Professional Documents
Culture Documents
KABUPATEN GOWA
OLEH
CHRISTIANTO LOPULISA1 & HERNUSYE HUSNI2
1. Guru Besar pada Jurusan Ilmu Tanah Universitas Hasanuddin
2. Staf pada Jurusan Budidaya Universitas Hasanuddin
ABSTRACT
The aim of the study is to provide an information of soil
characteristics of the field rice as well as a practices of rice field cultivation at
Gowa regency, South Sulawesi. The study was conducted using a method of
free survey on field rice through field observation and soil sampling. Fifty soil
samples were collected and analyzed at laboratory for soil texture, pH, organic
carbon, N total, P2O5, K2O, sum of bases and salinity.
The results of the study showed most of the field rice of the area were
found on alluvial plain with flat topography and on volcanic plain with rolling to
hilly topography. The geology were mostly consists of alluvium deposits as well
as volcanic stone. The land characteristic related to soil fertility and nutrients
status as follow: C organic content, N total and base saturations commonly low;
available P, K and Mg were medium; exchangeable Calcium and cation
exchange capacity were high and slightly acid soil pH. Their land suitability
were evaluated mostly as moderately suitable (S2) and some were marginally
suitable (S3)
Total area of rice field of Gowa regency is 34.003 ha where 53,3 % were
planted twice a year. The total rice productions is 200.390 ton GKG with
average productivity of 5,22 ton GKG ha-1. Planted rice variety mostly
Cilliwung, Celebes, cisadane, IR-64 and IR-42. Fertilizer used were commonly
urea, TSP, SP-36 and KCl whether alone or in combinations with total doses
were 150-300 kg ha-1 which is consists of urea (100-200kg kg ha-1 season-1),
TSP (50-100 kg ha-1 season-1), KCl (0-200 kg ha-1 season-1), Za (50-100 kg ha-
1
season-1) and SP-36 (0-50 kg ha-1 season-1). The frequency of fertilizers
application were done three times for urea, once for TSP and SP-36 and KCl 1-
2 times.
Dimuat dalam “Media Litbang” No. 20. Gesember 2008. ISSN : 1829 – 5126.
Hal : 142 – 158. Penerbit BALITBANGDA Provinsi Sulawesi Selatan.
1
ABSTRAK
2
PENDAHULUAN lokasi termasuk rekomendasi
pemupukan merupakan syarat
Upaya peningkatan
mutlak bukan hanya dalam upaya
produksi pertanian utamanya padi
peningkatan produksi tetapi juga
masih dan akan tetap merupakan
efisiensi usaha tani. Pemupukan
kebutuhan bagi bangsa ini
pada dasarnya adalah merupakan
mengingat semakin meningkatnya
upaya pemberian unsur hara
kebutuhan pangan beras sejalan
kepada tanaman yang tidak dapat
dengan meningkatnya penduduk
disediakan oleh tanah. Dengan
dan kualitas hidup masyarakat.
demikian, rekomendasi pemupukan
Namun pengalaman selama lebih
atau dosis pupuk yang akan
dari 30 tahun pembangunan
diberikan akan sangat ditentukan
pertanian khususnya pertanian padi
oleh karakter tanah yang berkaitan
sawah menunjukkan bahwa
dengan status kesuburan tanah,
peningkatan produktivitas padi
kebutuhan hara tanaman
sawah khususnya selama lebih dari
(ditentukan oleh varietas dan
sepuluh (10) tahun terakhir ini (1990
produksi yang diharapkan) serta
- 2000) tidak lagi menunjukkan
nisbah biaya kg pupuk/harga kg
peningkatan yang berarti bahkan
produksi (Cookc, 1975). Oleh
dapat dikatakan cenderung zero
karena itu, dalam upaya penerapan
growth (Lopulisa, 1996). Menurut
teknologi spesifik lokasi informasi
Lopulisa (1995), fenomena ini dapat
tentang karakteristik lahan
diakibatkan oleh sejumlah faktor
khususnya yang terkait dengan
antara lain : (1) teknologi tanah
status kesuburan tanah dan faktor-
yang digunakan saat ini tidak sesuai
faktor yang mempengaruhinya perlu
lagi dengan perkembangan dinamis
diketahui.
tanah, hal ini dapat dilihat dari
Studi ini bertujuan untuk
semakin rendahnya respon dari
mengetahui karakteristik lahan
input/teknologi yang diberikan
sawah khususnya yang terkait
dibanding respon yang diperoleh
dengan status kesuburan tanah
sebelumnya (1969 - 1979), (2)
serta teknologi budidaya lahan
teknologi, khususnya rekomendasi
sawah yang terkait dengan tingkat
pemupukan yang diterapkan
penggunaan pupuk pada padi
umumnya masih bersifat umum
sawah di Kabupaten Gowa.
atau tidak spesifik lokasi, dan (3)
rendahnya tingkat penerapan
teknologi petani akibat rendahnya Metode, Lokasi Survei dan Waktu
penguasaan teknologi dan Penelitian
terbatasnya sarana/prasarana dan
kelembagaan pertanian yang ada. Survei karakteristik dan
Dari uraian di atas terlihat budidaya padi lahan sawah ini
bahwa penerapan teknologi spesifik
3
dilakukan pada bulan Maret – Juni wawancara dengan petani
2006 di Kabupaten Gowa yang responden.
merupakan salah satu daerah 4. Interpretasi data lapang dan
produsen padi di Sulawesi Selatan. analisa contoh tanah
Lokasi pengamatan medan dan di laboratorium. Deskripsi
pengambilan contoh tanah medan dilakukan melalui
dilakukan pada lahan sawah pengamatan medan yang
beririgasi yang mencapai luasan meliputi: (a) lokasi
18.116 ha atau 53,27 % dari luas pengamatan, (b) land form,
lahan sawah di kabupaten ini. (c) elevasi, (d) lereng, (e)
bahan induk, (g) land use,
Survei karakteristik lahan dan (h) teknologi budidaya.
sawah ini dilakukan menurut Contoh tanah diambil secara
metode free survey dengan komposit pada lapisan atas 0
tahapan-tahapan sebagai berikut: – 30 cm dari tiap unit lahan.
1. Pemetaan lahan sawah di Sampel contoh tanah yang
Kabupaten Gowa skala dianalisis mencapai 50
1:100.000 berdasarkan peta contoh. Analisa laboratorium
rupa bumi skala 1:50.000 ini meliputi ; tekstur, pH
(Bakosurtanal, 2000) dan (H2O) dan (KCl), C-Organik,
peta tata guna lahan (BPN, N-total, P2O5 tersedia, KTK
2000) dan pengecekan (Ca, Mg, K, Na) dan salinitas.
lapang. Metode analisis dari setiap
2. Penetapan lokasi/unit lahan parameter yang akan
untuk pengamatan medan ditetapkan diperlihatkan pada
dan pengambilan sampel Tabel 1.
tanah untuk analisis
laboratorium. Evaluasi status kesuburan
3. Survei lapang untuk tanah dilakukan berdasarkan
melakukan ; (a) pengecekan kesesuaian kesuburan tanah
terhadap unit lahan, (b) untuk padi irigasi dan tadah
deskripsi medan untuk setiap hujan menurut prosedur yang
unit lahan, (c) pengambilan dikembangkan oleh Sys.
contoh tanah, serta (d) dkk (1993) sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 2.
4
Tabel 1. Metode Analisis dari Setiap Parameter yang Diamati
a. Tekstur Pipet 50
b. pH tanah Glass electrode (1 : 25) 50
c. C-organik Walkey-Black 50
d. N-total Kjehdahl 50
e. P2O5 Olsen 50
f. KTK pada pH 7 NH4.Oact, pH 7 50
g. Kation dapat tukar
pada pH 7
Ca 50
Mg NH4.Oact, pH 7
K
Na 50
h. salinitas Conductivity meter 50
No Karakteristik S1 S2 S3 N1 N2
Kapasitas Tukar 16-24 <16 (-) <16 (+) - -
1 kation (KTK)
cmol/kg liat
Kejenuhan Basa 50->80 35-50 20-35 <20 -
2
(%)
Jumlah basa- 4->6,5 2,8-4,0 1,6-2,8 <1,6 -
3 basa (cmol/kg 5,5-8,2 5,0-5,5 4,5-5,0 - <4,5
tanah)
PH (H2O) 8,2-8,5 8,5-9,0 - >9,0
4
>1,5 0,8-1,5 <0,8 - -
5 C-organik 0-2,0 2,1-4,0 4,1-8,0 6,1-12,0 >12,0
6 Salinitas
S1 = sangat sesuai; S2 = cukup sesuai; S3 = sesuai marginal; N1 = tidak
sesuai saat ini; N2 = tidak sesuai permanen.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN umumnya mendominasi lahan
persawahan di kecamatan
Karakteristik Lahan Sawah Tompobulu, Bungaya dan
Pisiografi dan bentuk Wilayah Kecamatan Tinggimoncong
Berdasarkan Lembar Kabupaten Gowa (Gambar 1).
Geologi Ujung Pandang (Sukamto, Lahan persawahan di
1982) lahan sawah di Kabupaten daerah ini umumnya dijumpai pada
Gowa pada umumnya menempati wilayah datar dengan lereng 0 – 3
dua (2) satuan pisiografi utama, % dan dalam luasan terbatas pada
yaitu; (1) dataran alluvial dan (2) wilayah bergelombang – berbukit
dataran volkanik. Dataran alluvial kecil dengan lereng 15 – 25 % dan
umumnya dijumpai dibagian Barat wilayah berbukit dengan lereng 25 –
Kabupaten Gowa yang umumnya 45 % seperti di Kecamatan
terbentuk dari hasil endapan sungai Tompobulu, Bungaya dan
Jenneberang. Dataran volkanik Kecamatan Tinggimoncong
Gambar 1. Lahan sawah pada Pisiografi Dataran Alluvial dengan Bentuk Wilayah
Datar di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa (1190 25,98’ BT
dan 050 20,55’ LS)
6
Gambar 2. Lahan Sawah pada Pisiografi Dataran Kipas Kolluvial dengan Bentuk
Wilayah Berombak-Berbukit di Kecamatan Tinggimoncong,
Kabupaten Gowa (1190 58,24’ BT dan 050 11,43’ LS).
7
tekstur kasar sampai agak kasar pada umumnya tergolong kelas
terdiri dari lempung berpasir, pasir tekstur sedang; Unit lahan (3)
berlempung atau pasir. Tekstur dijumpai di bagian Utara Kabupaten
tanah lahan sawah di daerah Gowa. Pisiografi umumnya adalah
penelitian utamanya didominasi dataran alluvial yang merupakan
oleh kelas tekstur agak halus hasil dari proses pengendapan
sampai halus kecuali pada sungai Jenneberang dan bahan
beberapa wilayah tekstur tanahnya induk alluvium sungai. Umumnya
tergolong bertekstur agak halus menempati wilayah berombak
sampai sedang seperti di dengan lereng 3 – 8 %. Tekstur
Kecamatan Bontonompo dan tanah tergolong agak halus sampai
Pallangga serta sebagian halus; Unit lahan (4) tersebar dalam
Kecamatan Bajeng dan Tompobulu. kelompok-kelompok hamparan
Hal ini utamanya berkaitan dengan sempit di sisi-sisi aliran sungai
bahan induk yang umumnya dibagian tengah daerah aliran
merupakan alluvium. sungai Jenneberang yang
dihasilkan dari proses
pengendapan. Umumnya
Unit Lahan merupakan dataran sempit dengan
bahan induk endapan sungai.
Berdasarkan topografi, Bentuk wilayah umumnya datar
bahan induk dan tekstur lahan dengan lereng 0 – 3 %. Tekstur
persawahan di Kabupaten Gowa tanah lapisan atas umumnya kelas
dikelompokkan kedalam 8 (delapan) tekstur agak halus sampai halus;
satuan lahan, yaitu : satuan lahan Unit lahan (5) ini dijumpai terbatas
(1), Unit ini dijumpai dalam satu dalam bentuk wilayah hamparan di
kelompok hamparan yang luas di Kecamatan Tompobulu dan
Kecamatan Bajeng dan Pallangga Kecamatan Bungaya, menempati
yang terbentuk dari proses pisiografi dataran volkanik dengan
pengendapan sungai Jenneberang bahan induk breksi dan aliran lava.
dengan bahan induk utama alluvium Bentuk wilayah bergelombang
sungai. Bentuk wilayah umumnya sampai berbukit dengan lereng 15 –
datar dengan lereng 0 – 3 %. 25 %. Tekstur tanah di lapisan atas
Tekstur tanah pada umumnya umumnya tergolong halus – agak
tergolong agak halus sampai halus; halus; Unit lahan (6) dijumpai
Unit lahan (2) dijumpai dalam terbatas dalam bentuk kelompok
hamparan yang luas antara sungai hamparan di Kecamatan
Biringkassi di sebelah Timur dan Tompobulu. Menempati pisiografi
sungai Jabala di sebelah Barat, dataran volkanik dengan bahan
menempati pisiografi dataran induk breksi dan aliran lahar.
alluvial dengan bahan induk Bentuk wilayah umumnya
alluvium sungai dan bentuk wilayah bergelombang -berbukit dengan
dengan lereng 0 - %. Tekstur tanah lereng 15–25%. Tekstur tanah
8
lapisan atas tergolong kelas tekstur sampai halus; Unit lahan (8)
sedang; Unit lahan (7) dijumpai dijumpai dalam kelompok hamparan
dalam bentuk kelompok - kelompok yang terpusat di Kecamatan
hamparan yang cukup luas tersebar Bungaya dan Tompobulu.
di Kecamatan Tinggimoncong. Umumnya menempati pisiografi
Umumnya menempati pisiografi dataran volkanik dengan bahan
dataran volkanik dengan bahan induk breksi dan aliran lahar.
induk aliran lahar dan breksi. Bentuk wilayah adalah berbukit
Bentuk wilayah umumnya berbukit- sampai bergunung dengan lereng
bergunung dengan lereng 25 – 45 25 – 45 %. Tekstur tanah tergolong
%. Tekstur tanah umumnya kelas tekstur sedang (Tabel 3 dan
didominasi kelas tekstur agak halus Gambar_3).
9
Sungguminasa 3 Parangloe
PalanggaSomba Opu Bontomarannu 7
1 4 MalinoTinggimoncong
SINJAI
Bontonompo BANTAENG
2 8
Malakaji
5 Tompobulu
6 JENEPONTO
10
K tersedia dan Mg dapat tukar Mg dapat tukar tinggi; KTK sangat
sedang, KTK, Ca dapat tukar tinggi tinggi dan pH tanah agak masam.
dan pH tanah agak masam; Satuan
Lahan (5) C organik, N total P, K
tersedia dan kejenuhan basa (KB) Kelas Kesesuaian Kesuburan
sedang; KTK dan Ca dapat tukar Kelas kesesuaian
tinggi dan pH tanah netral; Satuan kesuburan tanah lahan sawah
Lahan (6) C organik, N total dan K kabupaten Gowa (Tabel 4)
tersedia, Na dapat tukar rendah; P berdasarkan Sys. dkk (1993),
tersedia dankejenuhan basa (KB) umumnya digolongkan cukup
sedang; KTK dan Ca dapat tukar sesuai (S2) kecuali untuk satuan
tinggi dan pH tanah netral; Satuan lahan 1 dan 8 dinilai sesuai
lahan (7) C organik, N total Na marginal (S3) dengan faktor
dapat tukar dan kejenuhan basa pembatas umumnya kejenuhan
(KB) rendah; P dan K tersedia, Ca basa yang rendah sampai sangat
dapat tukar sedang; KTK tinggi dan rendah untuk satuan lahan 5 adalah
pH tanah agak masam; Satuan kandungan bahan organik yang
lahan (8) N total, Na dapat tukar rendah.
dan kejenuhan basa (KB) rendah; C
organik, P dan K tersedia, Ca dan
11
kecamatan dari 9 (sembilan)
Distribusi dan Produktivitas kecamatan yang ada di daerah ini,
Luas lahan sawah di yaitu Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa menurut BPS (14,3 %), Tinggimoncong (13,4%),
(1999) mencapai 34.009 ha dimana Bontomarannu (13,3%), Bajeng
53,26% atau 18.116 ha diantaranya (13,1%), Palllangga (13,0%),
ditanami 2 kali setahun. Distribusi Tompobulu (11,3%) dan Kecamatan
lahan sawah tersebut umumnya Bungaya (10,6%) seperti terlihat
menyebar merata di 7 (tujuh) pada Tabel 5.
12
Bakkaeja dan Aselompo. Varitas- dan tegak, kapasitas peranakan
varitas ini termasuk prototipe varitas tinggi, nisbah gabah/jerami tinggi,
unggul dengan ciri-ciri: tanaman tahan rebah dan potensi hasil tinggi
rendah, batang tegak, daun sempit (Tabel 6).
Jenis dan macam pupuk yang 0 – 200 kg, ZA 50 – 100 kg dan SP-
digunakan untuk padi adalah urea, 36 0 – 50 kg/ha/musim. Dosis yang
ZA, TSP, SP-36 dan KCl baik tertinggi yang digunakan petani
secara kombinasi maupun tunggal. dijumpai di Kecamatan Bajeng,
Kombinasi jenis pupuk yang Bontonompo dan Kecamatan
digunakan adalah urea + TSP + ZA Tompobulu.
atau urea + ZA + TSP + KCl atau Pemberian urea dilakukan
Urea + TSP, KCl + SP-36. sebanyak satu, dua dan tiga kali,
Kombinasi urea + TSP + ZA + KCl TSP dan SP-36 dilakukan satu kali,
merupakan kombinasi yang umum yaitu pada saat tanam atau pada
digunakan. umur 15-40 HST dan pemupukan
Total dosis pupuk yang KCl dilakukan satu kali atau dua
digunakan umumnya bervariasi dari kali, yaitu pada saat tanaman
150 kg – 350 kg/ha/musim tanam berumur 10 – 15 HST dan 40 HST
yang terdiri dari urea 100 – 200 bahkan 60-120HST (Tabel 7).
kg/ha/musim, TSP 50 – 100 kg, KCl
13
Tabel 7. Jenis, Dosis dan Waktu Pemupukan Padi Sawah pada Masing-
Masing Kecamatan di Kabupaten Gowa.
Pemupukan
No Kecamatan Waktu (HST)
Jenis Dosis
I II
1 Bontonompo Urea 150-300 7-30 30-45,satu kali
TSP 50 Saja
KCl 50
ZA 50-100
2 Bajeng Urea 200-250 15-25 30-60, satu kali
KCL 100
ZA 100
3 Palangga Urea 50-250 15-60 30,satu kali
KCl 50
ZA 25-50
4 Tompobulu Urea 200-300 15 30
TSP 50
KCl 50
ZA 100
5 Bungaya Ureal 200
TSP 50
ZA 50
6 Bontomarannu Urea 100-250 7 40,satu kali
ZA 100
7 Tinggimoncong Urea 200-300 7-30 40-180
ZA 100
14
dengan baik. Upaya mengatasi Kecamatan Bontonompo dan
kekurangan air juga dilakukan Bontomarannu (Tabel 8).
dengan pompanisasi seperti di
15
sawah khususnya yang terkait Kesimpulan
dengan kesuburan tanah juga oleh 1. Luas lahan sawah di Kabupaten
adanya keragaman teknologi/input Gowa yang dapat ditanami dua
yang diterapkan atau perbedaan (2) kali setahun atau yang telah
tingkat penerapan teknologi oleh dilengkapi dengan sarana
petani. pengairan baik teknis desa atau
Perbedaan bahan induk pompanisasi mencapai 18.116
menyebabkan perbedaan tekstur ha dengan distribusi antara lain
dan komposisi mineral yang dapat Kecamatan Bontonompo 14,3 %
dilihat dari perbedaan Kapasitas Kecamtan Tinggimoncong
Tukar Kation (KTK) serta status
13,4%, Kecamatan
basa-basa (kejenuhan basa) Bontomarannu 13,3 % dan
sebagaimana diperlihatkan dari Kecamatan Bajeng 13,1 % dan
hasil penelitian ini. Tanah sawah sisanya tersebar di Kecamatan
dengan kapasitas tukar Kation yang lainnya.
rendah, sedang dan tinggi 2. Lahan sawah di daerah ini
umumnya dijumpai masing-masing umumnya menempati dua
pada bahan induk kolluvial, alluvial satuan fisiografi utama, yaitu
dan batuan sedimen sebagaimana dataran alluvial dan dataran
diperlihatkan Lopulisa (2005) di volkanik. Bentuk wilayah datar
Kabupaten Maros. Perbedaan dengan lereng 0 – 3% dan
bahan induk akan menyebabkan dalam luasan terbatas pada
perbedaan dalam tekstur dan wilayah bergelombang - berbukit
komposisi minerologi tanah serta kecil dengan lereng 15-25 %
sampai batas tertentu struktur tanah dan wilayah berbukit dengan
(sys, 1997). lereng 25-45% seperti di
Rendahnya kandungan Kecamatan Tompobulu,
bahan organik tanah serta Bungaya, dan Kecamatan
Magnesium (Mg) pada umumnya Tinggimoncong.
terkait dengan teknologi budidaya 3. Karakteristik kesuburan tanah
yang diterapkan. Pertanian intensif lahan sawah di daerah ini antara
akan mempercepat proses lain; kandungan bahan organik
pertambahan bahan organik oleh umumnya rendah, kapasitas
mikroba khususnya di daerah tukar kation tinggi, basa-basa
tropika. Tanpa pengembalian sisa- dapat tukar seperti Ca, Mg
sisa tanaman ke tanah sawah sedang – tinggi, dan pH agak
seperti banyak dijumpai di daerah masam sampai netral dengan
ini akan mempercepat kemiskinan status hara N total rendah, P2O5
bahan organik tanah (Ugolini dan dan K2O tersedia rendah –
Edmunds, 1983) sedang.
4. Pola tanam yang umum dijumpai
adalah padi – padi – palawija,
padi – padi atau padi dengan
16
varitas yang ditanam umumnya menunjang Produksi Pertanian
Ciliwung, IR-42, IR-46 dan dalam PJP II, Proc. Konggres,
Celebes yang tergolong Seminar Nasional Peragi,
prototipe varitas berpotensi hasil Jakarta.
tinggi dengan produktivitas Lopulisa, C. 2005. Studi
bervariasi dari 2,77 (Kecamatan Karakteristik Lahan Sawah
Bungaya) – 4,86 (Kecamatan dan Budidaya Padi Di
Bontonompo) ton Kabupaten Maros. J. Sains &
GKG/ha/musim tanam. Technology V:5(1) Pasca
5. Jenis pupuk yang umum Sarjana Universitas
digunakan antara lain urea, Hasanuddin.
TSP, KCl dan ZA dengan dosis Ratman N, dan S. Atwawinata,
urea 75-150 kg/ha, TSP 75-150 1993. Geologi Lembar
kg/ha, KCl 25-50 kg/ha dan ZA Mamuju, Sulawesi.
a
50-100 kg/ha per musim tanam. Sukamto , R, 1982. Geologi
Waktu pemupukan umumnya Lembar Ujung Pandang,
dilakukan pada umur 7 – 21 hari Bantaeng dan Sinjai. Pusat
dan dilakukan satu kali. Penelitian dan
Pengembangan Geologi
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum
BPS, 2007. Biro Pusat Statistik, Departemen Pertambangan
Sulawesi Selatan. dan Energi.
Cookc, G.W, 1975. Fertilizing for b
Sukamto , R, 1982. Geologi
Maximun Yield. Crosby Lock Lembar Pangkajene dan
Wood Staples Granada Watampone Bagian Barat,
Publishing, London. Sulawesi.
Go, Ban Hong, 1977. Peningkatan Sys, C, E.V. Ranst, J. Debaveye
Penggunaan Pupuk Nitrogen and F. Beernaert, 1993. Land
pada Tanah Sawah. Kongres Evaluation, Crop
Nasional Ilmu Tanah II di Requirements, Part III,
Yogyakarta. Agriculture Publication No. 7.
IRRI, 1978. Soil and Rice. The General Administration for
International Rice Research Development Coorporation
Institute, Los Banos, Place du Champ de Mars 5 bte
Philipines. 57-1050 Brussele-Belgium.
Lopulisa, 1995. Penggunaan Tanah Von Hexkull (dalam LPPP, 1976)
dalam Prospektif Potash and Rice Production in
Pembangunan Jangka Asia. Edisi Khusus no.2.
Panjang. Proc. Konggres Lembaga Pusat Penelitian
Nasional HITI VI, Jakarta. Pertanian, Bogor.
Lopulisa, 1996. Potensi dan
Kendala Sumber daya Tanah
17