You are on page 1of 14

Hal.

15-28
Jurnal Penelitian Pendidikan, ISSN 0126-4109
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/paedagogia Vol. 19 No. 1 Tahun 2016

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA KELAS XI SMA PADA


MATERI LARUTAN PENYANGGA MENGGUNAKAN
INSTRUMEN TES THREE TIER MULTIPLE CHOICE

Rosi Nurhujaimah, Irma Ratna Kartika, dan Muktiningsih Nurjaydi*


Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Jakarta

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis miskonsepsi siswa pada
materi la-rutan penyangga menggunakan instrumen tes Three Tier Multiple Choice
dan (2) Mengetahui persentase miskonsepsi siswa dan letak miskonsepsi materi kimia,
khususnya pada pokok materi larutan penyangga. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan tes berbentuk 13 butir soal pilihan
ganda dengan alasan tertutup dan indeks CRI yang kemudian hasil jawaban siswa tiap
butir soal dianalisis. Hasil pene-litian dapat dikemukakan: (1) Miskonsepsi pada
pembelajaran kimia materi larutan penyangga tersebar di semua konsep dan (2)
Miskonsepsi paling banyak terjadi pada prinsip kerja larutan penyangga sebesar 51%
dan terendah pada sifat larutan penyangga sebesar 31%. Saran yang diajukan adalah
perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap dari mana miskonsepsi siswa
tersebut berasal dan bagaimana cara untuk mengatasi miskonsepsi tersebut.

Kata kunci :miskonsepsi, CRI, Tes Three Tier Multiple Choice, larutan penyangga

Abstract:The research is aimed: (1) to analyze misconceptions of high school students


of class XI on the buffer solution material using Three Tier Multiple Choice Tests, and
(2) to determine the percentage of students’ misconceptions and the location of
misconceptions on chemical material, especially on the subject of buffer solution. The
research method is descriptive, with data collection by giving 13 item multiple choice
questions with closed reason and CRI index, and the results of each item of students’
answers were then analyzed. The results of this study are: (1) Misconceptions in
chemistry learning especially in a buffer solution dispersed in all concepts, and (2)
The most common misconceptions were on the working principle of the buffer solution
by 51% and the lowest were on the properties of the buffer solution by 31%.
Suggestions put forward is that it is necessary to hold further research to uncover
where the misconceptions come from and how these misconceptions could be
overcome.

Keywords: Misconceptions, CRI, Three Tier Multiple Choice Tests, Buffer Solution

*Alamat korespondensi: Jalan Pemuda nomor 10, Rawamangun, Jakarta Timur.


e-mail: muktiningsih@unj.ac.id
15
PENDAHULUAN ngandung konsep yang berurutan dan
berjenjang (Kean & Middlecamp, 1985).
Kimia merupakan cabang ilmu Menurut Nakhleh (1992), jika siswa
pengetahuan yang penting dapat diper- tidak memahami konsep dasarnya, maka
gunakan untuk memahami apa yang ter- siswa akan mengalami kesulitan dalam
jadi di sekitar kita. Ilmu kimia mem- memahami konsep yang lebih kompleks.
pelajari sifat materi, struktur materi, Browning & Lehman (1998) me-
perubahan materi, hukum dan prinsip nyatakan bahwa banyak dijumpai
yang mendes-kripsikan perubahan mat- miskonsepsi pada siswa, mulai dari
eri, serta konsep dan teorinya (Effendy, tingkat dasar hingga tingkat mahasiswa
2007). Johnstone mengungkapkan bah- termasuk miskonsepsi dalam mempel-
wa untuk memahami ilmu kimia diper- ajari kimia di SMA.
lukan kemampuan untuk menggam- Beberapa hasil penelitian menun-
barkan tiga representasi yaitu (makro- jukkan siswa masih mengalami kesulitan
skopik, submikroskopik, dan simbolik) dalam memahami materi larutan penya-
dalam menjelaskan suatu fenomena ngga. Orgill & Sutherland (2008) me-
(Talanquer, 2011). Ketiga hubungan nemukan banyak miskonsepsi siswa
antara tingkatan ini haruslah dikuasai dalam materi larutan penyangga yang
siswa dalam mempelajari kimia. Sehing- dapat mengganggu penyerapan dan pe-
ga apabila siswa memiliki kesulitan nguasaan konsep-konsep kimia yang
untuk memahami salah satu representasi dipelajari. Larutan penyangga (Buffer)
tersebut, dapat dimungkinkan siswa akan berdasarkan karakteristik materi bersifat
mengalami kesulitan untuk memahami konseptual. Sehingga untuk memahami
konsep materi tersebut seutuhnya. De- materi ini siswa harus memahami konsep
ngan alasan tersebut, kimia sering dis- dengan baik dan mengetahui jalinan
ebut sebagai salah satu mata pelajaran antar konsep serta mampu menerapkan
yang sulit. konsep tersebut dalam memecahkan soal
Orgill & Sutherland (2008) me- perhitungan. Penelitian yang dilakukan
laporkan bahwa guru cenderung lebih oleh Turyasni (2008) mengungkapkan
memfokuskan pada aspek perhitungan hanya sebagian kecil siswa (1,2%) yang
dari pada konseptual dalam menjelaskan memiliki pemahaman penuh pada materi
materi kimia. Akibatnya siswa menga- larutan penyangga. Hal ini didukung de-
lami kesulitan untuk memahami konsep- ngan hasil penelitian Dahlia (2011) yang
konsep dalam kimia dengan benar. Ke- menya-takan sekitar 58% siswa di kelas
sulitan ini menyebabkan siswa memiliki XI regular SMA Negeri mengalami
pemahaman yang bermacam-macam ter- kesulitan pada konsep larutan penya-
hadap konsep kimia. Di antara pemaha- ngga. Hal ini didukung oleh data kui-
man-pemahaman tersebut, ada beberapa sioner analisis pendahuluan yang dibe-
pemahaman yang tidak sesuai dengan rikan kepada 15 orang bapak/ibu guru
pandangan masyarakat ilmiah yang dise- kimia SMA, yang seluruhnya menya-
but dengan miskonsepsi. Ilmu kimia me- takan bahwa materi larutan penyangga

16 Jilid 19, Nomor 1, Februari 2016, halaman 15-28


sering terjadi miskonsepsi di berbagai pertanyaan (skala 0-5) (Tabel 1). Nilai
subkonsep materi tersebut. CRI yang rendah (<2,5) mengindika-
Salah satu instrumen yang dapat sikan ketidakyakinan siswa dalam men-
digunakan untuk mengidentifikasi mis- jawab soal dan kemungkinan siswa
konsepsi adalah tes three tier multiple menebak, begitu pun sebaliknya.
choice. Instrumen Three tier multiple Sedangkan miskonsepsi dan tidak tahu
choice terdiri dari 3 lapis (tier), dimana konsep dapat dianalisis dengan cara
lapis pertama merupakan pilihan jawa- membandingkan jawaban siswa dengan
ban dari pertanyaan, lapis kedua yaitu nilai CRI yang diperolehnya (Tayubi,
pilihan alasan memilih jawaban diatas, 2005).
dan tier ketiga merupakan skala Cer-
tainty of Response Index (CRI). Pen- METODE PENELITIAN
tingnya terdapat CRI, karena dengan
CRI dapat mengidentifikasi ukuran ting- Penelitian dilakukan di SMA
kat keyakinan atau jawaban siswa dalam Negeri 1 Babelan-Bekasi pada kelas XI
menjawab setiap pertanyaan (soal) yang Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014.
diberikan (Hasan,dkk, 1999). Tingkat Teknik pengambilan sampel menggu-
keyakinan siswa tersebut tercermin da- nakan Purposive Sampling. Sampel
lam skala yang diberikan untuk setiap penelitian adalah kelas XI IPA 4.

Tabel 1. Ketentuan CRI termodifikasi untuk setiap jawaban siswa


Jawaban Alasan Nilai CRI Deskripsi
Benar Benar >2,5 Memahami konsep dengan baik
Benar Benar <2,5 Memahami konsep dengan baik tapi
kurang percaya diri dengan jawaban
Benar Salah <2,5 Tidak tahu konsep
Salah Benar >2,5 Miskonsepsi
Salah Benar <2,5 Tidak tahu konsep
Salah Salah >2,5 Miskonsepsi
Salah Salah <2,5 Tidak tahu konsep

Metode yang digunakan dalam pene- Tier Multiple Choice kepada siswa guna
litian ini menggunakan rancangan ana- memperoleh informasi mengenai mis-
lisis deskriptif dilengkapi dengan data konsepsi siswa pada materi larutan
dalam bentuk persentase siswa yang penyangga. Teknik pengambilan data
mengalami miskonsepsi untuk setiap yang digunakan yaitu berupa tes. Ins-
subkonsep. Sumber data pada penelitian trumen terdiri dari 13 butir soal yang
ini merupakan sumber data primer, ka- sebelumnya di validasi dan dihitung
rena data diperoleh langsung dari subjek reliabelitasnya menggunakan KR-20.
penelitian. Penelitian dilakukan dengan
memberikan tes berupa instrumen Three

Rosi Nur Hujaimah,dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa.............. 17


HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sifat Larutan Penyangga
Pada Subkonsep ini, 31% siswa
Hasil penelitian terhadap ana- mengalami miskonsepsi pada sub-
lisis miskonsepsi siswa pada materi konsep sifat larutan penyangga. Siswa
larutan penyangga didapat bahwa mis- tergolong ke dalam miskonsepsi tipe
konsepsi tersebar di berbagai konsep satu, yaitu mampu menjawab pilihan
dari materi larutan penyangga seperti dengan benar namun dengan alasan
yang dapat terlihat berikut: yang kurang tepat dan indeks CRI > 2,5
(3,4,5).
Tabel 2. Data Persentase Miskonsepsi Siswa yang mengalami miskon-
Siswa pada tiap Konsep sepsi sebagian besar benar dengan
No. Pemahaman Persentase
menjawab bahwa larutan penyangga
1 Sifat larutan penyangga 31.00%
memiliki harga pH yang tidak akan
2 Komposisi larutan 49.00% berubah jika ditambah dengan sedikit
3 penyanggakerja larutan
Prinsip 51.00%
asam atau sedikit basa. Namun, menurut
4 penyangga
pH larutan penyangga 47.00%
5 Peran larutan 38.00% siswa tersebut larutan penyangga tidak
penyangga akan berubah pH nya karena jika asam
dan basa dicampur maka akan terbentuk
Sementara Persentase siswa yang sudah
larutan yang selalu bersifat netral.
paham, miskonsepsi, dan tidak paham
Konsep yang benar, yaitu larutan
dari 36 orang siswa pada materi Larutan
penyangga tidak akan berubah pH nya
Penyangga disajikan pada tabel berikut.
karena memiliki komponen yang saling
mempertahankan harga pH. Komponen
Tabel 3. Data Tingkat Pemahaman
Siswa Kelas XI IPA 4 SMAN 1 tersebut antara lain adalah komponen
Babelan-Bekasi pada Materi Larutan asam yang menahan kenaikan pH dan
Penyangga komponen basa yang menahan penu-
No. Pemahaman Persentase (%) runan pH. Miskonsepsi pada siswa
1 Sudah Paham 30% terjadi dikarenakan siswa kurang
(P) memahami perbedaan antara reaksi
2 Miskonsepsi 48% yang menghasilkan larutan penyangga
(M) dengan suatu reaksi penetralan.
3 Tidak Paham 22%
(TP) 2. Komposisi Larutan Penyangga.
Pada subkonsep komposisi laru-
Berdasarkan data sebelumnya tan penyangga, 49% siswa mengalami
pada Tabel 3, diperoleh fakta bahwa miskonsepsi. Adapun miskonsepsi yang
sebesar 48% siswa mengalami miskon- terkadi pada konsep komposisi larutan
sepsi pada materi larutan penyangga. penyangga ini antara lain :
Berdasarkan hasil penelitian, miskon- a. Rata-rata siswa yang mengalami
sepsi yang dialami siswa meliputi lima miskonsepsi menganggap bahwa
sub konsep materi larutan penyangga NH3 dan NH4+ merupakan pasangan
yaitu : basa dan asam konjugasi sebab H2O

18 Jilid 19, Nomor 1, Februari 2016, halaman 15-28


(asam) memberikan proton (H+) karena NH3 merupakan basa lemah
kepada OH- (basa konjugasinya). dan NH4+ adalah asam konjugasinya.
Sementara Jawaban yang benar Siswa tersebut juga memahami
seharusnya adalah NH3 dan NH4+ bahwa “larutan penyangga dapat
meru-pakan pasangan basa dan asam dibuat dari basa lemah dengan asam
konjugasi sebab H2O (asam) mem- kuat”. Meski hal tersebut benar,
berikan proton (H+) kepada NH3. namun siswa mengalami salah
Sehingga, pada reaksi sebelah kanan konsep dalam penerapan konsep
terbentuk NH4+. tersebut dalam soal, sehingga siswa
memilih jawaban NH3 dan HCl,
NH3(aq) + H2O(l)  NH4+(aq)+ OH-(aq)
bukan NH3 dan NH4+ sebagai
komponen larutan penyangga.
Dalam hal ini NH3 sebagai
penerima proton merupakan basa,
c. Siswa menganggap bahwa H2SO4
sementara NH4+ merupakan asam
dan SO42- merupakan komponen
konjugasinya. Miskonsepsi yang ter-
larutan penyangga.
jadi disebabkan siswa memahami
Hal tersebut tidak tepat
bahwa asam selalu memiliki sebuah
karena H2SO4 merupakan asam kuat
hidrogen yang lebih banyak daripada
yang tidak dapat membentuk larutan
basanya namun salah memahami
penyangga dengan garam SO42-.
bahwa seharusnya penentuan asam
Sementara itu, alasan yang dipilih
atau basa adalah dari hubungan serah
siswa adalah alasan yang tepat yaitu
terima proton. Pada satu sisi anak
karena campuran berasal dari asam
panah saja yaitu reaktan NH3 dan
lemah dan basa konjugasinya. Oleh
H2O, di mana dalam hal ini H2O
karena itu dapat disimpulkan bahwa
bekerja sebagai asam yang akan
dalam hal ini siswa mengalami salah
memberikan protonnya pada molekul
konsep dalam mem-bedakan larutan
NH3 yang bekerja sebagai basa. NH3
bersifat asam kuat dengan asam
sebagai basa memiliki pasangan
lemah. Orgill dan Sutherland (2008)
asam konjugasi NH4+ yang memiliki
juga memperkuat analasis pada soal
ion H+ lebih banyak.
ini, di mana mereka menyatakan
siswa kesulitan dalam membedakan
b. Siswa menganggap bahwa campuran
asam kuat dan asam lemah terkait
NH3 dan NH4Cl memiliki komponen
larutan penyangga.
penyangga yaitu NH3 dan HCl.
Seharusnya jawaban yang
d. Siswa mengalami miskonsepsi
benar adalah campuran NH3 dan
dalam penentuan sifat dan jumlah
NH4Cl memiliki komponen
larutan hasil 100 mL H2SO4 0,2 M
penyangga yaitu NH3 dan NH4+.
dicampur dengan 100 mL NaOH 0,2
Meski salah dalam menjawab
M.
pertanyaan inti, tapi siswa tersebut
benar dalam memilih alasan yaitu

Rosi Nur Hujaimah,dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa.............. 19


Terdapat 3 kelompok miskon- konsentrasi asam 0,01 M. Sementara,
sepsi siswa yang diperoleh pada soal kelompok terakhir menyatakan
tersebut. Kelompok pertama, menya- bahwa Larutan bersifat netral. Ada-
takan bahwa campuran menghasilkan pun jawaban yang seharusnya yaitu
larutan penyangga dengan sisabasa campuran mengha silkan larutan
10 mmol. Kelompok kedua, menya- asam dengan sisa asam sebanyak 10
takan bahwa campuran menghasilkan mmol. Hal ini dijelaskan sebagai
larutan penyangga dengan sisa berikut :

Mol H2SO4 = 100 mL X 0,2 M = 20 mmol


Mol NaOH = 100 mL X 0,2 M = 20 mmol

H2SO4(aq) + 2NaOH(aq)  Na2SO4(aq) + 2H2O(l)


M 20 mmol 20 mmol
R 20 mmol 20 mmol
S 10 mmol -

Berdasarkan reaksi di atas e. Siswa memahami bahwa 100 mL


terlihat bahwa pereaksi yang sisa larutan HCl 0,3 M dengan 100 mL
adalah H2SO4. H2SO4 merupakan larutan NH4OH 0,2 M dan 100 mL
asam kuat, sehingga larutan campu- larutan CH3COOH 0,2 M dengan
ran yang dihasilkan merupakan laru- 100 mL larutan NaOH 0,3 M dapat
tan asam, bukan larutan penyangga. mem-bentuk larutan penyangga.
Dalam hal ini kemungkinan siswa Apabila dihitung kedua campuran
mengalami miskonsepsi dalam tersebut tidak dapat membentuk
penulisan persamaan reaksi, dimana larutan penyangga. Hal ini dapat
kurang memperhatikan koefisien. dijelaskan sebagai berikut :

Mol HCl = 100 mL X 0,3 M = 30 mmol


Mol NH4OH(aq) = 100 mL X 0,2 M = 20 mmol

HCl(aq) + NH4OH(aq)  NH4Cl(aq) + H2O(l)


M 30 mmol 20 mmol
R 20 mmol 20 mmol 20 mmol
S 10 mmol - 20 mmol

Menurut reaksi di atas terlihat dihasilkan merupakan larutan asam,


bahwa pereaksi yang sisa adalah bukan larutan penyangga. Adapun
HCl. HCl merupakan asam kuat, untuk campuran kedua, dapat
sehingga larutan campuran yang diterangkan sebagai berikut

20 Jilid 19, Nomor 1, Februari 2016, halaman 15-28


Mol CH3COOH = 100 mL X 0,2 M = 20 mmol
Mol NaOH = 100 mL X 0,3 M = 30 mmol

H3COOH(aq) + NaOH(aq)  CH3COONa(aq) + H2O(l)


M 20 mmol 30 mmol
R 20 mmol 20 mmol 20 mmol
S - 10 mmol 20 mmol

Menurut reaksi di atas terlihat dan garamnya, namun siswa salah


bahwa pereaksi yang sisa adalah konsep dalam mengaplikasikan
NaOH. NaOH merupakan basa kuat, konsep tersebut dalam perhitungan.
sehingga larutan campuran yang Dalam hal ini dimungkinkan siswa
dihasilkan merupakan larutan basa, tidak memperhatikan sifat pereaksi
bukan larutan penyangga. Meskipun yang sisa.
jawaban mereka salah namun alasan f. Siswa menganggap bahwa
yang di berikan adalah benar yaitu jika 100 mL HCl 0,1 M dicampur
sebab bila kedua larutan tersebut dengan 100 mL NH4OH 0,05 M,
dicampur maka akan ada sisa asam maka akan terbentuk larutan bersifat
atau basa lemah yang membentuk penyangga.
penyangga dengan garamnya. Berdasarkan perhitungan, cam-
Hal ini membuktikan bahwa puran tersebut bukanlah merupakan
meskipun siswa mengerti bahwa
larutan penyangga. Hal ini dijelaskan
larutan penyangga memiliki ciri sebagai berikut :
adanya sisa asam atau basa lemah

Mol HCl = 100 mL X 0,1 M = 10 mmol


Mol NH4OH(aq) = 100 mL X 0,05 M = 5 mmol

HCl(aq) + NH4OH(aq)  NH4Cl(aq) + H2O(l)


M 10 mmol 5 mmol
R 5 mmol 5 mmol 5 mmol
S 5 mmol - 5 mmol

Menurut reaksi di atas terlihat Meskipun siswa dapat mem-berikan


bahwa pereaksi yang sisa adalah alasan yang benar yaitu ter-dapat
HCl. HCl merupakan asam kuat, sisa asam 5 mmol, namun siswa
sehingga larutan campuran yang salah memahami konsep larutan
dihasilkan merupakan larutan asam, penyangga bahwa hanya reaksi yang
bukan larutan penyangga. Dalam hal sisa asam lemah atau basa lemahnya
ini siswa mengalami mis-konsepsi saja lah yang dapat menghasilkan
dalam hal penentuan sifat larutan. larutan penyangga. Miskonsepsi

Rosi Nur Hujaimah,dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa.............. 21


pada perhitungan kali ini memper- penambahan H+ justru akan menam-
kuat miskonsepsi siswa pada soal bah konsentrasi H+ pada sistem
sebelumnya yaitu siswa hanya mem- kesetimbangan larutan penyangga.
perhatikan adanya sisa pada reaksi Pada sistem kesetimbangan berikut :
namun tidak memperhatikan sifat
reaksi yang sisa. CH3COOH(aq)CH3COO-(aq)+ H+(aq)

3. Prinsip Kerja Larutan Penyangga Apabila H+ ditambah dengan H+


Pada subkonsep prinsip kerja dari asam kuat, maka pergeseran
larutan penyangga, 51% siswa menga- kese-timbangan akan bergeser ke
lami miskonsepsi. Adapun miskonsepsi arah CH3COOH, sehingga
yang terkadi pada subkonsep ini antara CH3COOH yang terbentuk semakin
lain : banyak. Sementara itu, CH3COOH
terionisasi sedikit sekali sehingga pH
a. Siswa miskonsepsi dalam mem- tidak berubah. Hal ini sesuai dengan
prediksikan reaksi yang terjadi jika teori dalam materi perge-seran kese-
ada penambahan asam kuat pada timbangan yaitu “Apabila dalam
larutan penyangga sistem kesetimbangan homogen,
konsentrasi salah satu zat diperbesar,
CH3COOH dan CH3COONa.
maka kesetimbangan akan bergeser
Siswa menjawab benar bahwa ke arah yang berlawanan dari zat
jika ada penambahan asam kuat pada tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi
larutan penyangga maka pH dapat salah satu zat diperkecil, maka kese-
dipertahankan. Namun, terdapat tiga timbangan akan bergeser ke pihak
kelompok jawaban miskonsepsi zat tersebut”. Sehingga jika dalam
siswa tentang proses yang terjadi sistem penyangga tersebut ditambah-
pada larutan penyangga dalam mem- kan asam kuat, maka kesetim-bangan
pertahankan pH nya. Kelompok per- akan bergeser ke arah kiri. Kelom-
tama beralasan bahwa yang terjadi pok ketiga beralasan bahwa yang
adalah H+ dari asam kuat akan terjadi adalah H+ dari asam kuat
berikatan dengan asam lemah. Hal menggantikan H+ larutan sehingga
tersebut tidak benar karena H+ tidak pH tidak berubah. Pilihan jawaban
dapat berikatan dengan asam lemah ini merupakan pilihan yang bersifat
(CH3COOH), tapi dapat berikatan pengecoh. Dari ketiga pola jawaban,
dengan basa konjugasinya ternyata pola ketiga inilah yang
-
(CH3COO ) membentuk CH3COOH paling banyak dipilih. H+ dari asam
yang sedikit terionisasi kembali kuat tidak menggantikan H+ larutan
sehingga penam-bahan H+ tidak tapi justru malah menambah H+
berarti. Kelompok kedua beralasan larutan sehingga kesetimbangan
bahwa yang terjadi adalah H+ dari bergeser ke arah pembentukan
asam kuat menyebabkan kesetimba- CH3COOH. CH3COOH sendiri me-
ngan bergeser ke kanan. Seharusnya, rupakan asam lemah yang sedikit

22 Jilid 19, Nomor 1, Februari 2016, halaman 15-28


sekali terionisasi menjadi ion-nya, 4. pH Larutan Penyangga
sehingga konsentrasi H+ dianggap Pada subkonsep pH larutan
tidak berubah. penyangga, 47% siswa mengalami
miskon-sepsi. Adapun miskonsepsi
b. Siswa menganggap jika terjadi yang terkadi pada sub-konsep ini antara
penambahan asam kuat (HNO3) pada lain :
larutan penyangga NH3 dan NH4Cl
maka asam akan bereaksi dengan a. Siswa menganggap bahwa 0, 264
garam mem-bentuk asam lemah. gram (NH4)2SO4 (Mr = 132) harus
Konsep yang tepat yakni ditambahkan ke dalam 200 mL
asam akan bereaksi dengan garam larutan NH3 0,1 M (Kb = 10-5) agar
dan yang dibentuk oleh keduanya diperoleh larutan dengan pH = 10.
bukanlah asam lemah, melainkan Jawaban siswa tersebut salah,
basa lemah. Hal ini menandakan tetapi dalam menjelaskan Mol NH4+
siswa mengalami miskon-sepsi yang dihasilkan adalah benar yaitu
prinsip kerja larutan penyangga basa. sebanyak 0,002 mol. Seharusnya
massa (NH4)2SO4 yang ditambahkan
sebanyak 0,132. Angka tersebut
dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut:

pOH = 14-10 = 4
[OH-] = 10-4
[OH-] = Kb x [Basa lemah]
[Asam konjugasi]
200 ml x 0,1 M
10-4 = 10-5 x
X
20 mmol
10-4 = 10-5 x
20 mmol
x =
10
x = 2 mmol

di dalam garam :
(NH4)2SO4  2 NH4+ + SO42-
½x x ½ x
+
mol NH4 = x = 2 mmol = 0,002 mol
mol (NH4)2SO4 = ½x = 1 mmol = 0,001 mol
Jadi, massa (NH4)2SO4 = mol x Mr = 0,001 x 132 = 0,132 gram

Miskonsepsi siswa terjadi karena rumus untuk menghitung pOH


siswa tersebut memahami bahwa larutan penyangga yaitu :

Rosi Nur Hujaimah,dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa.............. 23


[Basa lemah] b. Terdapat dua pola jawaban yang
[OH-] = Kb berbeda, yaitu pola pertama, siswa
[Garam]
menganggap bahwa pH setelah
Sehingga siswa menganggap penambahan adalah sebesar 5 – log
bahwa mol x yang dihasilkan 1,8. Sementara itu pola lainnya
tersebut adalah mol dari garam, menganggap bahwa pH setelah
padahal mol x tersebut masih penambahan adalah sebesar 9 + log
merupakan mol dari asam konjugasi 1,8
NH4+. Hal ini bisa terjadi dimungkin- Pada soal ini rata-rata siswa
kan karena dalam memasukkan tergolong miskonsepsi tipe tiga,
rumus pH penyangga, penggunaan dimana menjawab pilihan dengan
istilah garam atau asam/basa konju- salah, namun juga kurang tepat
gasi adalah sama. Sehingga kemung- dalam memberikan alasan disertai
kinan miskonsepsi siswa ini terjadi indeks CRI > 2,5 (3,4,5).
karena siswa tidak mengerti maksud NH4Cl(aq)+ NaOH(aq) H4OH(aq) + NaCl(aq)
dari rumus tersebut. Siswa hanya
memasukkan angka-angka ke dalam Seharusnya pH yang terjadi
rumus yang ada untuk menye- ketika penambahan NaOH pada
lesaikan soal hitungan tanpa sistem penya-ngga adalah sebesar 9
mengerti makna dari rumus tersebut. + log 1,81. Hasil tersebut diperoleh
dari penjelasan berikut ini :

Mol NH4Cl = 2L X 0,2 M =0,4 mol = 400 mmol


Mol NH4OH = 2 L X 0,2 M =0,4 mol = 400 mmol
Mol NaOH = 10 mL X 0,1 M = 1 mmol

NH4Cl(aq) + NaOH(aq)  NH4OH(aq) + NaCl(aq)


M 400 mmol 1 mmol
R 1 mmol 1 mmol 1 mmol
S 399 mmol - 401 mmol

NaOH akan bereaksi dengan NH4Cl membentuk NH4OH sehingga reaksi:

[Basa lemah]
[OH-] = Kb
[Garam]
401
[OH-] =1,8 x 10-5 X
399
= 1,81 x 10-5
pOH = 5-log 1,81
pH = 9 + log1,81

24 Jilid 19, Nomor 1, Februari 2016, halaman 15-28


Miskonsepsi yang terjadi pada ini miskonsepsi yang terjadi pada
kelompok pertama yaitu siswa dasarnya sama dengan kelompok
menya-takan pH campuran sebesar 5 pertama, yaitu mereka menganggap
– log 1,8. Hal ini dimungkinkan bahwa penambahan asam kuat atau
karena siswa memahami bahwa basa kuat tidak akan mempengaruhi
penambahan asam atau basa kuat sistem penyangga sediki tpun.
pada larutan penyangga sama sekali Namun pada kelompok ini sudah
tidak mengubah pH larutan pe- bisa memahami perbedaan penggu-
nyangga tersebut sedikit pun, sehi- naan pH dan pOH.
ngga perhitungan yang mereka guna-
kan ialah perhitungan pencampuran c. Rata-rata siswa yang mengalami
NH4Cl dengan NH4OH saja dengan miskonsepsi menjawab dalam 1 liter
mengabaikan penambahan NaOH. larutan 0,50 mol CH3COOH dan
Selain itu, kesalahan yang terjadi 0,25 mol CH3COONa. Jika ditambah
adalah siswa hanya menghitung pOH 10 ml HCl maka memiliki pH 5-log
saja, belum sampai pada penentuan 2.
pH. Jawaban ini salah, seharusnya
Adapun kelompok kedua yaitu jawaban yang benar yakni pH akan
siswa menyatakan bahwa pH cam- bernili 5-log 2,04. Hasil ini dipero-
puran sebesar 9 + log 1,8. Dalam hal leh dengan cara sebagai berikut :

HCl yang ditambahkan = 10 ml X 0,010 mol = 0,01 mol


HCl yang bereaksi dengan CH3COONa X

Persamaan reaksi nya sebagai berikut:


CH3COONa(aq) + HCl(aq)  CH3COOH(aq) + NaCl(aq)
M 0,25 mol 0,01 mol 0,5 mol
R 0,01 mol 1 mmol 0,01 mol 0,01 mol
S 0,24 mol 0,01 mol 0,51 mol 0,01 mol

[Basa lemah]
[OH-] = Ka
[[basa konjugasi]
10-5 .0,51 mol = 2,04 x 10-5
[H+]
0,24 mol
pH = 5- log 2,04

Pada soal ini, miskonsepsi ditambahkan asam kuat akan memi-


dapat terjadi karena siswa berangga- liki pH yang sama persis dengan pH
pan suatu larutan penyangga apabila larutan sebelum ditambahkan asam,

Rosi Nur Hujaimah,dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa.............. 25


seharusnya jika dihitung, ternyata karena pergeseran kesetimba-ngan,
terdapat sedikit perbedaan walaupun namun seiring dengan feno-mena
tidak sangat mempengaruhi per- tersebut H+ juga bertambah karena
bedaannya, namun hal ini harusnya adanya penambahan H+dari asam,
tidak boleh di anggap sama, tetap sehingga jumlah ion H+ pada sistem
harus dihitung berapa pH setelah penyangga dapat dipertahankan.
penambahan asam tersebut.
KESIMPULAN
5. Peran Larutan Penyangga
Pada Subkonsep ini, 38% siswa Pada penelitian ini didapatkan
mengalami miskonsepsi pada sub-kon- kesimpulan sebagai berikut:
sep peran larutan penyangga. rata-rata (1)Miskonsepsi siswa kelas XI IPA 4 di
siswa yang miskonsepsi tergolong ke SMAN 1 Babelan-Bekasi pada materi
dalam miskonsepsi tipe satu, yaitu larutan penyangga tersebar di semua
menjawab pilihan dengan benar namun konsep.(2) Secara berurutan mis-
dengan alasan yang kurang tepat dan konsepsi siswa dari yang terbesar ke ter-
indeks CRI > 2,5 (3, 4, 5). kecil adalah pada prinsip kerja larutan
Siswa menyatakan bahwa salah penyangga (51,00%), komposisi larutan
satu fungsi larutan penyangga dalam penyangga (49.00%), pH dan pOH
tubuh adalah Menjaga pH darah agar larutan penyangga (47.00%), peran
tetap konstan, namun siswa tidak dapat larutan penyangga (38.00%), dan sifat
menjelaskan reaksi mekanisme bagai- larutan penyangga (31.00%). Ber-
mana larutan penyangga dapat memper- dasarkan analisis jawaban siswa
tahankan pH darah. Siswa tersebut diketahui bahwa siswa mengalami mis-
menyatakan hal itu dikarenakan pada konsepsi pada aspek simbolik, pada saat
reaksi : menganalisis suatu komponen dari cam-
puran larutan penyangga, serta kurang
H2CO3(aq)  HCO3-(aq) + H+(aq) paham dalam perhitungan mendapatkan
Apabila ditambahkan asam, maka harga pH dan pOH apabila diberikan
reaksi akan bergeser ke kiri sehingga H+ penambahan asam atau basa. Hal ini
berkurang. Miskonsepsi siswa tentang dikarenakan siswa memiliki persepsi
mekanisme pertahanan pH darah ini atau pemahaman dimana setiap larutan
dimungkinkan disebabkan karena siswa penyangga yang ditambah asam atau
hanya memahami sebagian dari proses- basa akan memiliki harga pH dan pOH
nya saja. Meskipun H+ berkurang yang persis sama.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: FMIPA UNJ


Berg V. D. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga: Universitas Kristen
Satyawacana.

26 Jilid 19, Nomor 1, Februari 2016, halaman 15-28


Bodner G. M. (1986). “Constructivism: A Theory of Knowledge”. Journal of Chemical
Education, 63, 873-878.

Bodner G. M., Klobuchar M. and Geelan D. (2001). “The Many Forms of


Constructivism”. Journal of Chemical Education, 78(8), p 1107.

Browning, M. E. and Lehman, J. D. (1998). “Identification of Student Misconception in


Genetic Problem Solving Via Computer Program”. Journal of Research in
Science Teaching, 25(9), 747-761. John Weley & Son, Inc.

Cetin-Dindar A. and Geban, O.( 2011). “Development of a Three-Tier Test to Assess


High School Students’ Understanding of Acids and Bases”. Procedia Social and
Behavioral Sciences, 15(2011), 600-604.

Chang, R. (2002). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti, Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Dahar. R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahlia, C.( 2011). Analisis Kesulitan Pemahaman Materi Larutan Penyangga pada
Siswa Kelas XI Reguler dan Kelas XI RSBI SMA Negeri 1 Kudus. Tesis
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. tidak dipublikasikan.

Effendy. (2002). “Upaya untuk Mengatasi Kesalahan Konsep dalam Pengajaran Kimia
dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif”. Media Komunikasi Kimia,
6(2):1-22.

Effendy, U. O. (2007). Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Hakim A., Liliasari and Asep K. (2012). “Student Concept Understanding of Natural
Products Chemistry in Primary and Secondary Metabolites Using the Data
Collecting Technique of Modified CRI”, International Online Journal of
Educational Sciences, 4(3), 544-553.

Hasan, S., Diola, B. and Ella, K. (1999). “Misconceptions and The Certainty of
Response index (CRI)”, Journal of Physics Education, 34(5), 294-299.

Johnstone, A. H., MacGuire, P. R. P. (1987). “Techniques for Investigating the


Understanding of Concepts in Science”, International Journal of Science
Education, 9, 565-577.

Kean, E. & Middlecamp, C. (1985). Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: Gramedia.

Nakhleh, M. B. (1992). “Why Some Students Don’t Learn Chemistry: Chemical


Misconceptions:. Journal of Chemical Education, 69(3), 191-196.

Novak & Gowin. (1984). Learning How to Learn. Cambridge: University Press.

Rosi Nur Hujaimah,dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa.............. 27


Nurbaity. (2004). Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Jurusan Kimia Universitas Negeri
Jakarta

Orgill, M & Sutherland A. (2008). “Undergraduate Chemistry Students’ Perceptions of


and Misconceptions About Buffer Problems”. Journal of Chemistry Education
Research and Practice, 131-143.

Ozmen H. (2004). “Some Student Misconception in Chemistry: A Literature Review of


Chemical Bonding”, Journal of Science Education and Thechnology, 13(2),
147-159.

Pesman, Haki dan Eryilmaz, A. (2010). “Development of a Three-Tier Test to


AssessMisconceptions About Simple Electric Circuits”. The Journal of
Educational Research 103, 208-222.

Suparno, P. (1998). Miskonsepsi & Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta:


Grasindo.

Salirawati, D. (2010). Pengembangan Model Instrumen Pendeteksi Miskonsepsi Kimia


pada Peserta Didik SMA. Penelitian Disertasi Doktor Tidak dipublikasikan
Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta..

Taber, K. S. (2002). Chemical Misconceptions-Prevention, Diagnosis, and Cure. Vol I.


11-13. London: Royal Society of Chemistry.

Talanquer, V. (2011). Macro, Submicro, and Symbolic: The Many Faces of The
Chemistry Triplet. International Journal of Science Education. 33, (2), 179-195.

Tayubi, YR. 2005. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan


Certainty of Response Index (CRI). Bandung: Mimbar Pendidikan. 4-9.

Turyasni, I. 2008. Analisis Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA,
Pembelajaran, dan Pemahaman Siswa pada Materi Larutan Penyangga. Skripsi
tidak dipublikasikan.FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Tüysüz ,C. (2009). Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and Assess


Students’ Understanding in Chemistry, Academic Journal, 4(6), 626-631.

28 Jilid 19, Nomor 1, Februari 2016, halaman 15-28

You might also like