You are on page 1of 16

A.

KONSEP DASAR DIABETES MELITUS

1. Pengertian

Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan


tanda- tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak
dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, neurologis dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron. (Arif Mansjoer, 1999 : 580)
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Sylvia A Price
and Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Melitus (DM)
merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen akibat
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.

2. Etiologi
A. Keturunan
Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes lebih cenderung
mengidap penyakit ini ketimbang mereka yang tidak didalam keluarga. Risiko bergantung pada
jumlah anggota keluark jumlah yang memiliki diabetes. Semakin banyak jumlah sanak saudika
orang yang menigidap diabetes, semakin tinggi riskonya. Ada 5% bagi anda untuk mengidap
diabetes jika orang tua atau saudara kandung anda mengidap dia bêtes. Risikonya bisa meningkat
meniadi 50% jika anda kelebihan berat badan. (Ramaiah Savitri, 2007)
Diabetes tipe 2 lebih banyak terkait dengan faktor riwayat keluarga atau keturunan
ketimbang diabetes tipe 1. Pada diabtes tipe, kemungkinan orang terkena diabetes hanya 3-5
persen bila orang tua dan saudaranya adalah pengidap diabetes. Namun, bila penderita penderita
diabetes mempunyai saudara kembar satu telur (identical twins), kemungkinan saudaranya
terkena diabetes tipe1 adalah 35-40 persen. Banyak penelitian dilakukan untuk mencari petanda
genetik pada kromosom penderita diabetes tipe 1 dan 2, dan ditemukan pada penderita diabetes
tipe 1 memang ada gen yang terkait dengan terjadinya diabetes. Hal ini penting untuk melakukan
screening dalam keluarga guna mendeteksi diabetes sedini mungkin. (Tandra Hans, 2007)
b. Obesitas
Mungkin kegenmukan ini adalah factor resiko yang paling penting untuk diperhatikan.
Sebab, melojaknya angka kejadian diabetes tipe 2 sangat terkait dengan obesitas. Menurunkan
berat badan bukan sekedar soal berdiet, tetapi juga menyangkut perubahan gaya hidup, olahraga,
meninggalkan sedentary life atau hidup santai. Semua ini harus dilakukan dengan penuh disiplin,
kesabaran, dan ketekunan. Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah meraka yang
kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan resisten terhadap
kerja insulin (insulin resistence), terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan
terkumpul didaerah sentral atau perut (central obesity). Lemak ini akan memblokir kerja insulin
sehingga glukosa tidak dapat diangkut kedalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
(Tandra Hans, 2007)
Hampir 80% orang yang terjangkit diabetes pada usia lanjut biasanya kelebihan berat
badan. Kelebihan berat badan meningkatkan kebutuhan tubuh akan insulin. Orang dewasa yang
kegemukan memiliki sel-sel lemak lebih besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel-sel lemak
akn lebih besar tidak merespon insulin dengan baik.gejl-gejal diabetes mungkin bisa menghilang
seiring menurunya berat badan. (Ramaiah Savitri, 2007)
c. Kurang gerak badan
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes. Olahraga atau
aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi
enegi. Sel-sel tubuh menjadi lenih sensitive terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan
resiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun sampai 50 persen. (Tandra Hans, 2007)
Beberapa penelitian dewasa ini telah menujukkan bahwa orang yang memiliki gaya hidup
kurang aktif mungkin terkena diabetes dibandingkan mereka yang hidupnya aktif. Diyakini
bahawa olahraga dan aktivitas fisik meningkatkan pengaruh insulin atas sel-sel. (Ramaiah
Savitri, 2007)
d. Usia
Risiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia, terutama diatas 40
tahun, serta mereka yang kurang gerak badan, massa ototnya berkurang, dan berat badanya
makin bertambah. Namun, belakangan ini, dengan makin banyknya anak yang mengalami
obesitas, angka kejadian diabetes tipe 2 pada anak dan remaja pun meningkat. (Tandra Hans,
2007)
Risiko diabtes meningkat sejalan bertambahnya usia, terutama setelah usia 40 tahun,
karena jumlah sel-sel beta didalam pancreas memproduksi insulin menurun seiring
bertambahnya umur. (Ramaiah Savitri, 2007)
e. Jenis kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki risiko yang sama besar untuk mengidap diabetes
sampai usia40 tahun, karena jumlah sel-sel beta didalam pancreas yang memproduksi insulin
menurun seiring bertambahnya umur. (Ramaiah Savitri, 2007)
f. Infeksi
Pada kasus diabtes tipe 1 yang terjadi pada anak, sering kali didahului dengan infeksi flu
atau batuk pilek yang berulang-ulang. Penyebanya adalah infeksi oleh virus, seperti mumps dan
coxsackie, yang dapat merusak sel pancreas dan menimbulkan diabetes. Seringkali keadaan ini
tidak diwaspadai. Tanpa disadari, si anak tiba-tiba kondisinya merosot, kejang, atau koma karena
glukosa darah tinggi, anak ini harus segera diobati dengan insulin. (Tandra Hans, 2007)
g. Stres
Sukar bagi kita untuk memghubungkan pengaruh stress dengan timbulnya diabetes.
Namun, yang pasti adalah bahwa stress yang hebat, seperti halnya infeksi hebat, trauma hebat,
operasi besar, atau penykit berat lainnya, menyebabkan hormone counter-insulin (yang kerjamya
berlawanan dengan insulin) lebih aktif. Akibatnya, glukosa darah pun meningkat.diabtes ini
kadang ditemukan secara kebetulan pada waktu pasien memeriksakan glukosa darahnya. (Tandra
Hans, 2007)
h. Pemakaian obat-obatan.
Bebrapa obat dapat meningkatkan kadar glukosa darah, dan bahkan bisa menyebabkan
diabetes. Bila anda mempunyai resiko terkena diabetes, anda harus memakai obat-obatan ini
dengan sangat hati-hati. Tanyakan kepada dokter anda tentang kemungkinan mengganti obat.
Obat –obatan yang dapat menaikan glukosa darah antara lain adalah hormon steroid, beberapa
obat anti hipertensi, dan obat untuk menurunkan kolesterol. (Tandra Hans, 2007)
3. Patofisiologi

Diabetes Tipe II ini adalah jenis yang paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada usia
diatas 40 tahun. Sekitar 90-95 persen penderita diabetes adalah penderita diabetes tipe 2. Pada
diabetes tipe ini, pancreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinya buruk, tidak
dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukan glukosa ke dalam sel. Akibatnya,
glikosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak pelu tambahan suntikan insulin dalam
pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja untuk memperbaiki fungsi insulin itu,
memlin erlikan glukosa, memperbaiki pengolahan gula di hat, dan lain-lain. Kemungkinan
lainnya terjadi diabetes tipe 2 adalah bahwa sel-sel jaringan tubuh dan otot si pasien tidak peka
atau sudah resisten terhadap insulin (dinamakan resistensi insulin atau insuresistence) sehingga
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.keadaan
ini umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau mengalami obesitas. (Tandra Hans, 2007)
DM Tipe II adalah hasil interaksi faktor genetik dan keterpaparan lingkungan. Faktor
genetik akan menentukan individu yang suseptibel atau rentan ke DM. Faktor lingkungan disini
berkaitan dengan 2 faktor utama kegemukan (obesitas) dan kurang aktivitas fisik. Dalam
masyarakat, mereka yang berkelompok risiko DM :
1. Usia > 45 tahun
2. Obesitas
3. Hipertensi (> 140/90 mmHg)
4. Ibu dengan riwayat melahirkan bayi > 4000 gram
5. Pernah diabetes sewaktu hamil
6. Riwayat keturunan DM
7. Kolesterol HDL < 35 mg/dl atau tuigliserida > 250 mg/dl

5. Manifestasi klinis
Pada klien dengan DM Tipe II sering ditemukan gejala-gejala :
a. Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh
b. Kelainan ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan
c. Kesemutan dan baal-baal
d. Lemah tubuh atau cepat lelah
e. Trias gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah penurunan BB
Sedangkan pada tahap awal klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II/ NIDDM mungkin
sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan
pemeriksaan darah dan tes toleransi glukosa. Sedangkan pada tahap lanjut klien akan mengalami
gejala yang sama dengan penderita Diabetes Mellitus Tipe I/ IDDM

6. Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi
menahun.
A. Komplikasi Metabolik Akut
1) Ketoasidosis Diabetik
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria
berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak
bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan
ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga
mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga
hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal
2) Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar
glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan
sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari
biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin.
Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi,
berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh
pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala
seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan
kesadaran dan koma.
B. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang
1.Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina
(retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetik), syaraf-syaraf perifer (neuropaty
diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran
sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan
parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin
dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi
ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa—
sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan
katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan
penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-
syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.

2. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab
berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
a) Penimbunan sorbitol dalam intima vaskular
b) Hiperlipoproteinemia
c) Kelainan pembekun darah
Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika
mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang
disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria
koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.
Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk
menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.

7. Penegakkan Diagnostik
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang
meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya di atas
140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali pemeriksaan atau
lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.
8. Pemeriksaan penunjan
Data Penunjang
a) Laboratorium
Jenis Hasil Nilai Satuan Interpretasi
pemeriksaan Normal
HEMATOLOGI
Haemoglobin 9,0 12-16 gr/dl Rendah
3
Leukosit 6,600 3,8-10,6 rb mm Rendah
Hematokrit 25 35-47 % Rendah
3
Trombosit 385,000 150-440 rb mm Rendah
KIMIA KLINIK
Karbonhidrat 33,0(05,08) 60-120 mg/dl Rendah

b) Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang, > 200 mg/dL.

1. Gula darah puasa (FBS) ; >140 mg/dl


2. Kadar glukosa sewaktu (GDS) ; >200 mg/dl
3. Urinolisa positif terhadap glukosa dan keton.

8. Pentalaksanaan

Tujuan jangka pendek adalah menghilangkan keluhan atau gejala sedangkan tujuan jangka
panjang adalah mencegah komplikasi, tujuan tersebut dilakukan dengan cara menormalkan kadar
glukosa lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan
mandiri. Kegiatan utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu :
a. Diet
Penderita DM ditujukan untuk mengatur santapan dengan komposisi seimbang berupa
karbohidrat (60-70 %) protein (10-15 %), dan lemak (20-25 %) yang dimakan setiap hari. Jumlah
kalori yang dianjurkan tergantung sekali terhadap pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan
kegiatan jasmani untuk mencapai BB ideal. Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hari, jumlah
kandungan serat 25 gram perhari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi apabila
terjadi hipertensi, pemanis dapat digunakan secukupnya.
b. Pengaturan Aktifitas Fisik
Latihan fisik atau bekerja mempengaruhi pengaturan kadar glukosa darah penderita DM.
Latihan fisik membantu mempermudah transport glukosa ke dalam sel. Agar penderita dalam
melakukan pengaturan kadar glukosa yang lebih baik, maka diperlukan pengaturan waktu yang
tepat dalam melakukan latihan fisik..
c. Agen Hipoglikemi
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan melakukan latihan jasmani yang
teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum turun, dipertimbangkan pemakaian obat
berkhasiat hipoglikemi (oral/suntikan
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Ny”M”
No.Register : 951299
No.Medis : 06.69.59
Diagnosa Medik : Diabetes Melitus type II
Tanggal Lahir : 15/11/1952
t : LR.Samarinda / LR.Asli No.521 RT 12/03 Kelurahan Sentosa

2. Identitas penanggung jawab pasien


Nama : Ny”I”
Tanggal Lahir : 25/08/1960
Hub Keluarga : Adik Kandung
t : LR.Samarinda / LR.Asli No.521 RT 12/03 Kelurahan Sentosa

han utama : Klien mengatakan badannya selalu terasa lemas meskipun ia selalu menghabiskan porsi
makanya

4. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti TBC Paru dan Hepatitis.

5. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya


Klien mengatakan pernah mengalami banyak kencing 8-10 kali/hari dan selalu haus + 3
tahun yang lalu. Klien tidak memiliki kebiasaan suka merokok, minum minuman beralkohol,
makan makanan yang manis-manis dan minum kopi. Klien tidak memiliki riwayat Hipertensi
dan penyakit pankreatitis kronis.Menurut penuturan klien dan keluarga, 8 tahun yang lalu klien
pernah mengalami peningkatan berat badan sampai 60 kg dengan tinggi badan saat itu 145 cm.
Dari tahun 1997 sampai tahun 2000 klien menggunakan alat kontrasepsi oral (pil KB) namun
karena merasa tidak cocok yaitu rambut menjadi rontok sehingga klien menghentikan
pemakaiannya sampai saat ini.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
- Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur
Tanda :
- Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat atau dengan aktivitas
- Letargi / disorientasi, koma
- Penurunan kekuatan otot
2. Sirkulasi
Gejala :
- Adanya riwayat hipertensi
- Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
- Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda :
- Takikardia
- Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
- Nadi yang menurun / tidak ada
- Disritmia
- Krekels
- Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala :
- Stress, tergantung pada orang lain
- Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda :
- Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala :
- Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
- Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
- Nyeri tekan abdomen
- Diare
Tanda :
- Urine encer, pucat, kuning : poliuri
5. Makanan / cairan
Gejala : - Hilang nafsu makan
- Mual / muntah
- Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa / karbohidrat.
- Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu
- Haus
- Penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda :
- Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut). Ganguan memori (baru,
masa lalu) kacau mental.
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
- Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda :
- Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
7. Pernafasan
Gejala :
- Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung ada
tidaknya infeksi)
Tanda :
- Lapar udara
- Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
- Frekuensi pernafasan
8. Keamanan
Gejala :
- Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda :
- Demam, diaphoresis
- Kulit rusak, lesi / ilserasi
- Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak

D. DIANGNOSA KEPERAWTAN

1) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat akibat


defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.
2) Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia, poliuria,
berkurangnya intake cairan.
3) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya
pengetahuan.
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi,
penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
5) Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan
produksi energi.
C. PERENCANAAN
Dari diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana asuhan keperawatan sebagai
berikut:
1. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat akibat
defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan optimal.
Kriteria evaluasi:
- Nafsu makan meningkat ditandai dengan porsi makan klien habis.
- Pemasukan kalori atau nutrisi adekuat sesuai program.
- Berat badan mengarah ke normal sesuai dengan tinggi badan.
- Kadar glukosa darah dalam batas normal dan tidak terjadi fluktuasi.
Rencana:
Intervensi Rasional
Timbang berat badan setiap hari Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
atau sesuai indikasi.

Auskultasi bising usus, catat adanya Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan
nyeri abdomen, kembung, mual, dan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas atau
muntah. fungsi lambung yang akan mempengaruhi pilihan
intervensi.

Identifikasi makanan yang disukai Jika makanan yang disukai dapat dimasukkan dalam
atau dikehendaki. perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan
setelah pulang.

Libatkan keluarga klien pada Meningkatkan rasa keterlibatan dan memberikan


perencanaan makan sesuai dengan informasi kepada keluarga untuk memahami
indikasi kebutuhan nutrisi klien

Observasi tanda-tanda hipoglikemia Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula


seperti perubahan tingkat kesadaran, darah akan berkurang) dan sementara insulin tetap
kulit lembab/dingin, denyut nadi diberikan maka hipoglikemia dapat terjadi.
cepat, lapar, peka rangsang, cemas,
sakit kepala, pusing dan
sempoyongan.

Pantau pemeriksaan laboratorium Gula darah akan menurun perlahan dengan


seperti glukosa darah, aseton, pH, penggantian cairan dan therapi insulin terkontrol
dan HCO3 sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal ini terjdi
kadar aseton dapat menurun dan asidosis dapat
dikoreksi.

Berikan pengobatan insulin secara Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya
teratur. dengan cepat pula dapat membantu memindahkan
glukosa ke dalam sel.

Lakukan konsultasi dengan ahli Bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet
diet. untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

2. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia, poliuria,
berkurangnya intake cairan.
Tujuan: Hidrasi adekuat.
Kriteria evaluasi:
- Tanda-tanda vital stabil : TD 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/menit, Nadi 70-80 x/menit, Suhu
36,5-37.50C
- Nadi perifer dapat diraba.
- Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.
- Intake dan output seimbang.
- Kadar elektrolit dalam batas normal

Rencana:
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital, catat Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
adanya perubahan tekanan hipotensi dan takikardia.
darah ortostatik.
Kaji pola nafas seperti adanya Paru-paru mengeluarkan asam karbonat
pernafasan kussmaul atau melalui pernafasan yang menghasilkan
berbau keton. kompensasi alkalosis respiratoris terhadap
keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang berbau
aseton berhubungan dengan pemecahan asam
aseto asetat dan harus berkurang bila ketosis
telah terkoreksi.
Pantau frekuensi dan kualitas Peningkatan kerja pernafasan, pernafasan
pernafasan, penggunaan otot cepat dan dangkal serta munculnya sianosis
bantu nafas dan periode apneu mungkin indikasi dari kelelahan pernafasan
serta muncul sianosis. atau mungkin klien kehilangan
kemampuannya untuk mengkompensasi
asidosis.
Kaji nadi perifer, pengisian Merupakan indicator dari tingkat dehidrasi
kapiler, torgor kulit dan atau volume sirkulasi yang adekuat.
membran mukosa.
Pantau intake dan output Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan
pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari
therapi yang diberikan.
Pertahankan untuk memberikan Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi
cairan paling sedikit 2500 dengan adekuat.
ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung jika
pemasukan cairan sudah dapat
diberikan.
Tingkatkan lingkungan yang Menghindari pemanasan yang berlebihan
dapat memberikan rasa terhadap klien yang lebih lanjut dapat
nyaman. Selimuti klien dengan menimbulkan kehilangan cairan
selimut tipis.
Kaji adanya perubahan mental Perubahan mental dapat berhubungan dengan
atau sensori. hipoglikemi atau hiperglikemi, elektrolit yang
abnormal, asidosis, penurunan perfusi
serebral, dan berkembangnya hipoksia.

Berikan terapi cairan sesuai Tipe dan jumlah cairan tergantung dari derajat
dengan indikasi. kekurangan cairan dan respon klien secara
individual.
Pasang dan pertahankan kateter Memberikan pengukuran yang tepat dan
urin. akurat terhadap urin output.
Mengkaji tingkat hidrasi.

3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,


ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan kurangnya
pengetahuan.
Tujuan: Intake nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi:
- Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.
- Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.
- Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
- Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan penurunan kalori
Rencana:

Intervensi Rasional
Diskusikan dengan pasien dan Pengertian dapat memotivasi untuk
keluarga tentang faktor menghindari faktor penyebab.
penyebab.
Kaji psikososial pasien yang Psikologis dapat mempengaruhi perilaku
berhubungan dengan makan makan yang berlebih.
berlebih
Jelaskan hubungan obesitas Obesitas dapat menyebabkan DM tipe II
dengan diabetes.
Konsultasikan dengan ahli gizi Untuk menetapkan dan menghitung diet sesuai
untuk program diet. dengan kebutuhan klien.
Motivasi klien untuk Dapat membantu dalam penurunan berat
mengkonsumsi cukup makanan badan.
yang mengandung kompleks
karbohidrat yang tinggi.
Bantu memilih menu harian Menghindari kebosanan akan menu pada diet
berdasarkan rencana rendah yang telah ditentukan.
kalori dan rendah lemak.
Timbang berat badan setiap Menunjukkan intake nutrisi yang adekuat.
hari.
Diskusikan kebutuhan diet dan Latihan memudahkan ambilan glukosa
tingkatkan latihan sesuai sehingga menurunkan kadar gula darah,
program diet. memudahkan penurunan berat badan, dan
menurunkan resiko aterosklerosis.
Libatkan keluarga dalam Memberikan rasa keterlibatan, memberikan
perencanaan makan sesuai informasi kepada keluarga tentang kebutuhan
program diet dan indikasi. nutrisi klien.
§ Kolaborasi pemeriksaan gula Gula darah akan menurun secara perlahan-
darah, pH, HCO3 lahan pada insulin yang terkontrol. Pemberian
insulin dosis optimal menyebabkan glukosa
masuk kedalam sel yang digunakan untuk
energi.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi,
penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan
Kriteria evaluasi:
- Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan seperti yang ditunjukkan oleh
hal-hal berikut:
· Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan memperlihatkan tanda- tanda penyembuhan.
· Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit yang tepat.
- Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
· Tidak mengalami kerusakan kulit
· Tidak terdapat daerah kemerahan
· Mempertahankan sirkulasi adekuat.

Rencana:
Intervensi Rasional
Inspeksi kulit terhadap Menandakan area sirkulasi buruk yang dapat
perubahan warna, turgor, menimbulkan dekubitus/infeksi.
vascular.
Jaga kulit tetap bersih dan Kulit kotor dan basah merupakan media yang
kering. baik untuk tumbuhnya mikroorganisme.

Berikan perawatan kulit dengan Salep dan krim berfungsi untuk


salep atau krim. melembabkan kulit sehingga mencegah
terjadinya robekan kulit

Pertahankan linen kering. Menurunkan iritasi pada kulit dan resiko


kerusakan kulit.

Lakukan perawatan luka dengan Membersihkan luka sehingga mempercepat


larutan NaCl dan debridement tumbuhnya jaringan baru.
sesuai order.

Berikan obat-obatan luka. Membunuh mikroorganisme dan


mempercepat penyembuhan luka.

Awasi dengan ketat terhadap Deteksi dini sebagai upaya preventif dan
tanda dan gejala infeksi. menentukan intervensi yang tepat.
Berikan tindakan untuk Sirkulasi adekuat penting untuk aktivitas sel.
memaksimalkan sirkulasi darah.
Sebagai indikator pertukaran nutrisi.
Awasi hasil pemeriksaan
laboratorium seperti albumin

5. Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan


produksi energi.
Tujuan:
Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi
Kriteria evaluasi:
- Kelemahan klien berkurang
- Mengungkapkan peningkatan energi.
- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan.

Rencana:
Intervensi Rasional
Diskusikan dengan klien kebutuhan Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
akan aktivitas, buat jadwal meningkatkan tingkat aktifitas meskipun mungkin
perencanaan dengan klien sangat lemah.
klien dan identifikasi aktifitas yang
menimbulkan kelelahan.

Berikan aktifitas alternatif dengan Mencegah kelelahan yang berlebihan.


periode istirahat yang cukup.

Pantau tanda-tanda vital sebelum dan


sesudah beraktifitas. Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat ditolerir
Tingkatkan partisipasi klien dalam secara fisiologis.
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri yang
dengan yang dapat ditoleransi. positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat ditolelir
klien
Libatkan keluarga dalam pelaksanaan
aktivitas klien.
Meningkatkan peran aktif keluarga dalam perawatan
klien.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Paradigma Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat. 1999

Doenges, Marylinne. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. 1995

Effendi, Nasrul. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta : EGC. 1995

Ganong, WF. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. 1992

Greenspan, Francis S. Endokrinologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC. 2000

Guyton, Arthur C dan Hall John. E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.
1997

Long, Barbara C. Perawatan Medikal bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawtaan Bandung. 1996
Http//google.com

You might also like