Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Yusuf Hidayat, M.Pd., M.Si
Istilah أدب – ادابberasal dari kata أدْبا- يأدب- أدب, yang bermakna adab, tertib atau sopan
(Kamus Mahmud Yunus, 1989: 37), sedangkan menurut kamus Al-Bisri bermakna ‘sopan, berbahasa
baik (Kamus Al-Bisri, 1999: 5). Adapun secara bahasa ‘Adab’ bermakna: (1) Menghiasi diri dengan
akhlak yang baik.
Berkenaan dengan ‘adab’, para ulama salaf banyak sekali mengupasnya, karena ‘adab’
merupakan kunci sukses dalam menuntut ilmu. Ilmu yang bermanfaat akan menjadi bekal dalam beramal,
sedang amal yang diterima oleh Alloh Azza wa Jalla akan termasuk ibadah yang diterima, diantaranya:
Kaitannya dengan ‘adab’, secara umum ‘adab’ terbagi menjadi 5 derajat, yaitu: (1) adab kepada
Alloh Azza wa Jalla; (2) Adab kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam; (3) Adab kepada Kedua
Orangtua; (4) Adab kepada guru; (5) Adab kepada diri sendiri; (6) Adab kepada orang lain (tetangga,
tamu, & teman sejawat). Untuk pembahasan lebih detail, penulis memaparkannya sebagai berikut:
1. Adab kepada Alloh Azza wa Jalla
Adab kepada Alloh merupakan adab pertama yang harus difahami dan diamalkan oleh setiap
muslim, hal tersebut sebagaimana perintah Alloh Azza wa Jalla di dalam banyak ayat di dalam al-Qur’an.
Adab-adab tersebut, antara lain:
a. Selalu Bersyukur Dan Tidak Kufur Nikmat
152. karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Berdasarkan ayat di atas, sungguh tidak beradab, tatkala manusia khususnya seorang muslim
yang telah dianugerahi al-Qur’an mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang tidak terhingga yang
telah dianugerahkan kepadanya setiap saat tanpa ia pinta.
Berdasarkan firman Alloh di atas, taat kepada Alloh adalah kunci pertama dalam segala hal,
setelahnya baru taat kepada Rasululloh Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, setelah itu baru kepada para
pemimpin diantara para manusia, itu pun sepanjang tidak mendurhakai Alloh dan Rasul-Nya
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Berdasarkan firman Alloh di atas, bahwa Alloh itu sesuai dengan prasangka hamba-hambanya,
jikalau hamba selalu berprasangka baik, maka Alloh pun demikian. Adapun sebaliknya, maka Alloh
pun akan berlaku tidak baik sesuai prasangka jelek hamba-Nya.