You are on page 1of 27

PENDAHULUAN

Cerebral palsy merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh buruknya pengendalian
kelakuan, otot, kelumpuhan serta gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral palsy atau CP
terjadi pada 1-2 dari 1000 bayi yang terlahir di dunia. Bayi yang menderita cerebral palsy
lebih sering ditemukan pada seorang bayi yang terlahir prematur.

Bayi yang terlahir premature sangat rentan terhadap cerebral palsy, karena pembuluh
darah pada bayi yang menuju ke otak belum berkembang dengan sempurna sehingga sangat
mudah mengalami sebuah pendarahan. Sepertiga dari bayi yang menderita cerebral palsy
biasanya dilahirkan sebelum usia kehamilan ibu menginjak 37 minggu dan sepuluh persennya
lagi terjadi pada bayi yang lahir pada usia kehamilan sebelum 28 minggu.

Tanda-tanda bayi menderita cerebral palsy biasanya mulai tampak ketika bayi tersebut
tidak menunjukkan perkembangan yang cukup sederhana seperti menggenggam, mengangkat
kepala dan lain sebagainya. Berikut ini adalah tanda-tanda awal bayi menderita cerebral
palsy.

Cerebral palsy sendiri bukanlah sebuah penyakit khusus, akan tetapi gangguan ini
menyebabkan serangkaian gangguan pada gerakan. Yang perlu dilakukan untuk setiap
penderita adalah menjalani terapi setiap hari agar kondisi tidak semakin parah. Bayi dan
anak-anak harus diajarkan bagaimana untuk bisa mengontrol dirinya. Ada beberapa cara yaitu
dengan fisioterapi, terapi wicara, okupasi terapi dan terapi perilaku.

Berikut ini, dilaporkan satu buah laporan kasus yang ditemukan saat di poliklinik
RSUD Undata Palu.

1
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Umur : 4 tahun 5 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Basuki rahmat
Tanggal masuk : 27 Januari 2016

ANAMNESIS
Keluhan utama : demam

Riwayat penyakit sekarang


Pasien anak laki laki masuk RS dengan keluhan panas tinggi sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. panas datang tiba-tiba dan tinggi terus menerus. Bersamaan dengan
datangnya batuk, pasien juga mengalami batuk dengan berdahak berwarna kuning. Selama
sakit pasien menerima paracetamol namun panas tidak turun. BAB dan BAK biasa. Demam
tidak di sertai bangkitan kejang.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti sekarang sebelumnya.
Usia 1 tahun pasien di diagnosis menderita cerebral palsy. Keluarga mengamati bahwa pasien
mengalami keterbatasan dan keterlambatan di banding anak seusianya. Keterlambatan ini
berupa lambat tengkurap, duduk, merangkak, hingga berjalan.
Kaki pasien juga terkadang mengalami kaku. Kaku berlangsung lama. Selain keterlambatan
motorik, pasien juga memiliki keterbatasan dalam bicara. Usia 1 tahun kosa kata pasien
masih sedikit. Susah di ajak berkomunikasi. Saat pasien mulai aktif, pandangan pasien susah
untuk di fokuskan.
Sejak terdiagnosa menderita cerebral palsy, pasien rutin melakukan fisioterapi dan hasilnya
keterbatasan dapat di minimalisir.

Riwayat penyakit keluarga:


Ayah dari pasien juga sedang demam.

2
Riwayat sosial-ekonomi :
Ekonomi menengah ke atas.

Riwayat kebiasaan dan lingkungan :


Pasien termasuk anak yang aktif. Lingkungan rumah jauh dari pembuangan, rumah
sakit, ternak, wilayah industrial.

Riwayat Kehamilan dan persalinan :


Pasien lahir di rumah bersalin, dibantu oleh bidan, kehamilan cukup bulan, lahir
spontan dan langsung menangis. Berat badan lahir 2300 gram.

Anamnesis Makanan :
Pasien mendapatkan ASI hingga usia 1 tahun. Saat usia 6 bulan pasien diberi
makanan pendamping ASI, berupa bubur susu. Dan saat ini pasien sudah mulai makan nasi,
dan juga diberikan susu formula. Selama sakit nafsu makan pasien menurun.

Riwayat Imunisasi: Imunisasi dasar lengkap.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 10 kg
Tinggi badan : 104 cm
Status Gizi : CDC : gizi buruk
Tanda vital :
Nadi = 130 x/menit, kuat angkat
Respirasi = 42 x/menit
Suhu badan = 39.5 0C

1. Kulit : Warna : Sawo matang


Efloresensi : Tidak ada kelainan
Sianosis : tidak ada
Turgor : cepat kembali
Kelembaban : cukup
3
Sianosis : tidak ada
Lapisan lemak : sedikit
Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
Konjungtiva : tidak ada anemis
Sklera : tidak ada ikterik
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Telinga : Sekret : tidak ada
Serumen : minimal
Nyeri : tidak ada
Hidung : Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Rhinorea : Ada
Mulut : Bibir : mukosa bibir basah, tidak hiperemis
Gigi : Tidak ada karies
Gusi : tidak berdarah
Lidah : Tremor/tidak : tidak tremor
Kotor/tidak : tidak kotor
Warna : kemerahan
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis

2. Leher :
 kelenjar getah bening : dalam batas normal
 Kelenjar tiroid : dalam batas normal

3. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Pernafasan : Thorakoabdominal

4
Retraksi : Intercostal
Palpasi : Vokal fremitus normal
Perkusi : Redup kedua lapang paru
Auskultasi : Rhonki basah halus(+/+), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising : tidak ada
4. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Kesan datar
Auskultasi : bising usus (+) : Kesan normal
Perkusi : Bunyi : Timpani
Asites : (-)
Palpasi : Nyeri tekan :(-)
Organomegali : (-)
5. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), spastik pada kedua tungkai.
6. Genitalia : dalam batas normal

LABORATORIUM
Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
HGB 11,5 11,5-16,5 g/dl
WBC 6,7 3,5-10 103/mm
RBC 4,79 3,8-8,5 109/mm
HCT 38,6 35-52 %
PLT 231 150-450 Ribu/ul

RESUME
Pasien anak perempuan umur 4 tahun 5 bulan, berat badan 10 kg, panjang badan 104
cm, status gizi buruk, masuk dengan keluhan demam tinggi, dialami sejak 2 hari sebelum

5
masuk rumah sakit. Pasien batuk 1 berdahak dan terdapat rinorhea. Demam tidak pernah.
Terdiagnosa cerebral palsy di usia 1 tahun karna meengalami keterlambatan berjalan.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum composmentis, tampak sakits berat, gizi
buruk. Pemeriksaan tanda vital didapatkan Nadi 130 x/menit, reguler, isi dan kuat angkat,
respirasi 42 x/menit, reguler,suhu 39,5oC. Pemeriksaan thoraks tidak didapatkan adanya
retraksi intercostal, suara napas tambahan yaitu ronki basah halus pada kedua lapang paru.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya penurunan hemoglobin.

DIAGNOSIS : kejang + cerebral palsy

TERAPI :
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 250 mg
- Injeksi dexamethasone ½ ampul/ IV
- Paracetamol syrup 3 x 1 Cth (jika demam)
- Ambroxol syrup 15mg/5 mL, 3 x 1 Cth
- Salbutamol syrup 2mg/5 mL, 3 x 1 Cth

6
BAB II
CEREBRAL PALSY

I. DEFINISI
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan
menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental. 1
Terminology ini digunakan untuk mendeskripisikan kelompok penyakit kronik
yang mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak
pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah
memburuk pada usia selanjutnya. Istilah cerebral ditujukan pada kedua belahan otak, atau
hemisfer dan palsi mendeskripsikan bermacam penyakit yang mengenai pusat
pengendalian pergerakan tubuh. Jadi penyakit tersebut tidak disebabkan oleh masalah pada
otot atau jaringan saraf tepi, melainkan terjadi perkembangan yang salah atau kerusakan
pada area motorik otak yang akan mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol
pergerakan dan postur secara adekuat. 2
II. EPIDEMIOLOGI
Asosiasi CP dunia memperkirakan > 500.000 pendertia CP di Amerika. Disamping
peningkatan dalam prevensi dan terapi penyakit penyebab CP, jumlah anak – anak dan
dewasa yang terkena CP tampaknya masih tidak banyak berubah atau mungkin lebih
meningkat sedikit selam 30 tahun terakhir. Angka harapan hidup penderita CP tergantung
dari tipe CP dan beratnya kecacatan motorik 2
III. KLASIFIKASI
CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis. Spastic
diplegia untuk pertama kali dideskripsikan oleh dr.Little (1860), merupakan salah satu
bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya sebagai CP. Hingga saat ini, CP
diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori,
yaitu : 2

7
A. CP Spastik
Merupakan bentukan CP yang terbanyak (70-80%), otot mengalami kekakuan dan
secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami spastisitas,
pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus.
Gambaran klinis ini membentuk karakterisitik berupa ritme berjalan yang dikenal
dengan gait gunting (scissor gait) (Bryers, 1941).
Anak dengan spastic hemiplegia dapat disetai tremor hemiparesis, dimana seseorang
tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu sisi tubuh.
Jika tremor memberat, akan terjadi gangguan gerakan berat.
a. Monoplegi  bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan
b. Diplegia  keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat daripada
kedua lengan
c. Triplegia  bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah mengenai
kedua lengan dan kaki
d. Quadriplegia  keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama
e. Hemiplegia  Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena lebih berat

Gambar anggota gerak yang mengalami kelainan 5


B. CP Atetoid / diskinetik
Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak terkontrol dan
perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan atau tungkai dan
pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan anak tampak selalu
menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama
periode peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami
masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). CP atetoid terjadi pada 10-20%
penderita CP.
C. CP Ataksid
8
Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. Penderita yang terkena
sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan
kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan,
kesulitan dalam melakukan gerkan cepat dan tepat, misalnya menulis atau
mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan
volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada
bagian tubuh yang baru akan digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat
pendertia akan menuju obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid ini mengenai 5-10%
penderita CP. 4
4. CP Campuran
Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu bentuk CP yang
akan dijabarkan di atas. Bentuk campuran yang sering dijumpai adalah spastic dan
gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin dijumpai.
Dari defisit neurologis, CP terbagi :
1. Tipe spastis atau piramidal
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah:
• Hipertoni (fenomena pisau lipat)
• Hiperfleksi yang disertai klonus
• Kecenderungan timbul kontraktur
• Refleks patologis
2. Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia,
ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retradasi mental. Disamping
itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperfleksi ringan, jarang sampai timbul klonus.
Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan apabila mengenai saraf otak bisa terlihat
wajah yang asimetris dan disartri
3. Tipe campuran
Gejala-gejala merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya hiperrefleksi dan
hipertoni disertai gerakan khorea.

CP juga dapat diklasifikan berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan


kemampuan penderita untuk melakukan aktivitas normal (Tabel 1.)
Tabel 1. Klasifikasi CP berdasarkan Derajat Penyakit

9
Klasifikasi Perkembangan Gejala Penyakit
motorik penyerta
Minimal Normal, hanya  Kelainan tonus sementar  Gangguan
terganggu secara  Refleks primitif menetap komunikasi
kualitatif terlalu lama  Gangguan
 Kelainan postur ringan belajar
 Gangguan gerak motorik spesifik
kasar dan halus,
misalnya clumpsy
Ringan Berjalan umur 24  Perkembangan refleks
bulan primitif abnormal
 Respon postular
terganggu
 Gangguan motorik
seperti tremor
 Gangguan koordinasi
Sedang Berjalan umur 3  Berbagai kelainan  Retardasi
tahun kadang neurologis mental
memerlukan  Refleks primitif menetap  Gangguan
bracing. Tidak  Respon postural belajar dan
perlu alat khusus terlambat komunikasi
 Kejang
Berat Tidak bisa  gejala neurologis
berjalan atau dominan
berjalan dengan  refleks primitif menetap
alat bantu,  respon postural tidak
kadang butuh muncul
operasi

PENYAKIT LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN CEREBRAL PALSY


Banyak penderita CP juga menderita penyakit lain. Kelainan yang mempengaruhi
otak dan menyebabkan gangguan fungsi motorik dapat menyebabkan kejang dan
mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang, atensi terhadap dunia luar, aktivitas dan

10
perilaku, dan penglihatan dan pendengaran. 4 Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan
CP adalah :
1. Gangguan mental
Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga dengan
gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal. Gangguan mental
sering dijumpai pada anak dengan klinis spastik quadriplegia.
2. Kejang atau epilepsi
Setengah dari seluruh anak CP menderita kejang. Selam kejang, aktivitas elektri
dengan pola normal dan teratur di otak mengalami gangguan karena letupan listrik
yang tidak terkontrol. Pada pendertia CP dan epilepsi, gangguan tersebut akan
tersebar keseluruh otak dan menyebabkan gejala pada seluruh tubuh, seperti
kejang tonik-klonik atau mungkin hanya pada satu bagian otal dan menyebabkan
gejala kejang parsial. Kejang tonik-klonik secara umum menyebabkan penderita
menjerit dan diikuti dengan hilangnya kesadaran, twitching kedua tungkai dan
lengan, gerakan tubuh konvulsi dan hilangnya kontrol kandung kemih.
3. Gangguan pertumbuhan
Sindroma gagal tumbuh sering terjadi pada CP derajat sedang hingga berat,
terutama tipe quadriparesis. Gagal tumbuh secara umum adalah istilah untuk
mendeskripsikan anak – anak yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya
walaupun dengan asupan makanan yang cukup. Tampak pendek dan tidak tampak
tanda maturasi seksual. Sebagai tambahan, otot tungkai yang mengalami
spastisitas mempunyai kecenderungan lebih kecil dibanding normal. Kondisi
tersebut juga mengenai tangan dan kaki karena gangguan penggunaan otot tungkai
(disuse atrophy).
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Mata tampak tidak segaris karena perbedaan pada otot mata kanan dan kiri
sehingga menimbulkan penglihatan ganda. Jika tidak segera dikoreksi dapat
menimbulkan gangguan berat pada mata.
5. Sensasi dan persepsi normal
Sebagian pendertia CP mengalami gangguan kemampuan untuk merasakan
sensasi misalnya sentuhan dan nyeri. Mereka juga mengalami stereognosia, atau
kesulitan merasakan dan mengidentifikasi obyek melalui sensasi.
IV. PATOFISIOLOGI

11
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan
degenerasi laminar akan menimbulkan narrow ergyiri, suluran sulci dan berat otak
rendah. CP digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang
disebabkan oleh cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu
presentasi CP dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (struktural otak : awal sebelum
dilahirkan, perinatal, atau luka-luka / kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan
ketidakcukupan vaskuler, toksin atau infeksi). 1
Penyebab CP kongenital sering tidak diketahui. Diperkirakan terjadi kejadian
spesifik pada masa kehamilan atau sekitar kelahiran dimana terjadi kerusakan pusat
motorik pada otak yang sedang berkembang. Beberapa penyebab CP kongenital adalah :
a. Infeksi pada kehamilan
Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus dalam uterus, akan menyebabkan
kerusakan sistem saraf yang sedang berkembang. Infeksi lain yang dapat
menyebabkan cedera otak fetus meliputi cytomegalovirus dan toxoplasmosis.
b. Ikterus neonatorum
Pada keadaan Rh/ABO inkompatibilitas, terjadi kerusakan eritrosit dalam waktu
singkat, sehingga bilirubin indirek akan menngkat dan menyebabkan ikterus. Ikterus
berat dan tidak diterapi dapat merusak sel otak secara permanen. 6
c. Kekurangan oksigen berat pada otak atau trauma kepala selama proses persalinan.
Asfiksia sering dijumpai pada bayi bayi dengan kesulitan persalinan. Asfiksia
menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi dalam periode lama, anak
tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal dengan hipoksik iskemik
ensefalopati. Angka mortalitas meningkat pada kondisi asfiksia berat, dimana daat
bersama dengan gangguan mental dan kejang. 6
d. Stroke
Kelainan koagulasi pada ibu atau bayi dapat menyebabkan stroke pada fetus atau
bayi baru lahir. Stroke ini menyebabkan kerusakan jaringan otak dan menyebabkan
terjasinya masalah neurologis.

V. FAKTOR RESIKO CEREBRAL PALSY


Faktor-faktor resiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP semakin besar
antara lain adalah: 2
a. Letak sungsang.
b. Proses persalinan sulit.
12
Masalah vaskuler atau respirasi bayi selama persalinan merupakan tanda awal
yang menunjukkan adanya masalah kerusakan otak atau otak bayi tidak
berkembang secara normal. Komplikasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan
otak permanen.
c. Apgar score rendah.
Apgar score yang rendah hingga 10-20 menit setelah kelahiran.
d. BBLR dan prematuritas.
Resiko CP lebih tinggi diantara bayi dengan berat lahir <2500gram dan bayi lahir
dengan usia kehamilan <37 minggu. Resiko akan meningkat sesuai dengan
rendahnya berat lahir dan usia kehamilan.
e. Kehamilan ganda.
f. Malformasi SSP.
Sebagian besar bayi-bayi yang lahir dengan CP memperlihatkan malformasi SSP
yang nyata, misalnya lingkar kepala abnormal (mikrosefali). Hal tersebut
menunjukkan bahwa masalah telah terjadi pada saat perkembangan SSP sejak
dalam kandungan.
g. Perdarahan maternal atau proteinuria berat pada saat masa akhir kehamilan.
Perdarahan vaginal selama bulan ke 9 hingga 10 kehamilan dan peningkatan
jumlah protein dalam urine berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya CP
pada bayi
h. Hipertiroidism maternal, mental retardasi dan kejang.
i. Kejang pada bayi baru lahir

VI. DIAGNOSIS CEREBRAL PALSY


a. Gejala Awal
Tanda awal CP biasanya tampak pada usia <3 tahun, dan orang tua sering
mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi dengan CP
sering mengalami kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk,
merangkak, tersenyum atau berjalan.1
1) Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan reflek
Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang
meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama
derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan
13
kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi
siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga
posisi ibu jari melintang di telapak tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada
sendi paha dan lutut, kaki dalam flesi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam.
Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. Kerusakan
biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Bentuk kelumpuhan spastisitas
tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan yaitu monoplegia/ monoparesis.
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat
dari yang lainnya; hemiplegia/ hemiparesis adalah kelumpuhan lengan dan tungkai
dipihak yang sama; diplegia/ diparesis adalah kelumpuhan keempat anggota gerak
tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan; tetraplegia/ tetraparesis adalah
kelimpuhan keempat anggota gerak, lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan
dengan tungkai.
2) Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak flaksid (lemas) dan
berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower
motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari
rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti
kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah
menjadi spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang
khas ialah refelek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya
terletak di batang otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
3) Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid,
tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan
tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan
ataksia, kerusakan terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau
ikterus kern pada masa neonatus.
4) Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan
menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan
tamapak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua
pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak diserebelum.
14
5) Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen
terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada
golongan koreo-atetosis.
6) Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang
terjadi dengan sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-
otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak
berliur.
7) Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.pada
keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak.
b. Pemeriksaan fisik
Dalam menegakkan diagnosis CP perlu melakukan pemeriksaan kemampuan
motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat kehamilan,
persalinan dan kesehatan bayi. Perlu juga dilakukan pemeriksaan refleks dan
mengukur perkembangan lingkar kepala anak.4
Perlu juga memeriksa penggunaan tangan, kecenderungan untuk
menggunakan tangan kanan atau kiri. Jika dokter memegang obyek didepan dan pada
sisi dari bayi, bayi akan mengambil benda tersebut dengan tangan yang cenderung
dipakai, walaupun obyek didekatkan pada tangan yang sebelahnya. Sampai usia 12
bulan, bayi masih belum menunjukkan kecenderungan menggunakan tangan yang
dipilih. Tetapi bayi dengan spastik hemiplegia, akan menunjukkan perkembangan
pemilihan tangan lebih dini, sejak tangan pada sisi yang tidak terkena menjadi lebih
kuat dan banyak digunakan.
Langkah selanjutnya dalam diagnosis CP adalah menyingkirkan penyakit lain
yang menyebabkan masalah pergerakan. Yang terpenting, harus ditentukan bahwa
kondisi anak tidak bertambah memburuk. Walaupun gejala dapat berubah bersama
waktu, CP sesuai dengan definisinya tidak dapat menjadi progresif. Jika anak secara
progresif kehilangan kemampuan motorik, ada kemungkinan terdapat masalah yang
berasal dari penyakit lain, misalnya penyakit genetik, penyakit muskuler, kelainan
metabolik, tumor SSP. Penelitian metabolik dan genetik tidak rutin dilakukan dalam
evaluasi anak dengan CP. Riwayat medis anak, pemeriksaan diagnostik khusus, dan,

15
pada sebagian kasus, pengulangan pemeriksaan akan sangat berguna untuk konfirmasi
diagnostik dimana penyakit lain dapat disingkirkan.

PEMERIKSAAN NEURORADIOLOGIK
Pemeriksaan khusus neuroradiologik untuk mencari kemungkinan penyebab CP
perlu dikerjakan, salah satu pemeriksaan adalah CT scan kepala, yang merupakan
pemeriksaan imaging untuk mengetahui struktur jaringan otak. CT scan dapat
menjabarkan area otak yang kurang berkembang, kista abnormal, atau kelainan lainnya.
Dengan informasi dari CT Scan, dokter dapat menentukan prognosis penderita CP.
MRI kepala, merupakan tehnik imaging yang canggih, menghasilkan gambar
yang lebih baik dalam hal struktur atau area abnormal dengan lokasi dekat dengan tulang
dibanding dengan CT scan kepala.
Dikatakan bahwa neuroimaging direkomendasikan dalam evaluasi anak CP jika
etiologi tidak dapat ditemukan.
Pemeriksaan ketiga yang dapat menggambarkan masalah dalam jaringan otak
adalah USG kepala. USG dapat digunakan pada bayi sebelum tulang kepala mengeras
dan UUB tertutup. Walaupun hasilnya kurang akurat dibanding CT dan MRI, tehnik
tersebut dapat mendeteksi kista dan struktur otak, lebih murah dan tidak membutuhkan
periode lama pemeriksaannya.

VII. TATALAKSANA CEREBRAL PALSY


CP tidak dapat disembuhkan, terapi yang dilakukan ditujukan untuk memperbaiki
kapabilitas anak. Dalam perkembangannya, hingga saat ini tujuan terapi pada CP
adalah mengusahakan penderita dapat hidup mendekati kehidupan normal dengan
mengelola problem neurologis yang ada seoptimal mungkin. Disini tidak ada terapi
standar yang berlaku untuk semua penderita CP. Klinisi diharapkan dapat bekerja sama
dalam tim, untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus masing-masing anak dan
kelainan-kelainan yang ada dan kemudian menentukan terapi individual yang cocok
untuk setiap penderita (Goldberg, 1991; Champbell, 1996).
Beberapa pendekatan tatalaksana yang direncanakan meliputi obat-obatan untuk
mengontrol kejang dan spasme otot, penyangga khusus untuk kompensasi
keseimbangan otot, pembedahan, peralatan mekanis untuk membantu kelainan yang
timbul, konseling emosional dan kebutuhan psikologis, dan fisik, okupasi, bicara dan
terapi perilaku.
16
TIM TERAPI CEREBRAL PALSY
Tim Penanganan CP adalah multidisipliner dan anggota tim terapi CP berdasarkan
profesionalisme dengan berbagai spesialisasi, antara lain: 2
1. Dokter.
Misalnya spesialis anak, spesialis saraf anak atau psikiatri anak, dilatih untuk
membantu memonitoring dan memperbaiki kecacatan perkembangan anak.
Klinisi tersebut, sering menjadi pemimpin tim, bekerja untuk membuat
kesimpulan/rangkuman semua nasihat profesional dari seluruh anggota tim
hingga dicapai kesepakatan rencana terapi, implementasi terapi, dan mengikuti
perkembangan penderita selama beberapa tahun
2. Orthopedist
Dokter spesialisasi dalam bidang tulang, otot, tendon, dan bagian lain dari sistim
skeletal tubuh. Orthopedis dilibatkan untuk menentukan prediksi, diagnosis atau
terapi masalah otot yang berkaitan dengan CP
3. Terapis fisik
Membuat dan mengimplementasikan program latihan khusus untuk memperbaiki
gerakan dan kekuatan
4. Terapis okupasi
Merupakan orang yang dapat membantu kemampuan pemahanan penderita untuk
kehidupan sehari-hari, sekolah dan bekerja
5. Pelatih bicara dan bahasa
Spesialisasi dalam diagnosis dan terapi masalah komunikasi
6. Pekerja sosial
Bertugas untuk membantu penderita dan keluarga yang hidup dalam komunitas
dan program edukasi
7. Psikolog
Psikolog dibutuhkan agar dapat membantu penderita dan keluarga menghadapi
tekanan khusus dan kebutuhan dari penderita CP. Pada banyak kasus, psikolog
dapat mengatur terapi dengan memodifikasi perilaku yang tidak membantu atau
destruktif

8. Guru
Seseorang yang dapat berperan penting jika terdapat gangguan mental atau
gangguan proses belajar
17
Penderita, keluarga dan pengasuh merupakan kunci dari keberhasilan terapi, mereka
seharusnya terlibat jauh pada semua tingkat rencana, pembuatan keputusan, dan
mengaplikasikan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan determinasi
personal adalah dua dari prediktor-prediktor yang sangat penting untuk mencapai kemajuan
jangka panjang

TERAPI SPESIFIK CEREBRAL PALSY


3
1. Terapi Fisik, Perilaku dan Lainnya
Terapi, apakah untuk pergerakan, bicara atau kemampuan mengerjakan tugas
sederhana, merupakan tujuan dari terapi CP. Terapi CP ditujukan pada perubahan
kebutuhan penderita sesuai dengan perkembangan usia.
Terapi fisik selalu dimulai pada usia tahun pertama kehidupan, segera setelah
diagnostik ditegakkan. Program terapi fisik menggunakan gerakan spesifik mempunyai 2
tujuan utama yaitu mencegah kelemahan atau kemunduran fungsi otot yang apabila
berlanjut akan menyebabkan pengerutan otot (disuse atrophy) dan yang kedua adalah
menghindari kontraktur, dimana otot akan menjadi kaku yang pada akhirnya akan
menimbulkan posisi tubuh abnormal.
Kontraktur adalah satu komplikasi yang sering terjadi. Pada keadaan normal, dengan
panjang tulang yang masih tumbuh akan menarik otot tubuh dan tendon pada saat berjalan
dan berlari dan aktivitas sehari-hari. Hal ini memastikan bahwa otot akan berkembang
dalam kecepatan yang sama. Tetapi pada anak dengan CP, spastisitas akan mencegah
peregangan otot dan hal tersebut akam menyebabkan otot tidak dapat berkembang cukup
pesat untuk mengimbangi kecepatan tumbuh tulang. Kontraktur dapat mengganggu
keseimbangan dan memicu hilangnya kemampuan yang sebelumnya. Dengan melakukan
terapi fisik saja atau dengan kombinasi penopang khusus (alat orthotik), kita dapat
mencegah komplikasi dengan cara melakukan peregangan pada otot yang spastik. Sebagai
contoh, jika anak mengalami spastik pada otot hamstring, terapis dan keluarga seharusnya
mendorong anak untuk duduk dengan kaki diluruskan untuk meregangkan ototnya.
Tujuan ketiga dari program terapi fisik adalah meningkatkan perkembangan motorik
anak. Cara kerja untuk mendukung tujuan tersebut dengan tehnik Bobath. Dasar dari
program tersebut adalah refleks primitif akan tertahan pada anak CP yang menyebabkan
hambatan anak untuk belajar mengontrol gerakan volunter. Terapis akan berusaha untuk
menetralkan refleks tersebut dengan memposisikan anak pada posisi yang berlawanan.
Jadi, sebagai contoh, jika anak dengan CP normalnya selalu melakukan fleksi pada
18
lengannya, terapis seharusnya melakukan gerakan ekstensi berulang kali pada lengan
tersebut.
Pendekatan kedua untuk terapi fisik adalah membuat pola, berdasarkan prinsip bahwa
kemampuan motorik seharusnya diajarkan dalam ururtan yang sama supaya berkembang
secara normal. Pada pendekatan kontrovesial tersebut, terapis akan membimbing anak
sesuai dengan gerakan sepanjang alur perkembangan motorik normal. Sebagai contoh,
anak belajar gerakan dasar seperti menarik badannya pada posisi duduk dan merangkak
sebelum anak mampu berjalan, yang berhubungan dengan tanpa melihat usianya.
Terapi perilaku merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan kemampuan anak.
Terapi ini, menggunakan teori dan tehnik psikologi, yang dapat melengkapi terapi fisik,
bicara dan okupasi. Sebagai contoh, terapi perilaku meliputi menyembunyikan boneka
dalam kotak dengan harapan anak dapat belajar bagaimana meraih kotak dengan
menggunakan tangan yang lebih lemah. Seperti anak belajar untuk berkata dengan huruf
depan b dapat menggunakan balon untuk menciptakan kata tersebut. Pada kasus yang lain,
terapis dapat mencoba menghindari perilaku yang tidak menguntungkan atau perilaku
merusak, misalnya menarik rambut atau menggigit, dengan menunjukkan hadiah pada
anak yang menunjukkan aktivitas yang baik.
Pada saat anak CP tumbuh lanjut, kebutuhan mereka untuk dan tipe terapi dan
pelayanan bantuan lain akan berlanjut dan berubah. Terapi fisik berkelanjutan berdasarkan
masalah pergerakan dan disuplementasi dengan latihan vokal, rekreasi dan program yang
menyenangkan, dan edukasi khusus jika diperlukan. Konseling untuk perubahan emosi
dan psikologis dapat dibutuhkan pada setiap usia, tetapi paling sering pada masa remaja.
Tergantung pada kemampuan fisik dan intelektual, orang dewasa mungkin
membutuhkan pengasuh yang peduli, akomodasi hidup, transportasi atau pekerjaan.
Dengan tanpa memandang usia dan bentuk terapi yang digunakan, terapi tidak
berhenti saat penderit keluar dari ruangan terapi. Pada kenyataannya, sebagian besar
pekerjaan sering dilakukan di rumah. Terapis berfungsi sebagai pelatih, menyiapkan orang
tua dan penderita dengan strategi dan melatihnya dimana dapat membantu meningkatkan
penampilan di rumah, sekolah dan dimasyarakat.

Alat Mekanik
Mulai dengan bentuk yang sederhana misalnya sepatu velcro atau bentuk yang
canggih seperti alat komunikasi komputer, mesin khusus dan alat yang diletakkan

19
dirumah, sekolah dan tempat kerja dapat membantu anak atau dewasa dengan CP untuk
menutupi keterbatasannya.
Komputer merupakan contoh yang canggih sebagai alat baru yang dapat membuat
perubahan yang bermakna dalam kehidupan penderita CP. Sebagai contoh, anak yang
tidak dapat berbicara atau menulis tetapi dapat membuat gerakan dengan kepala mungkin
dapat belajar untuk mengendalikan komputer dengan menggunakan pointer lampu khusus
yang diletakkan di ikat kepala. Dengan dilengkapi dengan komputer dan sintesiser suara,
anak akan berkomunikasi dengan orang lain. Pada kasus lain, tehnologi telah mendukung
penemuan versi baru dari alat lama, misalnya kursi roda tradisional dan bentuk yang lebih
baru yang dapat berjalan dengan menggunakan listrik.

2. Terapi Medikamentosa 6
Untuk penderita CP yang disertai kejang, dokter dapat memberi obat anti kejang yang
terbukti efektif untuk mencegah terjadinya kejang ulangan. obat yang diberikan secara
individual dipilih berdasarkan tipe kejang, karena tidak ada satu obat yang dapat
mengontrol semua tipe kejang. Bagaimanapun juga, orang yang berbeda walaupun dengan
tipe kejang yang sama dapat membaik dengan obat yang berbeda, dan banyak orang
mungkin membutuhkan terapi kombinasi dari dua atau lebih macam obat untuk mencapai
efektivitas pengontrolan kejang
Tiga macam obat yang sering digunakan untuk mengatasi spastisitas pada penderita
CP adalah:
1. Diazepam
Obat ini bekerja sebagai relaksan umum otak dan tubuh. Pada anak usia <6 bulan
tidak direkomendasikan, sedangkan pada anak usia >6 bulan diberikan dengan
dosis 0,12 - 0,8 mg/KgBB/hari per oral dibagi dalam 6 - 8 jam, dan tidak melebihi
10 mg/dosis
2. Baclofen
Obat ini bekerja dengan menutup penerimaan signal dari medula spinalis yang
akan menyebabkan kontraksi otot.
Dosis obat yang dianjurkan pada penderita CP adalah sebagai berikut:
■ 2 - 7 tahun:
Dosis 10 - 40 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 - 4 dosis. Dosis dimulai 2,5 -
5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 - 15 mg/hari,
maksimal 40 mg/hari

20
■ 8 - 11 tahun:
Dosis 10 - 60 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis. Dosis dimulai 2,5 - 5
mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 - 15 mg/hari,
maksimal 60 mg/hari
■ > 12 tahun:
Dosis 20 - 80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai 5 mg
per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 15 mg/hari, maksimal 80
mg/hari
3. Dantrolene
Obat ini bekerja dengan mengintervensi proses kontraksi otot sehingga
kontraksi otot tidak bekerja. Dosis yang dianjurkan dimulai dari 25 mg/hari,
maksimal 40 mg/hari. Obat-obatan tersebut diatas akan menurunkan spastisitas
untuk periode singkat, tetapi untuk penggunaan jangka waktu panjang belum
sepenuhnya dapat dijelaskan. Obat - obatan tersebut dapat menimbulkan efek
samping, misalnya mengantuk, dan efek jangka
panjang pada sistem saraf yang sedang berkembang belum jelas. Satu solusi
untuk menghindari efek samping adalah dengan mengeksplorasi cara baru untuk
memberi obat - obat tersebut
Penderita dengan CP atetoid kadang-kadang dapat diberikan obat-obatan
yang dapat membantu menurunkan gerakan-gerakan abnormal. Obat yang sering
digunakan termasuk golongan antikolinergik, bekerja dengan menurunkan
aktivitas acetilkoline yang merupakan bahan kimia messenger yang akan
menunjang hubungan antar sel otak dan mencetuskan terjadinya kontraksi otot.
Obat-obatan antikolinergik meliputi trihexyphenidyl, benztropine dan
procyclidine hydrochloride.
Adakalanya, klinisi menggunakan membasuh dengan alkohol atau injeksi
alkohol kedalam otot untuk menurunkan spastisitas untuk periode singkat.
Tehnik tersebut sering digunakan klinisi saat hendak melakukan koreksi
perkembangan kontraktur. Alkohol yang diinjeksikan kedalam otot akan
melemahkan otot selama beberapa minggu dan akan memberikan waktu untuk
melakukan bracing, terapi. Pada banyak kasus, teknik tersebut dapat menunda
kebutuhan untuk melakukan pembedahan.

21
Botulinum Toxin (BOTOX)
Merupakan medikasi yang bekerja dengan menghambat pelepasan
acetilcholine dari presinaptik pada pertemuan otot dan saraf. Injeksi pada otot
yang kaku akan menyebabkan kelemahan otot. Kombinasi terapi antara
melemahkan otot dan menguatkan otot yang berlawanan kerjanya akan
meminimalisasi atau mencegah kontraktur yang akan berkembang sesuai dengan
pertumbuhan tulang. Intervensi ini digunakan jika otot yang menyebabkan
deformitas tidak banyak jumlahnya, misalnya spastisitas pada tumit yang
menyebabkan gait jalan berjinjit (Toe-heel gait) atau spastisitas pada otot flexor
lutut yang menyebabkan crouch gait. Perbaikan tonus otot sering akibat mulai
berkembangnya saraf terminal, yang merupakan proses dengan puncak terjadi
pada 60 hari.
Intervensi botulinum dapat digunakan pada deformitas ekstremitas atas yang
secara sekunder akibat tonus otot abnormal dan tumbuhnya tulang. Kelainan
yang sering dijumpai adalah aduksi bahu dan rotasi internal, fleksi lengan,
pronasi telapak tangan dan fleksi pergelangan tangan dan jari-jari. Botulinum
toksin sangat efektif untuk memperbaiki kekakuan siku dan ekstensi ibu jari.
Seperti sudah diduga sebelumnya, fungsi motorik halus tidak banyak mengalami
perbaikan. Keuntungan dari segi kosmetik untuk memperbaiki fleksi siku sangat
dramatik.
Komplikasi injeksi botulinum toksin dikatakan minimal. Nyeri akibat injeksi
minimal, biasanya akan hilang tidak lebih dari 5 menit setelah injeksi. Efikasi
tercapai dalam 48-72 jam dan akan menghilang dalam 2-4 bulan setelah injeksi.
Lama waktu penggunaan botulinum toksi dilanjutkan tergantung dari derajat
abnormalitas tonus otot, respon penderita dan kemampuan untuk memelihara
fungsi yang diinginkan.

Baclofen Intratekal
Baclofen merupakan GABA agonis yang diberikan secara intratekal melalui
pompa yang ditanam akan sangat membantu penderita dalam mengatasi
kekakuan otot berat yang sangat mengganggu fungsi normal tubuh. Karena
Baclofen tidak dapat menembus BBB secara efektif, obat oral dalam dosis tinggi
diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan jika dibandingkan dengan

22
cara pemberian intratekal. Dijumpai penderita dengan baclofen oral akan tampak
letargik.
Baclofen intratekal diberikan pertama kali sejak tahun 1980 sebagai obat
untuk mengendalikan spasme otot berat akibat trauma pada tulang belakang.
Sejak tahun 1990, metode pengobatan ini mulai digunakan untuk koreksi pada
penderita CP dan menunjukkan efikasi yang baik.

23
VIII. PROGNOSIS CEREBRAL PALSY
Beberapa faktor sangat menentukan prognosis CP, tipe klinis CP, derajat
kelambatan yang tampak pada saat diagnosis ditegakkan, adanya refleks patologis,
dan yang sangat penting adalah derajat defisit intelegensi, sensoris, dan emosional.
Tingkat kognisi sulit ditentukan pada anak kecil dengan gangguan motorik, tetapi
masih mungkin diukur (McCarthy et al, 1986). Tingkat kognisi sangat berhubungan
dengan tingkat fungsi mental yang akan sangat menentukan kualitas hidup seseorang.
Anak-anak dengan hemiplegia tetapi tidak menderita masalah utama lainnya selalu
dapat berjalan pada usia 2 tahun; kegunaan short brace hanya dibutuhkan sementara
saja. Adanya tangan yang kecil pada sisi yang hemiplegi, dengan kuku ibu jari yang
lebih runcing dibanding dengan kuku lainnya, dapat diasosiasikan dengan disfungsi
sensoris parietalis dan defek sensori tersebut akan membatasi kemampuan fungsi
motorik halus pada tangan tersebut. 25% anak dengan hemiplegia akan mengalami
hemianopsia, karena hal ini anak sebaiknya diberi tempat duduk dikelas untuk
memaksimalkan fungsi visus. Kejang dapat merupakan masalah yang terjadi pada
anak yang hemiplegik. 10
Lebih dari 50% anak-anak dengan spastik diplegia dapat belajar berjalan tesering
pada usia 3 tahun, tetapi tetap menunjukkan gait abnormal, dan beberapa kasus
membutuhkan alat bantu, misalnya kruk. Aktivitas tangan secara umum akan terkena
dengan derajat yang berbeda, walaupun kerusakan yang terjadi minimal. Abnormal
gerakan ekstraokuler relatif sering dijumpai.
Anak dengan spastik quadriplegia, 25% membutuhkan perawatan total; paling
banyak hanya 3% yang dapat berjalan, biasanya setelah usia 3 tahun. Fungsi
intelektual sering seiring dengan derajat CP dan terkenanya otot bulbar akan
menambah kesulitan yang sudah ada.
Hipotonia trunkus, dengan refleks patologis atau kekakuan yang persisten
merupakan gambaran yang menunjukkan buruknya keadaan. Mayoritas anak-anak
tersebut memiliki limitasi intelektual.
Sebagian besar anak yang tidak memiliki masalah lain yang serius yang
berhubungan dengan spastisitas tipe athetoid kadang-kadang dapat berjalan.
Keseimbangan dan penggunaan kemampuan tangan tampaknya masih sulit. Sebagian
besar anak-anak yang baru duduk pada usia 2 tahun dapat belajar berjalan.
Sebaliknya, anak-anak yang masih menunjukkan moro refleks, tonik neck refleks
asimetrik, kecenderungan ekstensi, dan tidak menunjukkan refleks parasut tidak
24
mungkin dapat belajar berjalan; sebagian dari mereka yang tidak dapat duduk pada
usia 4 tahun dapat belajar berjalan.

IX. PENCEGAHAN CEREBRAL PALSY


Beberapa penyebab CP dapat dicegah atau diterapi, sehingga kejadian CP pun bisa
dicegah. Adapun penyebab CP yang dapat dicegah atau diterapi antara lain: 3
1. Pencegahan terhadap cedera kepala dengan cara menggunakan alat pengaman pada
saat duduk di kendaraan dan helm pelindung kepala saat bersepeda, dan eliminasi
kekerasan fisik pada anak. Sebagai tambahan, pengamatan optimal selama mandi dan
bermain.
2. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru lahir dengan
fototerapi, atau jika tidak mencukupi dapat dilakukan transfusi tukar. Inkompatibilitas
faktor rhesus mudah diidentifikasi dengan pemeriksaan darah rutin ibu dan bapak.
Inkompatibilitas tersebut tidak selalu menimbulkan masalah pada kehamilan pertama,
karena secara umum tubuh ibu hamil tersebut belum memproduksi antibodi yang
tidak diinginkan hingga saat persalinan. Pada sebagian besar kasus-kasus, serum
khusus yang diberikan setelah kelahiran dapat mencegah produksi antibodi tersebut.
Pada kasus yang jarang, misalnya jika pada ibu hamil antibodi tersebut berkembang
selama kehamilan pertama atau produksi antibodi tidak dicegah, maka perlu
pengamatan secara cermat perkembangan bayi dan jika perlu dilakukan transfusi ke
bayi selama dalam kandungan atau melakukan transfusi tukar setelah lahir.
3. Rubella, atau campak jerman, dapat dicegah dengan memberikan imunisasi sebelum
hamil.

25
BAB III
PEMBAHASAN

TEORI KASUS
ANAMNESIS
Identifikasi faktor resiko:  BBLR, 2300 gram
Riwayat infeksi TORCH selama hamil,
 Gangguan bicara
pemeriksaan antenatal yang tidak rutin.
Trauma kapitis selama bersalin,  Gangguan penglihatan, mata
BBLR, proses persalinan yang lama. tidak fokus
Identifikasi riwayat pertumbuhan:
 Keterbelakangan mental.
Keterlambatan untuk tengkurap,
duduk, merangkak, dan berjalan,  Keterlambatan tengkurap, duduk,

biasanya disertai retardasi mental dan dan berjalan

kejang. Semua gejala terdeteksi atau


baru dusadari di usia 1 tahun.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik Refleks babinski (+)
 Spasitas Tonus otot meninggi dan cenderung
 Tonus otot yang berubah menetap
 Koreo-atetosis
 Ataksia
 Gangguan pendengaaran
 Gangguan bicara
 Gangguan mata
Pemeriksaan Penunjang
 CT scan kepala: untuk melihat
kerusakan pada jaringan otak
 MRI kepala: untuk melihat
lebih jauh mengenai kondisi
kerusakan di otak
 USG : untuk bayi, di lakukan
sebelum tulang mengeras.

26
Jarang dipakai.
DIAGNOSIS
 Spasitas Kejang + cerebral palsy
 Tonus otot yang berubah
 Koreo-atetosis
 Ataksia
 Gangguan pendengaaran
 Gangguan bicara
 Gangguan mata

PENATALAKSANAAN
 Terapi fisik, perilaku, dan Menjalani fisioterapi sebelumnya.
lainnya.
 Pemasangan alat bantu
 Medikamentosa : spasmolitik

27

You might also like