Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
jaringan pada susunan saraf, otot, dan jaringan lain secara perlahan sehingga
tubuh mati sedikit demi sedikit (Mubarak, 2009; Nugroho, 2008). Lansia
merupakan tahapan akhir dari proses perkembangan tubuh yang tidak dapat
dipungkiri dan merupakan tahapan yang normal yang dialami oleh setiap individu
Populasi orang berusia di atas 65 tahun sedunia sekarang berada ada 617
juta orang. Angka tersebut setara dengan 8,5 persen dari jumlah seluruh penduduk
dunia. Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia
terbanyak di dunia. Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2016, jumlah lanjut
usia di Indonesia yaitu 18, 27%, tahun 2006 meningkat menjadi 20.876 orang dan
pada tahun 2017 mencapai 48.320 orang. Dengan demikian disimpulkan bahwa
jumlah lansia di kota Pekanbaru juga mengalami perkembangan yang sangat cepat
dan pelanggaran hukum yang dialami oleh lansia, sehingga hal ini mengakibatkan
1
produktif dan tentunya lansia membutuhkan pelayanan yang tepat untuk
pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap
hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis. Selain itu, Pemerintah
lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif. Upaya peningkatan
peran serta dari pemerintah, swasta, dan masyarakat. Selain itu, harus ada
Kesehatan dan organisasi profesi dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia.
Salah satunya adalah pengadaan panti werdha. Pelayanan sosial merupakan wujud
diberikan sebagai wujud dari awaban terhadap tuntutan kebutuhan dan masalah
(Santoso, 2010).
Kebutuhan hidup lansia berbeda dengan kebutuhan hidup yang lain sebagai
penduduk usia produktif, hal ini dipengaruhi oleh proses penuaan, perubahan, dan
Oleh karena itu, kehadiran panti werdha di tengah-tengah perubahan nilai dan
struktur yang terjadi di dalam keluarga menjadi pilihan yang terbaik untuk
2
membantu lansia dalam menjangkau sumber-sumber yang ada dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai tingkat kesejahteraan bagi lansia itu
sendiri. Semakin bertambahnya usia yang terjadi melalui proses alamiah pada
lanjut usia, maka semakin banyak ketergantungan yang dialami oleh lanjut usia.
Hal tersebut disebabkan menurunnya kondisi fisik, psikis maupun sosial sehingga
penurunan yang dialami oleh para lanjut usia akan memperlambat proses interaksi
Banyak kemunduran yang dihadapi oleh para lanjut usia baik itu dari segi
fisik, psikis, maupun sosial. Kemunduran yang dialami oleh lansia merupakan
proses alami yang disebut dengan proses degeneratif. Pada tahap ini lansia
beranggapan bahwa lansia tidak dapat berbuat apa-apa atau tidak berguna
(Dwiguna, 2010).
fisik, psikis maupun sosial sehingga penurunan yang dialami oleh lansia akan
memperlambat proses interaksi yang terjadi di dalam lingkungan. Hal ini yang
sumber yang ada dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai
cidera bagi lansia (Stockslager, 2008). Jatuh pada lansia adalah suatu masalah
utama yang sering dialami lansia (Azizah, 2011). Survey yang dilakukan di
3
Indonesia oleh riset kesehatan dasar (RISKESDAS) menyatakan bahwa jumlah
kejadian jatuh pada lansia yang berusia 60 tahun atau lebih sekitar 70,2%
(Riyadina, 2009). Hal ini membuktikan bahwa lansia di Indonesia memiliki risiko
tinggi mengalami jatuh. Begitu juga pada Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul
mengatakan bahwa pada tahun 2016 ke 2017 mengalami peningkatan risiko jatuh,
pada tahun 2016 sebanyak 12 lansia (9,6%) mengalami jatuh dan pada tahun 2017
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata,
terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang
panggul. Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok
setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi
termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri, pembatasan dalam aktivitas sehari-
Kebanyakan lansia yang memiliki risiko jatuh adalah lansia yang memiliki
aktivitas sehari-hari dengan rentang tingkat ketergantung atau lansia yang kurang
mempunyai aktivitas fisik (Tamher, 2009). Oleh sebab itu, untuk mengurangi
masalah kesehatan yang diantaranya risiko jatuh pada lansia harus dilakukan
tindakan pencegahan agar cidera yang diakibatkan jatuh dapat dikurangi dan lebih
4
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pada lansia, khususnya
masalah keseimbangan dan kejadian jatuh adalah dengan melakukan latihan fisik
Tobing (2011) berpendapat latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan
teratur (BBTT) serta latihan yang sesuai dengan tingkat kesehatan, tingkat
risiko kelainan tulang yang menyebabkan risiko jatuh pada lansia. Latihan fisik
(kaki) dan untuk meningkatkan sistem vestibular atau kesimbangan tubuh. Latihan
fisik sangat penting pada lansia karena latihan ini sangat membantu
keseimbangan tubuh agar tetap seimbang dan mencegah terjatuh. Ketiga organ ini
Beberapa contoh olahraga atau latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia
jalan, jalan cepat, bersepeda dan senam. Aktivitas ini bagi lansia tentunya akan
5
memberikan manfaat khususnya bagi kesehatan. Kegiatan olahraga dapat
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar tetapi
sudah dengan sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu misalnya dari dalam
dirinya lansia itu sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang
berfungsi karena adanya rangsangan dari luar seperti lingkungan, teman, keluarga,
dan informasi. Informasi senam lansia diberikan oleh kader posyandu atau
untuk melakukan senam lansia, selain motivasi dari diri sendiri diharapkan juga
ancaman atau kekersan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus
sesuatu sesuai harapan yang memberikan motivasi, dan yang terakhir yaitu
karena adanya keinginan yang timbul dalam dirinya sendiri dalam mengikuti
latihan fisik untuk lansia dengan salah satu juannya adalah mengurangi resiko
pada Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru, pada saat ini
lanjut usia yang berada pada UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul
6
Khotimah sebanyak 72 orang lansia. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
motivasi melakukan latihan fisik pada lansia pada Panti sosial Tresna Werdha
lantai, tanah atau tempat yang lebih rendah Resiko jatuh dapat disebabkan oleh
kurangnya keseimbangan badan pada lansia. Hal ini dapat diatasi dengan cara
lathan fisik. Latihan fisik ini merupakan aktivitas fisik pada lansia yang diduga
beberapa beberapa lansia yang beresioko jatuh. Beberapa lansia tidak mampu
melakukan aktivitas fisik, sebagian lainnya rentan akan resiko jatuh. Dengan
motivasi yang baik maka lansia akan memiliki keinginan yang tinggi untuk
melakukan latihan fisik dan terhindar dari resiko jatuh. Maka peneliti ingin
mengetahui “apakah ada hubungan antara Risiko Jatuh dan Motivasi melakukan
latihan fisik pada lansia pada Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru?”.
fisik pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru.
7
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran risiko jatuh pada lansia di Panti Sosial Tresna
latihan fisik pada lansia pada Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul
Khotimah Pekanbaru
Pekerja panti dapat mengantisipasi terjadinya resiko jatuh pada lansia dan
melaksanakan latihan fisik pada lansia agar lansia terhindar dari resiko jatuh.
Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi penelitan berikutnya dan bahan
keperawatan tentang motivasi melakukan latihan fisik terhadap risiko jatuh pada
lansia.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka
2.1.1 Lansia
2.1.1.1 Pengertian Lansia
Lansia dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu pertama, kelompok
lansia yang sudah uzur, pikun (senile) yaitu mereka yang sudah tidak mampu lagi
produktif, yaitu mereka yang mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan
tidak tergantung pada pihak lain. Ketiga, kelompok lansia yang miskin (destitute)
yaitu termasuk mereka yang secara relative tidak dapat memenuhi kebutuhannya
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik
yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan
merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Lansia juga harus berhadapan
beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono,
9
2010). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa lansia adalah kelompok umur
menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas, kelompok usia
lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium, kelompok usia lanjut (kurang dari
sampai 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old)
antara 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun
wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun yang tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk
menghidupi dirinya (Ineko, 2012). Dapat disimpulkan bahwa Lanjut Usia (lansia)
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas dan sudah memiliki
cedera fisik (Wilkinson, 2005). Jatuh merupakan suatu kondisi dimana seseorang
10
tidak sengaja tergeletak di lantai, tanah atau tempat yang lebih rendah, hal tersebut
tidak termasuk orang yang sengaja berpindah posisi ketika tidur (WHO, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa resiko jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang
mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak sengaja/tidak
direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya
a. Faktor Intrinsik
proses menua misalnya karena mata kurang awas terhadap benda disekitar
sehingga benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh dan menyebabkan
cedera. Kurangnya kemampuan otot juga mendajdi salah satu faktor penyebab
resiko jatuh.
b. Faktor Ekstrinsik
diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung
lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang terang,
lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak
11
di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang
a. Latihan Fisik
fisik yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya.
b. Management obat-obatan
Mengurangi penggunaan obat yang sifatnya untuk waktu lama misalnya obat
pengobatan
c. Modifikasi Lingkungan
1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau terlalu dingin untuk
menghindari pusing
3) Gunakan karpet antislip di kamar mandi atau jaga kebersihan lantai agar
tidak licin
12
5) Singkirkan barang-barang yang berserakan di lantai yang biasa untuk
melintas.
mandi
3) Ambil barang dengan cara yang benar dari lanti (dengan cara jongkok,
bukan membungkuk)
e. Alas kaki
2) Jangan berjalan hanya dengan kaos kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
1) Berhenti merokok
13
3) Makan-makanan yang bergizi seperti buah, sayur, dan susu untuk
(2011) dalam jurnal (Nugroho,2012) ada beberapa penanganan jatuh pada lansia
antara lain:
1) Tetap tenang
3) Jika anda terluka/mengalami cedera atau patah tulang maka jangan bergerak
dan tetaplah diam di tempat lalu teriak minta tolong. Tetap tenang dan
jangan panik
sekitar anda
14
6) Merangkaklah atau geser tubuh ke kursi/meja/furniture yang kokoh/kuat
pegang erat
15
9) Dorong ke atas dengan tangan dan kaki untuk mendekatkan diri ke kursi.
bergerak/berpindah kembali
Index atau DGI (2008) terdiri dari 8 penilaian skala yang di desain untuk menguji
delapan aspek dari gaya berjalan pada lansia. Data yang telah terkumpul diolah
16
secara manual dan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi. Data
yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjabarkan
hasil yang ditemukan di lapangan. Adapun indikator Dynamic Gait Index (DGI)
terdiri dari
1. Kemampuan berjalan
2. Kecepatan lansia
2.1.3 Motivasi
2.1.3.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang
mencapai tujuan. Definisi Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
17
energi dalam diri seseorangyang ditandai dengan munculnya “felling” dan
yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta
siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi. Dimyati
dan Mudjiono dalam Koswara (2012) mengatakan bahwa siswa belajar karena
didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian,
bagi para siswa. Menurut Djamarah (2012) ada tiga fungsi motivasi:
untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam
rangka belajar.
terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang
18
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi
dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan
yang diabaikan.
suatu pekerjaan.
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dengan adanya usaha yang
tekun dan didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan baik dan prestasi
19
dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri, misalkan seseorang itu selalu
intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi akan tetapi tidak
perlu rangsangan dari luar, karena dalam setiap individu sudah memiliki
menurut Harsono (2008) motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari
dalam diri individu sendiri. Motivasi intrinsik yang sering disebut competence
timbul dalam diri seseorang karena pengaruh rangsangan dari luar. Tujuan yang
diinginkan dari tingkah laku yang digerakan oleh motivasi ekstrinsik terletak di
20
1. Sehat fisik dan mental merupakan kesatuan organis yang
lebih lambat dan koordinasi gerakanya kurang begitu baik di banding masa
akan rendah diri kalau di bandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti
21
kekuatan, kecepatan dan ketrampilan, tekanan emosional yang berasal dari
dapat di lakukan.
motorik bagi mereka yang masih terus melakukan latihan fisik secara
dilaksanakan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kondisi fisik lanjut usia.
Kebugaran jasmani (physical fitness) adalah suatu aspek fisik dari kebugaran
paru dan peredaran darah serta kekuatan otot dan kelenturan sendi.
toleransi latihan kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh pada
22
lansia menyebabkan seseorang dengan aktifitas fisik rendah mempunyai risiko
Menurut Sugianto dan Sudjarwo (2011) Sasaran latihan untuk lanjut usia
adalah fleksibilitas dan kekuatan otot salah satu contohnya adalah latihan senam
Tera. Dengan latihan senam maka kaum lanjut usia di harapkan dapat memelihara
kesehatan dan kesegaran jasmaninya.lanjut usia yang tetap aktif juga dapat
membangkitkan rasa kemampuan dan rasa percaya diri mereka untuk menunjang
hidup sehat.latihan olahraga pada lanjut usia sifatnya aerobik yang bertujuan
tetap baik dan terjaga. Salah satu usaha untuk mencapai harapan tersebut
adalah dengan cara melakukan olahraga yang teratur. Olahraga atau latihan
fisik salah satu cara untuk memperkuat fisik dan jiwa. Selain untuk kesehatan
ekonomi, politik, cinta, agama, atau sebagai daya tarik dan misi tertentu
23
2.2 Penelitian Terkait
Tabel 2.1
Penelitian terkait
proses pengumpulan data awal, baik wawancara atau observasi, dan juga studi
24
Skema 2.1
Kerangka Teori
Latihan Fisik
Motivasi
Latihan Fisik
Skema 2.2
25
2.5 Hipotesis
fisik pada lansia pada Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru
latihan fisik pada lansia pada Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul
Khotimah Pekanbaru
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
antara dua atau beberapa variabel. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Risiko Jatuh dengan Motivasi
melakukan latihan fisik pada lansia di Panti sosial Tresna Werdha Khusnul
Khotimah Pekanbaru
Pekanbaru dengan alasan: waktu, hemat biaya, data risiko jatuh yang menunjang,
data survey awal di tempat ini tersebut juga menunjang untuk dilakukan
penelitian.
Penelitian ini dimulai dari bulan Januari tahun 2018 sampai dengan
27
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek yang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan dalam penelitian (Nursalam, 2011). Populasi dalam penelitian ini
Sampel merupakan subjek atau objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah Panti
Besar sampel yang menjadi subjek penelitian adalah 25 orang lansia yang
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia pada Panti sosial Tresna
sebagai berikut:
28
3.6 Variabel dan Definisi Operasional
a. Variabel
“variasi” antara satu dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain
terdiri dari variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel
pada penilitian ini (risiko jatuh). Sedangkan variabel dependen (variabel terikat)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas,
(Hidayat, 2007).
b. Defenisi operasional
29
Tabel 3.1
Definisi operasional
dengan menggunakan alat ukur (kuesioner) yang diambil dari hasil survey
30
langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner yang peneliti
proses (1) Proses surat izin penelitian pada kantor Dinas Sosial yang akan
Pekanbaru , (2) Proses izin meneliti oleh Panti sosial Tresna Werdha
memberikan tanda checklist (√ ) pada pilihan salah satu kolom yang telah
1. Kecepatan berjalan
2. Panjang langkah
3. Kemampuan berjalan
31
7. Berjalan dengan dengan melakukan putaran 1800
dengan indiktaor motivasi eksternal dan internal yang diadopsi dari jurnal
Alisa (2009). Dalam alat ukur ini nilai diperoleh berdasarkan observasi
(3) Normal
sebagai berikut :
a. Editing
b. Pengkodean (coding)
32
semua lembar kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
yaitu pilihan isi kuesioner untuk motivasi yatu:1 = rendah dan 2= tinggi
dan untuk resiko jatuh yaitu: 1= rendah dan 2= tinggi, sehingga mudah
Apabila sama data dari setiap sumber data atau responden selesai
jatuh yaitu, tinggi dan rendah, sedangkan akses motivasi melakukan aktivitas
fisik tinggi dan rendah serta tabulasi frekuensi untuk jenis kelamin subjek dan
33
3.9.2 Analisa bivariat
apakah ada hubungan antara variabel independen dangan variabel dependen. Uji
statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji bivariate dengan
menggunakan uji chi square dengan derajat kepercayaan 95% (= 0,05) dan tabel
dependen.
di teliti disatu sisi, dan sisi yang lain manusia sebagai peneliti atau yang
melakukan penelitian. Hal ini berarti ada hubungan timbal balik antara orang
sebagai peneliti dan orang sebegai yang diteliti. Oleh sebab itu sesuai dengan
prinsip etika atau moral seperti yang telah diuraikan tadi, maka dalam penelitian
kesehatan khususnya, harus diperhatikan hubungan antara kedua belah pihak ini
34
dari tujuan peneliti serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data.
Jika subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
dijamin peneliti, tetapi hanya data informasi atau kelompok data yang
35
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma' rifatul, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta :
GrahaIlmu
Darsono Max, 2010. Belajar dan Pembelajaran, Semarang : IKIP Semarang Press
Dinkes Provinsi Riau 2017. Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2017,
Pekanbaru:Dinkes Provinsi Riau.
Risman. 2008. Gizi dalam daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Edisi Ke-2.
Jakarta: EGC
36
Riyadina. 2009. “Cidera Akibat Jatuh Pada Penduduk Usia Lanjut (Usila) yang
mengalami Obesitas di Indonesia”. (ejournal.litbang.depkes.go.id.
Diakses pada 19 Januari 2018).
Sardiman. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Singgih D, Gunarso dan Yulia Singgih D Gunarso. 2009. Psikologi Praktis: Anak,
Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia
37
Sugaray, Romario. 2012. http://.Jurnal/Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Motivasi Lansia Dalam Melakukan Senam Lansia Di UPT Pelayanan
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru/.edu,com. Diakses pada
tanggal 12 Maret 2018
Tobing, HG, 2011, Prinsip Ilmu Bedah Saraf, Sagung Seto, Jakarta
38
HUBUNGAN RISIKO JATUH DENGAN MOTIVASI MELAKUKAN
LATIHAN FISIK PADA LANSIA
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
KHUSNUL KHOTIMAH
PEKANBARU
PROPOSAL
Oleh
MUHAMMAD ZULFADHLI
NIM . 14031018
39
40