You are on page 1of 2

Keanekaragaman hayati (kehati) adalah seluruh bentuk kehidupan di bumi ini, yang terdiri

atas berbagai tingkatan, mulai dari tingkatan ekosistem, jenis hingga genetik. Antara tingkatan satu
dengan lainnya saling berinteraksi di dalam satu lingkungan. Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah negara maritim yang unik dan strategis karena tersusun oleh belasan ribu pulau dan
kepulauan, tersebar di seputar khatulistiwa dan terletak diantara dua benua (Asia dan Australia)
serta dua samudera (Pasifik dan Hindia). Indonesia dikaruniai kekayaan dan kekhasan kehati yang
menjadi tulang punggung kehidupan ratusan kelompok etnis yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Setiap kelompok etnis memiliki keanekaragaman pengetahuan tradisional yang terkait
dengan pemanfaatan dan pengelolaan kehati, baik sebagai sumber bahan pangan, sumber bahan
baku obat dan berbagai material yang dibutuhkan untuk hidup dan kehidupannya. Bahkan kehati
Indonesia dalam beberapa dekade belakang menjadi modal dalam pembangunan ekonomi bangsa.

Kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya hayati beserta habitatnya membentuk


ekosistem yang spesifik dan unik, yang secara keseluruhan menjadi paru-paru dunia. Keunikan
dan keindahan ekosistem yang tersebar di Indonesia menarik perhatian masyarakat dunia dan
memberi sumbangan yang sangat besar bagi pertumbuhan industri pariwisata. Pada kenyataanya,
masih banyak keindahan ekosistem yang belum tergarap, serta masih banyak pula sumberdaya
hayati yang belum teridentifikasi dan tergali potensinya sebagai sumber penghidupan masa depan.
Pengelolaan lestari kehati beserta ekosistemnya sangat penting artinya untuk menjaga keutuhan
jasa ekosistem, dan membuka peluang pemanfaatan kehati secara berkelanjutan. Perencanaan
pengelolaan kehati sebagai aset pembangunan harus menjadi bagian penting, agar bangsa
Indonesia memiliki acuan pengelolaan dan pemanfaatan kehati untuk kemakmuran bangsa secara
berkelanjutan.

Pemerintah Indonesia, tahun 1993 telah menyusun buku panduan yang dituangkan dalam
Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia atau Biodiversity Action Plan for Indonesia
(BAPI). Kemudian pada tahun 2003, rencana aksi ini diperbarui dan menjadi Indonesian
Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2003-2020. Saat ini, kondisi IBSAP 2003-2020
sudah berusia lebih dari sepuluh tahun. Oleh karenanya perlu dilakukan pemutakhiran untuk
penyempurnaannya dengan mengakomodasi isu-isu baru yang sesuai dengan dinamika global dan
nasional, seperti yang tertera pada Biodiversity Action Plan 2020, Aichi Target, Access and
Benefit Sharing (ABS), keekonomian kehati, dan perubahan iklim. Sementara itu hal penting
lainnya yang perlu disempurnakan dari dokumen IBSAP 2003-2020 agar menjadi acuan dalam
pengelolaan kehati, adalah:

1. Pemutakhiran data status kekinian kehati dan laju penyusutan yang ada selama decade
terakhir, dan penyempurnaan rumusan kebijakan dan rencana aksi agar pengelolaan
kehati dapat diarusutamakan dalam pembangunan dan lebih mudah dijalankan,
terutama dengan mekanisme desentralisasi dan otonomi daerah.
2. Memasukkan unsur-unsur baru, seperti pemanfaatan ekonomi kehati untuk
kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat sekitar habitat kehati, dan memenuhi
kesepakatan COP CBD ke-10 di Nagoya.
Selain hal-hal yang disebut di atas, kebaharuan buku IBSAP 2015-2020 juga
merujuk pada tiga dokumen penting yaitu:
1. Buku ‘Kekinian Keanekaragamanan Hayati Indonesia’ yang dikeluarkan oleh LIPI
pada tahun 2014
2. Beberapa dokumen hasil kajian yang difasilitasi oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kemen
PPN/BAPPENAS), seperti kajian identifikasi sumber pendanaan, kajian kontribusi
ekonomi kehati, kajian pengarusutamaan kehati, kajian perubahan iklim,
kelembagaan, dan hasil kajian tentang peningkatan kapasitas dan proses yang
difasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup sekarang Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK).
3. Dokumen utama tentang strategi nasional dan rencana aksi pengelolaan kehati atau
IBSAP 2003-2020, yang juga memuat visi pengelolaan kehati paska 2020.

Sebagian besar pembangunan di Indonesia selama ini mengandalkan sumber daya hayati,
yang sangat bergantung pada keberadaan, potensi, dan kelestarian keanekaragaman hayati. Dengan
demikian keanekaragaman hayati adalah aset bagi pembangunan dan kemakmuran
bangsa. Namun ternyata mengelola aset "hidup" ini tidaklah mudah. Selama ini, keanekaragaman
hayati dianggap hanya sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi secara sewenang-wenang
sehingga akhirnya merusak potensi aset itu sendiri. Padahal Indonesia berpotensi menjadi Gudang
pangan dunia, sunrber bahan baku obat, tujuan wisata dan paru-paru bagi dunia. Dan yang lebih
penting lagi, lndonesia berpotensi menjalankan pembangunan berkelanjutan demi kemakmuran
rakyatnya; salah satunya melalui pengelolaan keanekaragaman hayati secara lestari

You might also like