Professional Documents
Culture Documents
Decompensasi cordis adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri (Brunner & Suddart, 2014 )
Etiologi
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan
pengisian ventrikel (Stenosis katup atrioventrikuler) gangguan pada pengisian dan ejeksi
ventrikel (perikarditis konstriktif dan tamponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut
diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan
gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer atau di dalam sintesis atau fungsi protein
kontraktil(Sylvia Anderson 2014).
Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung yang
mengalami gagal jantung. Dominan sisi kiri, seperti penyakit jantung iskemik, penyakit
jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati,
amiloidosis jantung, keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula arteriovenosa).
Dominan sisi kanan seperti, seperti gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis katup
pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA), hipertensi
pulmonal, emboli pulmonal masif(Sylvia Anderson 2014).
a. Disfungsi miokard.
b. Beban tekanan berlebihan- pembebanan sistolik (sistolic overload)
Volume : Defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus anteriosus paten.
Tekanan : Stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta.
Disritmia.
c. Beban volume berlebihan- pembebanan diastolik (diastolic overload).
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload).
Klasifikasi
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New
York Association (NYHA) membuat klasifikai fungsional dalam 4 kelas :
a. Kelas I
Tidak ada batasan : Aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan dispnea napas,
Palpitasi atau keletihan berlebihan.
b. Kelas II
Gangguan aktivitas ringan: merasa nyaman ketika beristirahat, tetapi aktivitas biasa
menimbulkan keletihan dan palpitasi.
c. Kelas III
Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata: merasa nyaman ketika beristirahat, tetapi
aktivitas yang kurang dari biasa dapat menimbulkan gejala.
d. Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktivita fisik apapun tanpa merasa tidak nyaman: gejala gagal
jantung kongestif di temukan bahkan pada saat istirahat dan ketidaknyamanan semakin
bertambah ketika melakukan aktivita fisik apapun.
Patofisiologi
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokard yang khas pada gagal jantung akibatnya
penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.
Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan
meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga
mekanisme primer yang dapat di lihat, yaitu:
c. hiperatrofi ventrikel
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa, yaitu
diantaranya:
Respon kompensantorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau
bertambah tebal dinding. Hipertrofi meningkatakan jumlah sarkomer dalam sel sel
miokardium, tergantung dari jenis beban hemodinamika yang mengakibatkan gagal jantung,
sarkomer dapat bertambah seara parallel atau serial. Respon miokardium terhadap beban
volume seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan hipertrofi gagal jantung
kanan, Karena ketidakmampuan jantung kanan mengakibatkan penimbunan darah dalam
atrium kanan, vena kava dan sirkulasi besar. Penimbunan darah di vena hepatica
menyebabkan hepatomegaly dan menyebabkan asites. Pada ginjal akan menimbulkan
penimbunan air dan natrium sehingga terjadi edema. Penimbunan seara sistemik selaim
menimbulkan edema juga meningkatkan tekanan vena jugularis dan pelebaran vena vena
lainnya.
Pada gagal jantung kiri darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri mengalami hambatan,
sehingga atrium kiri dilatasi dan hipertrofi.Aliran darah dari paru d ke atrium kiri terbendung,
akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis, kapiler paru dan arteri plmonalis meninggi.
Bendungan juga terjadi juga di paru yang akan mengakibatakan edema paru, sesak waktu
bekerja (dyspnea dffort) ata waktu istirahat (ortopnea)
Gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai akibat kelanjutan dari gagal jantung kanan
dan kiri. Setelah terjadi hipertnsi pulmonal terjadi penimbunan darah dalam ventrikel kanan ,
selanjutnya terjadi gagal jantung kanan. Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow)
sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah yang berlawanan dengan aliran (backward
congestion) hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan gejala backward
failure dalam system sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan
jantung adalah upaya tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi
kebutuhan metabolism jaringan. Kompensasi yang terjadi pada gagal jantungsirkulasi akan
menimbulkanbendungan pada arah yang berlawanan dengan aliran (backward congestion )
hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan gejala backward failure dalam
system sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah
paya tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme.Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantvng ialah dilatasi ventrikel,
dilatasi hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berpa takikardia dan vasiokontriksi
perifer. Peninggian kadar katekolamin plasma.retensi garam dan iran badan dan peningkatan
ekstrasi oksigen oleh jaringan .bila bagian jantung kanan dan kiri bersama sam gagl akibat
aliran darah dan adanya bendungan , maka akna tamak tanda dan gejala gagal jantung pada
sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut gagal jantung
kongestiv(Carpenito.L ,2015).
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat timbul pada decomp cirdis atau gagal jantung adalah :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu
:
Dispnu
Batuk
Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik(Doenges M, 2016).
3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar.
4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
5. Nokturia
6. Kelemahan(Doenges M, 2016).
Pemeriksaan Penunjang
2. Skan jantung
4. Kateterisasi jantung
5. Rongent dada
6. Enzim hepar
8. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi
kronis.
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
Penatalaksanaan
a. Tirah baring : Untuk gagal jantung kongesti tahap akut dan sulit di sembuhkan.
d. Reduksi volume darah sirkulasi : Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur
yang bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini
dengan segera memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran
balik vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik
segera.
e. Terapi nitrit : Untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
g. Inotropik positif
Terapinyameliputi :
Dopamin
Dobutamin
Tindakan mekanis :
Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dari decomp cordis atau gagal jantung dapat berupa :
Brunner & Suddart, 2014,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Jakarta ; Penerbit
buku kedokteran EGC.
Sylvia Anderson 2014, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Alih Bahasa, Adi
Dharma, Edisi III