Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2005, menurut data Pacific Economic and Risk Consultancy,
Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara terkorup di Asia. Jika dilihat
dalam kenyataan sehari-hari korupsi hampir terjadi di setiap tingkatan dan aspek
kehidupan masyarakat. Mulai dari mengurus Ijin Mendirikan Bangunan, proyek
pengadaan di instansi pemerintah sampai proses penegakan hukum.
Tanpa disadari, korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar
oleh masyarakat umum. Seperti memberi hadiah kepada pejabat/pegawai negeri atau
keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan. Kebiasaan itu dipandang lumrah
dilakukan sebagai bagian dari budaya ketimuran. Kebiasaan koruptif ini lama-lama
akan menjadi bibit-bibit korupsi yang nyata.
Kebiasaan berperilaku koruptif yang terus berlangsung di kalangan masyarakat
salah satunya disebabkan masih sangat kurangnya pemahaman mereka terhadap
pengertian korupsi. Selama ini, kosa kata korupsi sudah populer di Indonesia.
Hampir semua orang pernah mendengar kata korupsi. Dari mulai rakyat di
pedalaman, mahasiswa, pegawai negeri, orang swasta, aparat penegak hukum
sampai pejabat negara. Namun jika ditanyakan kepada mereka apa itu korupsi, jenis
perbuatan apa saja yang bisa dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi? Hampir
dipastikan sangat sedikit yang dapat menjawab secara benar tentang bentuk/jenis
korupsi sebagaimana dimaksud oleh undang- undang.
Pengertian korupsi sebenarnya telah dimuat secara tegas di dalam Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sebagian besar pengertian korupsi di dalam undang- undang tersebut dirujuk dari
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang lahir sebelum negara ini
merdeka. Namun, sampai dengan saat ini pemahaman masyarakat terhadap
pengertian korupsi masih sangat kurang.
Menjadi lebih memahami pengertian korupsi juga bukan sesuatu hal yang
mudah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Korupsi, kebiasaan
berperilaku koruptif yang selama ini dianggap sebagai hal yang wajar dan lumrah
dapat dinyatakan sebagai tindak pidana korupsi. Seperti gratifikasi (pemberian
hadiah) kepada penyelenggara negara dan berhubungan dengan jabatannya, jika
tidak dilaporkan ke KPK dapat menjadi salah satu bentuk tindak pidana korupsi.
Mengetahui bentuk/jenis perbuatan yang bisa dikategorikan sebagai korupsi adalah
upaya dini untuk mencegah agar seseorang tidak melakukan korupsi. Buku ini
1
sengaja diterbitkan dengan tujuan agar masyarakat dapat memahami dengan lebih
mudah dan lebih tepat tentang bentuk/jenis korupsi sebagaimana dimaksud oleh
undang- undang.
Format penyajian berbentuk matrik unsur tindak pidana korupsi yang memuat
unsur-unsur dari setiap bentuk/jenis tindak pidana korupsi dimaksudkan agar
masyarakat lebih mudah memahami bagaimana cara menganalisa suatu perbuatan.
Tujuannya, masyarakat dapat menyimpulkan apakah perbuatan tersebut merupakan
tindak pidana korupsi. Pada akhirnya, masyarakat dapat lebih mudah memahami
perbuatan yang harus kita hindari, yaitu korupsi.
B. Rumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini, penulis merumuskan:
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang terdapat dalam penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui
1. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi
2. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan untuk membrantas korupsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Korupsi di Indonesia sejatinya sudah mengakar dengan kuat. Bahkan sebelum kata korupsi
atau KKN jadi tenar saat Pak Soeharto lengser, korupsi sudah hidup dan membumi di Indonesia.
Di zaman-zaman kerajaan seperti Singasari, Majapahit hingga Demak. Korupsi sudah menyusup
masuk dan akhirnya membuat kerajaan yang besar ini jadi hancur. Motifnya adalah sama.
Memperkaya diri dan ingin mendapatkan kekuasaan yang setinggi-tingginya. Akhirnya perang
pun tak bisa dihindarkan. Selain itu, saat zaman penjajahan Belanda. Korupsi mulai ditanamkan oleh
bangsa yang sering disebut dengan kompeni ini. Mereka mengangkat petinggi-petinggi lokal lalu
memberinya upeti. Selain itu mereka juga mengajari bagaimana mendapatkan uang dengan memeras
rakyat dan memakai uang dari pemerintahan. Lambat laun budaya ini terus mengakar kuat. Bahkan
sekarang korupsi telah menjelma menjadi sebuah pohon besar yang akan diwariskan dari generasi ke
generasi.
Wacana terkait adanya hukuman mati bagi koruptor pernah digulirkan di Indonesia.
Namun hal ini tidak pernah terjadi sampai sekarang. Alasannya adalah hukuman mati bagi
koruptor dianggap tidak efektif. Meski demikian, jika hukuman ini tidak lakukan. Maka koruptor
akan semakin merejalela. Mereka akan terus mengeruk uang rakyat untuk kesenangannya
sendiri. Akhirnya negara merugi dan rakyat tak mendapatkan apa-apa. China telah melakukan
hukuman mati bagi semua pejabat atau siapa saja yang bersalah. Hal ini menyebabkan banyak orang di
sana takut untuk menjadi tikus uang. Berbeda dengan Indonesia. Orang yang ditangkap dengan dugaan
korupsi pun masih bisa tersenyum pada media. Mereka terlihat biasa dan tidak memiliki rasa bersalah.
Coba jika mereka mendengar bahwa hukuman “dor” akan diterima. Pasti akan menangis untuk meminta
maaf.
Korupsi di Indonesia bukan hanya dilakukan oleh individu saja. Barangkali mereka
memang ditangkap sendirian, namun di balik itu ada sebuah sistem yang kuat. Ia memiliki
banyak sekali backing orang kuat hingga membuatnya mampu melakukan korupsi dengan skala
yang sangat besar. Selain itu mereka juga bekerja dengan sangat rapi hingga ada pihak yang
ditunjuk sebagai eksekutor dan juga pihak yang rela mengorbankan tubuhnya. Artinya jika
ketahuan mereka rela ditangkap dan membisu jika diinterogasi. Dengan begitu akar dari sistem ini akan
tetap kokoh. Anggap orang yang ditangkap sebuah cabang. Satu patah maka akan tetap ada cabang
3
lainnya. Jika penegak hukum mampu menangkap akar dari sistem ini maka korupsi di Indonesia bisa
ditanggulangi dengan baik.
Kita bisa melihat jika pemerintah tidak begitu memerhatikan masalah korupsi. Bahkan
lembaga yang dipercaya memberantas korupsi dibiarkan hancur. Sebut saja KPK yang beberapa
waktu lalu dibiarkan saja dirusak oleh pihak berkepentingan. Dugaan korupsi yang dilontarkan
KPK seakan jadi boomerang bagi mereka sendiri. Terlebih pihak yang “dicolek” KPK adalah
Kepolisian. Pihak yang harusnya menegakkan hukum. Prahara cicak dan buaya kembali mencuat dan
membuat publik kembali geram. Pemerintah dalam hal ini Presiden tidak melakukan apa-apa. Hanya
formalitas untuk meminta dialog dan menyelesaikan semua. Coba jika Presiden turun tangan untuk
mengatasi lembaga-lembaga yang ada di bawahnya ini. Maka drama saling menjatuhkan tidak akan
pernah terjadi. Masyarakat pun tidak perlu menyaksikan kebobrokan negeri ini yang sudah kian parah.
1.Klasik
b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistempendidikan dan substansi
pengajaran yang diberikan. Pola pengajaranetika dan moral lebih ditekankan pada pemahaman
teoritis, tanpadisertai dengan bentuk-bentuk pengimplementasiannya
c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa inimenjadi bangsa yang
tergantung, lebih memilih pasrah daripadaberusaha dan senantiasa menempatkan diri sebagai
bawahan.Sementara, dalam pengembangan usaha, mereka lebih cenderungberlindung di balik
kekuasaan (penjajah) dengan melakukan kolusidan nepotisme. Sifat dan kepribadian inilah yang
menyebabkanmunculnya kecenderungan sebagian orang melakukan korupsi
4
d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebabtimbulnya korupsi.
Minimnya ketrampilan, skill, dan kemampuanmembuka peluang usaha adalah wujud rendahnya
pendidikan. Denganberbagai keterbatasan itulah mereka berupaya mencsri peluang
denganmenggunakan kedudukannya untuk memperoleh keuntungan yangbesar. Yang dimaksud
rendahnya pendidikan di sini adalah komitmenterhadap pendidikan yang dimiliki. Karena pada
kenyataannya, para koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang memadai,kemampuan,
dan skill.
e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diriatas kemampuan dan
modal yang dimiliki mengantarkan seseorangcenderung melakukan apa saja yang dapat
mengangkat derajatnya.Atas keinginannya yang berlebihan ini, orang akan
menggunakankesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
f) Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumurhidup atau di buang ke
Pulau Nusakambangan. Hukuman seperti itulah yang diperlukan untuk menuntaskan tindak
korupsi.
2.Modern
a) Rendahnya Sumber Daya Manusia.Penyebab korupsi yang tergolong modern itu sebagai
akibatrendahnya sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada empatkomponen, sebagai berikut:
3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorangdalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya.
4) Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorangmengemban tanggung jawab yang
diberikan. Betapa punmemiliki kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila tidak ditunjang
dengan kesehatan yang prima, tidak mungkin standardalam mencapai tujuann.
5
b) Struktur EkonomiPada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengankebijakan ekonomi dan
pengembangannya dilakukan secara bertahap.Sekarang tidak ada konsep itu lagi. Dihapus tanpa
ada penggantinya,sehingga semuanya tidak karuan, tidak dijamin. Jadi, kita terlalumemporak-
perandakan produk lama yang bagus.
2. Strategi Deduktif Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan
agarapabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebutakan dapat
diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya danseakurat-akuratnya, sehingga dapat
ditindaklanjuti dengan tepat. Dengandasar pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi,
sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup
tepatmemberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangatmembutuhkan
adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum,ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.
3.Strategi Represif Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepatkepada pihak-pihak yang terlibat
dalam korupsi. Dengan dasar pemikiranini proses penanganan korupsi sejak dari tahap
penyelidikan, penyidikandan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk
dapatdisempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses penanganan tersebutdapat dilakukan
secara cepat dan tepat. Namun implementasinya harus dilakukan secara terintregasi.Bagi
pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak
dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati / pengamat masalah korupsi banyak
memberikan sumbangan
pemikiran dan opini strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupunsecara represif
antara lain :
adalah pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polriyang cukup untuk hidup dengan standar
sesuai pendidikan, pengetahuan,kepemimpinan, pangkat dan martabatnya, sehingga dapat hidup
6
layak bahkan cukup untuk hidup dengan “gaya” dan “gagah”. Sedangkan Stick adalah bila
semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani korupsi,maka hukumannya tidak tanggung-
tanggung, karena tidak ada alasansedikitpun untuk melakukan korupsi, bilamana perlu dijatuhi
hukuman mati.
2.Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi” yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini perlu
adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan gerakan rakyat anti korupsi,
LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu bekerjasama dalam
upayamemberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari partaipolitik untuk
melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanyadijadikan sebagai bahan kampanye
untuk mencari dukungan saja tanpa adarealisasinya dari partai politik yang bersangkutan.
Gerakan rakyat ini diperlukan untuk menekan pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan
moral agar pemerintah bangkit memberantas korupsi.
4.Gerakan “Moral” yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah
kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkatdan martabat manusia. Melalui gerakan
moral diharapkan tercipta kondisilingkungan sosial masyarakat yang sangat menolak,
menentang, danmenghukum perbuatan korupsi dan akan menerima, mendukung, danmenghargai
perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan,
sehingga dapat terjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah
yang efektif membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral korupsi.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yangsecara langsung merugikan
negara atau perekonomian negara. Jadi, unsurdalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek.
Aspek yang memperkaya diridengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang
negarauntuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnyapendidikan,
kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaanlingkungan yang subur untuk perilaku
korupsi, rendahnya sumber dayamanusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai
bidang diantaranya, bidangdemokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.
B. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan pencegahan korupsi
dapat dimulai dari hal yang kecil.