You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

SEBARAN KONDISI SANITASI LINGKUNGAN DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BALITA MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN SEMARANG
SELATAN

Fachrizal Ganiwijaya, Mursyid Rahardjo, Nurjazuli


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: fachrizalgani24@gmail.com

Abstract : Diarrheal disease is still one of the major causes of morbidity and
mortality. In Indonesia morbidity of diarrhea in 2002 of 6.7 per 1,000 population,
while in 2003 increased to 10.6 per 1,000 population. Diarrheal disease is a
disease that based environment. Geographic information systems can be used to
create a map of their health and get information epidemiological data. The
function of this research is to drawing distribution of event about diarrhea on
children under five years and the condition of sanitation in the district of South
Semarang. The total sample of 42 samples of children under five years in the
District of South Semarang. The analysis used in this study were univariate,
bivariate, and coordinates. Type of research is observational with cross sectional
design. The results showed a significant relationship between the type of clean
water sources with the incidence of diarrhea in children under five years (p-value
= 0.001). There is no relationship between the quality of drinking water with the
occurrence of diarrhea in children under five years (p-value = 0.094). There is a
correlation between the condition of toilets to the occurrence of diarrhea in
children under five years (p-value = 0.001). There is a correlation between the
condition of garbage disposal facilities with the incidence of diarrhea in children
under five (p-value = 0.001). The conclusion of this study a greater proportion of
infant diarrhea, the proportion of respondents using well water is smaller, the
proportion of drinking water quality are E. coli smaller proportion of latrine facility
conditions that do not qualify are smaller, the proportion of waste disposal facility
conditions that do not qualify smaller, there is a correlation between the types of
sources of clean water, toilet facilities condition, and the condition of garbage
disposal facilities with diarrhea on children under five years. There was no
relation between quantity of drinking water with diarrhea incidence of children
under five years.

Keywords: diarrhea, children under five years , geographic information systems,


environmental sanitation.

PENDAHULUAN geografis dunia dan semua


Latar Belakang kelompok usia diserang diare, tetapi
Penyakit diare sampai saat penyakit berat dengan kematian
ini masih merupakan salah satu yang tinggi terutama didapatkan
penyebab utama kesakitan dan pada bayi dan anak balita. Di
kematian. Hampir seluruh daerah Indonesia angka kesakitan diare
782
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pada tahun 2002 sebesar 6,7 per penderita diare yaitu pada tahun
1.000 penduduk, sedangkan tahun 2006 sebesar 40,6% dan tahun 2007
2003 meningkat menjadi 10,6 per sebesar 48,1%.5
1.000 penduduk. Tingkat kematian
akibat diare masih cukup tinggi. Di Kota Semarang sendiri,
Survey Kesehatan Nasional khususnya di wilayah Kecamatan
menunjukkan bahwa diare Semarang Selatan pada tahun 2015
merupakan penyebab kematian terjadi peningkatan kejadian diare,
nomor dua yaitu sebesar 23,0% tertinggi kedua setelah ISPA dan
pada balita dan nomor tiga yaitu penyakit lainnya. Adapun data
sebesar 11,4% pada bayi 1. mengenai jumlah balita yang
mengalami diare sebanyak 1371
Kejadian diare tidak kurang balita hingga Desember 2015.
dari satu miliar episode tiap tahun di
seluruh dunia, 25-35 juta di Penyakit diare merupakan
antaranya terjadi di Indonesia. penyakit yang berbasis lingkungan.
Setiap anak balita mengalami diare Beberapa faktor yang berkaitan
dua sampai delapan kali setiap dengan kejadian diare yaitu tidak
tahunnya dengan rata-rata 3,3 kali.2 memadainya penyediaan air bersih,
air tercemar oleh tinja, kekurangan
Kasus diare sering sarana kebersihan (pembuangan
berhubungan dengan pola makan tinja yang tidak higienis), kebersihan
dan lingkungan. Sering kali kasus perorangan dan lingkungan yang
diare akut ini menyebabkan jelek, penyiapan makanan kurang
terjadinya wabah sehingga perlu matang dan penyimpanan makanan
penanganan sedini mungkin3. masak pada suhu kamar yang tidak
Berdasarkan hasil penelitian di semestinya.6
Depok-Jakarta pada tahun 2007
dapat disimpulkan bahwa faktor Masalah kesehatan
lingkungan (sarana air bersih dan lingkungan di negara-negara yang
jamban), faktor ibu (pengetahuan, sedang berkembang berkisar pada
perilaku dan higiene ibu), serta sanitasi jamban, penyediaan air
faktor anak (status gizi, dan bersih, perumahan (housing),
pemberian ASI eksklusif) pembuangan sampah dan
berhubungan terhadap kejadian pembuangan air limbah (air kotor).
diare pada balita.4
Adapun Kondisi Sanitasi
Cakupan penemuan diare di Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Jawa Tengah mengalami Lamper Tengah Semarang diantara
peningkatan sejak tahun 2005 dengan prosentase bahwa
sampai dengan 2007 meskipun kemampuan masyarakat
masih di bawah yang diharapkan menyediakan fasilitas sanitasi
(100%) yaitu sebesar 80%. Hal ini lingkungan belum 100%. Prosentase
disebabkan belum maksimalnya Sarana Air Bersih di Kelurahan
penemuan penderita diare baik oleh Lamper Tengah 90,64%, Lamper Lor
kader, puskesmas, rumah sakit 94,88%, Lamper Kidul 87,72%, dan
swasta maupun pemerintah. Jumlah Peterongan 79,58%. Pada wilayah
kasus diare pada balita setiap kerja Puskesmas Pandanaran
tahunnya rata-rata di atas 40% dari dengan Prosentase Sarana Air
jumlah cakupan penemuan Bersih 55,65% di Kelurahan
783
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Mugasari, Randusari 44,71%, faktor risiko yang sering diteliti


Barusari 39,67%, Bulustalan adalah faktor lingkungan yang
87,32%,Pleburan 87,62% dan meliputi sarana air bersih (SAB),
Wonodri 57,18%7. Sedangkan untuk sanitasi lingkungan, jamban, dan
ketersediaan Jamban yaitu kondisi rumah. Data terakhir
Kelurahan Lamper Tengah 88,61%, menunjukkan bahwa kualitas air
Lamper Lor 87,31%, Lamper Kidul minum yang buruk menyebabkan
87,72%, Peterongan sebesar 300 kasus diare per 1000 penduduk.
74,73%, Mugasari 98,83%, Sanitasi yang buruk dituding sebagai
Randusari 98,87%, Barusari 85%, penyebab banyaknya kontaminasi
Bulustalan 96,15%, Pleburan 93%, bakteri e.coli dalam air minum yang
dan Kelurahan Wonodri sebesar dikonsumsi masyarakat.
96,46% 7. Kontaminasi bakteri e.coli terjadi
pada air tanah yang banyak disedot
Dengan kondisi demikian penduduk, dan sungai yang menjadi
mengartikan bahwa sanitasi yang sumber air baku di PDAM pun
menjadi hidup sehari-hari belum tercemar bakteri ini sehingga
mampu diwujudkan sepenuhnya mengakibatkan masalah kesehatan.8
oleh masyarakat khususnya di
masyarakat di Wilayah Kecamatan Diare terdengar memang
Semarang Selatan. Salah satu salah satu penyakit yang sangat
penyakit yang berhubungan dengan umum. Diare bisa terjadi pada bayi,
kondisi kesehatan lingkungan buruk anak-anak hingga orang dewasa.
di Indonesia adalah penyakit diare Diare membutuhkan perawatan yang
dengan angka kejadian lebih banyak cepat sesuai dengan penyebabnya.
terjadi pada bayi dan balita. Hasil Namun jika diare tidak diobati atau
Survei Kesehatan Rumah tangga sudah diobati dan tidak
(SKRT) diperoleh angka kesakitan menunjukkan kemajuan maka bisa
diare untuk tahun 2000 sebesar 301 mengalami kondisi yang berbahaya.
per 1.000 penduduk. Angka ini Bahaya diare akut yang paling
meningkat bila dibandingkan dengan sering terjadi adalah dehidrasi.
hasil survei yang sama pada tahun
1996 yaitu sebesar 280 per 1.000 Banyak faktor yang secara
penduduk. Angka kesakitan yang langsung maupun tidak langsung
dilaporkan selama 3 tahun (1999- menjadi pendorong terjadinya diare
2001) cenderung menurun, tahun yaitu faktor agent, penjamu,
1999 dilaporkan sebesar 25,63 per lingkungan dan perilaku. Faktor
1.000 penduduk, tahun 2000 turun lingkungan merupakan faktor yang
menjadi 22,69 per 1.000 penduduk paling dominan yaitu sarana
dan dua tahun 2001 turun lagi penyediaan air bersih dan
menjadi 12,00 per 1.000 penduduk. pembuangan tinja, kedua faktor
Hal ini diduga karena rendahnya berinteraksi bersama dengan
jumlah kasus diare yang dilaporkan perilaku manusia. Apabila faktor
(under reported). lingkungan tidak sehat karena
tercemar kuman diare serta
Penyakit diare sering terakumulasi dengan perilaku
menyerang bayi dan balita, bila tidak manusia yang tidak sehat, maka
diatasi lebih lanjut akan penularan diare dengan mudah
menyebabkan dehidrasi yang dapat terjadi.1
mengakibatkan kematian. Salah satu
784
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Sistem Informasi Geografis Pengumpulan data penelitian


dapat dimanfaatkan untuk membuat dilakukan dengan cara observasi
peta kesehatan dan mendapatkan dan wawancara kepada orang tua
informasi data epidemiologi. responden serta pengukuran
Informasi ini ketika dipetakan, akan laboratorium mengenai kualitas air
menjadi alat yang berguna untuk minum.
memetakan risiko penyakit penyakit Teknik pengolahan dan analisis
diare. Sistem informasi geografis ini data penelitian ini adalah melakukan
sangat penting untuk dapat melihat pengeditan data (editing),
gambaran distribusi spasial kejadian memberikan kode (coding),
diare, terutama pada wilayah memasukan data (entry) dan
Kecamatan Semarang Selatan. memeriksa kembali data (cleaning).
Analisis data penelitian ini adalah
Tujuan dari penelitian ini yaitu analisis univariat dan analisis
menggambarkan sebaran kejadian bivariat dengan menggunakan uji
diare pada balita berikut faktor-faktor Chi Square (χ2) dengan tingkat
yang mempengaruhinya, khususnya kemaknaan 5%. Serta analisis
mengenai kondisi sanitasi di spasial persebaran data penelitian
Kecamatan Semarang Selatan sesuai lokasi penelitian.

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menggunakan jenis A. Analisis Univariat
penelitian kuantitatif dengan metode
observasional analitik, pendekatan Kejadian diare pada balita
cross sectional. Teknik pengambilan dalam penelitian ini adalah buang air
sampel penelitian ini menggunakan besar pada balita yang lembek
purposive sampling. Populasi dalam sampai mencair yang sedang
penelitian ini adalah balita yang dialami oleh balita dalam 3 bulan
No Kejadian Jumlah (%) terakhir.
Diare Tabel 1 Distribusi Frekuensi
1. Diare 23 54,8 Kejadian Diare
2. Tidak diare 19 45,2
Jumlah 42 100 persebaran frekuensi responden
tercatat di di Puskesmas Lamper berdasarkan kejadian diare saat
Tengah dan Puskesmas dilakukan penelitian. Dari 42
Pandanaran di Kecamatan responden yang diteliti, balita
Semarang Selatan Kota Semarang sebanyak 54,8% menderita diare
sebanyak 2471 balita. Sampel yang dan 45,2 % tidak menderita diare.
digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 42 responden. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis
Sumber Air Bersih
Sumber data berasal dari Data
primer ini berisi informasi tentang No Jenis Sumber Jumlah (%)
variabel terikat yaitu kejadian diare Air Bersih
pada balita; variabel bebas yaitu 1. Sumur 15 35,7
jenis sumber air bersih, kualitas air 2. PDAM 27 64,3
minum, kondisi sarana jamban, dan Jumlah 42 100
kondisi sarana pembuangan sampah
di Kecamatan Semarang Selatan

785
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Persebaran frekuensi Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kondisi


responden berdasarkan jenis Sarana Pembuangan Sampah
sumber air bersih yang digunakan
responden atau bagian dari populasi No Kondisi Sarana Jumlah (%)
penelitian dalam kehidupan sehari- Jamban
harinya. Dari 42 responden yang 1. Tidak memenuhi 18 42,9
diteliti, terdapat 35,7% syarat
menggunakan air sumur sebagai 2. Memenuhi 24 57,1
sumber air bersihnya dan 64,3% syarat
Jumlah 42 100
menggunakan fasilitas PDAM
sebagai sumber air bersihnya. Dari 42 responden yang
diteliti, terdapat 42,9% tidak
memenuhi syarat kondisi sarana
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kualitas
pembuangan sampah yang baik dan
Air Minum
57,1% yang memenuhi syarat
sarana pembuangan sampah yang
No Kualitas Air Jumlah (%)
baik.
Minum
1. Tidak memenuhi 8 19
syarat B. Analisis Bivariat
2. Memenuhi 34 81
syarat Tabel 6 Analisis Chi Square
Jumlah 42 100 Hubungan Jenis Sumber Air Bersih
Dari 42 responden yang diteliti, dengan Kejadian Diare
terdapat 19 % tidak memenuhi
syarat kualitas air minum dan 81% Jenis Kejadian Diare pada Balita
Sumber Diare Tidak Diare Total
memenuhi syarat kualitas air minum. Air N % N % N %
Artinya terdapat 8 sampel dalam Bersih
pengujian laboratorium mengenai Air 14 93,3 1 6,7 15 100
Sumur
kualitas air minum, mengandung Air 9 33,3 18 66,7 27 100
bakteri Escherichia coli di PDAM
dalamnya. p value : 0,001 PR : 2,800 95% CI : 1,615 –
4,855

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kondisi


Dari tabel 6 di atas terlihat
Sarana Jamban
bahwa dari Balita yang mengalami
diare dan menggunakan air sumur
No Kondisi Sarana Jumlah (%)
sebagai sumber air bersihnya
Jamban
1. Tidak memenuhi 16 38,1
terdapat 93,3%, sedangkan balita
syarat yang mengalami diare namun
2. Memenuhi 26 61,9 menggunakan air PDAM sebagai
syarat jenis sumber air bersihnya sebesar
Jumlah 42 100 33,3%.
Dari 42 responden, terdapat 38,1% Hasil uji statistik didapatkan
tidak memenuhi syarat kriteria bahwa nilai p value sebesar 0,001
kondisi sarana jamban yang baik yang artinya ada hubungan
dan 61,9% responden yang signifikan antara jenis sumber air
memenuhi kriteria syarat kondisi bersih dengan kejadian diare pada
sarana jamban. balita (p value< 0,05). Dengan nilai
prevalence ratio sebesar 2,800
(95%CI:1,615– 4,855), yang artinya
bahwa balita yang menggunakan air
786
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sumur sebagai sumber airnya memenuhi syarat terdapat 93,8%,


cenderung memiliki resiko terkena sedangkan balita yang mengalami
diare hampir 3 kali lebih besar diare namun memenuhi syarat
dibanding yang menggunakan kondisi sarana jambannya terdapat
PDAM. 30,8%.
Tabel 7 Analisis Chi Square Hasil uji statistik didapatkan
Hubungan Kualitas Air Minum bahwa nilai p value sebesar 0,000,
dengan Kejadian Diare yang artinya ada hubungan
signifikan antara kondisi sarana
Kejadian Diare pada Balita jamban dengan kejadian diare pada
Kualitas Diare Tidak Total balita (p value< 0,05). Dengan nilai
Air Minum Diare
N % N % N % prevalence ratio sebesar 3,047
Tidak 7 87,5 1 12,5 8 100 (95%CI:1,688– 5,498), yang artinya
Memenuhi bahwa balita yang kondisi sarana
Syarat
Memenuhi 16 47,1 18 52,9 34 100 jambannya tidak memenuhi syarat
Syarat cenderung memiliki resiko terkena
p value : 0,094 PR : 1,859 95% CI : 1,195 – diare 3 kali lebih besar dibanding
2,894
yang memenuhi syarat kondisi
Balita yang mengalami diare
sarana jambannya.
dan kualitas air minumnya tidak
Tabel 9 Analisis Chi Square
memenuhi syarat terdapat 87,5%,
Hubungan Kondisi Sarana
sedangkan balita yang mengalami
Pembuangan Sampah dengan
diare namun kualitas air minumnya
Kejadian Diare
memenuhi syarat sebesar 47,1%. Kejadian Diare pada Balita
Hasil uji statistik di dapatkan Kondisi Sarana
Diare Tidak Total
Pembuangan
bahwa nilai p value sebesar 0,094 Sampah
Diare
N % N % N %
yang artinya tidak ada hubungan Tidak 16 88,9 2 11,1 18 100
signifikan antara kualitas air minum Memenuhi
dengan kejadian diare pada balita (p Syarat
Memenuhi 7 29,2 17 70,8 24 100
value> 0,05). Dengan nilai Syarat
prevalence ratio sebesar 1,859 p value : 0,001 PR : 3,048 95% CI : 1,600–
(95%CI:1,195– 2,894), yang artinya 5,806
bahwa balita yang kualitas air Balita yang mengalami diare
minumnya tidak memenuhi syarat dan kondisi sarana pembuangan
cenderung memiliki resiko terkena sampahnya tidak memenuhi syarat
diare hampir 2 kali lebih besar terdapat 88,9%, sedangkan balita
dibanding yang kualitas air yang mengalami diare dan kondisi
minumnya memenuhi syarat. sarana pembuangan sampahnya
Tabel 8 Analisis Chi Square memenuhi syarat terdapat 29,2%.
Hubungan Kondisi Sarana Jamban Hasil uji statistik didapatkan
dengan Kejadian Diare bahwa nilai p value sebesar 0,000,
Kondisi Kejadian Diare pada Balita yang artinya ada hubungan
Sarana Diare Tidak Diare Total signifikan antara kondisi sarana
Jamban N % N % N %
Tidak 15 93,8 1 6,2 16 100
pembuangan sampah dengan
Memenuhi kejadian diare pada balita (p value<
Syarat 0,05). Dengan nilai prevalence ratio
Memenuhi 8 30,8 18 69,2 26 100
Syarat sebesar 3,048 (95%CI:1,600 –
p value : 0,001 PR : 3,047 95% CI : 1,688 – 5,806), yang artinya bahwa balita
5,498 yang kondisi sarana pembuangan
Balita yang mengalami diare sampahnya tidak memenuhi syarat
dan kondisi sarana jambannya tidak cenderung memiliki resiko terkena
787
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

diare 3 kali lebih besar dibanding jenis air bersih berupa air sumur,
yang memenuhi syarat kondisi kualitas air minum yang tidak
sarana pembuangan sampahnya. memenuhi syarat kesehatan,
Tabel 10 Rekapitulasi Hasil Analisis kualitas jamban yang tidak
Bivariat memenuhi syarat, serta kondisi
sarana pembuangan sampah yang
Variabel Nilai RP CI Keterangan
p
C. Analisis Spasial Jenis 0,001 2,800 1,615 - Ada
Pada peta analisis risiko Kejadian Sumber Air 4,855 hubungan
Diare di Kecamatan Semarang Bersih
Kualitas Air 0,094 1,859 1,195 – Tidak ada
Selatan, digunakan overlay antar Minum 2,894 hubungan
variabel yang mempengaruhi Kondisi 0,001 3,047 1,688 – Ada
kejadian diare yang sebelumnya Sarana 5,498 hubungan
telah dijelaskan, antara lain jenis air Jamban

bersih yang digunakan responden, Kondisi 0,001 3,048 1,600– Ada


Sarana 5,806 hubungan
kualitas air yang dikonsumsi oleh Pembuangan
responden, kondisi jamban dari Sampah
responden, apakah memenuhi tidak memenuhi syarat. Pada peta
syarat atau tidak, dan juga kondisi analisis, hal tersebut digambarkan
sarana pembuangan sampah yang dengan perbedaan warna dan
ada di rumah responden. Setelah kemiringan garis.
dilakukan analisis thiessen polygon Daerah dengan penggunaan
untuk mengetahui pengaruh titik air sumur yang lebih berisiko
terhadap area sekitarnya, sehingga memiliki warna kuning, sementara
menunjukkan area dari suatu titik variabel lain digambarkan dengan
sehingga dapat di analisis secara garis untuk yang memiliki kondisi
spasial area yang ada. tidak memenuhi syarat. Semakin
berisiko, maka garis yang ada di
Gambar 1 polygon peta akan semakin padat
beririsan. Hal itu dapat ditunjukkan
pada area-area tertentu yang dapat
dilihat di peta.
Hal itu terbukti bahwa area
yang sangat berisiko (yang memiliki
banyak perpotongan garis pada
poligonnya) memiliki responden
yang terserang diare, yaitu 5 dari 6
titik yang ada. Sehingga
Gambar 2 menunjukkan bahwa daerah yang
memiliki risiko berupa kualitas air
yang tidak memenuhi syarat, jenis
air yang digunakan adalah air
sumur, jamban yang digunakan tidak
memenuhi syarat, dan sarana
pembuangan sampah yang tidak
memenuhi syarat cenderung
menimbulkan potensi yang besar
Dalam menganalisis risiko akan bahaya diare.
secara spasial, maka dipilih bahwa
area berisiko adalah area dengan
788
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

KESIMPULAN 4. Adisasmito. W. Faktor Risiko


1. Ada hubungan antara jenis Pada Bayi dan Balita di
sumber air bersih dengan kejadian Indonesia.Jurnal Ilmu
diare pada balita di wilayah Kesehatan dan Lingkungan
Kecamatan Semarang Selatan. ( p Universitas Indonesia Vol 1 .
value = 0,001 ; PR = 2,800 ; 95% No 2. Februari Jakarta,2007
CI= 1,615 – 4,855). Tidak ada 5. Dinas Kesehatan Propinsi
hubungan antara kualitas air minum Jawa Tengah.Semarang 2007.
dengan kejadian diare pada balita di 6. Sander MA. Hubungan Faktor
wilayah Kecamatan Semarang Sosio Budaya dengan
Selatan. ( p value = 0,094 ; PR = Kejadian Diare di Desa
1,859; 95%CI = 1,195 – 2,894) Ada Candinegoro Kecamatan
hubungan antara kondisi sarana Wonoayu Sidoarjo. Medika.
jamban dengan kejadian diare pada Vol. 2. No.2. Juli=Desember
balita di wilayah Kecamatan 2005:163-171,2005
Semarang Selatan. ( p value = 0,001 7. DKK Semarang. Profil
; PR = 3,047 ; 95%CI= 1,688 – Kesehatan Kota Semarang.
5,498). Ada hubungan antara kondisi DKK, Semarang 2015
sarana pembuangan sampah 8. Wiku A. (Juni 1-10) faktor
dengan kejadian diare pada balita di risiko diare pada bayi dan
wilayah Kecamatan Semarang balita diIndonesia: systematic
Selatan. ( p value = 0,001 ; PR = review penelitian akademik
3,048; 95%CI= 1,600 – 5,806) bidang kesehatan masyarakat.
Makara, Kesehatan, Vol. 11,
DAFTAR PUSTAKA No. 1. 24 September 2014.
http://journal.ui.ac.id/health/arti
1. Zubir, Juffrie M, Wibowo T. cle/viewfile/212/208,2007
Faktor-faktor Resiko Kejadian 9. WHO, 2009. Diarrhoeal
Diare Akut pada Anak 0-35 disease. [online]
Bulan (BATITA) di Kabupaten http://www.who.int/ diunggah
Bantul. Sains Kesehatan. Vol pada 15 Februari 2016.
19. No 3. Juli 2006. ISSN 10. Departemen Kesehatan RI.
1411-6197 : 319-332,2006 Pedoman Pelaksanaan
2. Wibowo T, Soenarto S & Program P2 Diare. Dirjen P2M
Pramono D. Faktor-faktor & PLP, Depkes RI,
Resiko Kejadian Diare Jakarta,2000
Berdarah pada Balita di 11. Widjaja. M. Mengatasi Diare
Kabupaten Sleman. Berita dan Keracunan pada Balita.
Kedokteran Masyarakat. Vol. Kawan Pustaka. Jakarta,2002
20. No.1. Maret 2004: 41- 12. Hendarwanto. Diare akut
48,2004 Karena Infeksi, Dalam:
3. Zein T M.. Faktor yang Waspadji S, Rachman AM,
berhubungan dengan Lesmana LA, dkk, editor. Buku
Pengetahuan Ibu dalam Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
Penanggulangan Dini Diare I. Edisi ketiga. Jakarta: Pusat
pada Balita di Kecamatan Informasi dan Penerbit Bagian
Baiturrahman Tahun 2000. Ilmu Penyakit Dalam
Jurnal Kesehatan. Vol. 1. No. FKUI,2006
1. Agustus 2001: 11-17,2001 13. Widoyono. Epidemologi,
Penularan Pencegahan dan
789
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pemberantasan Penyakit 23. Ristiyanto. Modul Sistem


Tropis. Erlangga. Jakarta,2008 Informasi Geografis (SIG)
14. Kolopaking. MS. Kesehatan Masyarakat. Indah
Penatalaksanaan Muntah dan Jaya Adipratama,Salatiga,2005
Diare akut. Dalam: Alwi I, 24. Charter, Denny. Konsep Dasar
Bawazier LA, Kolopaking MS, Web GIS. Diakses pada 17
Syam AF, Gustaviani, editor. Desember 2015
Prosiding Simposium www.ilmukomputer.com
Penatalaksanaan Kedaruratan 25. Peter. Global Positioning
di Bidang Ilmu penyakit Dalam System Overview.
II. Jakarta: Pusat Informasi dan http://corolado.edu/geography/
Penerbitan Bagian Ilmu geraft/notes/gps/gps.html.
Penyakit Dalam FK UI,2002 Diakses pada 17 Desember
15. Hasan, dan Alatas, H. Tanda 2015
dan Gejala Diare Pada 26. Sugiyono. Statistik untuk
Anak.Eka Cipta Sentosa,, Penelitian. Alfabeta, Bandung,
Jakarta, 1998 2008
16. Ratnawati. Faktor-faktor95 27. Bhakti Rochmann Tri Binntoro.
perilaku penyebab diare. Vol. Hubungan Antara Sanitasi
22. No. 1. Maret 2009 : 7-14 Lingkungan Dengan Kejadian
Universitas Sebelas Maret, Diare Di Kecataman Jatipuro
Surakarta,2009 Kabupaten Karanganyar.
17. Andrianto. Diare akut, Rineka Program Studi Kesehatan
Cipta , Jakarta,2003 Masyarakat Fakultas Ilmu
18. Notoatmodjo. S. Ilmu Kesehatan Universitas
Kesehatan Masysarakat Muhammadiyah Surakarta.
Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka 2010.
Cipta, Jakarta,2003 28. Peraturan Menteri Kesehatan
19. Slamet JS. Kesehatan RI Nomor
Lingkungan. Yogyakarta : 492/MENKES/PER/IV/2010.
Gajah Mada University Tentang Persyaratan Kualitas
Press,2002 Air Minum . Kemenkes, 2010
20. Noerolandra. Kejadian Diare 29. Waluyo L. Mikrobiologi
dan Lingkungan Keluarga. Lingkungan. Malang: UMM
Jakarta: Gramedia,2006 Press; 2009
21. Timmreck CT.Epidemiologi 30. Wandansari AP. Hubungan
suatu Pengantar. Jakarta: antara Kualitas Sumber Air
Buku Kedokteran EGC,2004 Minum dan Pemanfaatan
22. Rahadi E B. Hubungan Jamban Keluarga dengan
Sanitasi Rumah dengan Kejadian Diare di Desa
Kejadian Diare di Desa Karangmangu Kecamatan
Peganjaran Kecamatan Bae Sarang Kabupaten Semarang.
Kabupaten Kudus Tahun 2005. Unnes J PublicHeal.
(KTI) UMS. diakses: 18 Mei 2014;3(3):1-10.
2009. 31. Enjtang, I . Ilmu Kesehatan
http://etd.library.ums.ac.id/gdl.p Masyarakat. Citra Aditya
hp?mod=browse&op=read&id= Bhakti, Bandung, 2001
jtptums-gdl-sl-2007- 32. Umiati. Hubungan antara
ekobagusra-9071,2005 Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian Diare pada Balita di
790
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Wilayah Kerja Puskesmas


Nogosari Kabupaten Boyolali
tahun 2009. Program Studi
Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2010
33. Depkes RI. Buku Pedoman
Pemberantasan penyakit
Diare. Ditjen PPM dan PL.
Jakarta. 2005

791

You might also like