Professional Documents
Culture Documents
PERIODE : I
(BBKPM) MAKASSAR
OLEH :
NAMA :SUNARSIH
NIM : PO.71.4.241.15.1.093
JURUSAN FISIOTERAPI
2018
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWarahmatullahiWabarakatuh,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan klinik dengan judul “Gangguan Respirasi
with Retensi Sputum and Chest Pain Et Causa Bronkitis Kronik Di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat (Bbkpm) Makassar ”. Laporan ini kami susun berdasarkan
prakte Klinik di BBKPM.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Klinik,
Pembimbing Akademik, serta teman-teman sekalian yang telah memberikan arahan selama
menyusun laporan ini.
Laporan klinik ini jauh dari kata sempurna, olehnya itu kami membutuhkan kritik dan
saran yang membangun, sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam penuyusun
laporan selanjutnya.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Fisioterapi khususnya
dan seluruh mahasiswa pada umumnya.
Lembar Pengesahan……………………………......………………………………………... .
Kata Pengantar………......……………………………………………………………………
Daftar Isi...................................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
Bab IV penutup
A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran dan kritik...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paruparu).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya, penyakit jantung atau
penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis dapat bersifat serius. Secara
umum, bronkitis dibagi menjadi dua jenis, yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronis
(Suryo, 2010). Bronkitis kronis sering terjadi pada para perokok dan penduduk di
kotakota yang dipenuhi kabut asap. Beberapa penelitian menunjukan bahwa 20%
hingga 25% laki-laki berusia antara 40 hingga 65 tahun mengidap penyakit ini
(Kumar. et al, 2007).
Bronchitis chronic adalah inflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan
progesif pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan
penyebab spesifik yang mengalami batuk produktif sepanjang hari selama sedikitnya
3 bulan berturut-turut (Tambayong, 2000). Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) Depkes (2006), angka kematian akibat asma, bronkitis akut, bronkitis kronik,
emfisema menempati urutan ke 6 dari 10 penyebab kematian utama di Indonesia. Di
Indonesia belum ada angka kesakitan bronchitis chronic, kecuali di rumah sakit yang
bersentra pendidikan, Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat diperkirakan sekitar
4% dari populasi di diagnosa sebagai bronchitis chronic. Angka inipun diduga masih
di bawah angka kesakitan yang sebenarnya, dikarenakan tidak terdiagnosanya
bronchitis chronic. Di sisi lain dapat terjadi pula over diagnosis bronchitis chronic
pada pasien-pasien dengan batuk non spesifik yang sembuh sendiri. Lebih dari 12
juta penderita bronchitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi amerika (Samer,
2007).
Tanda dan gejala bronchitis diawali dengan manifestasi infeksi saluran
pernafasan atas seperti : hidung berair, tidak enak badan, menggigil, pegal-pegal,
sakit kepala, tenggorokan sakit,batuk berdahak, sesak paroksismal, suara serak,
muntah, sakit kepala, dan gangguan penglihatan. Peran Fisioterapi pada kasus
Bronchitis chronic dengan modalitas Infra Red dan Chest Therapy berupa
Diaphragma Breathing, postural drainage, Latihan pernapasan, latihan batuk efektif,
dan pemberian modalitas Nebulizer adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
dan untuk mengembalikan pasien dalam tingkat aktivitas normlanya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari Bronchitis chronic ?
2. Apakah tanda dan gejala dari Bronchitis chronic ?
3. Bagaimanakah patofisiologi Bronchitis chronic ?
4. Bagaimanakah assessment fisioterapi pada Bronchitis chronic ?
5. Bagaimanakah intervensi fisioterapi pada Bronchitis chronic ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Bronchitis chronic.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Bronchitis chronic.
3. Untuk mengetahui patofisiologi Bronchitis chronic.
4. Untuk mengetahui assessment fisioterapi pada Bronchitis chronic.
5. Untuk mengetahui intervensi fisioterapi pada Bronchitis chronic.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN KASUS
1. ANATOMI FISIOLOGI PARU-PARU
A. Anatomi Pernapasan
a. Pengertian
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) kedalam tubuh dan menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 (karbondioksida) keluar dari tubuh sebagai silia
dari oksidasi. Proses mengirup udara ini disebut inspirasi dan proses
menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi dalam paru-paru terjadi proses
pertukaran zat antara O2 dan CO2.
Saluran napas yang dilalui udara adalah hidung. Faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus, dan alveoli.Di dalamnya terdapat juga suatu sistem
yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke
alveoli.Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran
atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun
bersin.
b. Struktur Anatomi
1) Hidung (Nasal)
Hidung dibagi menjadi bagian eksternal dan internal.Hidung
eksternal merupakan bagian dari hidung yang terlihat pada wajah dan
terdiri dari kerangka penunjang tulang dan kartilago hialin yang
dilingkupi dengan otot dan kulit, dan dibatasi oleh membrane
mukosa.Rangka tulang hidung eksternal dibentuk dari tulang frontalis,
tulang nasale, dan maksilae.
Struktur inferior hidung eksternal memiliki 3 fungsi, yaitu:
Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk
Mendeteksi stimulus olfaktori
Memodifikasi vibrasi suara ketika melewati ruang yang besar
beresonasi.
2) Faring (Tekak)
a) Nasofaring
b) Orofaring
c) Laringofaring
Trakea atau pipa udara adalah suatu jalur tubular untuk udara
sepanjang 12 cm dan berdiameter 2,5 cm. trakea berlokasi di anterior
esophagus dan meluas dari laring ke batas superior vertebra T5, di mana
dibagi menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Lapisan dinding trakea dari
dalam ke luar adalah mukosa, submukosa, kartilago hyaline, dan
adventisia.Trakea memiliki 16-20 cincin tulang rawan hyaline yang masing-
masing membentuk gambaran huruf U, yang membatasi 2/3 bagian anterior.
5) Bronkus
a) Volume Paru-Paru
Volume dan kapasitas paru Volume udara dalam paru-paru dan
kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi dapat diukur melalui
spirometer a.
a. Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan keluar
paru-paru selama ventilasi normal biasa. Nilai VT pada dewasa
normal sekitar 500 ml untuk laki-laki dan 380 ml untuk wanita.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI), yaitu volume udara ekstra
yang masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas
inspirasi tidal. CDI berkisar 3100 ml pada laki-laki dan 1900 ml
pada perempuan.
c. Volume cadangan ekspirasi (VCE) yaitu volume ekstra udara
yang dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidak
normal. VCE berkisar 1200 ml pada laki-laki dan 800 ml pada
perempuan.
d. Volume residual (VR), yaitu volume sisa dalam paru-paru
setelah melakukan ekspirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki 1200
ml dan pada perempuan 1000 ml. Volume residual penting
untuk kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda pernapasan.
b) Kapasitas Paru-Paru
a. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan
volume residual dan volume cadangan ekspirasi. Kapasitas ini
merupakan jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik setelah
ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah 2200 ml. jadi nilai
(KRF=VR+VCE).
b. Kapasitas inspirasi (KI), adalah penambahan volume tidal dan
volume cadangan inspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml.
jadi nilai (KI=VT+VCI)
c. Kapasitas vital (KV), yaitu penambahan volume tidal, volume
cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi
(KV=VT+VCI+VCE). Nilai rata-ratanya sekitar 4500 ml.
d. Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total udara yang dapat
ditampung dalam paru- paru dan sama dengan kapasitas vital
ditambah volume residual (KTP=KV+VR). Nilai rata-ratanya
adalah 5700 ml.
7) Alveoli
Alveoli merupakan kantung udara yang berukuran sangat kecil, dan
merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan
pertukaran O2 dan CO2.Fungsi utama dari unit alveolus adalag pertukaran
O2dan CO2 di antara kapiler pulmoner dan alveoli.
8) Rongga
Dada
B. Mekanisme Pernapasan
a. Mekanisme Pernapasan Dada
1) Fase Inspirasi pernapasan dada
Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi
tulang rusuk terangkat (posisi datar) Paru-paru mengembang
tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan
tekanan udara luar udara luar masuk ke paru-paru
2) Fase ekspirasi pernapasan dada
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi tulang rusuk menurunparu-paru
menyusut tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan
dengan tekanan udara luar udara keluar dari paru-paru.
b. Mekanisme Pernapasan Perut
1) Fase inspirasi pernapasan perut
Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi posisi dari
melengkung menjadi mendatar paru-paru mengembang tekanan
udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar
udara masuk.
2) Fase ekspirasi pernapasan perut
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
otot diafraghma relaksasiposisi dari mendatar kembali melengkung
paru-paru mengempistekanan udara di paru-paru lebih besas
dibandingkan tekanan udara luar udara keluar dari paru-paru.
C. Broncitis Chronic
1. Defenisi
Broncitis chronic adalah inflamasi bronkus terus menerus dan
peningkatan progesif pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat
dihubungkan dengan penyebab spesifik yang mengalami batuk produktif
sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Tambayong,
2000). Pada bronkitis kronis terjadi inflamasi pada saluran pernapasan
yang dalam waktu lama dapat menyebabkan perubahan dari struktur
saluran napas itu, sehingga terjadi penyempitan lumen.
2. Etiologi
Bronchitis terjadi paling sering pada musim pancaroba, musim
dingin, biasanya disertai dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan
oleh berbagai hal (Junaidi, 2010), antara lain :
a. Bronchitis Chronic karena infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan
bakteri atau organisme lain yang menyerupai bakteri ( mycoplasma
pneunomiae dan chlamydia ). Serangan ini berulang bisa terjadi pada
perokok, penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan
menahun.Infeksi berulang bisa terjadi akibat sinusitis kronis,
bronkhiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
b. Bronchitis chronic iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang
bersifat iritatif seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah
pelarut organik, klorin, hidrogen, sulfida, sulfur dioksida).
3. Patofisiologi
Kelainan utama pada bronchitis adalah hipertrofi dan hiperplasia
kelenjar mukus bronkus, dimana dapat menyebabkan penyempitan pada
saluran bronkus, sehingga diameter bronkus ini menebal lebih dari 30-40%
dari normal (Phee, 2003).Umumnya bronchitis disebabkan oleh virus seperti
RSV, koronavirus, rinovirus, influenza atau para influenza.Mikroorganisme
lain yang dapat menyebabkan bronchitis antara lain mycobacterium
pneunomia dan clamydia. Mikroorganisme ini mengiritasi mukosa bronkus
sehingga dapat menyebabkan batuk dan produksi sputum yang
berlebihan.Penyakit ini berlangsung antara 5-15 hari.Pada bronchitis acute
terjadi penyempitan saluran pernapasan.Penyempitan ini dapat menyebabkan
obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik,
disebabkan karena perubahan pada saluran pernapasan kecil, yang
diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan
kadang-kadang terjadi obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh
metaplasia sel goblet.Saluran pernapasan besar juga menyempit karena
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus.
b. Nafas berbunyi
Bunyi mengi (weezing) adalah suara pernafasan yang di sebabkan
oleh mengalirnya udara yang melalui saluran nafas sempit akibat kontriksi
atau ekskresi mucus yang berlebihan ( Ikhawati, 2011)
d. Nyeri dada.
Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena ada
inflamasi pada bronkus.Pada penderita bronkitis rasa nyeri di dada di rasakan
dengan tingkat keparahan penyakit (Alsagaff dan Mukty, 2009)
History Taking :
Pasien dengan keluhan batuk produktif dengan dahak sulit keluar, sesak napas, nyeri pada
dada, penurunan ekspansi thoraks serta tidak ada riwayat OAT
Inspeksi :
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pola napas cepat dan sulit
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lab dan radiologi
Diagnosa ICF :
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Identitas Umum Pasien
Nama : Rahmatia
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Adyaksa Baru Lr. 3
No RM : 073808
B. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Nyeri dada tembus ke punggung dan batuk produktif dahak
sulit keluar serta sesak nafas ringan.
dan di rawat inap masih dengan keluhan yang sama dan pada
Makassar.
D. Inspeksi/Observasi
Statis : - Pasien tampak sesak
Axilla 98 cm 96 cm 97 cm 2 cm 1 cm
Xypoid 93 cm 92 cm 91 cm 1 cm 1 cm
3. Auskultasi
Kiri Kanan
Regio ves Ronchi whes Ves ronchi whes
Apical
Mild zon
Low zon
Posterior
4. Pemeriksaan Spirometri
Parameter Best Pred %Pred
FVC 3,00 3,04 98,48
FEV1 1,43 2,63 54,42
FVC/FEV1 47,85 82,95 57,68
6. Pemeriksaan Nyeri
Menggunakan Visual Analog Scale (VAS)
3
• Skala 0-4 mm : Tidak nyeri (Tidak ada rasa sakit merasa normal).
• Skala 5-44 mm : Nyeri ringan (Masih bisa ditahan, aktifitas tak
terganggu).
• Skala 45-74 mm : Nyeri sedang (Mengganggu aktifitas fisik).
• Skala 75-100 mm : Nyeri berat (Tidak dapat melakukan aktifitas secara
mandiri).
Intrepretasinya : Ada nyeri dada ringan
7. Pemeriksaan Toleransi Aktivitas
Syaratnya : hasil dari pemeriksaan nyerinya dada dan sesak tidak lebih dari
nilai 3.
Hasil : Tes tidak di lakukan karena pasien sesak dan nyeri dada
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi ( Tanggal 18 Oktober 2016)
Kesan : Bronchitis
2. Pemeriksaan Lab ( Tanggal 9 Oktober 2018)
Kondisi/Penyakit :
Gangguan Respirasi with Retensi Sputum and Chest Pain Et Causa Bronkitis
Kronik
Impairment Acivity Limitation Participation
(Body structure and Restriction
function) ADL Mandiri namun
jika kelelahan pasien Tidak Ada
Batuk Produktif di merasa sesak
seertai retensi
sputum
Nyeri dada
Sesak napas
Penurunan Sangkar
thorax
Penurunan volume
paru
H. Tujuan Fisioterapi
(pernapasan cepat).
a. MWD
1. Persiapan alat :
Tes alat
Pre pemanasan 5-10 menit
Jarak ± 10 cm dari kulit
2. Persiapan pasien :
Sebelum memberikan modalitas Fisioterapi, pasien terlebih dahulu di
beritahukan efek dari alat yang akan diberikan.
Bebaskan daerah yang akan di berikan alat dari pakaian dan perhiasan.
Posisikan pasien senyaman mungkin.
Tes sensibilitas.
Jarak antara kulit pasien dengan alat adalah 5-10 cm.
Durasi pemberian yakni ±15 menit.
Intensitas 50-100 w (sesuai toleransi pasien)
3. Teknik pelaksanaan ;
Arahkan MWD ke middle thoraks kanan dan kiri pasien.
Jarak 10 cm.
Intensitas 30 w, arus intermitten
Waktu 10 menit
4. Tujuan : Untuk mengurangi nyeri ,meningkatkan rileksasilokal di dada
pasien dan melancarkan sirkulasi darah.
1. Persiapan alat:
Tes alat
2. Persiapan pasien :
Sebelum memberikan modalitas Fisioterapi, pasien terlebih dahulu di
beritahukan efek dari alat yang akan diberikan.
Bebaskan daerah yang akan di berikan alat dari pakaian dan perhiasan.
Posisikan pasien senyaman mungkin.
Tes sensibilitas.
Tempatkan pad pada daerah yang diinginkan.
Durasi pemberian yakni ±15 menit.
Intensitas sesuai toleransi pasien , dengan 2 pad.
3. Teknik pelaksanaan ;
Lekatkan pad (vasotron) pada thoraks kanan dan kiri pasien.
Pilih arus Assimetrycal Alternating
Waktu 10 menit
Intesitas 9,7 mA
4. Tujuan : Untuk mengurangi nyeri
c. Postural Drainase
1. Teknik Pelaksanaan :
Anjurkan pasien tarik napas dalam dan batuk 2x, jika pasien tidak
pasien.
3. Teknik Pelaksanaan :
drainage. Anjurkan pasien tarik napas dalam dan batuk 2x , jika pasien
tidak mampu batuk, lakukan vibrasi pada akhir ekspirasi untuk membantu
pasien. Jika pasien tidak batuk dan tidak produktif setelah 5-10 menit
f. Mobilisasi thoraks
1. Teknik Pelaksaan : pasien duduk dengan keadaan rileks kedua lengan
fleksi 180 derajat ketika inspirasi, lalu badan bengkok kearah Hip dan
J. EVALUASI FISIOTERAPI
a. Evaluasi sesaat :
b. Evaluasi Berkala :
ruangan.
A. Kesimpulan
Bronchitis chronic adalah inflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan
progesif pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan
penyebab spesifik yang mengalami batuk produktif sepanjang hari selama sedikitnya
3 bulan berturut-turut (Tambayong, 2000).
Pasien atas nama: Ny. Rahmatia, 30 tahun, dengan diagnosa Bronkitis Kronik,
dengan keluhan nyeri dada, batuk produktif, sesak nafas serta penuruan sangkar
thoraks. Telah diberikan terapi dengan modalitas MWD, TENS, BE, postural
drainage, tapotement,dan mobilisasi sangkar thoraks sebanyak 2x terapi telah
merasakan penurunan sesak napas dari nilai 2 (sesak napas ringan.) turun kenilai 1
(sesak nafas sangat ringan ) dengan skala Borg. Dan penurunan tingkat nyeri dari
nilai 3 turun ke nilai 1.
B. Saran
1. Saran bagi pasien
Penulis menyarankan kepada pasien untuk menghindari dan menjauhi hal-hal
atau tindakan yang dapat memicu terjadinya penyakit tersebut. Hendaknya pasien
rajin dalam latihan seperti yang telah diajarkan oleh terapis agar keadaan atau
kondisi pasien lebih baik dan stabil. Selain itu pada saat pasien akan tidur malam,
pasien disarankan untuk menggunakan posisioning atau posisi saat tidur yang tepat
guna menjaga bronkus atau menghindari penumpukan mukus pada saluran
pernapasan, yaitu dengan posisi kepala lebih rendah dari pada dada dan pasien
disarankan untuk banyak mengkonsumsi air putih serta menggunakan masker saat
beraktivitas.