You are on page 1of 39

LAPORAN PRAKTEK KLINIK

BALAI BESAR KESEHATAN PARU MAKASSAR ( BBKPM )

PERIODE : I

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN RESPIRASI WITH


RETENSI SPUTUM AND CHEST PAIN Et Causa BRONKITIS KRONIK
DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT

(BBKPM) MAKASSAR

OLEH :

NAMA :SUNARSIH

NIM : PO.71.4.241.15.1.093

KELAS :D.IV TK III B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN FISIOTERAPI

2018
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan klinik dengan judul “Gangguan Respirasi
with Retensi Sputum and Chest Pain Et Causa Bronkitis Kronik Di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat (Bbkpm) Makassar ”. Laporan ini kami susun berdasarkan
prakte Klinik di BBKPM.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Klinik,
Pembimbing Akademik, serta teman-teman sekalian yang telah memberikan arahan selama
menyusun laporan ini.

Laporan klinik ini jauh dari kata sempurna, olehnya itu kami membutuhkan kritik dan
saran yang membangun, sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam penuyusun
laporan selanjutnya.

Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Fisioterapi khususnya
dan seluruh mahasiswa pada umumnya.

Makassar, November 2018


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……………………………......………………………………………... .

Kata Pengantar………......……………………………………………………………………

Daftar Isi...................................................................................................................................

Bab I Pendahuluan

Bab II Tinjauan Pustaka


A. Tinjauan Kasus
a. Anatomi Fisiologi..................................................................................................
b. Definisi kasus ....................................................................................................
c. Etiologi ..............................................................................................................
d. Patofisiologi....................................................................................................
e. Tanda dan gejala...................................................................................................
f. teknologi intervensi fisioterapi.............................................................................
B. Tinjauan Asesmen dan Pengukuran Fisioterapi
C. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi

Bab III Proses Fisioterapi............................................................................................

A. Identitas Umum Pasien


B. Anamnesis Khusus
C. Inspeksi/observasi
D. Pemeriksaan Fungsi Dasar
E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
F. Tujuan intervensi
G. Program intervensi Fisioterapi
H. Evaluasi Fisioterapi

Bab IV penutup

A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran dan kritik...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paruparu).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya, penyakit jantung atau
penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis dapat bersifat serius. Secara
umum, bronkitis dibagi menjadi dua jenis, yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronis
(Suryo, 2010). Bronkitis kronis sering terjadi pada para perokok dan penduduk di
kotakota yang dipenuhi kabut asap. Beberapa penelitian menunjukan bahwa 20%
hingga 25% laki-laki berusia antara 40 hingga 65 tahun mengidap penyakit ini
(Kumar. et al, 2007).
Bronchitis chronic adalah inflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan
progesif pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan
penyebab spesifik yang mengalami batuk produktif sepanjang hari selama sedikitnya
3 bulan berturut-turut (Tambayong, 2000). Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) Depkes (2006), angka kematian akibat asma, bronkitis akut, bronkitis kronik,
emfisema menempati urutan ke 6 dari 10 penyebab kematian utama di Indonesia. Di
Indonesia belum ada angka kesakitan bronchitis chronic, kecuali di rumah sakit yang
bersentra pendidikan, Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat diperkirakan sekitar
4% dari populasi di diagnosa sebagai bronchitis chronic. Angka inipun diduga masih
di bawah angka kesakitan yang sebenarnya, dikarenakan tidak terdiagnosanya
bronchitis chronic. Di sisi lain dapat terjadi pula over diagnosis bronchitis chronic
pada pasien-pasien dengan batuk non spesifik yang sembuh sendiri. Lebih dari 12
juta penderita bronchitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi amerika (Samer,
2007).
Tanda dan gejala bronchitis diawali dengan manifestasi infeksi saluran
pernafasan atas seperti : hidung berair, tidak enak badan, menggigil, pegal-pegal,
sakit kepala, tenggorokan sakit,batuk berdahak, sesak paroksismal, suara serak,
muntah, sakit kepala, dan gangguan penglihatan. Peran Fisioterapi pada kasus
Bronchitis chronic dengan modalitas Infra Red dan Chest Therapy berupa
Diaphragma Breathing, postural drainage, Latihan pernapasan, latihan batuk efektif,
dan pemberian modalitas Nebulizer adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
dan untuk mengembalikan pasien dalam tingkat aktivitas normlanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari Bronchitis chronic ?
2. Apakah tanda dan gejala dari Bronchitis chronic ?
3. Bagaimanakah patofisiologi Bronchitis chronic ?
4. Bagaimanakah assessment fisioterapi pada Bronchitis chronic ?
5. Bagaimanakah intervensi fisioterapi pada Bronchitis chronic ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Bronchitis chronic.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Bronchitis chronic.
3. Untuk mengetahui patofisiologi Bronchitis chronic.
4. Untuk mengetahui assessment fisioterapi pada Bronchitis chronic.
5. Untuk mengetahui intervensi fisioterapi pada Bronchitis chronic.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN KASUS
1. ANATOMI FISIOLOGI PARU-PARU
A. Anatomi Pernapasan
a. Pengertian
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) kedalam tubuh dan menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 (karbondioksida) keluar dari tubuh sebagai silia
dari oksidasi. Proses mengirup udara ini disebut inspirasi dan proses
menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi dalam paru-paru terjadi proses
pertukaran zat antara O2 dan CO2.
Saluran napas yang dilalui udara adalah hidung. Faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus, dan alveoli.Di dalamnya terdapat juga suatu sistem
yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke
alveoli.Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran
atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun
bersin.

b. Struktur Anatomi
1) Hidung (Nasal)
Hidung dibagi menjadi bagian eksternal dan internal.Hidung
eksternal merupakan bagian dari hidung yang terlihat pada wajah dan
terdiri dari kerangka penunjang tulang dan kartilago hialin yang
dilingkupi dengan otot dan kulit, dan dibatasi oleh membrane
mukosa.Rangka tulang hidung eksternal dibentuk dari tulang frontalis,
tulang nasale, dan maksilae.
Struktur inferior hidung eksternal memiliki 3 fungsi, yaitu:
 Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk
 Mendeteksi stimulus olfaktori
 Memodifikasi vibrasi suara ketika melewati ruang yang besar
beresonasi.

Hidung internal merupakan suatu rongga besar di anterior tulang yang


membentang inferior ke os nasale dan superior mulut.Secara anterior, hidung
internal berbatasan dengan hidung eksternal, dan di posterior berhubungan
dengan faring melalui dua pintu bernama nares internal atau choana.Lantai
hidung dibentuk oleh palatum yang memisahkan rongga hidung dari rongga
mulut di bawahnya.Di anterior, di mana palatum disokong oleh processuss
maksilaris dan tulang palatum, dinamakan palatum durum (hard palate).Di
posterior yang tidak disoking adalah otot palatum molle (soft palate). Rongga
hidung memiliki 3 regio, yaitu:

 Vestibulum : sebuah pelebaran tepat di sebelah dalam nares yang


dilapisi kulit yang mengandung bulu hidung, berguna untuk menahan
aliran partikel yang terkandung di dalam udara yang dihisap
 Penghindu : di sebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung
meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum
nasi di hadapan concha tersebut. Region ini terdiri dari reseptor bau.
 Pernapasan : bagian rongga hidung selebihnya
Dinding lateral hidung memperlihatkan tiga elevasi, yaitu
concha nasalis puperior, medius, dan inferior. inferolateral terhadap
masing-masing concha nasalis ini terdapat meatus nasi yang sesuai.
Susunan concha dan meatus meningkatkan area permukaan hidung
internal dan mencegah dehidrasi dengan menangkap tetesan air selama
ekshalasi.

2) Faring (Tekak)

Faring atau tenggorokan adalah sebuah pipa muskulomembranosa,


panjang 12-14 cm, membentang dari basis crania sampat setinggi vertebra
C6 atau tepi bawah kartilago cricoidea. Faring membentang posterior dari
rongga hidung dan mulut, superior dari laring, dan anterior vertebra
cervicalis. Dindingnya terdiri dari otot rangka dan dibatasi membrane
mukosa.Kontraksi otot rangka membantu menelan.Fungsi laring sebagai
jalan untuk udara dan makanan, memberika ruang resonansi untuk suara,
dan tempat tonsil yang berperan dalam reaksi imunologis melawan benda
asing.

Faring dapat dibagi menjadi 3 daerah anatomis:

a) Nasofaring
b) Orofaring
c) Laringofaring

3) Laring (Pangkal Tenggorokan)


Laring atau kotak suara adalah jalur pendek yang menghubungkan
laringofaring dengan trakea.Dia membentang di midline leher anterior ke
esophagus dan vertebra C4-C6.Dinding laring dibentuk dari 9
cartilago.Terdiri dari kartilago thyreoidea, kartilago cricoidea, dan kartilago
epiglottis yang masing-masing satu buah; serta kartilago arytaenoidea,
kartilago cuneiforme, dan kartilago corniculatum yang masing-masing
sepasang.

4) Trakea (Batang Tenggorokan)

Trakea atau pipa udara adalah suatu jalur tubular untuk udara
sepanjang 12 cm dan berdiameter 2,5 cm. trakea berlokasi di anterior
esophagus dan meluas dari laring ke batas superior vertebra T5, di mana
dibagi menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Lapisan dinding trakea dari
dalam ke luar adalah mukosa, submukosa, kartilago hyaline, dan
adventisia.Trakea memiliki 16-20 cincin tulang rawan hyaline yang masing-
masing membentuk gambaran huruf U, yang membatasi 2/3 bagian anterior.
5) Bronkus

Di batas superior vertebra T5, trakea terbagi menjadi bronkus utama


kanan yang masuk ke paru kanan, dan bronkus utama kiri yang masuk ke paru
kiri.Bronkus utama kanan lebih vertikal, lebih pendek, dan lebih luas
dibandingkan dengan yang kiri.Seperti trakea, bronkus utama terdiri dari
cincin kartilago yang tidak komplit.Pada titik di mana trakea terbagi menjadi
bronkus utama kanan dan kiri, terdapat carina yang dibentuk dari proyeksi
posterior dan inferior kartilago trakea terakhir.Membrane mukosa carina
merupakan salah satu area paling sensitive dari seluruh laring dan trakea
untuk memicu refleks batuk.

Fungsi bronkus meliputi :

a) Sebagai saluran utama menuju alveolus.

b) Menangkap debu yang hendak masuk ke paru-paru. Dinding bagian dalam


bronkus yang dilapisi lendir dapat membuat partikel asing dan debu
menempel di lapisan lendir tersebut.
c) Mengeluarkan debu dan partikel asing dari paru-paru dengan bantuan silia
(bulu-bulu halus bergetar) yang banyak terdapat di dinding bronkus.
d) Sebagai konduktor udara antara atmosfer dan alveoli.
e) Menghubungkan tenggorokan dan paru-paru.
6) Paru-paru
Dua pasang paru- paru, merupakan alat pernapasan utama.Paru-paru
mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur
lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru- paru adalah organ yang
berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih
tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher.Pangkal paru-paru duduk di
atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai
permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat
tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi
depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
Lobus paru-paru (belahan paru-paru).Paru-paru dibagi menjadi
beberapa belahan atau lobus oleh fisura.Paru-paru kanan mempunyai tiga
lobus dan paru-paru kiri dua lobus.Setiap lobus tersusun atas lobula.Sebuah
pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang.
Semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil,
elastis, berpori, dan seperti spons. Di dalam air, paru-paru mengapung
karena udara yang ada di dalamnya.

a) Volume Paru-Paru
Volume dan kapasitas paru Volume udara dalam paru-paru dan
kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi dapat diukur melalui
spirometer a.
a. Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan keluar
paru-paru selama ventilasi normal biasa. Nilai VT pada dewasa
normal sekitar 500 ml untuk laki-laki dan 380 ml untuk wanita.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI), yaitu volume udara ekstra
yang masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas
inspirasi tidal. CDI berkisar 3100 ml pada laki-laki dan 1900 ml
pada perempuan.
c. Volume cadangan ekspirasi (VCE) yaitu volume ekstra udara
yang dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidak
normal. VCE berkisar 1200 ml pada laki-laki dan 800 ml pada
perempuan.
d. Volume residual (VR), yaitu volume sisa dalam paru-paru
setelah melakukan ekspirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki 1200
ml dan pada perempuan 1000 ml. Volume residual penting
untuk kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda pernapasan.

b) Kapasitas Paru-Paru
a. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan
volume residual dan volume cadangan ekspirasi. Kapasitas ini
merupakan jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik setelah
ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah 2200 ml. jadi nilai
(KRF=VR+VCE).
b. Kapasitas inspirasi (KI), adalah penambahan volume tidal dan
volume cadangan inspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml.
jadi nilai (KI=VT+VCI)
c. Kapasitas vital (KV), yaitu penambahan volume tidal, volume
cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi
(KV=VT+VCI+VCE). Nilai rata-ratanya sekitar 4500 ml.
d. Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total udara yang dapat
ditampung dalam paru- paru dan sama dengan kapasitas vital
ditambah volume residual (KTP=KV+VR). Nilai rata-ratanya
adalah 5700 ml.

7) Alveoli
Alveoli merupakan kantung udara yang berukuran sangat kecil, dan
merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan
pertukaran O2 dan CO2.Fungsi utama dari unit alveolus adalag pertukaran
O2dan CO2 di antara kapiler pulmoner dan alveoli.
8) Rongga
Dada

Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung,


dan pembuluh darah besar.Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang
tulang iga (costae).Diafragma terletak di baawah rongga dada.Diafragma
berbentuk seperti kubah pada keadaan relaksasi.Pleura merupakan mmbran
serosa yang menyelimuti paru-paru.Pleura ada dua macam yaitu pleura
parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar paru-paru)
dan pleura visceralyang menutupi setiap paru-paru (lapisan dalam paru-
paru).Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi
penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas
adalah sebagai berikut :

B. Mekanisme Pernapasan
a. Mekanisme Pernapasan Dada
1) Fase Inspirasi pernapasan dada
Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi
 tulang rusuk terangkat (posisi datar)  Paru-paru mengembang
tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan
tekanan udara luar udara luar masuk ke paru-paru
2) Fase ekspirasi pernapasan dada
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi  tulang rusuk menurunparu-paru
menyusut tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan
dengan tekanan udara luar udara keluar dari paru-paru.
b. Mekanisme Pernapasan Perut
1) Fase inspirasi pernapasan perut
Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi posisi dari
melengkung menjadi mendatar paru-paru mengembang  tekanan
udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar 
udara masuk.
2) Fase ekspirasi pernapasan perut
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
otot diafraghma relaksasiposisi dari mendatar kembali melengkung
paru-paru mengempistekanan udara di paru-paru lebih besas
dibandingkan tekanan udara luar udara keluar dari paru-paru.

C. Broncitis Chronic
1. Defenisi
Broncitis chronic adalah inflamasi bronkus terus menerus dan
peningkatan progesif pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat
dihubungkan dengan penyebab spesifik yang mengalami batuk produktif
sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Tambayong,
2000). Pada bronkitis kronis terjadi inflamasi pada saluran pernapasan
yang dalam waktu lama dapat menyebabkan perubahan dari struktur
saluran napas itu, sehingga terjadi penyempitan lumen.

2. Etiologi
Bronchitis terjadi paling sering pada musim pancaroba, musim
dingin, biasanya disertai dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan
oleh berbagai hal (Junaidi, 2010), antara lain :
a. Bronchitis Chronic karena infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan
bakteri atau organisme lain yang menyerupai bakteri ( mycoplasma
pneunomiae dan chlamydia ). Serangan ini berulang bisa terjadi pada
perokok, penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan
menahun.Infeksi berulang bisa terjadi akibat sinusitis kronis,
bronkhiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
b. Bronchitis chronic iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang
bersifat iritatif seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah
pelarut organik, klorin, hidrogen, sulfida, sulfur dioksida).
3. Patofisiologi
Kelainan utama pada bronchitis adalah hipertrofi dan hiperplasia
kelenjar mukus bronkus, dimana dapat menyebabkan penyempitan pada
saluran bronkus, sehingga diameter bronkus ini menebal lebih dari 30-40%
dari normal (Phee, 2003).Umumnya bronchitis disebabkan oleh virus seperti
RSV, koronavirus, rinovirus, influenza atau para influenza.Mikroorganisme
lain yang dapat menyebabkan bronchitis antara lain mycobacterium
pneunomia dan clamydia. Mikroorganisme ini mengiritasi mukosa bronkus
sehingga dapat menyebabkan batuk dan produksi sputum yang
berlebihan.Penyakit ini berlangsung antara 5-15 hari.Pada bronchitis acute
terjadi penyempitan saluran pernapasan.Penyempitan ini dapat menyebabkan
obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik,
disebabkan karena perubahan pada saluran pernapasan kecil, yang
diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan
kadang-kadang terjadi obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh
metaplasia sel goblet.Saluran pernapasan besar juga menyempit karena
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus.

4. Tanda dan Gejala Penderita Bronkhitis

a. Sesak nafas / Dispnea

Sesak nafas atau dispnea adalah perasaan sulit bernafas dan


merupakan gejala yang sering di jumpai pada penderita bronkhitis. Tanda
objektif yang dapat di amati dari sesak nafas adalah nafas yang cepat,
terengah-engah, bernafas dengan bibir tertarik kedalam (pursed lip),
hiperkapnia (berkurangnya oksigen dalam darah), hiperkapnia atau
meningkatnya kadar karbondioksida dalam darah (Diarly, 2008).

b. Nafas berbunyi
Bunyi mengi (weezing) adalah suara pernafasan yang di sebabkan
oleh mengalirnya udara yang melalui saluran nafas sempit akibat kontriksi
atau ekskresi mucus yang berlebihan ( Ikhawati, 2011)

c. Batuk dan sputum

Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis, seringkali


pada penderita bronkhitis mengalami batuk- batuk hampir setiap hari serta
pengeluaran dahak sekurang- kurangnya 3 bulan berturut- turut dalam satu
tahun dan paling sedikit 2 tahun (Mansjoer, 2000).

d. Nyeri dada.

Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena ada
inflamasi pada bronkus.Pada penderita bronkitis rasa nyeri di dada di rasakan
dengan tingkat keparahan penyakit (Alsagaff dan Mukty, 2009)

B. TINJAUAN ASSESMENT DAN PENGKURAN FISIOTERAPI


1. Assesment Fisioterapi
ALGORITMA ASSESMENT
Kondisi/Penyakit : Gangguan Respirasi with Retensi Sputum and Chest Pain Et Causa
Bronkitis Kronik

History Taking :

Pasien dengan keluhan batuk produktif dengan dahak sulit keluar, sesak napas, nyeri pada
dada, penurunan ekspansi thoraks serta tidak ada riwayat OAT

Inspeksi :
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pola napas cepat dan sulit

Pemeriksaan fisik

Jika tidak Algoritma kondisi lain

 Pemeriksaan  Pengukuran Palpasi : nyeri pada Aktivitas funsional


auskultasi : ronchi  Derajat sesak : 4 (sesak Dada dan adanya :ADL Mandiri
 perkusi : bunyi dull cukup berat) spasm otot
pada lobus yang pernapasan
 Pengukuran VAS: Nilai 3
terdapat sputum
 Spirometri :  Mobilitas sangkar thorax :
restrictive berat Penurunan
 Walking Tes six minute : 4
aktivitas sedang

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lab dan radiologi

Diagnosa ICF :

Gangguan Respirasi with Retensi Sputum and


Chest Pain Et Causa Bronkitis Kronik

2. Alat Ukur / Pengukuran Fisioterapi

a. Pemeriksaan Derajat sesak ( Skala Borg)


Skala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10 dan tiap
nilai mempunyai deskripsi verbal untuk membantu penderita menderajatkan
intensitas sesak dari derajat Ringan sampai berat. Nilai tiap deskripsi verbal
tersebut dibuat skor sehingga tingkat aktivitas dan derajat sesak dapat
dibandingkan antar individu. Skala ini memiliki reproduksibilitas yang baik
pada individu sehat dan dapat diterapkan untuk menentukan dispnea pada
penderita penyakit kardiopulmoner serta untuk parameter statistik.
b. Pengukuran Mobilitas Sangkar Thoraks
Pengukuran mobilitas sangkar thoraks dapat di lakukan secara
langsung dengan meletakan tangan di atas chest pasien dan merasakan
pergerakan sangkar thoraks atau dengan meteran untuk melihat selisih antara
inpirasi dan ekspirasi. Jika selisih antara inspirasi da ekspirasi bawah 3,5 cm
menunjukkan ada penurunan mobilitas sangkar thoraks
c. Pengukuran Nyeri (VAS)
Visual analogue scale merupakan alat pengukuran intensitas nyeri
yang dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam penelitian dan uji
tingkat nyeri pasien. Vas umumnya disajikan dalam bentuk garis horisontal
dan diberi angka 0-10. Vas dapat diaplikasikan disemua pasien tidak
tergantung bahasa bahkan dapat dgunakan pada anak-anak diatas usia 5
tahun dan vas dapat digunakan disemua nyeri. Kekurangan vas adalah
memerlukan pengukuran yang teliti utuk memberikan penilaian .
d. Pengukuran Spirometri
Pemeriksaan Spirometri dilakukan untuk melihat fungsi paru dari
komponen volume, kecepatan dan waktu yang berhubungan dengan
penyakit paru. Hal yang dapat mempengaruhi Volume paru dan
kecepatan aliran adalah usia, jenis kelamis, ras serta Tinggi badan. Berat
Badan tidak mempengaruhi nilai prediksi normal.

e. Pengukuran Tes toleransi Aktivitas (Six Minute Walking Test)


Toleransi Aktivitas adalah suatu cara untuk mengukur kemampuan
daya tahan pasien/klien dalam melakukan aktivitas tertentu dengan meminta
pasien berjalan pada track yang telah di siapkan selama 6 menit dan terdapat
skala 0 sampai 10 untuk mengukur toleransi aktivitas pasien.

C. TINJAUAN TENTANG INTERVENSI FISIOTERAPI


1. Breathing Exercise
Breathing exercise merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
membersihkan jalan napas, merangsang terbukanya sistem collateral,
meningkatkan distribusi ventilasi dan meningkatkan volume paru (Pryor dan
Webber, 1998).
Pursed lip breathing merupakan salah satu latihan pernapasan guna
mengurangi sesak napas dan mengurangi kerja dari suatu pernapasan, yang
dibarengi dengan pernapasan diafragma dan latihan ini dapat dilakukan dengan
meniup lilin, meniup bola pingpong, dan membuat gelembung di dalam air
minum dengan menggunakan pipa hisap. Latihan ini berfokus pada pengontrolan
inspirasi dan ekspirasi juga dengan pola ekspirasi yang panjang dengan cara bibir
mencucu. Selain itu, breathing control merupakan latihan pernapasan yang dapat
meningkatkan volume paru, mempertahankan alveolus agar tetap mengembang,
meningkatkan oksigenasi, membantu membersihkan sekresi mukosa, mobilitas
sangkar toraks dan meningkatkan kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot
respirasi, meningkatkan efektifitas mekanisme batuk, mempertahankan atau
meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine, koreksi pola-pola napas yang
abnormal, dan meningkatkan relaksasi (Subroto, 2010).
Diafraghma breathing adalah untuk mengurangi keluhan sesak napas.
Latihan ini juga dapat menurunkan kerja otot-otot penggerak bantu pernapasan
dan menguatkan diafragma. Akan dirasakan perut mengembang dan tulang rusuk
bagian bawah membuka bila pasien melakukan latihan ini..Penderita perlu
disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi.Penderita
menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut
(pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan
memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat
berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan
meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah. Selama ekspirasi penderita
dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk menggerakkan diafragma lebih
tinggi. Pada saat pasien melakukan pernapasan diafragma ini, otot-otot bantu
pernapasan ikut berkontaksi lebih kuat selama inspirasi serta pengambilan
oksigen pada saat inspirasi lebih banyak sehingga sesak napas pada pasien pun
berkurang (Watchie, 2010).
2. Mobilisasi sangkar toraks
Mobilisasi sangkar toraks adalah suatu bentuk latihan aktive movement
pada trunk dan extremitas yang dilakukan dengan deep breathing yang bertujuan
untuk meningkatkan mobilitas trunk dan shoulder yang mempengaruhi respirasi
serta memperkuat kedalaman inspirasi dan ekspirasi (Subroto, 2010).
Mobiliasi sangkar toraks dapat dilakukan dengan bantuan pergerakan dari
bahu dan tulang belakang.Mobilisasi sangkar toraks melibatkan gerakan
kompleks dari anggota gerak atas selain itu antara sternum, torakal vertebra, serta
otot-otot pernapasan.Mekanisme mobilisasi sangkar toraks adalah meningkatkan
panjang otot interkostalis dengan melakukan kontraksi yang efektif dari anggota
gerak atas.
3. Coughing exercise
Coughing exercise atau batuk efektif merupakan suatu metode batuk
dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dari jalan napas dan area
paru.Selain itu coughing exercise menekankan inspirasi maksimal yang dimulai
dari ekspirasi. Adapun tujuan dilakukannya tindakan coughingexercise adalah
merangsang terbukanya sistem kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, dan
meningkatkan volume paru serta memfasilitasi pembersihan saluran napas yang
memungkinkan pasien untuk mengeluarkan sekresi mukus dari jalan napas
(Pratama, 2012).selain coughing exercise , dalam penatalaksanaan ini kami
gunakan huffing, bertujuan untuk melatih batuk efektif sehingga pasien bias
mengeluarkan sputum.
4. Walking six minute
Intervensi ini dikatakan berpengaruh, sebab intervensi ini mencoba
mengatasi gangguan intrapulmonal pada pasien PPOK yang termanifestasi dalam
keluhan sesak nafas dan gangguan ekstrapulmonal berupa disfungsiotot skeletal
(GOLD dalam Valero, 2012).Latihan 6-MWT secara teori dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup dengan meningkatkan toleransi aktivitas. Latihan
6-MWT dapat meningkatkan fungsicardiopulmonal dan melatih kerja
sistimmusculoskeletal terutama pada kaki sehinggaakan mencegah peripheral
muscle wasting.
5. Infra Red
Modalitas yang sesuai untuk mengurangi nyeri dada pada pasien adalah
dengan pemberian modalitas berupa infra red dan latihan pernapasan. Efek yang
diberikan pada sinar infra red itu sendiri adalah meningkatkan proses
metabolisme, pada jaringan otot kenaikan temperatur disamping membantu
terjadinya rileksasi pada otot-otot pernapasan juga akan meningkatkan sirkulasi
darah sehingga zat-zat yang menyebabkan radang akan terangkut bersamaan
dengan sirkulasi darah dan kemampuan otot untuk berkontraksi sehingga dengan
adanya rileksasi dan peningkatan sirkulasi darah tersebut dapat menyebabkan
penurunan spasme, berkurangnya spasme dapat menghilangnya rasa nyeri dada
pada pasien ( Chang, 2010).
Infra merah dalam mekanisme nya dapat menghilangkan nyeri akibat
spasme otot dipengaruhi oleh penggunaan infra red. Panas dari penyinaran
tersebut akan memunculkan vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga
pemberian nutrisi dan oksigen kepada jaringan meningkat dan mengaktifkan
proses terjadinya pembuangan sisa metabolisme. Radiasi sinar infra red juga
dapat memberikan rileksasi pada otot-otot pernapasan, dengan adanya rileksasi
pada otot-otot tersebut maka nyeri berkurang. Sinar Infra Merah dapat
mengurangi nyeri karena dalam penyinaran Infra Merah terjadi proses Mild
Heating yaitu suatu proses yang menimbulkan efek sedatif pada superficial
sensori nerve ending, dan stronger heating yang dapat menimbulkan counter
irritation yang akan menimbulkan pengurangan nyeri karena zat “P” penyebab
nyeri akan terbuang.
Selain itu Infra red mempunyai efek meningkatkan proses metabolisme
pada lapisan superficial kulit sehingga pemberian oksigen dan nutrisi kepada
jaringan lebih diperbaiki, vasodilatasi pembuluh darah kapiler dan arteriolae
segera setelah penyinaran, terhadap jaringan otot kenaikan temperatur disamping
terjadinya rileksasi juga meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi,serta
mengurangi nyeri. Sehingga dengan adanya penurunan nyeri dan rileksasi otot
ini maka pasien akan lebih nyaman dalam bernapas dan ekspansi thorax akan
meningkat.
6. Nebulizer
Terapi nebulizer bertujuan untuk menghantarkan obat dalam bentuk gas
yang dapat dihirup oleh saluran pernapasan pasien.Adapun obat yang digunakan
pada nebulizer adalah bronkolidator.Bronkolidator yang digunakan dalam terapi
ini adalah ventolin.Setiap 1 ampul ventolin nebules mengandung salbutamol
sulfat 2,5 mg. Salbutamol adalah obat beta-adrenergik (beta agonist). Selain
berdaya bronkodilatasi baik, salbutamol juga memiliki efek lemah terhadap
stabilisasi mastcell. Pemberian nebulizer sangat bermanfaat apabila di hirup oleh
pasien.Efek dari pemberian obat ini adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan spasme pada bronkhus. Apabila spasme pada bronkhus
berkurang atau hilang maka secara otomatis keluhan sesak nepas pun ikut
berkurang. Maka dalam pemberian terapi nebulizer ini efektif untuk menurunkan
atau menghilangkan sesak napas pada pasien (Silver, 2011).
7. Postural drainage
Suatu bentuk pengaturan posisi pasien untuk membantu pengaliran
mukus sehingga mukus akan berpindah dari segmen kecil ke segmen besar
dengan bantuan gravitasi dan akan memudahkan mukus di ekspektorasikan
dengan bantuan batuk. Tujuan postural drainage adalah untuk membantu
mengeluarkan dahak serta melepaskan perlengketan sputum pada bronkus. (Putri
dan Soemarno, 2013). Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1
jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari
selama 3-10 menit. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD
lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating.

8. Tappotement Teknik Clapping


Radang saluran pernafasan dan bronkokonstriksi menyebabkan saluran
pernafasan menyempit dan sesak nafas/sukar bernafas yang diikuti dengan suara
“wheezing” (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara/nafas) (Putri dan
Soemarno, 2013). Dalam pelaksanannya chest physiotherapy ini selalu disertai
dengan tapotemen atau tepukan dengan tujuan untuk melepaskan mukus dari
dinding saluran nafas dan untuk merangsang timbulnya reflek batuk, sehingga
dengan reflek batuk mukus akan lebih mudah dikeluarkan. Jika saluran nafas
bersih maka pernafasan akan menjadi normal dan ventilasi menjadi lebih baik
(Putri dan Soemarno, 2013). Saluran nafas yang bersih dan pernafasan menjadi
normal maka otomatis nyeri yang dirasakan pada ulu hati akan menurun dan
hilang.Clapping merupakan penepukan ringan pada dinding dada dengan tangan
dimana tangan membentuk seperti mangkuk. Tujuan dari clapping ini adalah
jalan nafas bersih, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada
dinding bronkus dan mempertahankan fungsi otot-otot pernafasan (Potter dan
Perry, 2006).

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Identitas Umum Pasien
Nama : Rahmatia
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Adyaksa Baru Lr. 3
No RM : 073808

B. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Nyeri dada tembus ke punggung dan batuk produktif dahak
sulit keluar serta sesak nafas ringan.

RPP : Pasien datang berobat pertama kali di BBKPM Makassar

pada tangal 8-11-2016 dengan keluhan batu berdahak, sesak

napas, nyeri dada, tidak ada riwayat OAT dan diagnose

bronchitis, kemudian pada tanggal 7-10-2018 pasien datang

dan di rawat inap masih dengan keluhan yang sama dan pada

tanggal 15-10-2018 pasien di rujuk ke poli fisioterapi BBKPM

Makassar.

C. Pemeriksaan Vital Sign


Tekanan Darah : 120/770 mmHg
Denyut Nadi : 86 /menit
Pernafasan : 16 /menit
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 153,5 cm
SaO2 : 98 %

D. Inspeksi/Observasi
Statis : - Pasien tampak sesak

Dinamis : -Pasien tampak batuk produktif namun dahak sulit keluar

-Pola napas cepat dan dangkal

-Bentuk dada normal

Palpasi : Adanya nyeri tekan pada dada.


E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
1. Derajat Sesak
SKALA DERAJAT SESAK
0 Tidak sesak sama sekali
0,5 Sesak sangat ringan
1 Sesak nafas sangat ringan
2 Sesak nafas ringan
3 Sedang
4 Sesak nafas cukup berat
5 Sesak berat
6 Sesak berat
7 Sesak nafas sangat berat
8 Sesak nafas sangat berat
9 Sangat-sangat berat (hampir maksimal)
10 Maksimal

Intrepretasi : 2 = Sesak nafas ringan

2. Mobilitas Sangkar Thorak


Selisih
Inspirasi
Titik ukur Awal Ekspira Inspirasi Ekspirasi
si

Axilla 98 cm 96 cm 97 cm 2 cm 1 cm

P. Mamae 101 cm 100cm 99 cm 1 cm 1 cm

Xypoid 93 cm 92 cm 91 cm 1 cm 1 cm

Intrepretasi : Penurunan mobilitas sangkar thorak

3. Auskultasi
Kiri Kanan
Regio ves Ronchi whes Ves ronchi whes

Apical 

Mild zon

Low zon

Posterior

Interpretasi : Bunyi ronchi di apical kiri

4. Pemeriksaan Spirometri
Parameter Best Pred %Pred
FVC 3,00 3,04 98,48
FEV1 1,43 2,63 54,42
FVC/FEV1 47,85 82,95 57,68

Interpretasi : Moderate Severe

5. Pemeriksaan Panjang Otot


M. Pectoralis Mayor : Normal
M. Pectoralis Minor : Normal
M. Upper Trapezius : Normal
M. Sterno Cleido Mastoideus : Normal

6. Pemeriksaan Nyeri
Menggunakan Visual Analog Scale (VAS)
3

• Skala 0-4 mm : Tidak nyeri (Tidak ada rasa sakit merasa normal).
• Skala 5-44 mm : Nyeri ringan (Masih bisa ditahan, aktifitas tak
terganggu).
• Skala 45-74 mm : Nyeri sedang (Mengganggu aktifitas fisik).
• Skala 75-100 mm : Nyeri berat (Tidak dapat melakukan aktifitas secara
mandiri).
Intrepretasinya : Ada nyeri dada ringan
7. Pemeriksaan Toleransi Aktivitas

 Tujuan : untuk megukur toleransi aktivitas

 Teknik : Sebelum pasien melakukan tes, lakukan pemeriksaan vital sign,

kemudian diminta untuk berjalan 25 meter bolak-balik ( 1 track) dan berikan

instruksi sesuai prosedur pelaksanaan test. Beri informasi kepada pasien

mengenai waktu yang sudah berjalan.

 Syaratnya : hasil dari pemeriksaan nyerinya dada dan sesak tidak lebih dari

nilai 3.

 Hasil : Tes tidak di lakukan karena pasien sesak dan nyeri dada

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi ( Tanggal 18 Oktober 2016)
Kesan : Bronchitis
2. Pemeriksaan Lab ( Tanggal 9 Oktober 2018)

Catatan: Hasil tes Non Reaktif tidak termaksud pemaparan


terhadap HIV yang terjadi baru-baru ini.

G. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi

Kondisi/Penyakit :
Gangguan Respirasi with Retensi Sputum and Chest Pain Et Causa Bronkitis
Kronik
Impairment Acivity Limitation Participation
(Body structure and Restriction
function)  ADL Mandiri namun
jika kelelahan pasien  Tidak Ada
 Batuk Produktif di merasa sesak
seertai retensi
sputum
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Penurunan Sangkar
thorax
 Penurunan volume
paru

H. Tujuan Fisioterapi

a. Tujuan jangka pendek:

 Untuk membersihkan jalan napas.

 Membantu mengurangi nyeri dada

 Membantu mengurangi sesak nafas

 Menurunkan atau mengontrol frekuensi pernapasan yang tidak normal

(pernapasan cepat).

b. Tujuan jangka panjang:

 Melanjutklan tujuan jangka pendek.

 Meningkatkan mobilitas sangkar thoraks

 Meningkatkan volume paru

 Meningkatkan kemampuan toleransi aktivitas fungsional penderita guna

meningkatkan kualitas hidup.


I. PROGRAM INTERVENSI FISIOTERAPI

a. MWD

1. Persiapan alat :

 Tes alat
 Pre pemanasan 5-10 menit
 Jarak ± 10 cm dari kulit
2. Persiapan pasien :
 Sebelum memberikan modalitas Fisioterapi, pasien terlebih dahulu di
beritahukan efek dari alat yang akan diberikan.
 Bebaskan daerah yang akan di berikan alat dari pakaian dan perhiasan.
 Posisikan pasien senyaman mungkin.
 Tes sensibilitas.
 Jarak antara kulit pasien dengan alat adalah 5-10 cm.
 Durasi pemberian yakni ±15 menit.
 Intensitas 50-100 w (sesuai toleransi pasien)
3. Teknik pelaksanaan ;
 Arahkan MWD ke middle thoraks kanan dan kiri pasien.
 Jarak 10 cm.
 Intensitas 30 w, arus intermitten
 Waktu 10 menit
4. Tujuan : Untuk mengurangi nyeri ,meningkatkan rileksasilokal di dada
pasien dan melancarkan sirkulasi darah.

b. Transcutaneus eletrical muscle stimulation (TENS).

1. Persiapan alat:

 Tes alat

 Basahi spons yang akan digunakan.

2. Persiapan pasien :
 Sebelum memberikan modalitas Fisioterapi, pasien terlebih dahulu di
beritahukan efek dari alat yang akan diberikan.
 Bebaskan daerah yang akan di berikan alat dari pakaian dan perhiasan.
 Posisikan pasien senyaman mungkin.
 Tes sensibilitas.
 Tempatkan pad pada daerah yang diinginkan.
 Durasi pemberian yakni ±15 menit.
 Intensitas sesuai toleransi pasien , dengan 2 pad.
3. Teknik pelaksanaan ;
 Lekatkan pad (vasotron) pada thoraks kanan dan kiri pasien.
 Pilih arus Assimetrycal Alternating
 Waktu 10 menit
 Intesitas 9,7 mA
4. Tujuan : Untuk mengurangi nyeri

c. Postural Drainase

1. Teknik Pelaksanaan :

 Posisikan pasien dengan benar untuk drainage dan pastikan pasien

pasien comfortable dan rileks (pada pasien postural drainage untuk

segmen apical dengan posisi half lying).

 Pertahankan posisi 20-30 menit jika pasien dapat mentoleransi posisi

tersebut atau selama posisi tersebut produktif.

 Pasien diinstrukikan bernapas dalam dan rileks .

 Anjurkan pasien tarik napas dalam dan batuk 2x, jika pasien tidak

mampu batuk, lakukan vibrasi pada akhir ekspirasi untuk membantu

pasien.

2. Tujuan : Untuk mengalirkan mucus dari berbagai segmen paru ke


saluran napas yang lebih besar dengan bantuan gravitasi.
d. Tapotement

1. Persiapan alat : Persediaan handscoon untuk terapis.

2. Persiapan pasien : Posisikan pasien dengan benar untuk drainage kemudian

pasien diinstruksikan bernapas dalam dan rileks

3. Teknik Pelaksanaan :

Lakukan pekusi/ tapotemen diatas segmen yang akan diberi postural

drainage. Anjurkan pasien tarik napas dalam dan batuk 2x , jika pasien

tidak mampu batuk, lakukan vibrasi pada akhir ekspirasi untuk membantu

pasien. Jika pasien tidak batuk dan tidak produktif setelah 5-10 menit

setelah diposisikan maka lanjut ke posisi berikutnya. Biasanya sekresi akan

di batukkan setelah 30 menit atau 1 jam setelah pengobatan.

4. Tujuan : Untuk melepaskan perlengketan sputum agar mudah

dilirkan ke sentral bronkus.

e. Breating Exercise (dengan teknik pursed lip bterathing)


1. Teknik Pelaksaan : Pasien di posisikan serileks mungkin, tangan pasien
berada diatas rektus abdominali pasien, kemudian tangan fisioterapis
diatasnya. Instruksikan pasien menarik napas dengan hidung dan
keluarkan darimulut (ekspirasi panjang) dengan 8x repetisi kemudian
istirahat.
2. Tujuan : Untuk melatih otot-otot pernapasan, memperbaiki ventilasi
dan meransang reflex batuk.

f. Mobilisasi thoraks
1. Teknik Pelaksaan : pasien duduk dengan keadaan rileks kedua lengan

fleksi 180 derajat ketika inspirasi, lalu badan bengkok kearah Hip dan

tangan menyentuh lantai sambil ekspirasi.

2. Tujuan : Memelihara atau memperbaiki mobilitas dinding chest, trunk

dan Shoulder akibat gangguan respirasi, Meningkatkan kemampuan deep

inspirasi dan kontrol ekspirasi,

J. EVALUASI FISIOTERAPI

a. Evaluasi sesaat :

 Pasien merasa nyaman setelah diterapi

 Sesak napas pasien berkurang.

 Nyeri dada pada pasien berkurang.

b. Evaluasi Berkala :

 Penurunan pada skala sesak .

 Peningkatan pada aktivitas fungsional.

 Berkurangnya bunyi pada thorax dengan auskultasi.

 Mampu mengkontrol pernapasan dengan baik.

c. Edukasi untuk pasien :

 Dianjurkan untuk menggunakan masker saat beraktivitas atau saat diluar

ruangan.

 Dianjurkan untuk melatih pola pernapasan yang baik dan benar.

 Disarankan untuk melakukan latihan – latihan yang telah diajarkan oleh

terapis seperti senam secara rutin.


FOLLOW UP
No. Hari/ Tanggal Problematik Intervensi Evaluasi
1. Senin,  Batuk - MWD - Sesak napas
Produktif di
15 Oktober - TENS pasien agak
seertai
2018 retensi - BE (pursed lip berkurang dari
sputum
breathing) nilai 2 (sesak
 Nyeri dada
 Sesak napas - Postural napas ringan)
 Penurunan
drainage ke 1(sesak
Sangkar
thorax - Tapotemen. napas sangat
 Penurunan
- Mobilisasi ringan).
volume paru
sangkar - Nyeri dada
thoraks berkurang
- Batuk
berkurang
2. Senin,  Batuk - MWD - Sesak napas
Produktif di
5 November - TENS yang dirasakan
seertai
2018 retensi - BE (pursed lip pasien, derajat
sputum
breathing) 1(sesak napas
 Nyeri dada
 Sesak napas - Postural sangat ringan).
 Penurunan
drainage. - Nyeri dada
Sangkar
thorax - Tapotemen berkurang dari
 Penurunan
- Mobilisasi nilai 3 ke 2
volume paru
sangkar (nyeri ringan)
thoraks - Batuk
berkurang
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronchitis chronic adalah inflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan
progesif pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan
penyebab spesifik yang mengalami batuk produktif sepanjang hari selama sedikitnya
3 bulan berturut-turut (Tambayong, 2000).
Pasien atas nama: Ny. Rahmatia, 30 tahun, dengan diagnosa Bronkitis Kronik,
dengan keluhan nyeri dada, batuk produktif, sesak nafas serta penuruan sangkar
thoraks. Telah diberikan terapi dengan modalitas MWD, TENS, BE, postural
drainage, tapotement,dan mobilisasi sangkar thoraks sebanyak 2x terapi telah
merasakan penurunan sesak napas dari nilai 2 (sesak napas ringan.) turun kenilai 1
(sesak nafas sangat ringan ) dengan skala Borg. Dan penurunan tingkat nyeri dari
nilai 3 turun ke nilai 1.
B. Saran
1. Saran bagi pasien
Penulis menyarankan kepada pasien untuk menghindari dan menjauhi hal-hal
atau tindakan yang dapat memicu terjadinya penyakit tersebut. Hendaknya pasien
rajin dalam latihan seperti yang telah diajarkan oleh terapis agar keadaan atau
kondisi pasien lebih baik dan stabil. Selain itu pada saat pasien akan tidur malam,
pasien disarankan untuk menggunakan posisioning atau posisi saat tidur yang tepat
guna menjaga bronkus atau menghindari penumpukan mukus pada saluran
pernapasan, yaitu dengan posisi kepala lebih rendah dari pada dada dan pasien
disarankan untuk banyak mengkonsumsi air putih serta menggunakan masker saat
beraktivitas.

2. Saran bagi keluarga


Penulis menyarankan kepada keluarga pasien untuk selalu menjaga dan
mengontrol keadaan pasien dengan memberikan support, dan menjaga asupan
makanan dan selalu mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan dengan
berolahraga.
DAFTAR PUSTAKA

PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA KONDISI BRONKITIS


AKUT DI RS PARU DR. ARIO WIRAWAN SALATIGA
Oleh:
ANTINA RIA MARDATILA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK DI RSKP RESPIRA YOGYAKARTA
Disusun oleh:
DYAH USWATUN HASANAH
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PENYAKIT


PARU OBSTRUKTIF KRONIS
DI RS PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA Oleh :
Sigit Saputro
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI BALAI
BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Oleh :
FITRI NUR CHASANAH
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BRONCHITIS
CHRONIC DI BBKPM SURAKARTA
Oleh :
Devie Kirana Pratiwi
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA
2015

You might also like