You are on page 1of 18

PENGARUH LAMTORO SEBAGAI PUPUK HIJAU TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TERUNG PADA TANAH


PODSOLIK MERAH KUNING

Setiawan, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti, Pontianak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk


hijau lamtoro dan mencari dosis yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil terung
pada tanah podsolik merah kuning. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen lapangan dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) ,yang terdiri
dari 5 taraf perlakuan pupuk hijau lamtoro dan diulang sebanyak 5 kali, setiap
ulangan terdiri dari 3 tanaman sampel Perlakuan yang dimaksud adalah l1 = 5 ton
pupuk hijau/ha (210 g pupuk hijau/polybag), l2 = 10 ton pupuk hijau/ha (420 g
pupuk hijau/polybag), l3 = 15 ton pupuk hijau/ha (630 g pupuk hijau/polybag), l4 =
20 ton pupuk hijau/ha (840 g pupuk hijau/polybag) dan l 5 = 25 ton pupuk hijau/ha
(1.050 g pupuk hijau/polybag). Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah
tinggi tanaman, persentase bunga menjadi buah, jumlah buah per tanaman, berat
buah per tanaman dan panjang buah per tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau lamtoro
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah dan berat buah. Pemberian
pupuk hijau lamtoro sebanyak 840 g dan 1050 memberikan pertumbuhan tinggi
tanaman yang tertinggi. Pemberian pupuk hijau lamtoro sebanyak 630 g
memberikan hasil terbaik terhadap hasil tanaman terung yaitu jumlah buah dan
berat buah.

1
I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu sayuran buah yang
banyak digemari orang karena buahnya mempunyai berbagai warna, terutama
ungu, hijau, dan putih. Terung memiliki serat daging yang halus dan lembut
sehingga rasanya enak saat dikonsumsi sebagai bahan makanan (Samadi,2002).
Ditinjau dari komposisi kimianya, buah terung memiliki kandungan gizi yang
cukup tinggi. Dalam tiap 100 g terung segar terdapat kandungan zat sebagai
berikut : 24 kal kalori, 1,1g protein, 0,2 g lemak, 5,5g Karbohidrat, 15,0mg
kalsium, 37,0mg fosfor, 0,4mg besi, 4,0SI vitamin A, 5mg vitamin C, 0,04
vitamin B1, 92,7g air (Direktorat Gizi Depkes RI dalam Samadi, 2002).
Pemanfaatan tanah podsolik merah kuning sebagai lahan budidaya
dihadapkan pada beberapa kendala yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman
secara optimal. Kendala-kendala tersebut seperti struktur tanah yang jelek, tingkat
kemasaman tanah yang relatif tinggi, kandungan bahan organik rendah dan
ketersediaan unsur hara terutama N, P, dan K yang sedikit.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktifitas tanah
podsolik merah kuning adalah dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah.
Bahan organik mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam
meningkatkan kemampuan tanah menahan air, memperbaiki drainase dan tata
udara tanah, meningkatkan unsur hara dan pH tanah serta meningkatkan jumlah
dan aktifitas mikroorganisme di dalam tanah.
Diperlukan proses pembenaman untuk mempercepat dekomposisi bahan
tersebut selama sebulan. Bahan organik yang C/N rasionya tinggi dapat
diturunkan bila dilakukan proses pengomposan, sehingga dapat berperan sebagai
pupuk organik yang menyumbang hara bagi terung. Dengan pemberian pupuk
organik, salah satu diantaranya pupuk hijau lamtoro diharapkan dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia tanah seperti meningkatkan ketersediaan unsur hara
terutama N, P, dan K bagi tanaman serta dapat memperbaiki sifat biologi tanah.
B.Masalah Penelitian
Salah satu usaha untuk mengatasi kurang tersedianya unsur hara makro
dan mikro bagi tanaman terung yang ditanam pada tanah podsolik merah kuning
adalah dengan pemberian bahan organik.
Salah satu sumber bahan organik yang dapat diberikan adalah pupuk
hijau lamtoro. Pupuk hijau lamtoro mempunyai kandungan bahan organik dan
hara N, P, K cukup tinggi yang diperlukan terung. Menurut Musnamar (2005)
kandungan hara total yang dihasilkan oleh tanaman kacang-kacangan seperti
lamtoro dalam satuan kg/ha terdiri atas: N (226-253), P (18-27), K (85-131), dan
Mg (15-27). Pemberian pupuk hijau lamtoro sebagai pupuk organik diharapkan
selain untuk memperbaiki sifat fisik, biologi tanah juga bertujuan untuk
memperbaiki sifat kimia tanah.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut: apakah pupuk hijau lamtoro berpengaruh terhadap pertumbuhan

2
dan hasil terung dan berapakah dosis yang terbaik sehingga menghasilkan
pertumbuhan dan hasil terung pada tanah podsolik merah kuning yang terbaik?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk
hijau lamtoro dan mencari dosis yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil terung
pada tanah podsolik merah kuning.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka
1. Botani Terung
Tanaman terung mempunyai perakaran tunggang dengan akar samping
yang menjalar tanah berwarna putih kecoklatan (Tjitrosoepomo, 2005). Menurut
Cristina (2006) Daun terung berbentuk bulat telur, elips,atau memanjang,
memiliki permukaan yang cukup luas (3-15 cm x 2-9 cm), bentuk helaiannya
menyerupai telinga, letak helaian daun- daunnya tersebar pada cabang batang,
umumnya berlekuk dengan tepi daun berombak, kedua sisi daun umumnya
ditutupi rambut tipis yang masing-masing berbentuk bintang berwarna kelabu,
tulang daun tersusun menyirip, pada tulang daun yang bersar sering terdapat duri
tempel. Batang tanaman terung sendiri tumbuh tegak, cabang-cabangnya tersusun
rapat, berbentuk bulat, berwarna keunguan, umumnya ditutupi rambut tipis
berbentuk bintang berwarna kelabu, ada yang memiliki duri tempel dan ada yang
tidak memiliki.
2. Syarat Tumbuh Tanaman Terung
Tanaman terung dapat tumbuh baik dan berproduksi optimal pada kisaran
suhu udara antara 20°C - 32°C, tapi pada suhu 32°C pembungaan dan proses
pembentukan buah akan terganggu, buah akan lebih cepat masak, buah kecil dan
tidak lebat. Bila suhu terlalu tinggi, maka tanaman akan mati yang diawali dengan
gejala seperti terbakar dan jaringan daun mati, sebab pada suhu diatas 32°C atau
ekstrem tinggi proses respirasi lebih tinggi, sehingga hasil proses fotosintesis
lebih banyak digunakan untuk energi pernafasan daripada untuk pertumbuhan dan
produksi. Pada suhu dibawah 20°C, tanaman ini akan berproduksi rendah,
pembentukan bunga dan panen lama. Kisaran kelembaban udara yang sesuai
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman ini yaitu antara 80-90%. Kelembaban
udara yang rendah menyebabkan tanaman terhambat pertumbuhannya, bunga
berguguran, dan buah berukuran kecil. Sedangkan pada kelembaban tinggi juga
akan menghambat pertumbuhan dan produksi sebab pada kondisi ini stomata akan
menutup sehingga penyerapan gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun
akibatnya proses fotosintesis tidak dapat berjalan dengan optimal (Cahyono,
2003).
3.Tanah Podsolik Merah Kuning
Di Indonesia penyebaran tanah podsolik merah kuning meliputi daerah
Sumatera, Sulawesi, Irian Jaya dan Kalimantan (Harjowigeno, 1993). Di

3
Kalimantan Barat luas areal tanah podsolik merah kuning mencapai 10,5 juta ha
atau 17,28 % dari luas daratan Kalimantan Barat (Badan Pusat Statistik, 2010).
Menurut Sarief (1986), tanah podsolik merah kuning memiliki lapisan
solum tanah yang agak tebal yaitu 90-180 cm dengan batas horizon yang nyata,
warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau kekuningan. Kandungan
bahan organik pada lapisan olah kurang dari 9%, umumnya 5%. Kandungan unsur
hara seperti N, P, K, dan Ca rendah serta pH sangat rendah yaitu 4 – 4,5.
4. Peranan Pupuk Hijau Lamtoro
Pupuk hijau yang dimanfaatkan untuk memupuk tanah adalah bahan
hijauan yakni bagian-bagian muda seperti daun, tangkai dan batang dari tanaman.
Tujuannya untuk menambah bahan organik bagi tanah dan unsur lainnya,
terutama nitrogen (Lingga, 1995). Pemberian pupuk hijau dengan cara
pembenaman bahan hijauan tanaman kedalam tanah bertujuan untuk memperbaiki
kesuburan tanah. Karakteristik tanaman pupuk hijau yang baik di Thailand,
dikemukakan oleh Stratongkom (1976) dan Chinapun (1982) dalam Musnamar
(2003) adalah: dapat tumbuh cepat, toleran terhadap kekeringan, sistem
perakarannya berkembang baik, biomassanya tinggi, toleran terhadap penyakit
dan serangga, dapat mengakibatkan tanah mudah dibajak dan dekomposisinya
mudah menghasilkan unsur hara dalam jumlah besar.

B. Kerangka Konsep
Setiap tanaman termasuk terung memerlukan keadaan tanah dan
lingkungan tertentu untuk mempercepat pertumbuhan yang optimal. Terung dapat
tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi yang
cukup. Salah satu jenis tanah yang berpotensi dan banyak dimanfaatkan sebagai
media tanam adalah jenis tanah podsolik merah kuning, walaupun masih terbentur
kepada produktivitas lahan.
Pupuk hijau lamtoro dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah podsolik merah kuning. Hal ini dikarenakan pupuk hijau lamtoro dapat
memperbaiki struktur tanah menjadi remah, menyumbang unsur hara,
meningkatkan kemampuan mengikat air serta mendorong mikroorganisme tanah
aktif bekerja.

C.Hipotesis
Diduga pemberian pupuk hijau lamtoro akan dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil terung pada tanah podsolik merah kuning
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pontianak. Penelitian dilaksanakan dari
tanggal 2 Januari 2018 sampai dengan tanggal 12 Juni 2018.
B. Bahan dan Alat
1. Bahan Penelitian
a. Tanah Podsolik Merah Kuning

4
Jenis tanah yang digunakan adalah jenis tanah podsolik merah kuning
yang diambil pada kedalaman 0-20cm. Tanah diambil di daerah desa
Antibar Mempawah.
b. Benih Terung
Benih terung yang digunakan dalam penelitian adalah benih terung
varietas mustang
c. Pupuk Hijau
Pupuk hijau yang digunakan berasal dari hasil pemangkasan daun dan
pucuk tanaman lamtoro yang berumur 5 bulan. Pupuk hijau diambil dari
kebun petani di desa Sungai Kunyit Kabupaten Mempawah.
d. Kapur
Kapur yang digunakan adalah kapur dolomit dengan daya netralisasi 87 %.
e. Polibag
Polibag yang digunakan berwarna hitam dengan ukuran 30x40cm (ukuran
untuk 10 kg tanah).
2 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, alat tebas,
pengayak tanah, meteran, timbangan analitik, gembor, gunting, termohigrometer,
ombrometer, pH meter, alat tulis menulis, oven, kamera dan gelas ukur.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan dengan pola
Rancangan Acak Lengkap (RAL) ,yang terdiri dari 5 taraf perlakuan pupuk hijau
lamtoro dan diulang sebanyak 5 kali, setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman sampel
sehingga tanaman seluruhnya berjumlah 75 tanaman.
Perlakuan yang dimaksud adalah :
l1 = 5 ton pupuk hijau/ha (210 g pupuk hijau/polybag)
l2 = 10 ton pupuk hijau/ha (420 g pupuk hijau/polybag)
l3 = 15 ton pupuk hijau/ha (630 g pupuk hijau/polybag)
l4 = 20 ton pupuk hijau/ha (840 g pupuk hijau/polybag)
l5 = 25 ton pupuk hijau/ha (1.050 g pupuk hijau/polybag)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
B.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Data rerata tinggi tanaman dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil analisis
keragaman pengaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap tinggi tanaman dapat
dilihat pada Tabel 1.

5
Tabel 1. Analisis keragaman pengaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap
tinggi tanaman

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F.hitung F.Tabel 5%


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Minggu ke-2
Perlakuan 4 36,000056 9,000010 1,81tn 2,67
Galat 20 99.519440 16,290018
Total 24 135.519496 KK= 11,09 %
Minggu ke-4
Perlakuan 4 5,658824 1,414706 0,51tn 2,67
Galat 20 54,943680 2,747184
Total 24 60,602504 KK= 5,38 %
Minggu ke-6
Perlakuan 4 15.620920 3.905230 0,04tn 2,67
Galat 20 1957.685280
Total 24 1973.306200 KK= 20,63 %
Minggu ke-8
Perlakuan 4 33,402400 8,350600 0,71tn 2,67
Galat 20 235,55600 11,7778000
Total 24 268,958400 KK= 6.28 %
Minggu ke-10
Perlakuan 4 18,020984 4,505246 0,38tn 2,67
Galat 20 239,931800 11,996590
Total 24 257,952784 KK= 5,32 %
tn
Keterangan : Berpengaruh Tidak Nyata

Hasil analisis keragaman (Tabel 1), menunjukkan bahwa pemberian pupuk


hijau lamtoro berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu 2,4,
6, 8,10 setelah tanam. Tinggi tanaman terung dengan berbagai perlakuan
pemberian pupuk hijau lamtoro ditampilkan pada Gambar 1.

6
Gambar 1. Tinggi tanaman pada berbagai perlakuan pupuk hijau lamtoro

Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat tidak adanya perbedaan pengaruh


pupuk hijau lamtoro dalam pertambahan tinggi tanaman pada setiap waktu
pengamatan saat tanaman berumur 2 minggu sampai 10 minggu setelah tanam.
2. Persentase Bunga Menjadi Buah (%)
Data rerata persentase bunga menjadi buah dapat dilihat pada Lampiran
12. Hasil analisis keragaman pengaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap
persentase bunga menjadi buah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis keragaman pengaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap


persentase bunga menjadi buah

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F Tabel 5%


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 4 67,010624 16,752656 0,51tn 2,67


Galat 20 659,540240
Total 24 726,550864 KK=14,80 %
tn
Keterangan : Berpengaruh tidak nyata
Hasil analisis keragaman pada Tabel 3, menunjukkan bahwa pemberian
pupuk hijau lamtoro berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bunga menjadi
buah. Persentase bunga menjadi buah pada berbagai perlakuan disajikan pada
Gambar 2.

7
Gambar 2. Persentase bunga menjadi buah terung pada berbagai perlakuan pupuk
hijau lamtoro
Gambar 2 menunjukkan bahwa tanaman terung yang diberi pupuk hijau
lamtoro sebanyak 420 g memiliki persentase bunga menjadi buah tertinggi dengan
41,96% walaupun tidak berbeda dengan tanaman terung yang diberi perlakuan
dengan dosis lainnya.
3. Jumlah Buah (buah)
Data rerata jumlah buah per tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 13.
Hasil analisis keragaman pengaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap jumlah
buah per tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis keragaman pegaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap
jumlah buah per tanaman

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F Tabel 5%


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 4 17,840000 4,460000 6,24* 2,67


Galat 20 14,300000
Total 24 32,140000 KK=10,73 %
*
Keterangan : Berpengaruh nyata
Hasil analisis keragaman (Tabel 3), menunjukkan bahwa pemberian pupuk
hijau lamtoro berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Selanjutnya
untuk melihat perbedaan antara perlakuan pupuk hijau lamtoro yang berpengaruh
nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) (Tabel 4).
Tabel 4. Uji Beda Jujur pengaruh pupuk hijau lamtoro terhadap jumlah buah per
tanaman (buah)

Pupuk hijau lamtoro (g/polybag) Rerata

210 6,30 a
1.050 7,70 ab

8
840 8,40 b
420 8,50 b
630 8,50 b
BNJ 5% = 1,60
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda
tidak nyata pada taraf uji BNJ 5%.
Tabel 4 menujukkan bahwa tanaman terung yang diberi pupuk hijau
lamtoro sebanyak 420 g, 630 g dan 840 g menghasilkan buah lebih banyak
dibandingkan tanaman terung yang diberi pupuk hijau lamtoro sebanyak 210 g.
Dengan peningkatan dosis pupuk hijau yang diberikan sampai dosis 1.050 g
terjadi penurunan jumlah buah walaupun penurunan tersebut berbeda tidak nyata.
Tanaman terung yang menghasilkan buah paling banyak adalah pada
perlakuan 420 g dan 630 g walaupun tidak berbeda dengan tanaman terung
dengan pemberian pupuk hijau lamtoro sebanyak 840 g dan 1.050 g.
4. Berat Buah (g)
Data rerata berat buah per tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 14. Hasil
analisis keragaman pengaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap berat buah per
tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis keragaman pengaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap berat
buah per tanaman

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F Tabel 5%


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 4 358810,8182 89702,7045 5,79 * 2,67


Galat 20 309840,5746
Total 24 668651,3928 KK= 15,84 %
Keterangan : * Berpengaruh nyata
Hasil analisis keragaman pada (Tabel 6), menunjukkan bahwa pemberian
pupuk hijau lamtoro berpengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman.
Selanjutnya untuk melihat perbedaan antara masing-masing perlakuan yang
berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) (Tabel
6).

Tabel 6. Uji Beda Jujur pengaruh pupuk hijau lamtoro terhadap berat buah per
tanaman (g)

Pupuk hijau lamtoro (g/polybag) Rerata


210 615,60 a
1.050 676,60 ab
420 830,26 abc

9
840 880,23 bc
630 927,15 c
BNJ 5% = 235,56
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda
tidak nyata pada taraf uji BNJ 5%.
Hasil uji BNJ (Tabel 6) , menunjukkan bahwa tanaman terung yang diberi
pupuk hijau lamtoro sebanyak 630 g menghasilkan berat buah yang berbeda
dengan tanaman terung pada perlakuan pupuk hijau lamtoro sebanyak 210 g dan
tanaman terung yang diberi pupuk hijau lamtoro sebanyak 1.050 g. Sedangkan
pada tanaman terung yang diberikan pupuk hijau lamtoro 420 g dan 840 g
menunjukkan berat buah yang tidak berbeda dengan tanaman terung yang diberi
pupuk hijau lamtoro dan tanaman tanaman terung yang diberikan perlakuan 1.050
g. Tanaman terung yang diberi pupuk hijau lamtoro sebanyak 630 g menghasilkan
buah yang paling berat dibandingkan tanaman terung yang yang diberi pupuk
hijau lamtoro dengan dosis lainnya walaupun tidak berbeda pada perlakuan 420 g
dan 840 g.
1. Panjang Buah (cm)
Data rerata panjang buah per tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 15.
Hasil analisis keragaman pengaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap panjang
buah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis keragaman pengaruh lamtoro sebagai pupuk hijau terhadap


panjang buah

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F Tabel 5%


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Perlakuan 4 4,451896 1,112974 0,91tn 2,67


Galat 20 24,561800
Total 24 29,013696 KK= 5,48 %
tn
Keterangan : Berpengaruh tidak nyata
Hasil analisis keragaman (Tabel 7), menunjukkan bahwa pemberian pupuk
hijau lamtoro berpengaruh tidak nyata terhadap panjang buah. Panjang buah
terung pada berbagai perlakuan pupuk hijau lamtoro dapat dilihat pada Gambar 3.

10
Gambar 3. Panjang buah terung pada berbagai perlakuan pupuk hijau lamtoro

Gambar 3 menunjukkan bahwa buah terung terpanjang dihasilkan oleh


tanaman terung dengan perlakuan 840 g pupuk hijau per polybag yaitu 20,91 cm
dan buah terung paling pendek dihasilkan tanaman terung dengan perlakuan 210 g
pupuk hijau lamtoro yaitu 19,70 cm.

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau lamtoro


memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah buah dan berat buah (Tabel 3
dan Tabel 5) dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman minggu ke-2, 4,
6, 8 dan 10 setelah tanam, persentase bunga menjadi buah dan panjang buah
(Tabel 1, 2 dan tabel 7) diduga disebabkan perlakuan pupuk hijau lamtoro pada
berbagai dosis perlakuan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
terung. Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa bahan organik dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia,dan biologi tanah. Sifat fisik tanah menyebabkan
perkembangan akar menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan absorbsi unsur
hara oleh akar. Pemberian bahan organik juga dapat mempengaruhi sifat kimia
tanah yaitu memperbaiki pH tanah. Buckman dan Brady (1982) menyatakan
bahwa pH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara. pH tanah setelah
inkubasi berkisar antara 6-7,2 (Lampiran 7). pH tanah untuk tanaman terung agar
dapat tumbuh dan berproduksi baik adalah 6,8 sehingga pH tanah selama
penelitian sesuai untuk tanaman terung sehingga memberikan pertumbuhan dan
produksi yang baik. Pemberian pupuk hijau lamtoro dapat memperbaiki sifat
biologi tanah dan menunjang kehidupan mikroorganisme tanah.
Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman
meskipun bukan merupakan indikator utama. Pertambahan tinggi tanaman
merupakan bentuk adanya proses pembelahan dan pembesaran sel dari hasil
fotosintat tanaman. Hasil fotosintat tersebut pada tanaman terung digunakan untuk
pertumbuhan berbagai organ tanaman seperti batang,akar,dan daun.
11
Pertumbuhan vegetatif tanaman membutuhkan unsur N yang tinggi untuk
membantu dalam proses pertumbuhan dan pembelahan sel. Menurut
Poerwowidodo (1992) jika N diberikan dalam jumlah cukup, daun tanaman akan
tumbuh besar dan memperluas permukaan daun yang tersedia untuk fotosintesis.
Pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman terung ungu sangat memerlukan
ketersediaan unsur hara baik itu unsur hara makro terutama unsur nitrogen. Fungsi
nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan daun, batang dan membantu
pembentukan akar. Dalam jumlah yang tinggi unsur nitrogen dapat menyebabkan
pertumbuhan vegetatifnya semakin meningkat. Namun dalam kondisi lingkungan
yang tidak mendukung maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan tanaman
mudah terserang penyakit dan hama.
Menurut Cahyono (2003) tanaman terung tumbuh baik pada kisaran suhu
20oC – 32oC, kelembaban 80 – 90%, curah hujan sepanjang tahun dengan 3 –
4,5 bulan kering/tahun. Sedangkan selama penelitian suhu rata-rata 32,42 oC –
34,18 oC dengan kelembaban udara 68,50 - 72,75% merupakan suhu yang tidak
optimal untuk pertumbuhan tanaman terung dan data suhu udara pada saat
penelitian menunjukkan rerata suhu udara cukup tinggi sehingga mempengaruhi
pada variabel tinggi tanaman. Kelembaban udara yang rendah juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, dan laju transpirasi akan meningkat yang
akhirnya menyebabkab tanaman menjadi layu.
Darjanto dan Satifah (1990), menyatakan bahwa faktor lingkungan sekitar
tanaman juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yaitu suhu, kelembaban dan curah hujan. Kondisi lingkungan ini berkaitan dengan
pembungaan. Menurut Soetasad (2003), suhu lingkungan untuk proses
pembungaan pada tanaman terung berkisar 28ºC-32ºC dan curah hujan tidak
terlalu tinggi sedangkan pada penelitian,masa pembungaan suhu rata-rata berkisar
antara 32,42ºC-34,18ºC, tetapi suhu pada siang hari bisa mencapai kisaran 33ºC-
37º yang bisa menganggu proses pembungaan karena suhu udara yang terlalu
tinggi. Sedangkan curah hujan pada selama penelitian mencapai 2570 mm
(Lampiran 8-10), sehingga banyak bunga yang gugur dikarenakan tangkai bunga
yang rentan patah dan tidak berhasilnya fase penyerbukkan yang disebabkan
tepung sari tidak menempel pada putik. Faktor lainnya yang mempengaruhi
pembungaan adalah fotosintesis. Fotosintesis berfungsi sebagai proses untuk
menghasilkan makanan pada tanaman. Semakin tinggi suhu udara, maka laju
fotosintesis akan semakin tinggi, sehingga aktivitas tanaman dalam membelah sel
semakin cepat juga.
Persentase bunga menjadi buah merupakan jumlah bunga yang dihasilkan
tanaman yang dapat bertahan hingga berhasil menjadi buah. Pada tanaman terung
dengan pemberian pupuk hijau lamtoro sebanyak 420 g, memiliki persentase
bunga menjadi buah paling tinggi diantara pemberian pupuk hijau lamtoro pada
dosis lainnya, tetapi tidak berbeda dengan tanaman terung yang diberi pupuk hijau
lamtoro pada dosis lainnya.
Faktor yang mempengaruhi semakin menurunnya persentase bunga
menjadi buah walaupun semakin banyak pupuk hijau lamtoro yang diberikan
karena perubahan cuaca yang ekstrim dimana suhu tinggi berubah menjadi hujan
dengan intensitas tinggi lalu kembali ke suhu yang tinggi. Suhu tinggi dapat

12
menyebabkan kekeringan pada calon bunga dan akhirnya gugur sebelum menjadi
bunga sempurna, hal ini disebabkan pada masa generatif, suhu selama penelitian
pada siang hari mencapai 37ºC dan paling rendah pada siang hari mencapai 32ºC.
Jumlah buah menggambarkan kemampuan tanaman dalam menghasilkan
buah. Jumlah buah sangat berkaitan dengan jumlah bunga yang dihasilkan.
Winarsih (1985) menyatakan bahwa semakin banyak bunga yang terbentuk,
semakin besar pula kesempatan tanaman dalam menghasilkan buah. Hal tersebut
bukanlah menjadi satu-satuya faktor yang mempengaruhi. Faktor lain juga dapat
mempengaruhi, seperti unsur hara dan faktor lingkungan seperti suhu,kelembaban
dan curah hujan.
Unsur P menjadi unsur yang paling mempengaruhi dimana P berperan
dalam pembentukan ATP yang merupakan sumber energi dalam glikolisis
(pemecahan karbohidrat dan fotosintesis). Fosforilasi ADP mejadi ATP sangat
bergantung pada posfat. ATP diperlukan sebagai sumber energi untuk sintesis pati
dan protein bagi mekanisme penyerapan hara secara aktif,untuk transfor bahan-
bahan terlarut yang melintasi membrane. Hakim dkk (1986), menyatakan bahwa
suplai posfor yang cukup akan meningkatkan ketersediaan energi tanaman yang
berperan dalam meningkatkan kinerja kloroplas sebagai penyerapan sinar
matahari dalam fotosintesis. Energi yang dihasilkan dari proses fotosintesis
berfungsi sebagai pembentukan dan pemasakan buah sehingga bila mengalami
defisiensi, buah yang dihasilkan akan kecil (Dwijoseputro,1992).
Unsur K berperan dalam memperlancar pengangkutan karbohidrat dan
memegang peranan penting dalam pembelahan sel, dan mempengaruhi dalam
pembentukan dan pemasakan buah dikarenakan K berperan dalam pembelahan
sel. Menurut Wirjodiharjo(1964), dalam ketahanan tanaman terhadap lingkungan,
K berperan penting sehingga buah tidak mudah rusak maupun gugur bila suhu
tinggi, maupun curah hujan tinggi. Bila terjadi defisiensi hara, maka laju
fotositesis pun akan menurun, hal ini akan menyebabkan penyaluran karbohidrat
menurun terhadap jaringan buah sehingga buah mudah gugur dan hasilnya pun
sedikit (Darjanto dan Satifah, 1990).
Tanaman terung yang diberikan pupuk hijau lamtoo dengan dosis 420 g
dan 630 g memiliki jumlah buah paling banyak dan berbeda dengan tanaman
terung dengan perlakuan pupuk hijau lamtoro sebanyak 210 g tetapi tidak
berbeda dengan tanaman terung dengan pemberian pupuk hijau lamtoro dosis 840
g dan 1.050 g. Sedangkan tanaman terung yang memiliki jumlah bunga yang
paling banyak adalah tanaman terung yang diberi pupuk hijau lamtoro sebanyak
1.050 g dan persentase bunga menjadi buah, tanaman terung yang memiliki
persentase tertinggi adalah tanaman terung yang diberi pupuk hijau lamtoro
sebanyak 420 g.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak semua bunga yang terbentuk
berpotensi menjadi buah. Hal ini disebabkan ada bunga yang gugur sebelum
mekar maupun sebelum penyerbukan terjadi, dan ada buah muda yang gugur
sebelum panen yang disebabkan busuk dimakan hama maupun tangkai buah yang
patah.
Jumlah buah yang paling banyak dihasilkan tanaman terung adalah
tanaman terung yang diberi pupuk hijau lamtoro sebanyak 420 dan 630 g. Jumlah

13
buah yang dihasilkan tanaman terung dengan pemberian pupuk hijau lamtoro
sebanyak 630 g juga menghasilkan buah yang paling berat. Tetapi buah terung
yang terpanjang dihasilkan oleh tanaman terung dengan perlakuan 840 g pupuk
hijau lamtoro.
Hal ini diduga karena penambahan bahan organik tanah yang diharapkan
menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produktvitas tanaman dimana
penambahan bahan organik tanah dapat memperbaiki sifat fisik,kimia,dan biologi
tanah sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pada
tanaman terung yang diberi pupuk hijau lamtoro sebanyak 630 g menghasilkan
berat buah terbaik dan tanaman terung yang dibei pupuk hijau lamtoro sebanyak
840 g menghasilkan buah yang paling panjang dikarenakan unsur P yang cukup.
Menurut Dwijoseputro (1992), bahwa tanaman akan menghasilkan buah yang
kecil-kecil bahkan tidak mampu berbuah jika tanaman itu mengalami defisiensi P.
Menurut Marthadi (2001), fase perkembangan buah meliputi fase
pembesaran sel, akumulasi pati serta senyawa-senyawa yang berhubungan dengan
kualitas buah. Pembesaran sel yang terjadi setelah pembelahan sel merupakan
bertambahnya ukuran serta berat buah. Seluruh proses tersebut memerlukan
karbohidrat dan protein dalam jumlah besar dimana pembentukannya berkaitan
dengan unsur hara yang diserap tanaman.
Dalam pembentukan dan pengisian buah sangat dipengaruhi oleh
ketersedian unsur hara untuk proses fotosintesis yaitu karbohidrat, lemak, protein,
mineral dan vitamin yang akan ditranslokasikan ke bagian penyimpanan
contohnya pada buah (Harjadi,1986). Setyamidjaja (1986), menyatakan bahwa N
berperan dalam mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein yang
berpengaruh pada pembelahan, pemanjangan, dan pembesaran sel baru sehingga
mempercepat pembuahan.
Unsur P merupakan unsur penting dalam pembentukan buah dikarenakan
P mengubah karbohidrat menjadi senyawa lain misalnya gula menjadi tepung
yang hasilnya kan berpengaruh pada pembentukan buah. Sedangkan K berperan
dalam proses fotosintesis yang berhubungan dengan daya fotosintesis dan
translokasi asimilat ke bagian buah. Semakin banyak asimilat yang tersedia di
jaringan buah,maka buah yang akan dihasilkan semakin besar dan berat (Hakim
dkk, 1986).
Berdasarkan deskripsi tanaman terung pada Lampiran 1, berat buah per
tanaman bisa mencapai 4-5 kg per tanaman hingga panen selama 4 bulan dengan
bobot per buah 150 g. Tanaman terung dengan perlakuan pupuk hijau lamtoro
dengan dosis 630 g memiliki berat buah ( 927,15 g ) dan panjang buah (20,91 cm)
yang tertinggi.
Dibandingkan dengan deskripsi buah terung varietas Mustang maka
rerata berat buah terung pada penelitian ini masih rendah. Hal ini diduga karena
kandungan bahan organik yang diberikan berupa ketersediaan hara dalam pupuk
hijau lamtoro masih belum mencapai tingkat optimal untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman terung.
Faktor lain yang diduga menyebabkan rerata pada hasil tanaman terung
masih rendah adalah faktor suhu dan kelembaban, dikarenakan suhu pada
penelitian dari awal penelitian hingga akhir suhu berkisar dari 26ºC – 36,25ºC dan

14
kelembaban relatif selama penelitian antara 74,25% - 89%. Sedangkan suhu dan
kelembaban optimal yang dikendaki oleh tanaman terung berkisar 20°C - 32°C
dan 80%-90% (Rukmana, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa suhu dan
kelembaban lingkungan kurang mendukung untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman terung dimana suhu siang yang berkisar dari 33ºC - 37ºC yang melebihi
suhu maksimum (32ºC) dimana hal ini tanaman akan mudah kehilangan air dan
unsur N dan pada fase generatif, bunga menjadi rentan gugur dan buah akan
menjadi cepat masak sebelum waktunya yang dikarenakan laju fotosintesis akan
semakin cepat.
C. Rangkuman Hasil Penelitian
Hasil analisis keragaman terhadap semua variabel yang diamati,
pemberian pupuk hijau lamoro berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
minggu ke-2,4, 6, 8 dan 10 setelah tanam, persentase bunga menjadi buah dan
panjang buah, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah buah dan berat buah
Rekapitulasi pengaruh lumpur laut terhadap semua variabel pengamatan
dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rekapitulasi Rerata Hasil Pengamatan Pengaruh Lamtoro Sebagai Pupuk


Hijau Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Terung Pada Tanah Podsolik
Merah Kuning

Pupuk Tinggi tanaman (cm) Persentase Jum- Berat Pan-


hijau (mst) Bunga lah buah Jang
Lamto 2 4 6 8 10 jadi Buah buah (g) Buah
ro (%) (buah) (cm)
(g/polyb
ag)

210 20.22 30.58 47.31 53.63 64.90 38.66 6.30 615.60 19.70

420 18.80 31.38 48.05 55.06 64.73 41.96 8.50 830.26 20.13

630 19.16 31.42 47.39 53.63 64.55 38.39 8.50 927.15 20.55

840 20.17 30.44 49.46 56.67 64.70 37.52 8.40 880.23 20.91

1050 22.25 30.32 47.60 54.05 66.82 33.92 7.70 676.62 20.62

Uji F tn tn tn tn tn tn * * tn
KK (%) 17.09 5.38 20.63 6.28 5.32 14.80 10.73 15.84 5.48
Keterangan : *berpengaruh Nyata
tn
berpengaruh tidak nyata

15
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama penelitian, hasil analisis data dan
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian pupuk hijau lamtoro memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah
buah dan berat buah.
2. Pemberian pupuk hijau lamtoro sebanyak 630 g memberikan hasil terbaik
terhadap hasil tanaman terung yaitu jumlah buah dan berat buah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa
perlu dilakukan penelitian lanjut antara lain :
1. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan pupuk hijau dari jenis tanaman
lain.
2. Apabila akan melakukan penelitian terhadap tanaman terung hendaknya
memperhatikan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban dan curah hujan
supaya pertumbuhan dan hasil yang diperoleh optimal.

DAFTAR PUSTAKA

16
Badan Pusat Statistik, 2010, Kalimantan Barat dalam Angka. Badan Pusat
Stastistik Kalimantan Barat, Pontianak.
Buckman,H. dan C.Brady. 1982. Ilmu Tanah. (terjemahan Soegiman), Brata Karya
Aksara. Jakarta
Cahyono, B. 2003. Budidaya Tanaman Terung, Pustaka Nusantara. Jakarta
Christman, S., 2007, Solanum melongena, http://www.floridata.com diakses
tanggal 6 Februari 2011
Cristina, I., 2006, Plant Anatomy, second edition, 159, 196,John Wiley & Sons,
Inc., New York.
Darmawijaya M., 1992, Klasifikasi Tanah, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Darjanto dan S. Satifah,1990, Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Tehnik
Penyerbukan Silang Buatan, Gramedia, Jakarta.
Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia, Jakarta.
Gasperz, V ., 2001, Metode Perancangan Percobaan, Armico, Bandung
Hakim,N., M. Y. Nyakpa, A. M Lubis, S.G. Nugroho, M.R.Saul, M.A. Diha, G. B.
Hong dan H. H. Bailey,1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Universitas
Lampung, Lampung
Hardjowigeno S., 1993, Ilmu Tanah, Mediyatama Sarana Prakarsa,Jakarta.
----------., 1995, Ilmu Tanah, Akademika Pressindo,Jakarta.
Harjadi, S.S., 1986, Pengantar Agronomi, Gramedia, Jakarta.
Kartini, K., 2002, Pengaruh Pemberian Bokashi Daun Gamal terhadap
Pertumbuhan dan Hasi Tanaman Selada Pada Tanah Aluvial, Skripsi
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Lewis, 2005, Pengaruh Arachis pintoi Sebagai Pupuk Hijau Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Pada Tanah Alluvial, Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak.(Tidak
dipublikasikan).
Lingga, P., 1995, Petunjuk Penggunaan Pupuk, Penebar Swadaya, Jakarta.
Marthadi, 2001, Pengaruh Porasi Jerami Jagung Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Cabe Merah Pada Tanah Aluvial, Skripsi Mahasiswa Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak(Tidak dipublikasikan).
Musnamar, E.I. 2005. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Bogor.

Rochayati S., J. S. Adiningsih dan S. Ardi, 1989, Pengaruh Pupuk Posfat


Terhadap Hasil Kedelai dan Jagung Pada Tanah Ultisol Rangkas Bitung,
Dalam Pemberitaan Tanah dan Pupuk No.5, Pusat Penelitian Tanah , Bogor

17
Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius.
Yogyakarta.
Samadi, S., 1991, Direktorat Gizi Depkes RI , Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Sarief E. S., 1986, Kesuburan Tanah Dan Pemupukan Tanah Pertanian, Pustaka
Buana, Jakarta.
Suryani, R, 2006, Pemberian Bokashi Serbuk Sabut Kelapa Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai pada Tanah Aluvial, Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak (Tidak
dipublikasikan).
Setyamidjaja,D., 1986, Pupuk dan Cara Pemupukan, Simplex, Jakarta.
Soetasad, A.A. dan M.Sri, 1995, Budidaya Terung Lokal dan Terung Jepang,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Tjitrosoepomo, G., 2005, Morfologi Tumbuhan, 145, UGM Press, Yogyakarta.
Winarsih, 1985. Pengaruh Pemberian Urea dan Busukan Ikan Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Semangka Pada Tanah Aluvial. Skirpsi
Mahasiswa Fakultas Pertanian. Universitas Tanjungpura. Pontianak.(tidak
dipublikasikan)
Wirjodiharjo, 1964. Kesuburan Tanah . Kanisius. Yogyakarta.
Yuliana, E., 2005, Pengaruh Bokashi Gambut Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai Pada Tanah Aluvial, Skripsi Fakultas Pertanian
Univerasitas Tanjungpura, Pontianak (Tidak dipublikasikan).

18

You might also like