You are on page 1of 4

Molahidatidosa adalah plasenta dengan vili korialis yang berkembang tidak sempurna

dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga menunjukkan berbagai
ukuran trofoblas profileratif tidak normal. Molahidatidosa terdiri dari: molahidatidosa komplit
dan molahidatidosa parsial; perbedaan antara keduanya adalah berdasarkan morfologi, gambaran
klinik patologi, dan sitogenik. 4

Di Asia, insiden molahidatidosa komplit tertinggi adalah di Indonesia yaitu 1 dari 77


kehamilan dan 1 dari 57 persalinan. Faktor risiko molahidatidosa adalah nutrisi, sosio- ekonomi
(asupan karoten rendah, defisiensi vitamin A), dan usia maternal. 4

Molahidatidosa komplit hanya mengandung DNA paternal sehingga bersifat andro-


genetik tanpa adanya jaringan janin. Hal ini terjadi karena satu sel sperma membawa kromosom
23,X- melakukan fertilisasi terhadap sel telur yang tidak membawa gen maternal (tidak aktif),
kemudian mengalami duplikasi membentuk 46XX homozigot. Namun, fertilisasi juga dapat
teriadi pada dua spermatozoa yang akan membentuk 46XY atau 46XX heterosigot. Secara
makroskopik, pada kehamilan trimester dua mola hidaidosa komplit berbentuk seperti anggur
karena vili korialis mengalami pembengkakan secara menyeluruh. Pada kehamilan trimester
pertama, vili korialis mengandung cairan dalam jumlah lebih sedikit, bercabang dan
mengandung sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas hiperplastik dengan banyak pembuluh darah.4

Molahidatidosa parsial merupakan triploid yang mengandung dua set kromosom paternal
dan satu set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua set kromosom maternal tidak
menjadi molahidatidosa parsial. Pada molahidatidosa parsial, seringkali terdapat mudigah atau
jika ditemukan sel darah merah berinti pada pembuluh darah vili korialis. 4

Diagnosis ultrasonografi (USG) kehamilan dini molahidatidosa komplit seringkali


dihubungkan dengan abortus atau kehamilan nirmudigah. Molahidatidosa komplit dapat
berhubungan dengan kelainan USG plasenta. Namun, USG memiliki keterbatasan dalam
memprediksi molahidatidosa parsial. Pada kehamilan ganda dengan janin yang dapat hidup dan
suatu kehamilan mola, maka kehamilan tersebut dianjurkan untuk diteruskan. (RCOG: III-C).
Tidak ditemukannya pewarnaan p57kip2 dapat membedakan antara molahidatidosa komplit dan
sisa kehamilan.4

Setelah diagnosis ditegakkan dan dilakukan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan darah


lengkap, ßphCG, dan foto toraks), maka dilakukan evakuasi dengan kuret isap dilanjutkan
dengan kuret tumpul kavum uteri. Selama dan setelah prosedur evakuasi, diberikan oksitosin
intravena.4

Tidak dianjurkan evakuasi ulangan rutin. (SOGC: III-C, RCOG: III/IV-C).2124 Jika
setelah evakuasi awal gejala (misalnya perdarahan pervaginam) menetap, maka perlu di-
konsultasikan dengan pusat skrining sebelum dilakukan pembedahan (RCOG: IV-C); pasien
dengan perdarahan pervaginam abnormal menetap pascakehamilan non-mola, perlu melakukan
uji kehamilan untuk menyingkirkan kemungkinan neoplasia troto- blastik gestasional (NTG).
NTG menetap dipertimbangkan pada semua perempuan yang mengalami gejala respiratori akut
atau gejala neurologi pascakehamilan. (RCOG III/Iv-C)i Pada molahidatidosa parsial, jika
ukuran janin tidak memungkinkan di- lakukan kuret isap, maka dapat digunakan terminasi
medis; tetapi terjadi peningkatan risiko PTG menetap. (SOGC: III-C)4

Klasifikasi

Klasifikasi mola hidatidosa menurut Federation International of Gynecology and


Obstetrics (FIGO) terbagi menjadi mola hidatidosa komplit dan parsial (PTG benigna) dan mola
invasif (PTG maligna).

1. Mola Hidatidosa Komplit: merupakan hasil kehamilan tidak normal tanpa adanya embrio-
janin, dengan pembengkakan hidrofik vili plasenta dan seringkali memiliki hiperplasia
trofoblastik pada kedua lapisan. 3

2. Mola Hidatidosa Parsial: merupakan triploid yang mengandung dua set kromosom paternal
dan satu set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua set kromosom maternal tidak
menjadi mola hidatidosa parsial. Seringkali terdapat mudigah atau jika ditemukan sel darah
merah berinti pada pembuluh darah vili.3

3. Mola Invasif: neoplasia trofoblas gestasional dengan gejala adanya vili korialis disertai
pertumbuhan berlebihan dan invasi sel-sel trofoblas. Jaringan mola invasif melakukan penetrasi
jauh ke miometrium, kadang-kadang melibatkan peritoneum, parametrium di sekitarnya atau
dinding vagina. Mola invasif terjadi pada sekitar 15% pasien pascaevakuasi mola hidatidosa
komplit.3

Gambaran histopatologik memperlihat-kan trias/khas dari mola yaitu: Proliferasi sel-sel


epitel trofoblas; degenerasi hidrofik dari stroma villi; dan keterlambatan atau hilangnya
pembuluh darah dan stroma sedangkan gambaran sitogenik pada mola hidatidosa umumnya
dapat berupa X 46.3
Gambar 1. Gambaran patologik Mola Hidatidosa

Pengelolaan Mola Hidatidosa

Pengelolaan mola hidatidosa dapat terdiri atas 4 tahap berikut ini. 1

1. Perbaikan Keadaan Umum


Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok
atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau
tirotoksikosis.
2. Pengeluaran Jaringan Mola
Ada 2 cara yaitu :
a) Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa pembiusan.
Un tuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase
dilanjutkar dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret biasa yang
tumpul. Tindaka kuret cukup dilakukan 1 kali saja, asal bèrsih. Kuret kedua
hanya dilakukan bila ada indikasi Sebelum tindakan kuret sebaiknya disediakan
darah untuk menjaga bila terjadi per darahan yang banyak. .
b) Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup
mem- punyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua
dan pa- ritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan.
Batasan yan dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang
bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan histopatologik
sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola
invasif/koriokarsinoma.
3. Pemeriksaan Tindak Lanjut
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola hi-
datidosa. Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama wasan
berkisar satu tahun. Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode penga ini
pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom, diafragma,
atau pantang berkala.

Prognosis

Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau
tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi , di negara
berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2 % dan 5,7 % . Sebagian dari pasien mola akan
segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan , tetapi ada sekelompok perempuan yang
kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentase keganasan yang
dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda - beda , berkisar antara 5,56 % . Bila terjadi keganasan ,
maka pengelolaan secara khusus pada divisi Onkologi Ginekologi.1

You might also like