You are on page 1of 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

Gambar 2.1. Anatomi Mata

Sumber : Atlas Anatomi Netter


Regio orbita adalah sepasang rongga di tulang yang berisi bola mata, otot,
saraf, pembuluh darah, dan sebagian besar apparatus lakrimalis. Lubang orbita
dilindungi oleh dua lipatan tipis yang dapat bergerak, yaitu kelopak mata (palpebra)
(Snell RS,2006 dan Ilyas S, Sri RY,2012)

Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi


kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Pada palpebra terdapat
bagian-bagian: kelenjar sebasea, kelenjar Moll, kelenjar Zeis pada pangkal rambut,
dan kelenjar Meibom pada tarsus. Otot seperti: Muskulus orbikularis okuli untuk
menutup bola mata yang dipersarafi Nervus Fasial. M. levator palpebra yang
dipersarafi N. III yang berfungsi untuk membuka mata. Pembuluh darah yang
mempedarahinya adalah arteri palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas
didapatkan dari ramus frontal N. V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang ke II
saraf ke V (Snell RS,2006 dan Ilyas S, Sri RY,2012).

Gambar 2.2 Anatomi kelopak mata potongan sagital

(Sumber: American Academy of Ophtamology 2012)


Apparatus lakrimalis terdiri dari glandula lakrimalis, laku, pungta, kanalikuli,
sakus lakrimalis, dan duktus lakrimalis. Persarafan sekretomotorik parasimpatis
berasal dari nukleus lakrimalis. Glandula lakrimalis akan menghasilkan air mata dan
mengalir ke lakus lakrimal dan masuk ke kanalikuli melalui pungta. Kanalikuli
berjalan ke medial dan bermuara ke sakus lakrimalis dan dan terus berlanjut ke
duktus lakrimalis (Snell RS,2006 dan Ilyas S, Sri RY,2012).

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian


belakang. Bermacam-macam obat dapat diserap melalui konjungtiva. Konjungtiva
mempunyai kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat
membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu:
konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva bulbi yang menutupi sklera, dan
konjungtiva forniks (Snell RS,2006 dan Ilyas S, Sri RY,2012).

Bola mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior 24 mm. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu: sklera, jaringan uvea (yang terdiri dari iris,
badan siliar, dan koroid yang diperdarahi oleh arteri siliaris anterior dan posterior,
sedangkan persarafannya dari ganglion siliar dan retina). Pada iris didapatkan pupil
yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam mata. Badan
siliar menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor) yang dikeluarkan melalui
trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. Badan kaca
mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel papil
saraf optik, makula, dan pars plana. Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di
daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Terdapat 6 otot penggerak
bola mata, yaitu : oblik inferior, rektus inferior, rektus medius, dan rektus superior
yang dipersarafi N. III, kemudian oblik superior dan rektus lateral yang dipersarafi N.
IV dan N. VI (Snell RS,2006 dan Ilyas S, Sri RY,2012).

Sklera terdiri atas jaringan fibrosa padat dan berwarna putih. Di posterior,
sklera ditembus oleh N. II dan menyatu dengan selubung dura saraf ini. Lamina
kribosa adalah daerah sklera yang ditembus oleh serabut-serabut N. II. Merupakan
area yang relativ lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh peningkatan
tekanan cairan serebrospinal di dalam tonjolan subaraknoid yang terdapat di
sekeliling N. II. Bila tekanan intraokular meningkat, lamina kribosa akan menonjol
keluar dan menyebabkan diskus menjadi cekung (Snell RS,2006 dan Ilyas S, Sri
RY,2012).

Kornea (latin cornum= seperti tanduk) adalah selaput bening mata yag dapat
memantulkan cahaya yang masuk ke mata. Terdiri atas 5 lapisan: epitel, membran
bowman, stroma, membran desemen, dan endotel. Kornea dipersarafi oleh saraf siliar
longus cabang N. V dan saraf nasosiliar. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh
kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk ke kornea (Snell
RS,2006 dan Ilyas S, Sri RY,2012).

Lensa mata di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan 12 menipis pada
saat terjadinya akomodasi. Secara patologik, lensa dapat kaku pada orang dewasa
yang akan mengakibatkan presbiopia, keruh atau yang disebut katarak, dan tidak
berada di tempatnya (subluksasi dan dislokasi) (Snell RS,2006 dan Ilyas S, Sri
RY,2012).

Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya. Retina terdiri atas lapisan: fotoreseptor (terdiri
atas sel batang dan sel kerucut), membran limitan eksterna, lapis nukleus luar, lapis
pleksiform luar, lapis nukleus dalam, lapis pleksiform dalam, lapis sel ganglion, lapis
serabut saraf, dan membran limitan interna (Snell RS,2006 dan Ilyas S, Sri RY,2012).

2.2 Jenis Tumor Mata


Tumor mata bisa terjadi di semua bagian mata yang mengalami pembelahan sel
abnormal dan kematian sel yang menurun. Berdasarkan posisinya, tumor mata
dikelompokkan sebagai berikut:

1. Tumor eksternal, yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti tumor
palpebra dan tumor konjungtiva
2. Tumor intraokuler, yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata
3. Tumor retrobulbar, yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata

1. Tumor Eksternal

1.1 Tumor Palpebra

Tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar mata
dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan ikat, jaringan
kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra (Khurana
AK,2007).

Tumor palpebra dapat dikelompokkan menjadi tumor jinak dan tumor ganas.
Tumor jinak palpebra sangat umum dan bertambah banyak dengan meningkatnya
usia. Kebanyakan mudah dikenali secara klinis. Tumor ganas palpebra dibagi menjadi
dua, yaitu tumor primer dan tumor metastatik (jarang) (Eva PR, Whitcher JP.
Vaughan & Asbury,2013).

Tumor ganas yang paling sering mengenai palpebra adalah karsinoma sel
basal, karsinoma sel squamous, karsinoma sel sebasea, melanoma, dan sarkoma
kaposi. Sedangkan tumor jinak palpebra seperti hemangioma dan xanthalesma. (Eva
PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury,2013).

1.1.1 Karsinoma Sel Basal


Karsinoma sel basal berasal dari lapisan basal epitel kulit atau dari lapis luar
sel folikel rambut. Berupa benjolan yang transparan, kadang dengan pinggir yang
seperti mutiara. Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif,
jarang mempunyai anak sebar atau bermetastasis. Dapat merusak jaringan idiopatik.
Jarang muncul pada anak-anak, dengan frekuensi tertinggi muncul pada orang dengan
umur 60-79 tahun. Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis
berspektrum luas. Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti khalazion.
Sering terlihat seperti khalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan
konsistensi yang kenyal. Pada penatalaksanaan karsinoma sel sebasea dilakukan
terapi bedah. Pengobatan bertujuan untuk mengangkat lesi yang ganas untuk
mencegah penyebaran local ataupun sistemik. Pengobatan dari karsinoma kelenjar
sebasea adalah operasi eksisi yang adekuat, dengan batasan operasi yang luas dengan
control potongan beku segar untuk menggambarkan pinggiran tumor. Evaluasi nodul
limfatik diperlukan untuk menilai metastase (Michael L Glassman MD,2010).

1.2 Tumor Konjungtiva

1.2.1. Karsinoma

Lokasi karsinoma konjungtiva yang paling sering adalah di limbus di daerah


fisura palpebra dan yang lebih jarang adalah di konjungtiva yang tidak terpajan.
Gejala yang bisa didapatkan berupa permukaannya menyerupai agar-agar, kadang-
kadang keratinisasi epitel yang abnormal menyebabkan leukoplakia, pertumbuhannya
lamban dan dapat terjadi di sekitarnya terutama bagian permukaan bahkan dapat
sampai ke tulang (bersifat lokal destruktif), serta cenderung untuk residif lebih bila
pengobatannya tidak adekuat. Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada
beberapa pilihan terapi, diantaranya adalah bedah eksisi dengan potong beku (frozen
section), bedah mikrografi Mohs, bedah dengan laser CO2, dan eksisi tanpa potong
beku. Pilihan terapi non bedah yaitu : Radioterapi, Kemoterapi, dan Interferon
(Sukmawati, T.T., Gabriela, R,2012).
1.1.2 Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor ganas kelopak mata tersering


kedua. Insidensinya hanya 5% jauh lebih kecil dari insidensi karsinoma sel basal.
Umumnya sering muncul dari batas kelopak mata (gabungan kulit dengan mukosa)
pada pasien yang tua. Dapat mengenai kelopak mata atas dan bawah.Gejala klinis
dapat muncul dalam 2 bentuk yaitu sebuah luka dengan batas tinggi dan keras yang
paling sering. Kedua adalah bentuk seperti jamur atau polip verukosa tanpa ada luka,
tetapi jarang muncul. (Khurana AK,2007).

1.1.2 Karsinoma Kelenjar Sebasea

Karsinoma kelenjar sebasea adalah karsinoma yang tumbuh dari kelenjar


meibom pada kelopak mata. Etiologinya adalah penyebaran serta metastasis ke
bagian yang dalam . Pemeriksaan yang dilakukan berupa biopsi dengan eksisi yang
akan memastikan diagnosis dan mengatasi sebagian besar lesi ini. Tatalaksananya
yaitu eksisi ulang dan terapi krio bisa membantu mencegah agar tidak kambuh.

1.2.2. Melanoma Maligna Konjungtiva

Melanoma maligna terjadi pada sel yang memproduksi melanin, pigmen yang
memberi warna pada kulit,yaitu sel melanosit. Mata juga memiliki sel yang
memproduksi melanin dan dapat menjadi melanoma. Melanoma maligna juga dapat
terjadi pada konjungtiva, tumor ini diidentifikasi pa-ling sering di daerah perilimbal
interpal-pebra konjungtiva bulbi. Tumor yang berlokasi di konjungtiva palpebra,
forniks, ka-runkel, plika semilunaris atau margo pal-pebra memiliki prognosis buruk
untuk kelangsungan hidup.

Gejala dan tanda dapat berupa lesi berwarna lebih terang atau lebih
gelap,gatal,perubahan bentuk menjadi tidak teratur atau nevus bertambah luas atau
bertambah tebal,perdarahan mendandakan proses sudah sangat lanjut.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan eksenterasi dan
medikamentosa dengan pemberian kemoterapi. Pengobatan secara
nonmedikamentosa meliputi radioterapi dan terapi fisik. (Yu GP, Hu DN,
McCormick S,2003).

2. Tumor Intraokular

2.1 Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah tumor ganas pada retina yang sering terjadi pada anak-
anak. Tanda dan gejalanya adalah leukokoria (reflek putih pada pupil atu disebut
reflek mata kucing) adalah tanda yang sering terlihat pada retinoblastoma, yaitu
56,1% dari seluruh kasus yang ada. Kemudian gejala yang lain adalah strabismus
yang terjadi karena gangguan visus, nistagmus (pergerakan bola mata yang
abnormal), heterekromia (perubahan warna iris), dan proptosis (penonjolan bola
mata) sering terjadi pada negara tidak berkembang. Retinoblastoma juga bisa
menyebabkan perubahan sekunder pada mata, seperti glaukoma, ablasio retina, dan
inflamasi pada mata (pseudouveitis dan selulitis) (Aventura M dan Kaiser KP.,2012).

Pengobatan pada retinoblastoma adalah untuk mengontrol tumor dan


memperoleh penglihatan yang bisa terlihat oleh penderita. Tindakan yang bisa
dilakukan adalah enukleasi (pengangkatan bola mata), radioterapi, potokoagulasi
(laser treatment), krioterapi (freezing treatment), dan kemoterapi (Aventura M dan
Kaiser KP.,2012).

2.2 Melanoma Maligna

Melanoma maligna terjadi pada sel yang memproduksi melanin, pigmen yang
memberi warna pada kulit,yaitu sel melanosit. Mata juga memiliki sel yang
memproduksi melanin dan dapat menjadi melanoma.

Pada fase awal mungkin tidak akan mengalami gejala apapun, akan tetapi
pada kasus yang lain dapat mengalami tanda dan gejala dengan gambaran klinis
termasuk vaskularisasi tumor mencolok,pertumbuhan cepat dan pigmentasi
heterogen,adanya riwayat nevus yang telah ada semenjak kanak-kanak yang tiba-tiba
mengalami pertumbuhan yang cepat,nyeri akibat penekanan tekanan
intraokular.Gejala klinis lainnya adalah timbulnya titik gelap pada iris mata,sensasi
silau pada mata,penglihatan kabur pada salah satu mata dan timbul sensasi berlekuk
pada penglihatan. Penatalaksanaan pada penyakit ini adalah dengan reseksi lesi tumor
dan enukleasi sesuai dengan luas lesi tumornya (Doko Mandic,Blanka et al,2007).

3. Tumor Retrobulbar

Tumor retrobulbar merupakan salah satu tumor orbita yang berlokasi di


belakang bola mata. Tumor retrobulbar dapat dibagi menjadi intrakonal dan
ekstrakonal tergantung letaknya di dalam atau di luar konus otot. Intrakonal: glioma,
meningioma, haemangioma cavernous dan kapiler, haemangiopericytoma,
lymphangioma and neurofibroma. Extraconal: tumour glandula lacrimal
(pleomorphic adenoma, adenoid cystic cancer), dermoid, lymphoma, pseudotumour,
rhabdomyosarkoma dan metastasis (A. Anissa Rahmadani ,2012)

1. Hemangioma cavernous, Merupakan tumor jinak intraorbita yang tersering pada


orang dewasa. Biasanya tumor terletak dalam konus otot-otot retrobulbar. Sehingga
bermanifestasi sebagai proptosis unilateral yang lambat pada dekade kedua sampai
keeempat. Kadangkala dapat menekan nervus optikus tanpa proptosis.

2. Glioma, merupakan tumor jinak yang berkembang dari astrosit. Biasanya muncul
pada dekade pertama kehidupan. Dapat hadir sebagai tumor yang soliter atau sebagai
bagian dari von recklinghausen’s neurofibromatosis. Gambaran klinis ditandai
dengan hilangnya penglihatan, ditandai dengan axial proptosis unilateral yang
bertahap dan tidak disertai nyeri. Pemeriksaan fundus dapat memperlihatkan adanya
atropi dan edema papil saraf optik dan pembesaran vena. Perluasan intracranial dari
glioma melalui canalis optik jarang terjadi.
3. Limphangioma adalah tumor yang jarang terjadi terlihat sebagai proptosis dengan
progresifitas yang lambat pada remaja muda. Terkadang membesar sebagai akibat
perdarahan spontan di dalam ruang vaskular, yang kemudian membentuk kista coklat
yang dapat sembuh spontan.

4. Meningioma adalah tumor invasif yang berasal dari villi arrachnoidal. Meningioma
menginvasi orbita terdapat dua tipe : primer dan sekunder

a. Meningioma intaorbital primer. Dikenal juga sebagai meningioma yang


berasal dari pembungkus nervus saraf optik. Mengakibatkan kehilangan
penglihatan yang cepat disertai keterbatasan pergerakan bola mata atropi atau
edema diskus optikus dan proptosis yang terjadi secara perlahan-lahan.
Selama fase intadural, secara klinis sulit dibedakan dari glioma nervus optik.
Adanya opticocilliary shunt merupakan tanda patognomonik dari meningioma
pembungkus nervus saraf optik.
b. Meningioma sekunder. Meningioma intracranial yang secara sekunder
menginvasi orbita. Invasi orbita dapat timbul melalui dasar fossa cranii
anterior

5. Rhabdomyosarcoma adalah Tumor ganas dari orbita yang berasal dari otot
extraokular. Merupakan tumor orbita tersering pada anak-anak, biasanya timbul
dibawah usia 15 tahun. Terdapat proptosis yang progresif dan tiba-tiba onsetnya.
Proptosis yang paling berat karena rhabdomyosarcoma yang terletak di kuadran
superonasal. Gambaran klinis mirip dengan proses inflamasi. Tumor biasanya
terdapat pada kuadran superionasal tetapi dapat juga menginvasi bagian-bagian lain
dari orbita. (comphrehensive opthm)

6. Tumor juga bisa berasal dari metastasis Ca. mammae, karsinoma bronkhial,
neuroblastoma pada anak-anak, sarkoma Ewing, leukemia, tumor testikuler.
Gejala klinis tumor retrobulbar adalah adanya penonjolan bola mata
merupakan manifestasi klinis yang paling penting dan paling awal muncul pada
tumor retrobulbar. Penonjolan bola mata ini dikenal dengan proptosis atau
exopthalmus. Karena letak lesi di dalam orbita, bola mata terdorong ke depan dan
pergerakan bola mata terbatas pada arah yang homolateral. Bola mata juga dapat
terdorong ke arah superior, inferior, medial atau lateral tergantung dari posisi lesi
dalam orbita. Derajat exopthalmus bergantung dari derajat tumor (A. Anissa
Rahmadani ,2012).

TERAPI

1. Tumor jinak: memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan


hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif.

2. Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik
dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal)
memerlukan reseksi radikal (A. Anissa Rahmadani ,2012).

You might also like