You are on page 1of 2

Tugas Ekonomi Kesehatan

Rinna Wahyuningrum (1606954395)


Solusi bagi Masalah Kekurangan Demand Kesehatan
S1 Ekstensi Kesehatan Masyarakat UI

Permintaan atau demand terhadap peningkatan layanan di puskesmas Kota Semarang sangat
tergantung pada pendapatan keluarga, umur, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan Profil
Kesehatan Jawa Tengah tahun 2009 menunjukkan bahwa pengguna layanan kesehatan di
Kabupaten / Kota di Jawa Tengah, khusunya upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah
berkisar rata-rata 60,21%, dengan pengguna layanan kesehatan tertinggi terletak di Kota
Semarang (110,99%) dan yang terendah di Kabupaten Semarang (20,76%). Penggunaan layanan
kesehatan yang melebihi 100% berarti penggunaan layanan kesehatan pada daerah tersebut
melebihi cakupan yang telah disusun.

Dalam menjangkau pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, keberadaan Puskesmas


memegang peranan yang sangat penting. Akan tetapi, fungsi dan peran Puskesmas sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan masih jauh dari harapan. Biaya operasional Puskesmas yang tidak
memadai terlihat dari alokasi anggaran kesehatan di Kota Semarang yang cenderung menurun.
Alokasi anggaran kesehatan untuk Kota Semarang pada tahun 2008 sebesar Rp 97,6 miliar lebih
kecil dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp 98,7 miliar. Anggaran untuk Dinas Kesehatan Kota
Semarang yang pada tahun 2009 sebesar Rp 50,1 miliar menurun menjadi hanya Rp 36,5 miliar
pada tahun 2010.

Masalah terkait kurangnya anggaran kesehatan dapat diatasi dengan peningkatan efektifitas dan
efisiensi. Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau alokasi
penggunaan sumber dana yang mengutamakan pada upaya kesehatan yang menghasilkan
dampak lebih besar, misalnya mengutamakan upaya pencegahan dari pada pengobatan penyakit.
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai mekanisme pengawasan dan
pengendalian, yaitu standar pelayanan minimal dan kerjasama. Tujuan dari standar pelayanan
minimal adalah untuk menghindari pemborosan, sekaligus dapat digunakan sebagai pedoman
dalam menilai mutu pelayanan. Sedangkan kerjasama dilakukan untuk mendpaatkan hubungan
timbal balik yang dapat saling menguntungkan.
1
Kekurangan tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil di Indonesia juga terjadi di Kota
Semarang. Jumlah tenaga medis Kota Semarang masih jauh dari angka kecukupan. Program
Indonesia Sehat tahun 2010 menargetkan rasio ketersediaan dokter umum untuk setiap 100.000
penduduk adalah 40, sementara di Kota Semarang rasio ini baru 18,36.

Masalah terkait kurangnya tenaga kesehatan tersebut dapat dilakukan dengan merancang
pemerataan terlebih dahulu dalam jangka pendek, menengan dan panjang agar target-target
pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan dapat dievaluasi secara mudah dan terpadu. Langkah
berikutnya yang bisa dilakukan bersama pemerintah adalah dengan memperbanyak pendirian
pusat-pusat pendidikan kesehatan seperti fakultas kedokteran, keperawatan dan lain-lain. Upaya
lain untuk pemerataan tenaga kesehatan adalah dengan mengintensifkan kembali program-
program pengabdian oleh tenaga kesehatan, seperti program wajib profesi dan program PTT bagi
dokter-dokter muda. Selain jumlah dan distribusinya yang tidak merata, juga diperlukannya
peningkatan kualitas dan kompertensi tenaga kesehatan yang telah tersedia. Kompetensi tenaga
kesehatan perlu ditingkatkan melalui serangkaian kursus, pelatihan, serta kegiatan sejenis lainnya
sehingga tenaga kesehatan tersebut mampu melakukan tugas-tugas layanan kesehatan secara
baik, aplikatif dan sistematis sesuai perkembangan teknologi dunia kesehatan.

Daftar Pustaka:

Sarwono, Yuli Eko. 2011. Analisis Permintaan Masyarakat Akan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) di Kota Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang. Diakses dari www.scholar.google.com [Diakses
pada tanggal 10 Maret 2017].

You might also like