You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
(otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.1 Sekret yang
keluar mungkin serosa, mukus atau purulen. Penyakit ini biasanya diikuti oleh
penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.2
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden
OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Kehidupan sosial ekonomi
yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek
merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada
negara yang sedang berkembang. OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo
dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika
Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul
oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa
daerah minoritas di Pasifik.3,4
Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi
tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain. Berdasarkan Survei Nasional
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan RI
tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok
(THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada
kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis
media supuratif kronis antara 2,1-5,2%. 3,4 Survei prevalensi di seluruh dunia, yang
walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu
metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta
orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta) menderita kurang
pendengaran yang signifikan.3
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis
media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi
kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.
Proses infeksi pada OMSK sering disebabkan oleh campuran mikroorganisme

1
aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. Kuman
penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar
50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%.5

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea)
tersebut lebih dari 2 bulan. Baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.6
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik mukosa
telinga tengah dan kavum mastoid dengan perforasi membran timpani dan
riwayat keluarnya cairan dari liang telinga (otore) lebih dari dua bulan, baik
terus menerus atau hilang timbul.4

2.2. Klasifikasi OMSK


OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
a. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars
tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi
tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap
infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah,
disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat
perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret
mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari
mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:3
1. Fase aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului
oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau
setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar.
Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi
bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars

3
tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luar.
Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang
luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan
konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada
mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana
kadang-kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran
posterosuperior.
2. Fase tidak aktif / fase tenang
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering
dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai
berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo,
tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

Gambar 2.1 OMSK tipe tubotimpanik

Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :


a. Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis
kronis
b. Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis
c. Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat
yang terkontaminasi
d. Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia
e. Otitis media supuratif akut yang berulang

4
b. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf,
konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel
bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:7
a. Kongenital
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital adalah:
a) Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.
- Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.Pada mulanya dari
jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama
perkembangan. Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan
pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks
petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat
unilateral, dan gangguan keseimbangan.

Gambar 2.2 Kolesteatom Kongenital


b) Didapat
Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong
retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong
retraksi dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit untuk
mengalami perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali
normal. Area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars

5
tensa membrane timpani. Epitel skuamosa pada membrane timpani
normalnya membuang lapisan sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi
debris, tapi jika terbentuk kantong retraksi dan proses pembersihan ini
gagal, debris keratin akan terkumpul dan pada akhirnya membentuk
kolesteatoma. Pengeluaran epitel melalui leher kantong yang sempit
menjadi sangat sulit dan lesi tersebut membesar. Membran timpani
tidak mengalami ‘perforasi’ dalam arti kata yang sebenarnya : lubang
yang terlihat sangat kecil, merupakan suatu lubang sempit yang
tampak seperti suatu kantong retraksi yang berbentuk seperti botol,
botol itu sendiri penuh dengan debris epitel yang menyerupai lilin.
Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa metaplasia
skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap
infeksi kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke dalam dari epitel
skuamosa di sekitar pinggir perforasi, terutama pada perforasi
marginal.8
Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma
didapat, yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan
subepitel. Granuloma kolesterol tidak memiliki hubungan dengan
kolesteatoma, meskipun namanya hampir mirip dan kedua kondisi ini
dapat terjadi secara bersamaan pada telinga tengah atau
mastoid.Granuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal
kolesterol dari eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini
menyebabkan reaksi benda asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan
jaringan granulomatosa.

Gambar 2.3 Kolesteatom Didapat

6
2.3. Letak Perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/
jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral,
marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa,
sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada
perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di
pars flaksida.Jenis-Jenis Perforasi dapat dibagi menjadi:5
a. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-
superior, kadang-kadang sub total.

Gambar 2.4: Perforasi sentral

b. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai
perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan
dengan kolesteatom.

7
Gambar 2.5: Perforasi marginal

c. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.

Gambar 2.6: Perforasi atik

2.4. Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum,
insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya,
OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-
anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun
demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-
negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah
minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan
kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang
menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang

8
sedang berkembang. Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih
bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu
metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta
orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta) menderita kurang
pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia
adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang
berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.9

2.5. Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal
dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga
tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal
merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate
dan Down’s syndrome. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk
isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika
Serikat.
Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated
(seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat bermanifestasi
sebagai sekresi telinga kronis. Penyebab OMSK antara lain: 9
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran


timpani menetap pada OMSK: 9

9
a. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan
produksi sekret telinga purulen berlanjut.
b. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan
spontan pada perforasi.
c. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
d. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami
pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses
ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

2.6. Patogenesis
Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran
yang menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga
tengah (kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang
telinga tengah ini (otitis media).9
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan
tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara
luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang
pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar
menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih
mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM
daripada dewasa.9
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di
telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh
sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal
seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan
menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret
di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin

10
kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri
menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.9
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk
dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified
respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan
tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia,
mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM
ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk
lapisan epitel sederhana.9

Sembuh/
normal
Fgs.tuba tetap
terganggu
Gangguan Tekanan Infeksi (-)
tuba negatif efusi OME
telinga tengah

Perubahan tekanan tiba-tiba Tuba tetap terganggu


Alergi + ada infeksi
Infeksi
Sumbatan : Sekret
Tampon OMA
Tumor
Otitis Media Akut
(OMA)

Sembuh sempurna Otitis Media Otitis media Efusi


Supuratif Kronik (OME)
(OMSK)

OMSK tipe benigna OMSK tipe maligna

11
2.7. Patologi
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap.
Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium
daripada keseragaman gambaran patologi. Secara umum gambaran yang
ditemukan adalah:9
a. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
b. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
c. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada
beratnya infeksi sebelumnya.
d. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling
akhir terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau
mundur oleh otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda.
Bila infeksi kronik terus berlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik,
sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang.

2.8. Gejala Klinis


a. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan
encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan
oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk
yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh
perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang
timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran
nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau
berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret
telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi
kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-
keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur
mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya
lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan

12
dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda
adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair
tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
b. Gangguan pendengaran
Tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat,
karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi
dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli
konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran
masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada
OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena
putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang
didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui foramen rotundum
atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi koklea.
c. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat
karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,terpaparnya durameter
atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.
Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti
Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralisi.

13
d. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius
lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya
fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang
timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau
pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam
labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi
akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius,
karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid
ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin
berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus
OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan
positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat
diteruskan melalui rongga telinga tengah.

Tabel 2.1 Perbedaan Antara OMSK Tipe Benigna dan Maligna6


Tipe Benigna Tipe Maligna
Discharge Banyak, mukoid, tidak Sedikit, purulent, bau
berbau busuk
Perforsi Sentral Atik atau marginal
Granulasi Jarang Sering
Polip Pucat Merah dan “fleshy”
Kolesteatoma Tidak ada Ada
Komplikasi Jarang Sering
Audiogram Ringan ke sedang, tuli Tuli konduktif atau
konduktif campuran

2.9. Pemeriksaan Penunjang


Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:6

14
a. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran
1. Normal : -10 dB sampai 26 dB
2. Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
3. Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
4. Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
5. Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
6. Tuli total : lebih dari 90 dB.
b. Pemeriksaan Radiologi.
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan
atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi
sinus lateral dan tegmen7.
2. Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat
diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-
struktur.
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang
lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam
potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran
akibat.
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan

15
atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom.6
c. Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada
OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.
Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella,
dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.9

2.10. Penatalaksanaan
Terapi OMSK memerlukan waktu lama dan harus berulang. Pengobatan
penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Bila didiagnosis kolesteatoma,
maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat-obatan dapat digunakan
untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi,
dimana pengobatanannya dibagi atas:
 Konservatif
 Pembedahan
A. OMSK Benigna Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk
jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi,
dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas
atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi
rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi
berulang serta gangguan pendengaran.
B. OMSK Benigna Aktif
Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah :
1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani

16
Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai
untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga
merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.
Pembersihan kavum timpani dengan menggunakan cairan pencuci
telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Garam faal agar
lingkungan bersifat asam sehingga merupakan media yang buruk
untuk pertumbuhan kuman.
2. Pemberian antibiotika :
a. antibiotika/antimikroba topikal
Setelah sekret berkurang, terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika
dan kortikosteroid, hal ini dikarenakan biasanya ada gangguan
vaskularisasi ditelinga tengah sehingga antibiotika oral sulit
mencapai sasaran optimal. Cara pemilihan antibiotika yang
paling baik adalah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji
resistensi.
Preparat antibiotika topikal untuk infeksi telinga tersedia
dalam bentuk tetes telinga dan mengandung antibiotika tunggal
atau kombinasi, jika perlu ditambahkan kortikosteroid untuk
mengatasi manifestasi alergi lokal. Obat tetes yang dijual di
pasaran saat ini banyak mengandung antibiotika yang bersifat
ototoksik. Oleh sebab itu, jangan diberikan secara terus menerus
lebih dari 1-2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.
Antibiotika yang sering digunakan untuk OMSK adalah:
1. Kloramfenikol
Losin et. al (1983) melakukan penelitian pada 30 penderita
OMSK jinak aktif mendapatkan bahwa sensistifitas
kloramfenikol terhadap masing-masing kuman adalah
sebagai berikut: Bacteroides sp. (90%), Proteus sp.
(73,33%), Bacillus sp. (62,23%), Staphylococcus sp.
(60%), dan Pseudomonas sp. (14,23%).
2. Polimiksin B atau Polimiksin E

17
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif,
Pseudomonas, E.coli,Klebsiella, dan Enterobakter tetapi
tidak efektif (resisten) terhadap kuman Gram positif seperti
Proteus dan B. Fragilis dan toksik terhadap ginjal dan
susunan saraf.
3. Gentamisin
Gentamisisn adalah antibiotika derivat aminoflikosida
dengan spektrum yang luas dan aktif untuk melawan
organisme Gram positif dan negatif. Saah satu bahaya dari
pemberian gentamisin tetes telinga adalah kemungkinan
terjadinya kerusakan telinga dalam. Telah diketahui bahwa
pemberian gentamisin secara sistemik akan menyebabkan
efek ototoksik.
4. Ofloksasin
Ofloksasin mempunyai aktifitas yang kuat untuk bakteri
Gram negatif dan positif dan bekerja dengan cara
menghambat enzim DNA gyrase. Pada OMSK dengan
perforasi membrana timpani, konsentrasi tinggi ofloksasin
telah ditemukan 30 menit setelah pemberian solutio
ofloksasin 0,3%. Berdasarkan penelitian, pemakain tetes
siprofloksasin lebih berhasil dan lebih murah dibandingkan
tetes kloramfenikol, dan tidak dijumpai efek ototoksik.
Keuntungan lainnya ofloksasin dapat diberikan secara
tunggal tanpa antibiotik oral.
b. antibiotika sistemik
Secara oral, dapat diberikan antibiotika golongan ampisilin
atau eritromisin sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada
infeksi yang dicurigai penyebabnya telah resisten terhadap
ampisilin, dapat diberikan ampisilin-asam klavulanat.
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus
disertai pembersihan sekret.

18
Terapi antibiotika sistemik yang dianjurkan pada OMSK
adalah:
1. Pseudomonas: aminogliosida + karbenisilin
2. P. Mirabilis: ampisilin atau sefalosporin
3. P.morganii, P.vulgaris : aminoglikosida +karbenisilin
4. Klebsiella: sefalosporin atau aminoglikosida
5. E.coli: ampisilin atau sefalosporin
6. S.aureus antis-stafilikokus: penisiln, sefalosforin,
eritromisin, aminoglikosida
7. Streptokokus: penisilin, sefalosforin, ertiromisin,
sminoglikosida
8. B. Fragilis: klindamisin.
Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman
anaerob. Metronidazol dapat diberikan pada OMSK aktif dosis
400 mg 3 kali sehari, selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam
selama 2-4 minggu. Antibiotika golongan kuinolon tidak
dianjurkan untuk anak berusia dibawah 16 tahun.
Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah
diobservasi selama 2 bulan maka idealnya dilakukan
miringoplasti atau timpanoplasti yang bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegab terjadinya komplikasi serta
memperbaiki pendengaran.
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan
sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif.
Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Dianjurkan
irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan
merupakan media yang burukuntuk tumbuhnya kuman. Selain itu
dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh
antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono menggunakan
antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan hasil cukup

19
memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang
menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat
pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga
tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya
neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1minggu. Cara pemilihan
antibiotik yang paling baik adalah dengan berdasarkan
kulturkuman penyebab dan uji resistensi.

C. Jenis pembedahan OMSK


Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis baik tipe aman atau bahaya, antara lain:9
1. Mastoidektomi sederhana (Simple Mastoidectomy).
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini
dilakukan pembersihan ruangan mastoid dari jaringan patologik.
Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.9
2. Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau
kolesteotoma yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan
kavum tympani dibersihkan dari semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak di
perbaiki.
Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang
seumur hidupnya. Pasien harus dating dengan teratur untuk control,
supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali,
sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft)
pada rongga operasi serta membuat meatoplast yang lebar, sehingga
rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu
meatus telinga luar menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan Modifikasi

20
4. Miringoplasti.
5. Timpanoplasti
Timpanoplasti adalah prosedur menghilangkan proses patologik
didalam telinga tengah dan diikuti rekontruksi system konduksi
suara pada telinga tengah. Timpanoplasti diajukan pertama kali oleh
Wullstein tahun 1953 yang kemudian membagi timpanoplasti
menjadi V tipe pada tahun 1956. Tujuan dari timpanoplasti itu
sendiri ialah mengembalikan fungsi telinga tengah , mencegah
infeksi berulang dan memperbaiki pendengaran. Tujuan lainnya
membersihkan semua jaringan patolgis dimana anatomi dari meatus
eksternus termasuk sulkus timpani utuh. Kavum mastoid dibuka
untuk menghindari system aerasi yang tertutup. Aerasi dapat
diperoleh dengan membersihkan penyumbatan antara kavum
tympani, antrum, dan system sel mastoid.
Indikasi timpanoplasti dilakukan pada OMSK tipe aman
dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak
bias ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Pada operasi
ini selain rekontruksi membran timpani sering kali harus dilakukan
juga rekonstruksi tulang pendengaran. Sebelum rekontruksi
dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan
atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis.1
Tipe-tpe Timpanoplasti
a. Tipe I: Disebut juga miringoplasti. Operasi ini merupakan
timpanoplasti yang paling ringan, dengan melakukan
rekontruksi hanya pada membrane tympani dan cangkokan
bersandar pada maleus. Indikasi operasi ini dilakukan pada
OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan ketulian ringan
yang hanya disebabkan oleh perforasi yang menetap. Pada tipe
I ini seharusnya dapat memulihkan pendengaran konduktif
sampai normal atau hampir normal.
b. Tipe II sampai tipe V dilakukan rekontruksi membran timpani
dan rekontruksi tulang pendengaran.

21
Tabel 1. Jenis Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined Approach


Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan tekni operasi timpanoplasti yang dikerjakan
pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan
granulasi yang luas.
Tujuan operasi untuk menyembuhkanmenyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi
radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi kavum timpani,
dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang
telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.

22
Gambar 2.7 Algoritma tatalaksana OMSK

23
Gambar 2.7 Algoritma talaksana OMSK

24
2.11. Komplikasi
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan
kematian. Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada
kelainan patologik yang menyebabkan otorea. Biasanya komplikasi
didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut
atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe
benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang
serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan
dengan kolesteatom. Adam dkk mengemukakan klasifikasi sebagai berikut:6
i. Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi persisten, erosi tulang
pendengaran dan paralisis nervus fasial.
ii. Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli
saraf (sensorineural).
iii. Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis
dan petrositis.
iv. Komplikasi ke susunan saraf pusatyaitu meningitis, abses otak dan
hidrosefalus otitis.
Sauza dkk membagi komplikasi otitis media menjadi:6
i. Komplikasi Intratemporal
Komplikasi di telinga tengah
a. paresis nervus fasialis
b. Kerusakan tulang pendengaran
c. Perforasi membran timpani
Komplikasi ke rongga mastoid
a. Petrositis
b. Mastoiditis koalesen
Komplikasi ke telinga dalam
a. Labirintis
b. Tuli saraf/sensorineural
ii. Komplikasi ekstratemporal
- Komplikasi intrakranial

25
a. Abses ekstradura
b. Abses subdura
c. Abses otak
d. Meningitis
e. Tromboflebitis sinus lateralis
f. Hidrosefalus otikus
- Komplikasi ekstrakaranial
a. Abses retroaurikular
b. Abses Bezold’s
c. Abses zigomatikus
Selain komplikasi-komplikasi tersebut, dapat juga terjadi komplikasi
padaperubahan tingkah laku.

Shambough (2003) membagi komplikasi otitis media sebagai berikut:6


i. Komplikasi intratemporal
a. Perforasi membran timpani
b. Mastoiditis akut
c. paresis n. Fasialis
d. Labirinitis
e. Petrositis
ii. Komplikasi ekstratemporal
a. Abses subperiosteal
iii. Komplikasi intrakranial
a. Abses otak
b. Tromboflebitis
c. Hidrosefalus otikus
d. Empiema subdura
e. Abses subdura/ektradura

26
BAB III
KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
(otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Otitis media akut
dapat menjadi otitis media supuratif kronik apabila terapi terlambat diberikan,
terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi
kurang) atau hygiene buruk. Otitis media supuratif kronik mempunyai potensi untuk
menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat
menyebabkan kematian.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Helmi. Panduan penatalaksanaan baku otitis media supuratif kronik di


Indonesia. Jakarta 2002: 4-13.
2. Utami TF, Sudarman K, Rianto BUD, Christanto A. Rinitis alergi sebagai faktor
risiko otitis media supuratif kronis. Cermin Dunia Kedokteran. 2010: 179: 425-
9.
3. Berman S. Otitis media in developing countries. Pediatrics. July 2006.
Available from URL: http://www.pediatrics.org/
4. Aboet A. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap : Radang Telinga
Tengah Menahun. Medan : Universitas Sumatera Utara; 2007.
5. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotika Topikal Pada Otitis Media Supurativa
Kronik Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran. 2001: 132: 259-32.
6. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Keseharan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2012.
7. Thapa N, Shirastav RP. Intrakranial complication of chronic suppuratif otitis
media, attico-antral type: experience at TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 36-39
8. Couzos S, Lea T, Mueller R, Murray R, Culbong M. Effectiveness of ototopical
antibiotics for chronic suppurative otitis media in Aboriginal children:
a community-based, multicentre, double-blind randomised controlled trial.
Medical Journal of Australia. 2003.
9. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima.
Jakarta: FKUI, 2001.

28

You might also like