Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terjadi pada laki-laki usia lanjut, ditandai dengan pertumbuhan yang sangat
cepat pada kelenjar prostat yaitu pada epitel prostat dan daerah transisi
BPH secara mikroskopi dan anatomi sebesar 40% dan 90 % terjadi pada
diantara tiga lansia diseluruh dunia yang berjumlah 600 juta, hidup dan
ini akan terjadi di Asia. Sampai sekarang ini, penduduk di 11 negara anggota
WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142
juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali lipat di
tahun 2050. Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup ini, WHO
adalah sekitar 30 juta penderita dan akan meningkat pula pada tahun-tahun
1
0,5%, sedangkan berdasarkan estimasi jumlah penderita penyakit kanker
postat terbanyak berada di pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa
Penyebab terjadinya BPH hingga saat ini belum diketahui secara pasti,
(Haryono R, 2013).
dirawat sebanyak 15% dan mengalami operasi sebanyak 10% dan yang
keluar 11%, pada tahun 2013 sebanyak 62 pasien diantaranya yang dirawat
sebanyak 30% dan mengalami operasi sebanyak 20% dan yang keluar 12%,
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
D. Manfaat Penulisan
kesehatan.
E. Sistematika Penulisan
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
4
D. Manfaat penulisan
E. Sistematika penulisan
A. Tinjauan keperawatan
B. Diagnosa keperawatan
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
B. DIagnosa keperawatan
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
B. Saran
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun)
urinalis. (Padilla,2012)
uretra dan di bawah leher kandung kemih pada pria. Bila terjadi
6
2. Etiologi
Margareth TH,2012).
penyebab BPH. Hal ini, didasarkkan pada fakta bahwa BPH terjadi ketika
A,2013)
3. Patofisiologi
7
Seiring dengan penambahan usia, maka prostat akan lebih sensitif
maka akan terjadi desakan pada taraktus urinarius. Pada tahap awal,
BPH terjadi pada umur yang semakin tua (> 45 tahun) dimana fungsi
besar lagi hingga 200 gram atau lebih.Tonjolan biasanya terdapat pada
lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak dapat mengenai bagian
posterior dari lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai lobus
(Moore).
8
4. Manifestasi Klinis
urin yang tidak tuntas, aliran urin yang buruk, dan retensi urin.
terjadinya infeksi saluran kemih dan batu kandung kemih. Batu kandung
BPH adalah :
kandung kemih.
d. Retensi urin
5. Komplikasi
9
b. Retensi urin akut adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi
ginjal.
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (red
Hematuria.
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai
10
d. PA (Patologi Anatomi)
terlihat bagaimana siklus rutinitas miksi dari pasien. Data ini menjadi
f. Uroflowmetri
truktus urinarius. Selain itu, volume residu urine juga harus diukur.
Normalnya residual urine < 100 ml. Namun, residual yang tinggi
11
7. Penatalaksanaan
a. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap
b. Medikamentosa
Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan
c. Pembedahan
1) Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.
3) Perenial prostatectomy
Ultrasonik).
12
Menurut Haryono R, 2013 penatalaksanaan pada pasien BPH adalah :
a. Terapi medikamnetosa
n atau a 1a (tamsulosin).
2) Hematuria
Hidronefrosis .
a. Prostatektomi
1) Prostatektomi suprapubis
13
2) Prostatektomi perineal
perineum. Cara ini lebih praktis dibanding cara yang lain, dan
3) Prostatektomi retropubik
instrumen melalui uretra. Satu atau dua buah kapsul prostat untuk
14
Patways (NANDA, NIC-NOC 2105)
Hormon estrogen & Teststerone Factor Usia Sel prostat umur panjang Prolikerasi abnormal sel strem
tidak seimbang
Sel stroma pertumbuhan Sel yang mati kurang Produksi stroma dan epitel
berpacu berlebihan
Resiko ketidakefektifan
Refluk urine Hidronefrosis Perfusi ginjai
15
B. Konsep Proses Keperawatan
1. Pengertian Pengkajian
Menurut Andra S.P & Yessie M.P, 2013 Dalam memberikan asuhan
dan melihat pasien sampai kataraf optinum melalui suatu pendekatan yang
a. Langkah-langkah Pengkajian
1) Data Biografi
Meliputi :
kedatangan.
16
b) Keluarga terdekat yang dapat dihubungi yaitu nama, umur, jenis
Meliputi :
untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin miksi yang sangat
(1) Pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu
hari
17
e) Riwayat kesehatan dahulu
metabolisme, pola eliminasi, pola aktifitas dan tidur, pola kognitif dan
persepsi, persepsi diri dan konsep diri, pola peran hubungan, pola
dan kepercayaan.
4) Pemeriksaan fisik
(1) Sirkulasi
(2) Eliminasi
Gejala :
18
(d) Nokturia, dysuria, Hematuria
urinaria)
Gejala :
Gejala :
(5) Keamanan
Gejala :
(a) Demam
(6) Seksualitas
Gejala :
seksual
19
(b) Takut inkontinentia / menetes selama hubungan intim
Gejala :
(8) Aktifitas/istirahat
(9) Hygiene
20
(11) Neurosensori
(12) Pernapasan
(e) Auskultasi
2. Diagnosa keperawatan
Husada, 2012).
21
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul menurut NANDA NIC-
NOC,2015 adalah :
Hyperplasia.
kemih).
pembedahan.
f. Retensi urine
pembedahan.
masalah.
22
N Diagnosa
Tujuan/Kriteria Intervensi
o Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urin NOC : NIC :
Defenisi :Disfungsi pada 1. Urinary elimination Urinary Retention Care
eliminasi 2. Urinary contiunence 1. lakukan penilaian kemih yang
urine Kriteria hasil : komprehensif berfokus pada
Batasan Karakteristik : 1. Kandung kemih inkontinensia(misanya, output
1. Disuria kosong urin, pola berkemih, fungsi
2. Sering berkemih secara penuh kognitif,dan masalah kencing
3. Anyang-anyangan 2. Tidak ada residu urine preaksisten)
4. Inkontinensia > 100-200 cc 2. Memantau penggunaan obat
5. Nokturia 3. Intake cairan dalam re dengan sifat antikolinergik
6. Retensis ntang normal atau properti alpha agonis.
7. Dorongan 4. Bebas dari infeksi 3. Memonitor efek dari obat-
Faktor yang berhubungan saluran kemih obatan yang diresepkan,
1. Obstruksi anatomic 5. Tidak ada spasme Seperti calcium channel
2. Penyebab multiple bladder blockers dan antikolirgenik.
3. Gangguan sensori 6. Balance cairan 4. Menyediakan penghapusan
motorik seimbang privasi
4. Infeksi saluran kemih 5. Gunakan kekuatan
sugesti dengan menjalankan
air atau disiram toilet.
6. Merangsang refleks kandung
kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut, membelai
tinggi batin atau air.
7. Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit).
8. Gunakan spirit
wintergreen di pispot atau
uranil.
23
2. Nyeri akut NOC : NIC :
Defenisi : pengalaman 1. Pain level Paint Management
sensori dan emosional 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
yang tidak menyenangk 3. Comfort level secara komprehensif
an yang muncul akibat Kriteria Hasil termasuk lokasi,
kerusakan jaringan yang 1. Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
actual atau potensial nyeri frekuensi, kualitas dan
atau digambarkan 2. (tahu penyebab nyeri, faktor presipitasi.
dalam hal kerusakan mampu menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal
sedemikian rupa teknik nonfarmakologik dari ketidaknyamanan.
(InternationalAssociation untuk mengurangi 3. Gunakan teknik komunikasi
for the study of Pain): nyeri, mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui
awitan yang tiba-tiba 3. Melaporkan bahwa pengalaman nyeri pasien.
atau lambat dari nyeri berkurang 4. Kaji kultur yang
intensitas ringan hingga dengan menggunakan mempengaruhi respon
berat dengan akhir yang manajemen nyeri. nyeri.
dapat diantisipasi atau 4. Mampu mengenali 5. Evaluasi pengalaman nyeri
diprediksi dan nyeri (skala, intensitas, masa lalu
berlangsung <6 bulan. frekuensi dan tanda 6. Evaluasi bersama pasien
Batasan karakteristik : nyeri) dan tim kesehatan lain
1. Perubahan selera 5. Menyatakan rasa 7. ketidakefektifan control
makan nyaman setelah nyeri nyeri masa lampau.
2. Perubahan tekanan berkurang. 8. Bantu pasien dan keluarga
darah untuk mencari dan
3. Perubahan frekuensi menemukan dukungan.
Jantung 9. Kontrol lingkungan yang
4. Perubahan frekuensi dapat mempengaruhi nyeri
pernapasan seperti suhu
5. Laporan isyarat ruangan, penchayaan dan
6. diaforesis kebisingan
7. Perilaku distraksi Analgesic administration
(mis:berjalan mondar 1. Tentukan lokasi,
mandir mencari orang karakteristik, kualitas dan
lain dan atau aktifitas derajat nyeri sebelum
24
lain, aktifitas yang pemberian obat
berulang. 2. Cek instruski dokter tentang
8. Mengekspresikan jenis obat, dosis, dan
perilaku (mis: gelisah frekuensi.
merengek,menangis) 3. Cek riwayat alergi
9. Masker wajah ( mis., 4. Pilih analgesik yang
mata kurang diperlukan atau kombinasi
bercahaya,tampak dari anlgesik ketika
kacau, gerakan mata pemberian lebih dari satu.
berpencar atau tetap 5. Tentukan pilihan analgesik
pada satu focus tergantung tipe dan beratnya
meringis) nyeri.
10. Sikap melindungi 6. Tentukan analgesik pilihan,
area nyeri. rute pemberian dan dosis
11. Focus menyempit optimal.
(mis: gangguan 7. Pilih rute pemberian secara
persepsi nyeri, IV, IM untuk pengobatan
hambatan proses nyeri secara teratur.
berfikir, penurunan 8. Monitor vital sign sebelum
Interaksidengan dan sesudah pemberian
orang dan analgesik pertama kali
lingkungan) 9. Berikan analgesik tepat
12. Indikasi nyeri yang waktu terutama saat nyeri
dapat diamati hebat.
13. Perubahan posisi 10. Evaluasi efektifitas
untuk menghindari analgesik, tanda dan gejala.
nyeri
14. Sikap tubuh
melindungi
15. Dilatasi pupil
25
Faktor yang berhubungan
1. Agen cedera
(mis:bilogis,zat kimia,fisi,
psikologis).
3. Resiko infeksi NOC : NIC :
Defenisi: Mengalami Immune status Infection control (kontrol infeksi)
pengingkatan resiko Knowledge : infection 1. Bersihkan lingkungan
terserang organisme control setelah dipakai pasien lain.
patogenik. Rinfeksi saluran kemih 2. Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko: kontrol 3. Batasi pengunjung bila perlu
1. Penyakit kronis Kriteria hasil : 4. Instruksikan kepada
o Diabetes militus 1. Klien bebas dari pengunjuung untuk mencuci
o Obesitas tanda dan gejala tangan saat berkunjung dan
2. Pengetahuan yang infeksi setelah berkunjung
tidak cukup untuk men 2. Mendeskripsikan meniinggalkan pasien.
ghindari pemanjanan proses penularan 5. Gunakan sabun antimikroba
pathogen penyakit, faktor yang untuk cuci tangan.
a. Pertahanan tubuh mempengaruhi 6. Cuci tangan setiap sebelum
primer yang tidak penularan serta dan sesudah tindakan
adekuat. penatalaksanaanya. keperawatan.
b. Gangguan 3. Menunjukkan kemamp 7. Gunakan baju, sarung
peristalsis uan untuk mencegah tangan sebagai alat
c. Kerusakan timbulnya infeksi pelindung.
integritas kulit 4. Jumlah leukosit dalam 8. Pertahankan lingkungan
(pemasangan batas normal aseptik selama pemasangan
kateter Intravena, 5. Menunjukkan perilaku alat.
prosedur invasif). hidup sehat 9. Ganti letak IV perifer dan line
d. perubahan sekresi central dan dressing sesuai
PH. dengan petunjuk umum.
e. Penurunan kerja 10. Gunakan keteter intermiten
siliaris untuk menurunkan infeksi
f. pecah ketuban dini kandung kencing
g. pecah ketuban 11. Tingkatkan intake nutrisi
lama
26
h. merokok
i. stasis cairan tubuh
j. trauma jaringan
(mis: trauma
destruksi jaringan)
3. Ketidak adekuatan
pertahanan sekunder
a. Penurunan
hemoglobin
b. Imunosupresi
(mis:imunitas di
dapat tidak
adekuat, agen
farmaseutikal
termasuk imunosu
presan, steroid,
antibodi
monoclonal,
imunomudulator)
c. Supresi respon
inflamasi
4. Vaksinasi tidak
Adekuat
5. Pemajanan terhadap
pathogen lingkungan
meningkat.
a. Wabah
6. Prosedur invasive
7. Malnutrisi
27
4. Resiko Perdarahan NOC : NIC :
Defenisi : Beresiko 1. Blood lose severity Bleeding precautions
mengalami penurunan 2. Blood koagulation 1. Monitor tanda-tanda
volume darah yang dapat Kriteria Hasil : perdarahan
menganggu kesehatan. 1. Tidak ada Hematuria 2. Catat nilai Hb dan Ht
Faktor resiko dan Hematesis sebelum dan sesudah
1. Aneurisme 2. Kehilangan darah terjadinya perdarahan
2. Sirkumsisi yang terlihat 3. Monitor nilai lab (koagulasi)
3. Defisiensi 3. Tekanan darah dalam yang meliputi PT
pengetahuan batas normal sistol (protrombin time),
4. Koagulasi intravaskuler dan diastole PTT(partial
diseminati 4. Tidak ada perdarahan trombloplastin time),
5. Riwayat jatuh pervagina trombosit
6. Gangguan 5. Tidak ada distensi 4. Monitor TTV ortostatik
Gastrointestinal abdominal 5. Pertahankan bed rest
(mis : penyakit ulkus 6. Hemoglobin dan selama perdarahan aktif
lambung, polip, varise) hematrokrit dalam 6. Kolaborasi dalam pemberian
7. Gangguan hati batas normal produk darah (platelet atau
(mis:sirosis,hepatitis) Plasma,PT(protrombin fresh frozen plasma)
8. Koagulopati inheren time), PTT (partial 7. Lindungi pasien dari trauma
( mis : trombositopenia) trombloplastin time) yang dapat menyebabkan
9. Komplikasi pasca dalam batas normal perdarahan
partum (mis : otoni 8. Hindari mengukur suhu
uteri, retensi plasenta) lewat rectal
10. Trauma 9. Hindari pemberian aspirin
11. Efek samping terkait dan anticoagulant
terapi (mis : pembedah 10. Anjurkan pasien untuk
an, pemberian obat, meningkatkan intake
pemberian produk makanan yang banyak
darah defisiensi mengandung vitamin K
trombosit,kemoterapi) 11. Hindari terjadinya konstipasi
dengan menganjurkan untuk
mempertahankan intake
cairan yang edekuat dan
28
pelembut fese
Bleeding reduction
1. Identifikasi penyebab
perdarahan
2. Monitor trend tekanan darah
dan parameter hemodinamik
(CVP,pulmonary capillary/
artery wedge pressure
3. Monitor penentu pengiriman
oksigen ke jaringan (Pa02,
Sa02 dan level Hb dan
Caridiac output)
4. Perthahankan patensi IV line
Bleeding reduction: wound/luka
1. Lakukan manual pressure
(tekanan) pada area
perdarahan
2. Gunakan ice pack pada
area perdarahan
3. Lakukan pressure dressing
(perban yang menekan)
pada area luka
4. Tinggikan ekstremitas yang
perdarahan
5. Monitor ukuran dan
karakteristik hematoma
6. Monitor nadi distal dari area
yang luka atau perdarahan
7. Instruksikan pasien untuk
menekan area luka pada
saat bersin atau batuk
8. Instruksikan pasien untuk
membatasi aktifitas
29
Bleeding reduction
gastrointestinal
1. Observasi adanya darah
dalam sekresi cairan tubuh
:emesis, feces, urine, residu
lambung, dan drainase
luka.
2. Monitor complite blood
count dan leukosit
3. Kolaborasi dalam
pemberian terapi: lactule
atau vasopressin
4. Lakukan pemasangan
NGT untuk memonitor
sekresi dan perdarahan
lambung.
5. Lakukan bilas langsung
dengan Nacl dingin
6. Dokumentasikan warna,
jumlah, dan karakteristik feses
7. Hindari PH lambung yang
ekstrim dengan kolaborasi
pemberian antacids atau
histamine blocking agent)
8. Kurangi faktor stress
9. Pertahankan jalan nafas
10.Hindari penggunaaan
antikoagulant
11. Monitor status nutrisi
pasien
12.Berikan cairan Intravena
13.Hindari penggunaan aspirin
dan ibuprofen
30
5. Risiko ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi ginjal 1. Circulation status Acid- base Management
Defenisi : Beresiko 2. Electrolit and acid 1. Observasi status hidrasi
terhadap penurunan 3. Base balance (kelembaban membran
sirkulasi darah keginjal 4. Fluid balance mukosa, TD ortostatik,
yang dapat menganggu 5. Hidration dan keadekuatan dinding
kesehatan 6. Tissue prefusion nadi)
Faktor risiko 7. Urinary eliminasion 2. Monitor HMT, ureum,
1. Sindrome Kriteria Hasil : albumin, total protein, serum
kompartement 1. Tekanan systole osmolalitas dan urine
abdomen diastole dalam batas 3. Observasi tanda-tanda
2. Usia lanjut normal cairan berlebih/retensi (CVP
3. Nekrosis kortikal 2. Tidak ada gangguan meningkat, oedem,
Bilateral mental, orientasi distensi vena leher dan
4. Luka buang air kecil kognitif dan kekuatan asites)
5. Pembedahan jantung otot 4. Pertahankan intake dan
6. Bypass kardiopulmonal 3. Na, k, Cl, Ca, Mg, output secara akurat
7. Diabetes militus BUN, creat dan biknat 5. Monitor TTV
8. Pajanan terhadap dalam batas normal 6. Monitor glukosa darah
Toksisn 4. Tidak ada distensi arteri dan serum, elektrolit
9. Jenis kelamin wanita vena leher urine
10. Glomerulonefritis 5. Tidak ada bunyi paru 7. Monitor hemodinamik status
11. Hipertensi tambahan 8. Bebaskan jalan nafas
12. Hiposemia, hipoksia 6. Intake output 9. Manajement akses
13. Infeksi (mis : sepsis, seimbang intravena
infeksi likal) 7. Tidak ada oedem Pasien hemodialisis
14. Interstitial nephritis perifer dan asites 1. Observasi terhadap
15. Keganasan 8. Tidak ada rasa dehidrasi
16. Hipertensi malignan haus yang abnormal 2. Monitor TD
17. Asidosis metabolik 9. Membran mukosa 3. Monitpr BUN, creat, HMT,
18. Multitrauma, lembab dan elektrolit
polinefritis 10. Hematokrit dbn 4. Timbang BB sebelum dan
19. Stenosis arteri renalis 11. Warna dan bau sesudah prosedur
20. Penyakit ginjal (ginjal urine dalam batas
31
polikitik) normal 5. Kaji status mental
21. Merokok 6. Monitor CT
22. Penyalahgunaan zat 7. Pasien peritoneal dialysis
Sindrome respon 8. Kaji temprature, TD, denyut
inflamasi sistemik perifer, RR, dan BB
23. Efek samping terkait 9. Kaji BUN, creat pH, HMT,
terapi (mis: obat, elektrolit selama prosedur
pembedahan) emboli 10. Monitor adanya respiratory
vaskuler distress
24. Vaskulitis 11. Monitor banyaknya dan
penampakan cairan
12. Monitor tanda-tanda infeksi
6.
Retensi Urine NOC : NIC :
Defenisi : pengosongan 1. Urinary elimination Urinary retention care
Kandung kemih tidak 2. Urinary continance 1. Monitor intake dan output
komplit 3. Kriteria hasil : 2. Monitor penggunaan obat
Batasan karakteristik 4. Kandung kemih antikoliogenik
1. Tidak ada haluaran kosong secara penuh 3. Monitor derajat distensi
urine 5. Tidak ada residu urin bladder
2. Distensi kandung > 100-200 cc 4. Instruksikan pada pasien
kemih 6. Bebas dari infeksi dan keluarga untuk
3. Menetes saluran kemih mencatat output urine
4. Disuria 7. Tidak ada spasme 5. Sediakan privacy untuk
5. Sering berkemih bladder eliminasi
6. Inkontinensia aliran 8. Balance cairan 6. Stimulasi refleks bladder
berlebih seimbang Instruksikan pada pasien
7. Residu urine dan keluarga untuk
8. Sensasi kandung mencatat output urine
kemih penuh 7. Sediakan privacy untuk
9. Berkemih sedikit eliminasi
Faktor yang berhubungan 8. Stimulasi refleks bladder
1. Sumbatan dengan kompres dingin pada
2. Tekanan ureter tinggi abdomen
32
3. Inhibasi urkus reflex
4. Sfingter kuat 9. Katerisasi jika perlu
10. Monitor tanda dan gejala
Infeksi saluran kemih
(panas, Hematuria,
perubahan bau dan
urine
Urinary eliminationt
Management
7.
Ansietas NOC : NIC :
Defenisi : perasaan tidak 1. Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
nyaman atau kehawatiran 2. Anxiety level kecemasan)
yang samar disertai 3. Coping 1. Gunakan pendekatan yang
respon autonom (sumber Kriteria hasil menenangkan
sering kali tidak spesifik 1. Klien mampu 2. Nyatakan dengan jelas
atau tidak diketahui oleh mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
individu); perasaan takut mengungkapakan pasien
yang disebabkan oleh gejala cemas 3. Jelaskan semua prosedur
antisipasi terhadap 2. Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
bahay. Hal ini merupakan mengungkapkan dan selama prosedur
isyarat kewaspadaan menunjukan teknik 4. Pahami perspektif pasien
yang memperingatkan untuk mengontrol terhadap situasi stres
individu akan adanya cemas. 5. Temani pasien untuk
bahaya dan kemampuan 3. Vital sign dalam memberikan keamanan dan
individu untuk bertindak batas normal mengurangi takut
menghadapi ancaman. 4. Postur tubuh, 6. Dorong keluarga untuk
Batasan Karakteristik ekspresi wajah, menemani anak
1. Perilaku : bahasa tubuh dan 7. Lakukan back / neck rub
a. Penurunan tingkat aktifitas 8. Dengarkan dengan penuh
produktifitas menunjukan perhatian
b. Gerakan yang berkurangya 9. Identifikasi tingkat
ireleven kecemasan. kecemasan
33
c. Gelisah 10. Bantu pasien mengenal
d. Melihat sepintas situasi yang menimbulkan
e. Insomnia kecemasan
f. Kontak mata yang 11. Dorong pasien untuk
buruk megungkapkan perasaan,
g. Mengekspresikan ketakutan, persepsi
kehawatiran 12. Instruksikan pasien
karena perubahan menggunakan teknik
dalam peristiwa relaksasi
hidup 13. Berikan obat untuk
h. Agitasi mengurangi kecemasan
i. Mengintai
j. Tampak waspada
2. Afektif
1. Gelisah, distres
2. Kesedihan yang
mendalam
3. Ketakutan
4. Perasaan tidak
edekuat
5. Berfokus pada diri
sendiri
6. Peningkatan
Kewaspadaan
7. Irabilitasi
8. Gugup senang
berlebihan
9. Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidak berdayaan
10. Peningkatan rasa
ketidakberdayaan
yang perisisten
11. Bingung,
34
menyesal
12. Ragu/tidak
percaya diri
13. Khawatir
3. Fisiologis
a. Wajah tegang,
tangan tremor
b. Peningkatan
keringat
c. Peningkatan
Ketegangan
d. Suara bergetar
4. Simpatik
1. Anoreksia
2. Eksitasi
Kardiovaskular
3. Diare, mulut kering
4. Wajah merah
5. Jantung berdebar
-debar
6. Peningkatan
tekanan darah
7. Peningkatan denyut
nadi
8. Peningkatan reflek
9. Peningkatan
frekuensi
pernafasan, pupil
melebar
10. Kesulitan
bernapas
11. Vasokontriksi
superfisial
12. Lemah, kedutan
35
pada otot
5. Parasimpatik :
1.Nyeri abdomen
2.Penurunan tekanan
darah
3.Penurunan denyut
nadi
4.Diare,mual,vertigo
5.Letih,gangguan tidur
6.Kesemutan pada
ekstremitas
7.Sering berkemih
8.Anyang-anyangan
9. Dorongan segera
berkemih
6.Kognitif
1. Menyadari gejala
fisiologis
2. Bloking fikiran
3. Penurunan lapang
persepsi
4. Kesulitan
berkonsentrasi
5. Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah
6. Ketakutan terhadap
Konsekuensi yang
tidak spesifik
7. Lupa, gangguan
perhatian
8. Khawatir,melamun
9. Cenderung menyala
36
hkan orang lain
Faktor yang berhubungan
1.Perubahan dalam
(status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran)
2.Pemajanan toksin
3.Terkait keluarga
4.Herediter
5.Infeksi/kontaminan
interpersonal
6.Penularan
penyakit interpersonal
7.Krisis maturasi, krisis
situasional
8.Stres, ancaman
kematian
9.Penyalahgunaan zat
10. Ancaman pada
(status ekonomi,
lingkungan,status
kesehatan)
11. Pola interaksi
12. Fungsi peran, status
peran, konsep diri
13. Konflik tidak disadari
mengenai tujuan
penting hidup
14. Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial/penting
kebutuhan yang tidak
37
dipenuhi
38
4. Implementasi Keperawatan Benigna prostate hyperplasia
5. Evaluasi
39
DAFTAR PUSTAKA
Husada, D. (2012). konsep proses, Dokumentasi dan berfikir kritis dalam proses
keperawatan.diakses tanggal 3 desember 2015.(http//:www.dian Husada
KDK I.co.id)
Nur, A. (2014). Asuhan keperawatan pada klien Tn.T dengan Hypertropi prostat
di Ruang Bedah lantai IV Rs. TK II Pelamonia Makassar. Diakses
tanggal 5 Desember 2015 (http//:www.asmanurs. Asuhan keperawatan
pada klien Tn.T dengan Hypertropi Prostat.com)
Probowo.E & Pranata AE, (2014). Buku ajar asuhan keperawatan sistem
perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika
40
Wijaya, SA. & Putri, M.Y. (2013). Keperawatan medikal bedah: Keperawatan
dewasa, teori, contoh askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
41