Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana yang tidak ada habisnya, baik karena manusia maupun karena
kejadian alam merupakan sumber stressor yang dapat mengakibatkan
terjadinya berbagai masalah kesehatan jiwa masyarakat, baik yang ringan
sampai yang berat. Masalah kesehatan jiwa yang ringan berupa masalah
psikososial seperti kecemasan, psikosomatis dapat terjadi pada orang yang
mengalami bencana. Bahkan keadaan lebih berat seperti depresi dan psikosis
dapat terjadi jika orang yang mengalami masalah psikososial tidak ditangani
dengan baik
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia
lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik dapat
mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengam
ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain.
Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang
buruk dan resiko terjadi harga diri rendah.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri
rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self
evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan dapat di ekspresikan secara
langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Konsep diri sangat
erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik
maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan
stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran,
kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu
tentang dirinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi ganguan jiwa?
2. Apa penyebab gangguan jiwa?
3. Apa saja macam-macam gangguan jiwa?
4. Bagaimana dukungan sosial keluarga?
5. Apa saja peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa komunitas?
6. Bagaimana pelayanan kesehatan jiwa komunitas?
7. Baigaimana menetapkan asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi gangguan jiwa.
2. Untuk mengetahui penyebab gangguan jiwa.
3. Untuk mengetahui gangguan jiwa.
4. Untuk mengetahui dukungan sosial keluarga.
5. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa komunitas
6. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan jiwa kesehatan.
7. Untuk menetapkan asuhan keperawatan komunitas jiwa masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami
oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah
yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang
merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak
spesifik (Rawlins 1993).Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak
diketahui atau tidak dikenali.Intensitas kecemasan dibedakan dari
kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat.Menurut Sundeen (1995)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang
meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
4. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala gangguan kepribadian (psikopatia)
dan nerosa berbentuk hampir sama pada orang dengan intelegensi tinggi
atau rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan
gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dengan
yang lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:
paranoid, afektif atau siklotemik, skizoid, axplosif, anankastik atau obsesif-
konpulsif, histerik, astenik, antisosial, pasif agresif, dan kepribadian
inadequate. (Maslim,1998).
5. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa psikotik atau non-psikotik yang disebabkan
oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama
mengenai otak atau diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas,
maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung
pada penyakit yang menyebabkannya. Bila hanya bagian otak dengan
fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan
gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian
menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat
gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan
menahun.
6. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologi yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang
memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi
alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan
psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan neurosa organ.
Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut
juga gangguan psikofisiologik.
7. Retardasi Mental
Merupakan terhenti atau tidak lengkapnya perkembangan jiwa terutama
ditandai oleh terjadinya gangguan keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social
8. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku ini ditunjukkan dengan perilaku yang
tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma masyarakat
(Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan
masalah dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin
berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya
kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk
anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari
orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala,
ensepalitis, neoplasma dapat mengakibat-kan perubahan kepribadian.
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku pada anak. Maka
dengan demikian gangguan perilaku dapat dicegah.
d. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik adalah suatu kondisi terdapatnya gangguan
yang berat dalam kemampuan menilai realitas, yang bukan karena
retardasi mental atau gangguan penyalahgunaan NAPZA. Terdapat
gejala yaitu waham , halusinasi,mperilaku yang sangat kacau ,
pembicaraan yang inkoheren ( kacau ) , tingkah laku agitatif dan
disorientasi yang termasuk gangguan psikotik antara lain :
1) Skizofrenia
2) Gangguan mood / afektif yang disertai dengan gejala psikotik
3) Gangguan waham
e. Gangguan mental organik gejala psikotik (ditandai adanya delirium,
demensia). Gangguan penyalahgunaan NAPZA (narkotik, alkohol,
psikotropika, dan zat Adikif lainnya )
Penyalahgunaan Napza di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini
semakin meningkat. Faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada remaja
penyalahgunaan NAPZA :
1) Konflik keluarga yang berat
2) Kesulitan Akademik
3) Adanya komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, seperti
gangguan tingkah laku dan depresi.
4) Penyalahgunaan NAPZA oleh orang tua dan teman
5) Impulsivitas
6) Merokok pada usia terlalu muda
4. Jenis Gangguan Jiwa yang ditangani pada Lansia
a. Skizofernia
Skizofrenia Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa
yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat
berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia
(lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan
sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1%
dari kelompok lanjut usia (lansia)
b. Parafrenia
Parafrenia merupakan gangguan jiwa gawat yang pertama timbul
pada (lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan
ini sering dianggap sebagai kondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu
pihak dan gangguan depresif di pihak lain.
c. Gangguan Jiwa Afektif
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan
adanya gangguan emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh
ketergangguan keadan emosi.
d. Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lansia.
Sering sukar untuk mengenali gangguan ini pada lansia karena disangka
sebagai gejala ketuaan. Hampir separuhnya merupakan gangguan yang
ada sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya lagi adalah gangguan
yang didapatkannya pada masa memasuki lansia. Gangguan neurosis
pada lansia berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam
memasuki tahap lansia. Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai
gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta daya menilai realitasnya
yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang
neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya menjadi
irrasional. Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Neurosis cemas dan panic
2. Neurosis obsesif kompulsif
3. Neurosis fobik
4. Neurosis histerik (konversi)
5. Gangguan somatoform
6. Hipokondriasis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS JIWA MASYARAKAT
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Inti (Core)
a. Riwayat :
1) Usia penderita:
Anak : 15 – 20 tahun
Orang tua : 32 tahun
2) Jenis ganguan jiwa yang pernah diderita: gangguan konsep diri: harga
diri rendah, memandang dirinya tidak sebaik teman-temannya di
sekolah.
3) Riwayat trauma : takut yang berlebihan
4) Konflik : penganiayaan
b. Demografi
1) Vital statistik:
Kelurahan Patimuan terletak di Kecamatan Patimuan, Kabupaten
Cilacap. Kelurahan Patimuan berbatasan langsung dengan 4
Kelurahan. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan purwodadi,
sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan cinyawang, sebelah
timur berbatasan dengan Kelurahan sidamukti, dan sebelah barat
berbatasan dengan Kelurahan Maos. Kelurahan Patimuan terdapat 5
RW, dan setiap RW ada 5 RT, dan setiap RT terdapat 28 Kepala
Keluarga.
2) Agama : Islam
3) Budaya : Jawa
c. Data Delapan subsistem
1) Lingkungan fisik
Kualitas udara di Kelurahan Patimuan cukup bersih tidak ada polusi
udara, karena Kelurahan tersebut masih banyak terdapat pohon-
pohon rindang. Di Kelurahan Patimuan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari memakai air sumur jadi selama pohon-pohon itu masih
mampu menampung air, ketersediaan air bersih akan terpenuhi.
Tingkat kebisingan di Kelurahan Patimuan masih diambang batas
normal, karena di Kelurahan tersebut tidak terdapat pabrik ataupun
industri. Selain itu kendaraan bermotor yang bisa menjadi sumber
kebisingan juga jarang berlalu-lalang di Kelurahan tersebut, karena
warga di Kelurahan Patimuan lebih banyak menggunakan sepeda
untuk beraktifitas sehari-hari.
2) Keamanan & transportasi
Petugas keamanan di Kelurahan Patimuan sistemnya digilir. Jadi
setiap malam ronda yang terpusat di pos kamling kemudian keliling
Kelurahan, untuk pembagian jadwalnya diatur oleh penanggung
jawab keamanan di Kelurahan tersebut. Setiap malam ada 2 orang
yang bertugas.
Sarana tranportasi yang biasa digunakan adalah sepeda “onthel” dan
sebagian kecil menggunakan motor sebagai alat transportasinya.
Tidak jarang orang bepergian ke kota harus jalan kaki dahulu keluar
Kelurahan, setelah itu naik angkot atau kendaraan umum lainnya.
Petugas di jalan raya
3) Politik & pemerintahan
Pemerintah daerah (Pemda) setempat kurang tanggap dengan
kejadian gangguan jiwa di masyarakat. Pemda masih fokus dengan
masalah-masalah yang sifatnya medis, misalnya demam berdarah,
diare, kusta, terkait program imunisasi lengkap.
4) Pelayanan umum dan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat kurang
terjangkau. Ada puskesmas pembantu di Kelurahan Patimuan itupun
melayani penyakit yang umum dimasyarakat seperti flu, batuk, dan
panas. Puskesmas di Kecamatan harus menempuh jarak 10 km untuk
mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Kalau mau ke RS harus
menempuh jarak ±20 km.
Jenis pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan adalah belum begitu
berpengaruh dengan masih tingginya tingkat stress warga di
Kelurahan Patimuan. Pelayanan yang biasanya dilakukan adalah
memberikan penyuluhan sederhana terkait steres dan dampaknya
jangka panjang. Dampak pelayanan kesehatan bagi kesehatan jiwa
masyarakat bisa diminimalisir untuk kejadian gannguan jiwa,
apalagi yang sampai mengamuk ataupun merusak prasarana
Kelurahan. Jadi deteksi dini jiwa msyarakat perlu dioptimalkan lagi
oleh petugas pelayanan kesehatan terutama kita sebagai perawat.
Tidak menungga ada kasus, tetapi kita harus peka dengan kejadian
walaupun itu baru stress masyarakat.
5) Komunikasi
Komunikasi yang digunakan diwilayah tersebut adalah musyawarah
yang dilakukan antar warga dan pejabat kelurahan, serta setiap
informasi yang ada sering dilakukan melalui masjid yang ada. Media
komunikasi yang ada di masyarakat Patimuan cukup di mengerti
oleh warga, namun terhadap kesehatan jiwa belum begitu berdampak
karena masih sedikit media yang menjelaskan mengenai kesehatan
jiwa.
6) Ekonomi
Kondisi ekonomi yang sedang sulit disebagian keluarga di
kelurahan Patimuan, maka kesejahteraan masyarakatnya terbilang
masih rendah. Karena kesejahteraaan ekonomi yang rendah, maka
ada sebagian keluarga yang mengalami sedikit gangguan jiwa seperti
seringnya marah-marah pada anak sehingga anak mengalami
gangguan konsep diri. Peluang penghasilan tambahan masyarakat di
kelurahan Patimuan ke banyakan warganya adalah petani, namun
karena musim yang sedang mendukung ada juga sebagian warga
menggunakan kendaraan sepeda motornya untuk mengojeg, dan ada
ibu-ibu yang berdagang di depan rumahnya.
7) Rekreasi
Sarana rekreasi yang sering digunakan oleh warga yang ada di
kelurahan Patimuan adalah bermain bersama di lapangan bola setiap
sore, dan sering berkumpul mengobrol di lingkungan rumah. Warga
yang ada di kelurahan Patimuan biasanya melakukan rekreasi di
lapangan pada sore hari dan berkumpul di lingkungan rumah pada
saat malam sehabis magrib.
Dampak rekreasi terhdap kesehatan jiwa masyarakat rekreasi yang
ada cukup memberikan dampak positif pada warga, karena semakin
terjalinnya kebersamaan dan rasa peduli antar warga dan sering
berdiskusi untuk mengatasi masalah ekonomi yang sulit sehinga
kondisi emosional sebagian warga yang sering marah dapat di
kurangi dengan saling berdiskusi pada saat berkumpul di lingkungan
rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional pada remaja di kelurahan Patimuan
berhubungan dengan Gangguan gambaran diri yang dimanifestasikan dengan
Akibat dimarahi dan diperlakukan kasar sama orang tua.
C. Perencanan
1. Tujuan jangka panjang
Koping komunitas di kelurahan Patimuan menjadi efektif dalam menjalani
masalah.
2. Tujuan jangka pendek
a. Orangtua di kelurahan patimuan dapat mengatasi stres.
b. Tidak terjadi kekerasan pada remaja di kelurahan patimuan.
c. Remaja di kelurahan patimuan tidak lagi takut dengan orangtuanya.
d. Percaya diri paa remaja di kelurahan patimuan meningkat.
e. Kedekatan orang tua dan remaja menjadi lebih baik.
3.3 Implementasi
Kriteri
Dx Tujuan Umum Tujuan Khusus Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Waktu Standar Evaluasi Evaluator
a
.I Setelah dilakukan Setelah dilakukan Proses 1. Pembentukan a. Kader Aula Setiap Respon e. Warga Mahasisw
tind.keperawatan tind. keperawatan kelompok kelompok kerja kesehatan Kelurahan hari verbal mengikuti a
b. Tokoh
selama 3 minggu selama 1 minggu: kesehatan jiwa di Patimuan minggu, kelompok kerja Kader
masy.
diharapkan Warga Kelurahan desa dilakukan kesehatan jiwa kesehatan
c. Maha
2. Pembentukan
orangtua bisa Patimuan dapat 2 kali/ di desa
siswa
kelompok f.Warga
melakukan membentuk d. Materi ttg minggu.
pendukung seperti mengikuti
tindakan koping kelompok kerja kesehatan
kelompok kelompok
yang efektif. kesehatan jiwa di jiwa
pengajian, pengajian
desa dan
kelompok diskusi
kelompok
kesehatan jiwa.
pendukung .
Setelah dilakukan Pedidikan 1.Latihan 1. kader Aula Setiap Respon a. Warga Mahasisw
tind keperawatan kesehatan kepemimpinan kesehatan Kelurahan hari verbal mengikuti a
2. Tokoh
selama 2 minggu Jiwa (mengadakan Patimuan minggu, training motivasi Kader
masy. b. Warga bisa
warga kelurahan melalui training motivasi) dilakukan kesehatan
3. Tokoh
3. Edukasi menyebut
patimuan dapat Formasi (penyuluhan Agama 2 kali/ 1 bagaimana cara
4. mahasiswa
melakukan kepemimp tentang minggu memecahkan
5. materi
demonstrasi ttg inan bagaimana cara masalah
tentang
bagaimana cara memecahkan
kesehatan
menyelesaikan masalah)
jiwa
suatu masalah
yang baik.
Setelah dilakukan Pemberda a. Pembinaan 1. Kader Aula Setiap Respon 1. Warga aktif Mahasisw
tind. keperawatan yaan dan keluarga sehat dan kesehatan Kelurahan hari Psikom diskusi terkait a
2. Tokoh
selama 3 minggu kemitraan anggota keluarga Patimuan minggu, otor kasus yang ada Kader
masy. 2. Warga
warga kelurahan resiko gang. jiwa dilakukan kesehatan
3. Maha
terkontrol
patimuan dapat membahas kasus 2 kali/ 1
siswa
emosinya
melakukan studi terkait manajemen 4. Materi minggu
dengan
kasus tentang stress dan di tentang
kelompok
masalah yang diskusikan. kesehatan
b. Pembinaan diskusi tersebut
sering dihadapi jiwa Respon
3. Masyarakat
kelompok &
Afektif
lebih mampu
masy. melalui
menghadapi
kunjungan Perawa
t Puskesmas/ kemungkinan
Komunitas masalah yg ada
c. Kerjasama LP
warga terbuka
dengan Dinas
wawasan dan
Kesehatan
peluang usaha
Kabupaten berupa
untuk perbaikan
pengadaan
ekonominya.
kegiatan rutin Life
Skill Education
dan LS berupa
pelatihan
kewirausaan dari
Dinas Perikanan.
Setelah dilakukan Intervensi 1. Terapi modalitas 4. Perawat Aula Setiap 2 Respon 1. Warga merasa Mahasisw
5. Tokoh
tind.keperawatan profesiona keperawatan Kelurahan hari verbal lebih tenang a dan
masy. 2. Warga merasa
selama 4 minggu l berupa pemberian Patimuan sekali/min kader
6. Tokoh
lebih semangat
warga kelurahan teknik relaksasi ggu kesehatan
agama 3. Warga bisa
patimuan dapat nafas dalam. 7. Maha
mengontrol
2. Terapi siswa
melakukan studi
emosinya
kasus tentang komplementer
masalah yang berupa
sering dihadapi manajemen stress
3. Pemberian
bimbingan
keagamaan
(spiritual)
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Keperawatan Jiwa adalah pelayan keperawatan aladaptive didasarkan pada
ilmu perilaku, Ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respon psiko-sosial yang aladaptive yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi
keperawatan jiwa (komunikasi terapetik dan dan terapi modalitas keperawatan
kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa. Klien,
(individu, keluarga, kelompok komunitas).
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang
mendukung pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan
diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup
menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya, Dalam
mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting
untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami
beberapa konsep dasar yangf berhubungan denga asuhan keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
Basic. Jakarta: EGC.
Makalah Keperawatanku, Community Mental Health Nursing. Post 14 Maret
2012. Diambil pada tanggal 21 Juni 2014, dari
alamathttp://makalahkeperawatanku.blogspot.com/2012/03/community-
mental-health-nursing.html