I (Integral), D (Dervatif), yang masing-masing memiliki aksi berbeda terhadap
respon sistem. Masing-masing aksi dipengaruhi oleh konstanta-konstanta pengendali (KC, τi, τD).
Pengendali PID tetap merupakan pendekatan sistem kendali yang banyak digunakan pada proses industri karena
kelebihannya yang dapat terus berkembang dalam teori kendali. Fakta lain adalah lebih dari 90 % lup
pengendali adalah pengendali PID tidak hanya karena strukturnya yang sederhana tapi juga kemampuannya
untuk diterapkan pada aplikasi proses industri [1]
Penentuan konstanta pengendali yang merupakan suatu hal yang penting untuk mendapatkan kinerja
pengendali yang optimum diantaranya, IAE atau Integral Absolute Error-nya minimum. IAE (Integral Absolute
Error) menunjukkan luas daerah antara perbedaan grafik variabel yang dikontrol dengan grafik input dalam hal
ini perubahan set point, dengan demikian IAE minimum juga menunjukkan osilasi, overshoot, settling time, dan
rise time yang minimum juga, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Kriteria pengendali yang baik [2] yaitu
pengendali yang memberikan respon dengan:
~ Osilasi
~ Overshoot (puncak grafik respon)
~ Settling Time (waktu untuk mencapai ±5 % dari nilai kestabilan)
~ Rise Time (waktu untuk mencapai set point).
yang minimum serta tidak memiliki offset pada waktu kestabilan tercapai.
1. Melakukan permodelan sistem proses (Plant, valve, sensor, dll) untuk banyak sistem, yang menghasilkan
banyak fungsi alih, dengan berbagai karakteristik hasil dari persamaan konsekutif [4].
2. Membuat respon sistem lup terbuka dengan menggunakan masukkan step
3. Membuat FOPDT dari hasil respon lup terbuka dengan menggunakan metode PRC, untuk mendapatkan
parameter-parameter dalam penyetelan (Kc, τi, τD).
4. Menentukan nilai-nilai konstanta yang memberikan nilai IAE minimum dengan cara trial and error.
5. Mengkorelasikan parameter-parameter penyetelan (K, τ, θ) dengan konstanta-konstanta pengendali yang
diperoleh dengan metode trial and error untuk setiap model.
6. Menguji fitting kurva yang dihasilkan dari korelasi parameter penyetelan dan konstanta pengendali dengan
menggunakan beberapa sembarang model yang tidak (belum) digunakan sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan 26 model proses yaitu fungsi alih proses dengan orde satu. Kemudian model
tersebut digunakan sebagai model yang akan ditentukan konstanta pengendalinya yaitu dengan pendekatan
empirik FODPT dengan fungsi alih G dimana
Ke −θ s
G= (1)
τ s +1
dengan metode FOPDT yang digunakan yaitu PRC Cecil L Smith [5] dengan menggunakan:
K = ∆ /δ (2)
τ = 1.5 (t63% − t28% ) (3)
θ = t63% − τ (4)
dengan ∆ = besarnya perubahan variabel keluaran dan δ = besarnya perubahan variabel masukkan yang
mempengaruhi variabel keluaran, t63% dan t28% masing-masing adalah waktu respon keluaran saat mencapai
63% dan 28% nilai akhir dari variabel keluaran.
Sedangkan bentuk fungsi alih pengendali PID yang digunakan (Junxia Mu, David Rees, Ceri Evans and
Neophytos Chiras, “Design of Optimum Controllers for Gas Turbine Engines” The 4th Asian Control
Conference, September 25-27, Singapore, 2002.)
Kc (τ iτ D .s 2 + τ i .s + 1)
GC = (5)
τis
dengan diagram block yang digunakan sebagai sistem kendali seperti Gambar 2.
Parameter FOPDT ini kemudian digunakan oleh metode metode yang akan dibandingkan (metode yang
sudah ada dan metode usulan atau baru).
4. Penentuan Korelasi
Untuk menentukan korelasi baru yang dihasilkan perlu dibuat suatu pendekatan-pendekatan yang berasal
dari metode tuning yang sudah ada. Metode tuning yang diambil sebagai pendekatan untuk menghasilkan
korelasi antara lain:
1. Metode Lopez
2. Metode Ciancone
3. Metode Ziegler Nichols
Selain itu juga digunakan sebuah pendekatan metode baru yang berbeda dari model persamaan yang ada
dari metode tuning yang sudah ada.
Step Response
Step Response 1.5
1.5
1 1
Amplitude
Amplitude
Metode Ciancone
Metode Cohen-C oon
M etode Cohen-C oon
Metode D ahlin Metode Dahlin
0.5 0.5
Metode Lopez Metode Lopez
M etode Ziegler N ichols Metode Ziegler Nichols
Metode M odified Lopez M etode Ciancone
Metode Modified Ciancone
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 0
Tim e (sec) 0 20 40 60 80 100 120 140 160
Tim e (sec)
a b
Step Response S tep R esponse
1.5 1.5
1 1
Amplitude
Amplitude
M eto de K ore lasi B aru
M eto de M od ified C ia ncone
Metode Cohen-C oon
Metode Dahlin M eto de M od ified Z ieg ler N icols
0.5 0.5
Metode Lopez M eto de M od ified Lop e z
M etode Ziegler Nichols
M etode Ciancone
Metode M odified Ziegler Nichols
0 0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 20 40 60 80 100 120 140 160
Tim e (sec) T im e (sec)
c d
Gambar 3. Perbandingan Respon Berbagai Metode Tuning dengan (a) Modifikasi Metode Lopez
(b) Modifikasi Metode Ciancone (c) Modifikasi Metode Ziegler Nichols (d) berbagai Pendekatan Korelasi Baru
Gambar 3a menunjukkan bahwa respon metode Lopez yang telah dimodifikasi menunjukkan hasil
kinerja pengendali yang lebih baik. Karakter respon yang diperoleh berbeda dengan Metode Lopez. Namun
dibandingkan dengan Metode Lopez respon hasil tuning dengan korelasi modifikasi Lopez lebih baik.
⎛ θ ⎞
a1 ⎜ +b
θ +τ ⎟⎠ 1
KC = ⎝ (13)
K
Untuk metode Ciancone tidak terdapat nilai a1 dan b1, karena metode ini menggunakan grafik.
⎛ θ ⎞
⎜ ⎟ K C K , agar dihasilkan sebuah persamaan.
Pendekatan yang dipakai ini manggunakan variabel ⎝ θ + τ ⎠ dan
2
Hasil regresi diperoleh a1 = -28.6246 dan b1 = 10.1589, dengan R = 0.666 (R = 0.8163).
Korelasi τi dengan bentuk persamaan
⎛ ⎛ θ ⎞ ⎞
τ i = ⎜ a2 ⎜ + b (θ + τ ) (14)
⎝ θ +τ ⎟ 2 ⎟
⎝ ⎠ ⎠
Untuk metode Ciancone tidak terdapat nilai a2 dan b2, karena metode ini menggunakan grafik (Marlin,
Thomas E. Process Control: Designing Process and control systems for Dynamic Performance. 2 ed. US
⎛ θ ⎞ ⎛ τi ⎞
⎜ ⎟ ⎜ ⎟
McGraw Hill. 2000.. Pendekatan yang dipakai ini manggunakan variabel ⎝ θ + τ ⎠ dan ⎝ θ + τ ⎠ , agar dihasilkan
2
sebuah persamaan. Hasil regresi diperoleh a2 = -0.5629 dan b2 = 1.0439, dengan R = 0.4988 (R = 0.706).
Korelasi τD dengan bentuk persamaan
⎛ ⎛ θ ⎞ ⎞
τ D = ⎜ a3 ⎜ ⎟ + b3 ⎟ (θ + τ ) (15)
⎝ ⎝ θ +τ ⎠ ⎠
Untuk metode Ciancone tidak terdapat nilai a3 dan b3, karena metode ini menggunakan grafik.
⎛ θ ⎞ ⎛ τD ⎞
⎜ ⎟ ⎜ ⎟
Pendekatan yang dipakai ini manggunakan variabel ⎝ θ + τ ⎠ dan ⎝ θ + τ ⎠ , agar dihasilkan sebuah persamaan.
Hasil regresi diperoleh a3 = 0.7748 dan b3 = 0.0216, dengan R2 = 0.752 (R = 0.867).
Gambar 3b menunjukkan bahwa res-pon metode Lopez yang telah dimodifikasi menunjukkan hasil
kinerja pengendali yang lebih baik. Karakter respon yang diperoleh berbeda dengan Metode Ciancone, tetapi
sama-sama tidak ada overshoot. Namun dibandingkan dengan Metode Ciancone respon hasil tuning dengan
korelasi modifikasi Ciancone lebih baik.
Dalam melakukan FOPDT ketelitian pada grafik sangat penting karena kecepatan pencatatan respon
yang berupa grafik yang lambat (600 mm/jam), sehingga akan besarnya parameter FOPDT akan sensitif. Grafik
open loop menunjukkan bahwa pada sistem dengan lup terbuka kebisingan (noise) masih cukup besar (± 10 %).
Dengan menggunakan FOPDT yang telah dilakukan, kemudian dilakukan tuning dengan berbagai
metode untuk menghasilkan parameter penyetelan. Tabel 4 menunjukkan parameter-parameter pengendalian
hasil penyetelan dengan berbagai metode termasuk metode korelasi baru.
Hasil korelasi yang telah dihasilkan menunjukkan kinerja pengendali yang baik, hal ini dapat ditunjukkan
dari Error! Reference source not found. 4 yang menggambarkan respon sistem pressure control.
Gambar 4 menunjukkan respon hasil tuning menggunakan masing-masing dengan Metode Lopez,
Metode Ziegler Nichols, Metode Dahlin, Metode Cohen Coon, dan Metode Korelasi Baru, jika set point diubah
dari 0,2 kg/cm2 menjadi 0,3 kg/cm2 secara tiba-tiba (step).
a b c
d e
Gambar 4. Respon Hasil Tuning pada Alat Pressure Contol dengan (a) Metode Cohen Coon
(b) Metode Dahlin (c) Metode Lopez (d) Metode Ziegler Nichols (e) Metode Korelasi Baru
Perhitungan IAE (dalam mm2) dari Gambar 4 menghasilkan besarnya IAE untuk masing-masing metode
ditunjukkan pada Tabel 5. Dimana metode Korelasi Baru memberikan IAE yang lebih kecil (IAE = 193) atau
hasil kinerja pengendali yang lebih optimum dibandingkan dengan metode lain.
Error yang ditunjukkan dari besarnya IAE menunjukkan bahwa metode korelasi baru yang dihasilkan
dapat memberikan kinerja yang lebih optimum.
Respon yang dihasilkan oleh metode korelasi baru memiliki persen maksimum overshoot sebesar ± 5 %
sedangkan persen maksimum overshoot yan dihasilkan oleh metode Cohen Coon sebesar ± 12,5 %. Untuk
respon yang mengalami overdamped akan memiliki rise time yang lebih lama dibandingkan dengan rise time
pada sistem yang mengalami underdamped, karena sistem yang mengalami overdamped tidak memiliki
overshoot. Sedangkan sistem yang mengalami underdamped mengalami overshoot sehingga waktu naiknya
menjadi cepat akan tetapi mempunyai kesalahan (melewati nilai yang diinginkan) sehingga terjadi yang disebut
dengan overshoot.
5. Kesimpulan
1. Model FOPDT yang digunakan untuk melakukan penyetelan sangat mempengaruhi kinerja pengendali
yang akan dilakukan penyetelan, semakin dekat dengan aslinya semakin baik. Model FOPDT yang paling
baik adalah Metode Dr. Cecil L. Smith.
2. Semua Korelasi yang merupakan modifikasi dari Metode Lopez, Metode Ciancone dan Metode Ziegler
Nichols, lebih baik dari semua korelasi awalnya karena memberikan IAE yang lebih kecil, tetapi masih
lebih besar IAE-nya dibandingkan dengan Metode Korelasi Baru.
3. Korelasi Baru yang menghubungkan parameter pengendali (KC, τi, τD) dan parameter FOPDT (K, τ, θ)
yang diperoleh, yang menghasilkan kinerja yang optimum adalah:
0.0679*τ + 0.9968
KC = τ i = 1.1200*τ + 1.8665 τ D = 0.6409*θ + 2.4525
K
4. Rata-rata IAE yang dihasilkan untuk 20 percobaan (model sistem) sebesar 4.2188. (IAE metode Cohencoon
= 20.3528, metode Lopez = 10.9923, metode Dahlin = 9.7386, metode Ziegler Nichols = 17.1066).
5. Contoh penerapan Metode Korelasi Baru pada alat pressure control memberikan respon yang menunjukkan
kinerja pengendali yang lebih baik. Karakteristik respon underdamp dan persen maksimum overshoot
sebesar 5%.
Daftar Pustaka
[1] Junxia Mu, David Rees, Ceri Evans and Neophytos Chiras, “Design of Optimum Controllers for Gas
Turbine Engines” The 4th Asian Control Conference, September 25-27, Singapore, 2002.
[2] Marlin, Thomas E. Process Control: Designing Process and control systems for Dynamic Performance.
2 ed. US McGraw Hill. 2000.
[3] Ching-Hung Lee, “A Survey of PID Controller Design Based on Gain and Phase Margins(Invited
Paper)”, International Journal of Computational Cognition (http://www.YangSky.com/yangijcc.htm),
Volume 2, Number 3, Pages 63–100, September 2004.
[4] Bequette, B. Wayne. Process Dynamics: Modelling, Analysis, and Simulation. New Jersey. Prentice Hall.
1998.
[5] Smith, Carlos A. & Armando B. Corripio. Principles and Practice of Automatic Process Control. US,
John Wiley & Sons Inc. 1985.