You are on page 1of 30

Makalah

Masalah Ekonomi Kesehatan

Tugas Makalah DR. dr. Endang Budiati, M.Kes


Oleh Kelompok 3:

A. Deza Farista 186131032


Amanah Perdana N 186131002
Devi Anggraini 186131003
Lidya Yulanda Sari 186131010
Marlina Silviawaty 186131011
Rita Zulfadilah 186131024

Program Magister Kesehatan Masyarakat


Universitas Mitra Indonesia
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai indikator kesejahteraan rakyat, tujuan jangka panjang pembangunan
kesehatan Indonesia adalah peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap warga negara Indonesia agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat di masa depan. Pemerintah melalui instansi terkait telah merumuskan
program jangka menengah mengenai keadaan masyarakat yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan yakni melalui program “Visi Indonesia Sehat
2010”. Dalam visi Indonesia Sehat 2010, bermaterikan gambaran masyarakat,
bangsa dan negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, dan memiliki derajat kesehatan yang optimal.
Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat.
Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
masyarakat, dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat akan
mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera
sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau
kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan
nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bermutu, merata, dan
terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis, serta tersedianya pelayanan
kesehatan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah melainkan
mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat
(Suryandari, 2008).
Pembangunan sosial ekonomi harus sejalan, karena dengan adanya
peningkatan kesehatan masyarakat tanpa adanya upaya memerangi kemiskinan
akan memperlambat penurunan angka kematian di masa mendatang yang memang
sangat erat hubungannya dengan bidang kesehatan tersebut. Aspek ekonomi
seperti pendapatan merupakan syarat utama untuk dapat menikmati fasilitas
kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kesehatan antara lain; tersedianya sarana kesehatan,
keadaan lingkungan yang memadai, dan mutu makanan yang di konsumsi.

2
Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan
memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang berkaitan. Keadaan faktor sosial
ekonomi juga berpengaruh dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan yang tersedia,
seperti pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh rumah
tangga (Yulia, 2009).
Ilmu ekonomi kesehatan, sama halnya dengan ilmu-ilmu yang lain, selalu
berkembang mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, masih banyak kalangan
yang belum memahami apa saja yang dipelajari dalam ekonomi kesehatan serta
apa saja masalah yang ada. Makalah ini mencoba memaparkan masalah pokok
yang berkaitan dengan perekonomian, definisi ilmu ekonomi, apa yang dimaksud
kegiatan ekonomi, jenis analisis ilmu ekonomi, dan asumsi yang biasa digunakan
dalam teori ekonomi. Selain itu, makalah ini juga memaparkan perihal konsep
ekonomi kesehatan, ruang lingkup ekonomi kesehatan, ciri khusus sektor
kesehatan, demand dalam pelayanan kesehatan, elastisitas, supply, utility, CBA
serta CEA serta juga membahas masalah masalah yang ada pada bidang ekonomi
kesehatan. Hal ini bertujuan agar para pelaku ekonomi kesehatan (provider
fasilitas pelayanan kesehatan) dalam melakukan suatu kegiatan ekonomi dapat
menyejahterakan semua pihak.

1.2 Tujuan
a. Mengetahui konsep ilmu ekonomi secara umum
b. Mengetahui konsep ekonomi kesehatan
c. Mengetahui Masalah-Masalah yang ada pada ekonomi kesehatan
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai teori
dasar ilmu ekonomi secara garis besar serta pemahaman terkait konsep
ekonomi di bidang kesehatan serta masalah masalah yang timbul pada
ekonomi kesehatan.
1.3.2 Manfaat bagi pembaca
Makalah ini merupakan salah satu literatur bagi pembaca sebagai
pengantar dalam memahami ekonomi kesehatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah suatu bilang ilmu pengetahuan yang sangat luas
liputannya. Istilah “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” yang
berarti keluarga, rumah tangga dan “nomos” yang berarti peraturan, aturan,
hukum. Jadi ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen
rumah tangga. Terdapat beberapa definisi dari beberapa ahli mengenai ilmu
ekonomi, antara lain:
a. Ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam mengelola kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dengan sumber daya
produktif yang terbatas, dengan tujuan memenuhi kebutuhan manusia sebaik –
baiknya (Gilarso, 2003).
b. Ilmu ekonomi merupakan media untuk menganalisa biaya dan keuntungan dan
memperbaiki corak penggunaan sumber daya (Sukirno, 2005).
c. Ekonomi memiliki fokus pada studi tentang bagaimana masyarakat mengelola
sumber daya yang selalu terbatas dan langka (Mankiw, 2000).
Dari beberapa definisi di atas kelompok kami menyimpulkan bahwa ilmu
ekonomi adalah studi perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya
yang terbatas dalam kegiatan produksi, kemudian menyalurkannya kepada
berbagai komoditi kemudian menyalurkannya (distribusi) kepada berbagai
individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat (konsumen).

2.1.1 Masalah pokok ekonomi


Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan
manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya
terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.
Keterbatasan dalam proses pemenuhan kebutuhan membuat manusia selalu
memikirkan bagaimana meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan dengan
cara yang seefesien mungkin. Secara umum, terdapat dua buah teori umum yang
mencoba menjelaskan permasalahan yang ada dalam ekonomi yaitu pokok
masalah ekonomi secara klasik dan modern.

4
a. Masalah ekonomi klasik
Menurut ilmu ekonomi klasik, masalah pokok ekonomi masyarakat dapat
digolongkan kepada 3 permasalahan penting yaitu produksi, distribusi, dan
konsumsi. Pokok masalah ekonomi klasik merupakan bahasan teori ekonomi
klasik (Smith, 2005). Teori ekonomi klasik melihat pentingnya masalah
ekonomi sebagai kesatuan dari proses produksi, distribusi, dan konsumsi untuk
kesejahteraan (kemakmuran), dalam hal ini amat menekankan kekuatan pasar
sehingga menolak campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi.
b. Masalah ekonomi modern
Semakin tumbuh dan majemuknya kehidupan ekonomi masyarakat
mengakibatkan kehidupan ekonomi juga bertambah luas dan kompleks.
Akibatnya pokok persoalan ekonomi terutama berorientasi pada bagaimana
mendamaikan kebutuhan manusia yang tak terbatas dengan benda pemuas
kebutuhan yang terbatas. Oleh karena sasaran akhir tetap kemakmuran, masalah
pokok ekonomi modern pun pada dasarnya tetap berkisar pada lika-liku
produksi, distribusi dan konsumsi. Pokok masalah ekonomi modern terangkum
dalam 2 kata kunci yaitu kelangkaan dan pilihan. Yang pertama menjadi
penyebab yang kedua sehingga muncul empat pertanyaan mendasar
tentang what, how, who, for whom. Keempat masalah fundamental
perekonomian yang dihadapi setiap masyarakat di era modern.
Menurut Sukirno (2005) kegiatan perekonomian pada masyarakat modern
sangat kompleks. Kegiatan tersebut meliputi berbagai jenis kegiatan produksi,
konsumsi dan perdagangan. Oleh karena corak kegiatan yang sangat kompleks
tersebut, banyak orang yang mungkin akan berpendapat membuat gambaran
berbagai masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat merupakan suatu hal yang
tidak mungkin. Pandangan tersebut dinilai tidak tepat. Berdasarkan pada corak
analisis dalam ilmu ekonomi, para ahli ekonomi telah dapat membagi berbagai
masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat menjadi tiga persoalan pokok,
yaitu; 1) menentukan barang dan jasa yang harus diproduksi; 2) menentukan
bagaimana cara barang diproduksi; serta 3) menentukan untuk siapa barang
tersebut diproduksi.

5
2.1.2 Kegiatan dalam ekonomi
Kegiatan Ekonomi adalah kegiatan produksi, kegiatan distribusi dan
kegiatan konsumsi. Pada dasarnya kegiatan ekonomi merupakan suatu aktivitas
atau usaha yang dilakukan manusia untuk mewujudkan kemakmuran. Untuk
mencapainya, maka kegiatan ekonomi meliputi 3 hal, yaitu produksi, distribusi,
dan konsumsi. Kegiatan tersebut antara satu dengan yang lainnya saling
berhubungan. Kegiatan ekonomi yang utama tersebut adalah menghasilkan atau
memproduksi (kegiatan produksi), menyalurkan (distribusi), dan menggunakan
atau memakai (konsumsi).

Gambar 1. Hubungan Produksi, Disribusi, dan Konsumsi


a. Produksi
Produksi adalah kegiatan perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa
dari bahan – bahan atau sumber – sumber factor produksi dengan tujuan
menambah daya guna barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Peranan seorang manajer dalam proses produksi berkaitan erat dengan tingkat
efisiensi proses produksi tersebut dalam perusahaan. Supaya efisien, seorang
manajer harus melihat 4 hal yaitu: 1) tipe proses produksi; 2) faktor produksi;
3) teknik produksi; 4) sistem produksi.
b. Distribusi
Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar serta
mempermudah penyampaian produk dan jasa dari produsen kepada konsumen
sehingga penggunaannya sesuai (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat) dengan
yang diperlukan. Distribusi yang efektif akan memperlancar arus atau akses
barang oleh konsumen sehingga dapat memperoleh barang sesuai dengan yang
diperlukan.
c. Konsumsi
Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang
dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan.

6
Barang-barang yang diproduksi digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Fungsi konsumsi adalah suatu kurva
yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga
dalam perekonomian dengan pendapatan nasional. Fungsi konsumsi dapat
dinyatakan dalam persamaan (Mankiw, 2003). Beberapa faktor yang
mempengaruhi pengeluaran konsumsi adalah selera, faktor sosial ekonomi,
kekayaan rumah tangga, keuntungan/ kerugian capital, barang tahan lama, kredit
dan ekspektasi.
d. Para pelaku Kegiatan Ekonomi
Pelaku kegiatan ekonomi dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: rumah
tangga, perusahaan, dan pemerintah. Masing – masing golongan ini
menjalankan peranan yang sangat berbeda dalam suatu perekonomian.
2.1.3 Jenis analisis ekonomi
Analisis ekonomi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu ekonomi
deskriptif, teori ekonomi dan ekonomi terapan (applied economics).
a. Ekonomi deskriptif
Bidang ilmu ekonomi adalah analisis ekonomi yang menggambarkan
keadaan atau wujud yang sebenarnya dalam perekonomian. Analisis mengenai
keadaan petani di Jawa Timur, adalah tergolong sebagai ilmu ekonomi
deskriptif. Setiap ilmu pengetahuan bertujuan untuk menganalisis keadaan
sebenarnya di alam semesta dan di dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu
penting untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Adakalanya hal itu tidak mudah
dilakukan. Ilmu ekonomi adalah salah satu ilmu sosial. Di dalam ilmu sosial
tidaklah mudah untuk mengetahui sifat sebenarnya dari suatu keadaan. Ini
disebabkan karena dalam masyarakat keadaan yang sebenarnya sangat berkaitan
satu sama lain sehingga sering sekali timbul kesukaran untuk menggambarkan
kenyataan yang sebenarnya berlaku dalam perekonomian. Misalnya kita ingin
mengetahui pengaruh kenaikan harga kepada kenaikan produksi pangan. Ini
sukar dijelaskan karena produksi pangan bukan saja dipengaruhi oleh harganya
tetapi oleh banyak faktor lain seperti iklim, harga barang lain, dan keadaan
ekonomi.

7
b. Teori ekonomi
Teori ekonomi adalah pandangan-pandangan yang menggambarkan sifat
hubungan keadaan dalam kegiatan ekonomi, dan ramalan tentang peristiwa
yang terjadi apabila suatu keadaan yang mempengaruhinya mengalami
perubahan.
1. Teori Ekonomi Mikro, yaitu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari
fungsi ekonomi secara individu yang terdiri dari perusahaan maupun
rumah tangga. Teori Ekonomi Mikro membahas tentang alokasi sumber
daya dan distribusi pendapata yang dipengaruhi oleh sistem harga yang
terjadi di pasar dan kebijakan pemerintah. Selain itu, membahas cara
penentuan harga dan kuantitas suatu hasil produksi yang ditawarkan
dalam pasar individu dan hubungan di antara pasar tersebut. Ekonomi
mikro dapat dianggap sebagai rincian ekonomi pasar.
2. Teori Ekonomi Makro, yaitu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari
perilaku ekonomi secara keseluruhan (agregat) seperti total pendapatan,
tingkat tenaga kerja, hasil produksi, dan sebagainya dalam skala nasional.
2.1.4 Asumsi dalam teori ekonomi
Menurut Sukirno (2009) membuat asumsi atau pemisalan-pemisalan
merupakan salah satu syarat penting dalam membuat teori ilmu sosial. Tanpa
asumsi, sangat sulit untuk menentukan hubungan antara variabel, oleh karena itu
kegiatan ekonomi dan kehidupan perekonomian sangat kompleks sifatnya.
Asumsi itu sendiri hakekatnya yaitu semua ilmu pengetahuan pada dasarnya
membutuhkan asumsi agar teorinya berlaku secara keilmuan. Tujuan dari asumsi
dalam ilmu ekonomi untuk membatasi analisanya agar teori dan hukum-
hukumnya dapat berlaku dengan baik. Adapun asumsi yang dimaksud adalah
asumsi umum (rasionalitas, penyederhanaan, cateris paribus) dan asumsi khusus
(asumsi ekuilibrium parsial, asumsi tidak adanya hambatan atas proses
penyesuaian)

8
2.2 Ekonomi Kesehatan
2.2.1 Konsep ekonomi kesehatan
Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai
penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan.
Ekonomi kesehatan berhubungan dengan: (1) alokasi sumber daya diantara
berbagai upaya kesehatan; (2) jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan; (3) pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai
pelayanan kesehatan; (4) efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai
sumber daya serta (5) dampak upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan
kesehatan pada individu dan masyarakat.
Klarman (1968) menjelaskan bahwa ekonomi kesehatan itu merupakan
aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi kesehatan akan
berkonsentrasi pada industri kesehatan. Ada empat bidang yang tercakup dalam
ekonomi kesehatan, yaitu: (1) peraturan (regulation, (2) perencanaan (planning);
(3) pemeliharaan kesehatan (the health maintenance) dan (4) analisis biaya (cost)
dan manfaat (benefit).
Mengutip tulisan Lubis (2009) tentang Ekonomi Kesehatan, PPEKI (1989)
menyatakan bahwa ilmu ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu ekonomi
dalam upaya kesehatan dan faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Menyikapi keterbatasan sumber daya
yang ada, mendorong masuknya disiplin ilmu ekonomi dalam perencanaan,
manajemen dan evaluasi sektor kesehatan. Ekonomi kesehatan akan menjawab
petanyaan – pertanyaan berikut: (1) pelayanan kesehatan apa yang perlu
diproduksi; (2) berapa besar biaya produksinya; (3) bagaimana mobilisasi dana
kesehatan (siapa yang mendanai); (4) bagaimana utillisasi dana kesehatan (siapa
penggunanya dan berapa banyak) serta (5) berapa besar manfaat (benefit)
investasi pelayanan kesehatan tersebut.
Kesehatan mempengaruhi ekonomi dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi
kesehatan, sebagai contoh:
1. Kesehatan buruk yang dimiliki seseorang akan menyebabkan biaya bagi
orang tersebut karena menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup,
memperoleh penghasilan atau bekerja dengan efektif.

9
2. Kesehatan yang lebih baik memungkinkan seseorang untuk memenuhi hidup
yang lebih produktif
3. Kesehatan buruk yang dimiliki individu dapat memberikan dampak dan
ancaman bagi orang lain seperti orang lain akan kehilangan waktu bekerjanya
disebabkan menghabiskan waktu untuk menunggu dan merawat individu
yang sedang sakit.
2.2.2 Ruang lingkup ekonomi kesehatan
1. Konsumen
2. Pemerintah
3. Provider (public-private), termasuk profesional investor.

Pemerintah

Konsumen Provider
Demand
Utilization

Health Impact

Dampak Kesehatan
Untuk Pembangunan

-
Dampak Pembangunan
terhadap Kesehatan

Sumber: Rimawati (2004) Modul Ekonomi Kesehatan. FKM UDINUS

Ilmu ekonomi telah berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan


kegiatan berkaitan dengan pelayanan kesehatan, terutama menyangkut
penggunaan sumber daya. Dengan diterapkannya ilmu ekonomi dalam bidang
kesehatan maka segala kegiatan yang dilaksanakan harus memenuhi kriteria
efisiensi (cost effective) (Rimawati, 2004).

10
Penerapan Ilmu ekonomi (dengan fokus efisiensi) pada kesehatan (dengan
fokus kepentingan individu) terkadang sulit karena kekhasan sektor kesehatan.
Misalnya pada penyakit koma yang harus dibantu dengan alat bantu pernafasan,
menjadi tidak efisien secara ekonomi. Jadi penting untuk dapat diingat bahwa
dalam mempelajari ekonomi kesehatan, penggunaan ekonomi adalah sebagai
tuntunan saja, dan tetap prioritasnya adalah kesehatan. Dalam penerapan ilmu
ekonomi di bidang kesehatan, perlu memperhatikan sifat dan ciri khusus sektor
kesehatan (Rimawati,2004).
Bidang kajian ekonomi kesehatan terbagi menjadi mikro dan makro:
1) Mikro
Kajian ekonomi mikro merupakan sesuatu yang spesifik dan didefinisikan
sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian yang kecil
dari seluruh kegiatan perekonomian. Hal yang dianalisis adalah bagian dan
sistem ekonomi seperti: Perilaku konsumen, Supply, Demand, Elastisitas
Supply dan Demand, pasar dan sebagainya. Berikut adalah gambaran kajian
dalam ekomomi kesehatan mikro:
a. Menelaah isu atau program spesifik sektor kesehatan, misalnya
menyangkut aspek produktif (supply) dan aspek konsumsi (utilization atau
demand) pelayanan atau program kesehatan.
b. Aspek produksi:
 Menelaah biaya dari berbagai input program kesehatan: fasilitas,
bahan-bahan, tenaga kesehatan, dll. Analisis biaya dari berbagai
program dapat memberi gambaran tentang cost effective dan cost
effisien.
 Menelaah aspek pembiayaan secara keseluruhan: apa saja sumber
biaya program kesehatan tertentu (pemerintah, swasta, out of pocket
payment, dll), berapa besarnya, bagaimana trend-nya, bagaimana
sistem mobilisasinya (asuransi, grant, anggaran pemerintah, dll)
 Menelaah aspek aspek alokasi sumber daya tersebut: vertikal, antar
program, antar mata anggaran program, dll.
c. Aspek konsumsi:

11
 Menelaah pola pengunaan pelayanan kesehatan dan diferensiasinya
menurut fasilitas, strata pendapatan, strata pendidikan, kota-desa,
kelompok umur, pekerjaan, dll.
 Menelaah bagaimana pengaruh faktor-faktor tertentu terhadap pola
konsumsi pelayanan kesehatan; tarif, subsidi, asuaransi kesehatan,
pendapat, opportunity cost, dll.
2) Makro
Bidang kajian ekonomi makro di bidang kesehatan merupakan sesuatu
yang bersifat agregat dan sebagai analisis atas seluruh kegiatan perekonomian.
Analisis bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian. Bidang makro
bertujuan untuk menganalisis kajian sektor-sektor kesehatan dan hubungannya
dengan pembangunan ekonomi, termasuk didalamnya antara lain: fiskal dan
moneter terhadap pembiayaan kesehatan, kebijakan kesehatan dan lain-lain.
Tujuan lainnya adalah mengkuantifikasi kontribusi sektor kesehatan bagi
pembangunan ekonomi, menghitung ‘benefit’ sektor kesehatan dalam ukuran
moneter, serta melihat apa pengaruh kebijakan dan pembangunan sektor lain
terhadap derajat kesehatan (Rimawati, 2004).
2.2.3 Ciri khusus sektor kesehatan
1. Kejadian penyakit tidak terduga (uncertainty)
Orang tidak bisa menduga tentang penyakit yang akan dideritanya
(incidence of illness), oleh sebab itu tidak diketahui secara pasti pelayanan
kesehatan apa yang dibutuhkan. Dengan adanya ketidakpastian (uncertainty)
berarti seseoarang menghadapi suatu risiko (risk) sakit dan risiko harus
mengeluarkan biaya pengobatan.
Dengan adanya uncertainty ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan
biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk
yang penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya.
Bahkan penduduk yang relatif berpendapatan memadai sekalipun seringkali
tidak sanggup memenuhi biaya yang dibutuhkan untuk kebutuhan medisnya
(Thabrany, 2000).

12
2. Asymmetric Knowledge dan Consumer Ignorance
Konsumen/ pasien tidak memiliki pengetahuan, ketrampilan,
kompetensi serta wewenang sama seperti yang dimiliki provider kesehatan.
Konsumen sangat tergantung pada provider pelayanan kesehatan.
Konsumen tidak tahu banyak tentang jenis pemeriksaan dan pengobatan
yang dibutuhkannya. Provider yang menentukan jenis dan volume
pelayanan yang perlu dikonsumsi oleh konsumen.
Contohnya adalah kasus pembedahan. Pasien hampir tidak memiliki
kemampuan untuk mengetahui apakah dia membutuhkan pelayanan tersebut
atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan istilah consumer ignorance.
Konsumen tersebut tidak mengetahui apakah dia memerlukan tidakan bedah
atau tidak, konsumen juga tidak mengetahui berapa harga dan berapa banyak
yang dia perlukan (Thabrany, 2000).
3. Sehat dan Pelayanan Kesehatan sebagai Hak
Makan, pakaian, tempat tinggal dan hidup sehat adalah elemen dasar
kebutuhan manusia yang senantiasa harus dipenuhi, terlepas kemampuan
seseorang untuk membayarnya. Hal ini menyebabkan distribusi pelayanan
kesehatan sering dilakukan atas dasar kebutuhan (needs) dan bukan atas
dasar kemampuan membayar (demand).
4. Eksternalitas
Efek eksternal adalah dampak positif dan negatif yang dapat dialami
akibat pelayanan yang diberikan. Efek eksternal ini tidak hanya dirasakan
oleh pasien tetapi juga orang lain. Misalnya, bayi yang diimunisasi akan
memberikan manfaat kepada masyarakat banyak karena tidak akan
menjadi agen penyakit menular.
5. Motif Non Profit
Secara ideal mengambil keuntungan maksismum (profit maximization)
bukanlah tujuan utama pelayanan kesehatan. Pendapat yang dianut adalah
“orang tidak layak mengambil keuntungan dari penyakit orang lain’’.
6. Padat Karya
Adanya kecenderungan/trend tenaga kesehatan spesialis ke super spesialis
menyebabkan komponen tenaga dalam pelayanan kesehatan semakin besar.
Komponen tenaga tersebut bisa mencapai 40-60% dari keseluruhan biaya.

13
7. Mix Outputs
Sejumlah pelayanan kesehatan berupa: pemeriksaan, diagnosis, perawatan,
terapi, nasehat kesehatan menunjukkan keragaman antar individu tergantung
dengan jenis penyakitnya.
8. Upaya Kesehatan sebagai Konsumsi dan Investasi
Upaya kesehatan dalam jangka pendek akan menunjukkan sifat konsumtif,
dan tidak memberikan return on investments secara jelas. Oleh sebab itu
seringkali sektor kesehatan berada pada urutan bawah dalam skala prioritas
pembangunan, terlebih bila berat pembangunan adalah pembangunan
perekonomian. Namun sesungguhnya kesehatan merupakan adalah suatu
investasi, untuk jangka panjang.
9. Restriksi Berkompetisi
Adanya pembatasan dalam praktek berkompetisi/bersaing. Ini menyebabkan
mekanisme pasar dalam pelayanan kesehatan tidak sesempurna mekanisme
pasar untuk komoditi lain. Dalam mekanisme pasar, wujud kompetisi adalah
kegiatan pemasaran (promosi, iklan, dll) sedangkan sektor kesehatan tidak
pernah terdengar adanya promosi, discount, bonus atau banting harga dalam
pelayanan kesehatan.
2.2.4 Demand dalam pelayanan kesehatan
Demand atau permintaan adalah keinginan terhadap produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Dengan demikian
permintaan adalah kebutuhan dan keinginan yang didukung oleh daya beli (Kotler
dan Andersen, 1995 dalam Wirata, 2011).
Menurut WHO (2004), demand pelayanan kesehatan dapat diartikan
sebagai:
“Willingness and/or ability to seek, use and, in some settings, pay for services.”
Kesediaan dan/atau kemampuan untuk mencari, menggunakan dan, dalam
beberapa kasus, membayar untuk pelayanan.

Pengertian permintaan (demand) dalam ilmu ekonomi yang umum diartikan


sebagai: Keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang
diperlukan (Oka A. Yoeti, 2008). Atau dengan kata lain yang dimaksud dengan
permintaan adalah sejumlah produk barang atau jasa yang merupakan barang-

14
barang ekonomi yang akan dibeli konsumen dengan haraga tertentu dalam suatu
waktu atau periode tertentu dan dalam jumlah tertentu. Demand seperti ini lebih
tepat disebut sebagai permintaan pasar (market demand), dimana tersedia barang
tertentu dengan harga yang tertentu pula (Oka A. Yoeti, 2008).
Dalam ilmu ekonomi, penawaran (supply) diartikan sejumlah barang,
produk atau komoditi yang tersedia dalam pasar yang siap untuk di jual kepada
konsumen yang membutuhkannya. Penawaran juga dapat diartikan sebagai
sejumlah barang (goods), jasa (service) atau komoditi yang tersedia di pasar
dengan harga tertentu pada waktu tertentu. Diantara pakar ekonomi ada pula yang
mengartikan penawaran sebagai sejumlah barang ekonomi yang tersedia di pasar
dengan maksud untuk dijual dengan harga tertentu. Penawaran dapat juga
diartikan bermacam-macam barang atau produk yang ditawarkan untuk dijual
dengan bermacam-macam harga di pasar.
Keseimbangan dalam pasar dicapai bila supply sama dengan demand harga
barang akan disesuaikan sampai pada titik tertentu, dimana pembeli dan penjual
bersedia menukarkan sejumlah barang pada tingkat harga tertentu. Analisis supply
demand dapat digunakan untuk mempertimbangkan perubahan kebijakan seperti
pajak pada produksi dan konsumsi barang atau subsidi harga atau suatu kebijakan
atas pengendalian harga.
Grossman (1972) dalam penelitian yang sangat berpengaruh dalam khasanah
ekonomi kesehatan menggunakan teori modal manusia (human capital) untuk
menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk pelayanan
kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk
bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan, dan kesehatan.
Grossman menguraikan bahwa demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal
yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain:
1. Masyarakat atau konsumen menginginkan kesehatan, bukan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input
untuk menghasilkan kesehatan. Dengan demikian, demand untuk pelayanan
rumah sakit pada umumnya berbeda dengan demand untuk pelayanan hotel.

15
2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat
menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan
kesehatan, di samping menggunakan pelayanan kesehatan.
3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan
tidak terdepresiasi dengan segera.
4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan
investasi.
Besar kecilnya demand dan need sebaiknya dipahami dengan baik oleh
tenaga-tenaga kesehatan. Dalam hal ini harus ada pengertian mengenai faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi demand for health dan demand for health care
melalui analisis yang tepat. Analisis demand yang pada akhirnya akan
menghasilkan peramalan demand merupakan hal penting untuk dilakukan oleh
suatu rumah sakit. Dari peramalan demand ini akan timbul berbagai pertanyaan
seperti:
(1) Berapa jumlah dan jenis tenaga medis yang diperlukan untuk memenuhi
demand terhadap pelayanan rumah sakit pada masa mendatang?
(2) Apakah produksi pelayanan rumah sakit saat ini sudah cukup untuk
memenuhi demand?
(3) Apakah sarana, prasarana, dan berbagai kegiatan pokok rumah sakit dapat
diandalkan untuk memenuhi demand pada masa mendatang?
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi demand dalam pelayanan
kesehatan:
1) Derajat kesakitan (Incidence of Illness)
Secara umum ada 2 jenis derajat kesakitan yang dialami manusia
yakni, penyakit akut dan penyakit kronis. Bagi penderita penyakit kronis
frekuensi permintaan terhadap pelayanan kesehatan lebih banyak
dibandingkan dengan penyakit akut (Feldstein, Paul J, 2006). Misalnya
saja, penderita penyakit kanker (penyakit kronis) harus melakukan
kemoterapi secara rutin di rumah sakit, sedangkan penderita penyakit flu
berat (penyakit akut) tidak perlu secara rutin datang ke rumah sakit
(Trisnantoro,2009).

16
2) Provider
Provider disini menekankan pentingnya keputusan petugas medis
yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapat pelayanan medis.
Keputusan petugas medis ini akan mempengaruhi penilaian seseorang
akan status kesehatannya (Feldstein, 2006). Dalam melakukan dan
menentukan tindakan terhadap pasien, dokter serta tenaga medis harus dapat
menyesuaikan sumber daya keuangan pasien dan kebutuhan medis pasien
sebelum melakukan tindakan medis. Dalam hal ini, efisiensi dari pelayanan
medis dan penawaran harga yang mempengaruhi permintaan pasien terhadap
pelayanan medis (Trisnantoro,2009). Peran provider sendiri disini adalah
sebagai advisor dan supplier.
3) Karakteristik Budaya dan Demografi (Cultural Demographic
Characteristics)
Faktor sosio-antropologis dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya
dan norma-norma sosial di masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai
masalah kesehatan jiwa peranan dukun masih besar. Di samping itu,
masalah persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting.
Dalam hal ini, tidak semua lapisan masyarakat memperhatikan status
kesehatannya, ada sebagian masyarakat sangat memperhatikan status
kesehatannya, dan ada yang tidak (Trisnantoro,2009).
4) Tingkat pendapatan
Semaki tinggi pendapatan keluarga maka demand akan meningkat.
Mereka yang berpenghasilan tinggi akan memilih pelayanan kesehatan
dengan kualitas tinggi dengan tidak menghabiskan banyak waktu meskipun
biaya yang dikeluarkan cukup besar (Feldstein, 2006).
5) Harga
Semakin tinggi tarif maka demand akan semakin rendah. Pada pelayanan
rumah sakit, tingkat demand pasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter.
Keputusan dari dokter mempengaruhi length of stay, jenis pemeriksaan,
keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya. Pada keadaan
yang membutuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin
tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga
bersifat inelastik. Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas.

17
Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat meninggal atau cacat
seumur hidup (Trisnantoro, 2009).
6) Aksesbilitas
Minimnya tarif yang ditawarkan apabila tidak diikuti dengan akses yang
mudah maka permintaan tetap rendah. Misalnya, fasilitas kesehatan yang jauh
dan tidak adanya alat transportasi dari tempat tinggal Suku Dayak membuat
mereka malas untuk datang ke fasilitas kesehatan
7) Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan maka
demand akan pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) menjadi semakin
tinggi (Trisnantoro, 2009).
8) Usia
Ada 3 kelompok usia yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan
kesehatan yakni, usia balita dan anak-anak, usia produktif dan usia lanjut (lansia).
Kelompok balita, anak-anak dan lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
9) Jenis Kelamin
Kebutuhan perempuan akan pelayanan kesehatan lebih tinggi dibandingkan
laki-laki disebabkan karena kebutuhan untuk obstetri (persalinan) dan perawatan
diri (Feldstein, 2006).
10) Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan di rumah tangga, dapat memungkinkan
keluarga untuk mengenali gejala awal penyakit, sehingga kesediaan untuk
mencari pelayanan kesehatan awal yang lebih besar (Trisnantoro, 2009).
11) Ketersediaan dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan
Apabila suatu pelayanan kesehatan memilki fasilitas yang memenuhi dan
dokter yang selalu tersedia maka, permintaan terhadap pelayanan kesehatan
tersebut akan meningkat (Trisnantoro, 2009).
12) Status perkawinan dan jumlah anggota keluarga
Seseorang dengan status belum menikah lebih banyak menggunakan
pelayanan kesehatan dibandingkan dengan seseorang yang sudah menikah. Selain
itu, keluarga dengan jumlah anggota lebih banyak cenderung mengurangi
permintaan mereka terhadap pelayanan kesehatan (Feldstein, 2006).

18
Dengan demikian kesemua faktor diatas adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi demand pelayanan kesehatan. Namun faktor yang paling
menentukan adalah faktor Derajat Kesakitan (Incidence of Illness) dan Provider.
Sehingga didapatkan rumus untuk demand pada pelayanan kesehatan yaitu

Qdmc= f (insiden penyakit, provider│ karakteristik budaya, demografi,


sebagai berikut: faktor ekonomi…)

Tabel 2.1 Perbedaan Demand Pelayanan Kesehatan dan Demand Produk


secara umum
No. Komponen Pembeda Demand pelayanan Demand produk
kesehatan secara umum
1. Jenis Demand turunan (derived Demand langsung
demand)
2. Faktor yang paling Incidence of ilness dan Harga
mempengaruhi provider
3. Pengetahuan konsumen Asymetrik knowledge Bisa sama dengan
produsen atau bisa lebih
rendah
4. Pengambil keputusan Provider Konsumen

2.2.5 Elastisitas demand dalam pelayanan kesehatan


Elastisitas secara umum adalah ukuran derajat kepekaan jumlah permintaan
terhadap perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Beberapa macam
konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan yaitu, elastisitas harga
dan elastisitas permintaan. Elastisitas demand pelayanan kesehatan sendiri
menunjukkan hubungan antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dengan
harga, serta berbagai hal yang berhubungan dengan faktor ekonomi. Demand
pelayanan kesehatan bersifat inelastic. Hal ini disebabkan karena harga bukanlah
faktor dominan yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan, melainkan
insiden penyakit. Dalam pelayanan kesehatan, permintaan tergantung pada sifat
urgensinya (emergency/ non-emergency/ elective).
Konsekuensi yang harus dilakukan pelayanan kesehatan pada kondisi inelastis
tersebut adalah dengan meningkatkan mutu kualitas, diantaranya:
a. Menambahkan teknologi kesehatan yang belum lengkap pada pelayanan
kesehatan;
b. Meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kesehatan;

19
c. Memberikan inovasi-inovasi yang tidak diberikan pada pelayanan kesehatan
di tempat lain;
d. Memberikan pelayanan terbaik pada pelanggan;
e. Memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai.
Tujuan dari peningkatan mutu kualitas pelayanan kesehatan agar mampu
bersaing dengan pelayanan kesehatan yang lain.
2.2.6 Utility dalam pelayanan kesehatan
Utilitas pelayanan kesehatan merupakan keinginan untuk lebih sehat yang
diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa permintaan (demand) pelayanan kesehatan adalah
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasien yang disertai
dengan daya beli pasien tersebut terhadap pelayanan kesehatan (Cooper Posnett
dalam Laij, 2012). Sedangkan utility pelayanan kesehatan dapat dikatakan sebagai
evaluasi positif (puas, berguna) dari dimensi pelayanan kesehatan yang berbeda
dilihat dari sudut pandang pasien (Linder dan Pelz dalam Praptiwi, 2009).
Unsur dan dimensi kepuasan pelayanan kesehatan juga dapat diukur
berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat yang terdapat dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004
tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data
dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil
pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam
memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan
membandingkan antara harapan dan kebutuhannya (Keputusan MENPAN Nomor
25/2004).
2.2.7 Supply dalam pelayanan kesehatan
Definisi lain mengatakan Supply atau Penawaran adalah hubungan antara
harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran
menunjukkan jumlah suatu barang atau jasa yang mau dan mampu ditawarkan oleh
produsen setiap periode pada berbagai kemungkinan tingkat harga, dengan hal lain
diasumsikan konstan (Nazira, dkk, 2014).
Supply dalam pelayanan kesehatan diartikan dengan penyediaan pelayanan
kesehatan dan fasilitas kesehatan (rumah sakit, klinikdan laboratorium klinis).

20
Adapun faktor yang mempengaruhi supply pelayanan kesehatan adalah Man,
Money, Material, Method, Market, Machine, Techonoly, Time, dan Information.
Fungsi Supply (produksi) menggambarkan hubungan antara output yang berupa
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sumber daya (resources) yang digunakan
untuk memproduksinya.
Tidak semua faktor produksi memiliki peran dominan dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas pada pasien. Dari 6M, 2T, dan 1I, hanya dua faktor
yaitu Man dan Machine saja yang punya pengaruh dominan. Rumus fungsi faktor
produksi yang mempengaruhi Supply dalam pelayanan kesehatan adalah:

Qsmc = f (Man, Machine | 4M, 2T, 1I, Px, Py, C,T, C, P, ….)

Berikut ini adalah contoh Supply pada pelayanan keperawatan. Jika input
adalah pelayanan keperawatan tiap pasien, maka yang termasuk dalam input dapat
berupa jumlah dan tipe perawat dalam unit keperawatan. Hubungan antara
pelayanan keperawatan pada tiap pasien dengan tipe perawat dapat ditampilkan
dalam fungsi berikut ini:

Qnpc = f (RNs, LPNs, ADs, UN)

Keterangan:
Qnpc = Quantity of nursing patient care (kuantitas pelayanan keperawatan pasien)
RNs = Registered Nurse (Perawat yang terdaftar)
LPNs = Licensed Practical Nurse (Perawat yang telah terlisensi/tersertifikasi)
Ads = Nursing Aides (pembantu perawat)
UN = The type of nursing unit (Unit atau tipe perawatan)
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa dalam pelayanan keperawatan
dipengaruhi oleh perawat yang mahir, sudah memiliki surat ijin praktek, sudah
bisa mandiri sebagai perawat panggilan (RNs), pembantu perawat (AD), perawat
praktek yang masih harus dinaungi oleh institusi (LPN), serta unit atau tipe
perawatan (UN). RNs, AD, dan LPN terkategori dalam man, sedangkan UN
terkategori dalam machine. Dari kesimpulan di atas dapat dirumuskan bahwa
faktor dominan yang mempengaruhi Supply pelayanan kesehatan adalah man dan
machine.

21
Pelayanan kesehatan merupakan bisnis jasa, jadi man yang memberi
pelayanan (man sebagai pemberi jasa). Man pada pelayanan kesehatan memiliki
kompetensi secara khusus. Kompetensi ini meliputi keterampilan, kemampuan
yang disertai kewenangan yang dilindungi undang-undang. Machine dalam
pelayanan kesehatan dapat berupa fasilitas ataupun sarana khusus untuk
pelaksanaan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan, seperti dental chair, X-ray,
tempat tidur rumah sakit, dan lain-lain (Nazira, dkk, 2014).
Dalam mencapai efisiensi dari Supply dalam pelayanan kesehatan, kombinasi
input yang tepat sangat diperlukan. Contohnya pada pelayanan keperawatan di
atas, satu orang LPNs tidak dapat menggantikan satu orang RNs. RNs mungkin
memiliki keahlian yang lebih sebagai hasil dari pelatihan tambahan mereka. Oleh
karena itu, LPNs mungkin dapat menggantikan sebagian pekerjaan dari RNs,
namun tidak bisa semuanya. Kombinasi antara berbagai jenis tenaga kesehatan
sangat penting untuk ditentukan dengan tepat oleh para pengambil keputusan,
karena dapat meminimalkan biaya penyediaan keperawatan.
Meskipun faktor dominan yang mempengaruhi Supply pelayanan kesehatan
adalah Man dan Machine, faktor yang termasuk dalam 6M, 2T, 1I dan faktor
lainnya tetap tidak boleh dihilangkan. Bila salah satu faktor produksi tidak ada,
maka output juga akan menjadi produk atau pelayanan kesehatan yang tidak
maksimal.
Maximal Supply atau penawaran maksimal menunjukkan jumlah maksimum
yang ingin dijual pada berbagai tingkat harga atau harga minimum yang masih
mendorong penjual untuk menawarkan suatu barang. Titik beratnya pada kerelaan
atau kesediaan untuk menjual bukan dari jumlah barang yang sungguh-sungguh
terjual. Hal ini terkait pada resources dari suatu input, process, dan output.
Dalam penentuan penawaran maksimal, terdapat beberapa hal yang perlu
diketahui dan dilakukan oleh produsen. Diantaranya adalah:
a. Identifikasi resources
b. Menentukan jenis resources yang paling dominan, resources yang lain
diasumsikan terpenuhi
c. Menentukan jumlah waktu yang tersedia dalam satu periode
d. Identifikasi kebutuhan waktu untuk satu kali proses produksi

22
2.2.8 CBA (Cost Benefit Analysis)
Cost Benefit Analysis (CBA) adalah metode standar yang digunakan untuk
membantu suatu lembaga dalam seleksi prioritas program (proyek) investasi publik,
dengan mengukur efisiensi biaya dari sudut pandang manfaat atau keuntungan
bersih bagi masyarakat yang mengidentifikasikan rasio manfaat-biaya yang
optimal, biasanya dengan membandingkan laba rugi terhadap manfaat proyek.
Intinya, adalah alat yang digunakan untuk menghitung apakah suatu investasi akan
menghasilkan manfaat yang akan melebihi dari biayanya (Arnatha, 2011). Cost
Benefit Analysis (CBA) adalah suatu metode sistematis yang digunakan untuk
membandingkan dua program dengan tujuan melihat mana yang lebih
menguntungkan dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan serta manfaat
yang akan dicapai. Cost Benefit Analysis (CBA) lebih banyak digunakan dalam
pengambilan keputusan untuk proyek-proyek investasi. Kelebihan dari CBA adalah
dapat dibandingkan, transparan serta dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
ekonomi sedangkan kekurangannya adalah sulit digunakan untuk public good.
Tujuan analisis CBA menurut Dunn (2003) adalah:
a. Untuk merekomendasikan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara
menghitung total biaya dalam bentuk uang dan keuntungan dalam bentuk
uang.
b. Digunakan untuk menganalisis kelayakan atau efisiensi suatu proyek.
c. Dapat digunakan untuk mengukur redistribusi manfaat.
d. Analisis biaya manfaat dalam pengitungan biaya maupun manfaat diukur
dengan mata uang sebagai unit nilai, sehingga memudahkan efisiensi.
2.2.9 CEA (Cost Effectiveness Analysis)
Menurut Rohmah (2005), CEA adalah teknik yang digunakan untuk menilai
alternatif program mana yang paling tepat dan murah dalam menghasilkan output
tertentu. Cara atau metodenya dengan cara membandingkan output yang berhasil
(objectives) dari masing-masing alternatif program dengan biaya (cost) dari
alternatif program tersebut.
Cost Effectivness Analysis adalah suatu metode untuk menilai efektifitas
suatu program atau intervensi dengan membandingkan nilai biaya yang dipakai
(cost) dengan outcome yang dihasilkan.

23
Mahmudi (2005) dalam Rukmini (2009), menyatakan bahwa “Efektivitas
merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi
(sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,
program atau kegiatan”.
CEA merupakan sebuah teknik untuk membandingkan nilai relatif atau
program dari berbagai macam strategi klinik. Bentuk yang paling umum adalah
sebuah strategi baru dibandingkan dengan praktik sebelumnya (the low-cost
alternative) yang diformulasikan sebagai berikut:
CE Ratio = Cost new strategy – Cost current practice
Effect new strategy – Effect current practice
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan CBA dan CEA
Cost Benefit Analysis Cost Effectiveness
Analysis
Kegunaan Mencari alternatif yang paling Mencari alternatif
menguntungkan yang murah
Tujuan Memilih diantara
a. Memilih diantara beberapa alternatif
beberapa alternatif yang yang tujuannya sama.
tujuannya berbeda.
b. Memutuskan apakah
suatu rencana
dilaksanakan atau tidak

Perhitungan Tidak ada


effectiveness a. Dalam satuan
output.
b. Membandingk
an biaya
satuan.

Perhitungan Tidak ada


benefit a. Dalam nilai uang.
b. Membandingkan B/C ratio.

Perhitungan cost Dalam nilai uang Dalam nilai uang

24
2.2.10 Masalah-Masalah yang timbul pada Ekonomi Kesehatan

1. Kurangnya dana yang tersedia


Di banyak negara terutama di negara yang sedang berkembang,
dana yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tidaklah memadai. Rendahnya alokasi anggaran ini kait berkait dengan
masih kurangnya kesadaran pengambil keputusan akan pentingnya arti
kesehatan. Kebanyakan dari pengambilan keputusan menganggap
pelayanan kesehatan tidak bersifat produktif melainkan bersifat konsumtif
dan karena itu kurang diprioritaskan. Kita dapat mengambil contoh di
Indonesia misalnya, jumlah dana yang disediakan hanya berkisar antara 2
– 3% dari total anggaran belanja dalam setahun.

2. Penyebaran dana yang tidak sesuai


Masalah lain yang dihadapi adalah penyebaran dana yang tidak
sesuai, karena kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika
ditinjau dari penyebaran penduduk, terutama di negara yang sedang
berkembang, kebanyakan penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan.

3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat


Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan salah satu
masalah yang dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Adalah
mengejutkan bahwa di banyak negara tenyata biaya pelayanan
kedokterannya jauh lebih tinggi dari pada pelayanan kesehatan
masyarakat. Padahal semua pihak telah mengetahui bahwa pelayanan
kedokteran dipandang kurang efektif dari pada pelayanan kesehatan
masyarakat.

4. Pengelolaan dana yang belum sempurna


Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan
pemanfaatannya belum begitu sempuma, namun jika apa yang dimiliki
tersebut dapat dikelola dengan baik, dalam batas-batas tertentu tujuan dari

25
pelayanan kesehatan masih dapat dicapai. Sayangnya kehendak yang
seperti ini sulit diwujudkan. Penyebab utamanya ialah karena
pengelolaannya memang belum sempurna, yang kait berkait tidak hanya
dengan pengetahuan dan keterampilan yang masih terbatas, tetapi juga ada
kaitannya dengan sikap mental para pengelola.

5. Biaya kesehatan yang makin meningkat.

Masalah lain

6. Tingkat inflasi.
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
inflasi yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi kenaikan harga di
masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan biaya operasional
pelayanan kesehatan masyarakat akan meningkat.

7. Tingkat permintaan.
Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
permintaan yang ditemukan di masyarakat. Untuk bidang kesehatan
peningkatan permintaan tersebut dipengaruhi setidak-tidaknya oleh dua
faktor. Pertama, karena meningkatnya kuantitas penduduk yang
memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena jumlah orangnya lebih
banyak menyebabkan biaya yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan akan lebih banyak pula. Kedua,
karena meningkatnya kualitas penduduk, yang karena pendidikan dan
penghasilannya lebih baik, membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih
baik pula. Kedua keadaan yang seperti ini, tentu akan besar penga ruhnya
pada peningkatan biaya kesehatan.

8. Kemajuan ilmu dan teknologi.


Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh
pemanfaatan berbagai ilmu dan teknologi, yang untuk pelayanan kesehatan

26
ditandai dengan makin banyaknya dipergunakan berbagai peralatan
modern dan canggih.

9. Perubahan pola penyakit.


Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh terjadinya
perubahan pola penyakit dimasyarakat. Jika dahulu banyak ditemukan
berbagai penyakit yang bersifat akut, maka pada saat ini telah banyak
ditemukan berbaga penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan dengan
berbagai penyakit akut, perawatan berbagai penyakit kronis ini temyata
lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan
penyembuhan penyakit akan lebih banyak pula. Apabila penyakit yang
seperti ini banyak ditemukan, tidak mengherankan jika kemudian biaya
kesehatan akan meningkat dengan pesat.

10. Perubahan pola pelayanan kesehatan.


Meningkatnya biaya kesehatan sangat dipengaruhi oleh perubahan
pola pelayanan kesehatan. Pada saat ini sebagai akibat dari perkembangan
spesialisasi dan subspesialisasi menyebabkan pelayanan kesehatan
menjadi terkotak-kotak (fragmented health services) dan satu sama lain
tidak berhubungan. Akibatnya, tidak mengherankan jika kemudian sering
dilakukan pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang yang pada
akhirya akan membebani pasien. Lebih dari pada itu sebagai akibat makin
banyak dipergunakanya para spesialis dan subspesialis menyebabkan hari
perawatan juga akan meningkat.

27
BAB III
PENUTUP
Ilmu ekonomi adalah studi perilaku masyarakat dalam memanfaatkan
sumber daya yang terbatas dalam kegiatan produksi, kemudian menyalurkannya
kepada berbagai komoditi kemudian menyalurkannya (distribusi) kepada berbagai
individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat (konsumen). Masalah
ekonomi terbagi menjadi dua yaitu ekonomi klasik dan modern. Kegiatan
ekonomi meliputi kegiatan produksi, kegiatan distribusi dan kegiatan konsumsi.
Analisis ekonomi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu ekonomi
deskriptif, teori ekonomi dan ekonomi terapan (applied economics). Asumsi yang
biasa digunakan dalam ekonomi adalah asumsi umum (rasionalitas,
penyederhanaan, cateris paribus) dan asumsi khusus (asumsi ekuilibrium parsial,
asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian).
Ekonomi kesehatan merupakan penerapan teori, konsep dan teknik ilmu
ekonomi dalam sektor kesehatan. Adapun ruang lingkup ekonomi kesehatan
meliputi konsumen, pemerintah dan provider pelayanan kesehatan. Sektor
kesehatan memiliki ciri khusus yang membedakan dengan yang lainnya
diantaranya uncertainty, asymmetric knowledge, eksternalitas, motif non-profit,
padat karya, mix output, upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi. Dalam
ekonomi kesehatan dikenal pula demand yaitu permintaan terhadap pelayanan
kesehatan, yang pada penerapannya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
insiden penyakit, ketersediaan provider dan lain sebagainya. Sedangkan utility
pelayanan kesehatan dapat dikatakan sebagai evaluasi positif (puas, berguna) dari
dimensi pelayanan kesehatan yang dilihat dari sudut pandang pasien yang dapat
diukur dengan Indeks Kepuasan Masyarakat. Dalam ekonomi kesehatan juga
dipelajari tentang bagaimana cara menentukan alternative yang menguntungkan
(CBA) atau memilih alternatif yang lebih minim dari segi biaya (CEA).
Masalah Masalah yang ada pada pada bidang ekonomi kesehatan berupa :
Kurangnya dana yang tersedia, penyebaran dana yang tidak sesuai, Pemanfaatan
dana yang tidak tepat, Pengolaan dana yang belum sempurna, Biaya Kesehatan
yang makin meningkat, Tingkat inflasi, Tingkat Permintaan, Kemajuan Ilmu dan
Tekhnologi, Perubahan pola penyakit serta perubahan pola pelayanan

28
DAFTAR PUSTAKA
Arnatha, M., dan Nyoman Budiartha R.M., 2011. PRIORITAS PROGRAM
TERMINAL KAPAL PESIAR TANAH AMPO: SUATU PENERAPAN
BENEFIT-COST ANALYSIS (BCA) UNTUK PENILAIAN PROYEK. Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil Vol. 15, No 1.

Awh, R. Y. (1976). Microeconomics: Theory and Applications. Santa Barbara:


John Willey & Sons, Inc.

Dunn, William N., 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (terjemahan).


Yogyakarta: UGM Press

Eti Rimawati. 2004. Konsep Dasar Ilmu Ekonomi Dan Ekonomi Kesehatan.
Modul Ekonomi Kesehatan Prodi S1 Kesmas Fkm Udinus. (Oka A. Yoeti,
2008)

Feldstein, Paul J. 2001. Health Care Economics (second edition). New York: A
Wiley Medical Publication, John Wiley & Sons.

Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Kanisius.

Grossman, M. 1972. The Demand for Health: a Theoritical and Empirical


Investigation. National Bureau of Economic Research and Columbia
University Press. New York

Grossman, M., 1972. On The Concept of Health Capital and Demand for Health.
Journal of Political Economic. Vol. 80.

Laij, F., 2012. SKRIPSI. ANALISIS PERMINTAAN JASA PELAYANAN


KESEHATAN DI KOTA MAKASSAR. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Lubis, A. F., 2009. Ekonomi Kesehatan. Medan: USU Press

Mankiw, N. G., 2002. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Mills, Anne dan Lucy Gilson., 1999. Ekonomi Kesehatan untuk Negara – Negara
Berkembang diterjemahkan oleh Unit Analisis Kebijaksanaan dan
Ekonomi Kesehatan (AKEK). Jakarta: Biro Perencanaan.Depkes RI
Klarman (1968)

Nazira, A., dkk, 2014. Supply dan Elastisitas dalam Pelayanan Kesehatan:
Makalah Ekonomi Kesehatan. Surabaya: FKM Unair

Praptiwi, A., 2009. Pengelolaan Kepuasan Pelanggan Dalam Pelayanan


Kesehatan. Jawa Barat: Universitas Padjadjaran.

Rukmini. 2009. Efektivitas Pelayanan Publik Mengenai Sertifikat Tanah melalui


Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS)

29
pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang Tahun 2007. Skripsi.
jbptunikompp-gdl-iiphimawan-22764-7-babii.pdf. Sitasi pada 30 Oktober
2012.

Samuelson. 2010. Microeconomics, Nineteenth Edition. New York: Mc Graw-Hill


Companies, Inc.

Smith, A., 2005. The Wealth of Nations (An Electronic Classic Series
Publication)

Sukirno, S., 2009. Mikroekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Suryandari, 2008. Hubungan Antara Faktor Pendidikan, Sosial Ekonomi Dan


jarak Tempat Pelayanan Denagan Pemanfaatan Pos Kesehatan Desa
(PKD) di Kecamatan Colomadu, Skripsi, Surakarta: FIK UMS.

Thabrany, Hasbullah. 2000. Kegagalan Pasar Asuransi Kesehatan. Jakarta:


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Trisnantoro, L.2009. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen


Rumah Sakit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

WHO. 2004. A GLOSSARY OF TERMS FOR COMMUNITY HEALTH CARE


AND SERVICES FOR OLDER PERSONS. Japan: WHO.

Yulia, H., 2009. Perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rindu
A, Rindu B, ICU, IGD, dan Rawat Jalan di RSU Pusat Haji Adam Malik
Medan. Skrpsi. PSIK. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

30

You might also like