Professional Documents
Culture Documents
1. Persalinan Macet
Persalinan macet/ distosia: persalinan yang tidak maju/ persalinan yang sulit
Sebab-sebab persalinan macet dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Persalinan macet oleh karena faktor kelainan tenaga/ kelainan his
2. Persalinan macet oleh karena faktor kelainan janin
3. persalinan macet oleh karena faktor kelainan jalan lahir
3. Incoordinate Uteri
Dalam keadaan ini, sifat his berubah. His menjadi: tonus otot meningkat (baik di dalam maupun
di luar His), tidak ada sinkronisasi antar bagian-bagian uterus)
Akibatnya:
– his tidak efisien menimbulkan pembukaan dan penurunan kepala
– tonus otot yang meningkat menimblkan nyeri pada ibu
– hipoksia janin
– partus lama
Etiologi
– primigravida, terutama primigravida tua
– bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segment bawah rahim (misal: kelainan
letak janin, DKP, presbo, anencephalus)
– terdapat kelainan benyuk uterus (misal uterus bikornis unikolis)
Penanganan:
Secara umum:
– awasi keadaan umum ibu
– pengawasan DJJ (tiap 30 menit)
– pemberian rehidrasi
– persalinan lama, evaluasi: false labour(?), incoordinate uterine action(?), atau DKP(?)
Secara khusus:
a) Inersia Uteri:
Dulu, pada saat teknik pembedahan belum semaju sekarang, menunggu merupakan sikap yang
bijaksana dalam menangani inersia uteri. Tapi dengan teknik pembedahan, anestesi dan obat
antibiotik yang baik, maka menunggu sudah banyak ditinggalkan. Bila dijumpai inersia uteri,
dapat dilakukan augmentasi/stimulasi dengan 5 IU oxytocine dalam Dextrose 5% dimulai
dengan 8 tts/menit naik tiap 15 menit, dengan tetesan maksimal 60 tetes/menit. Diharapkan
dengan stimulasi ini maka akan memperbaiki His.
b) Partus precipitatus: ada kecenderungan berulang sehingga pada saat ANC maupun saat
persalinan perlu ditanyakan mengenai riwayat persalinan sebelumnya, tindakan episiotomi dapat
dipertimbangkan.
c) Incoordinate uterine action: terapi lebih kearah pengobatan simptomatisnya yang dikeluhkan
oleh penderita.
III.Persalinan macet oleh karena faktor kelainan janin: kelainan letak dan bentuk janin
A. Kelainan Letak, presentasi atau posisi
Perlu dibaca lagi mengenai:
1) SIKAP
Hubungan antara bagian-bagian badan fetus satu sama lain
Dikenal:
a) Fleksi: presentasi belakang kepala
b) Defleksi:
• Ringan: presentasi puncak kepala
• Sedang: presentasi dahi
• Maksimal: presentasi muka
2) PRESENTASI
Bagian tubuh fetus yang terdapat di bagian terbawah jalan lahir
Dikenal:
a) Letak memanjang:
i. Presentasi kepala:
a. Presentasi belakang kepala (prebelkep, occiput presentation)
b. Presentasi puncak kepala (sinsiput presentation)
c. Presentasi dahi (Brow presentation)
d. Presentasi muka (face presentation)
ii. Presentasi bokong
a. Presentasi bokong-kaki sempurna/ complete breech
b. Presentasi bokong murni/ frank breech
c. Presentasi kaki (footlink breech / incomplete breech)
b) Letak lintang atau oblik: presentasi bahu (shoulder presentation) atau punggung.
c) Presentasi majemuk (compund presentation)
a. Kepala dan tangan
b. Kepala dan kaki
3) POSISI
Hubungan antara bagian tertentu fetus dengan bagian kiri, kanan, depan, belakang, atau lintang,
terhadap jalan lahir
4) LETAK
Hubungan antara sumbu fetus dengan sumbu jalan lahir:
a) Letak memanjang: Sumbu fetus searah / sejajar sumbu jalan lahir
b) Letak melintang: Sumbu fetus tegak lurus sumbu jalan lahir
c) Letak oblik: Sumbu fetus dalam sudut tertentu dengan sumbu jalan lahir
Pada presentasi muka, maka kepala janin dalam keadaan defleksi maksimal.
Diagnosis
Palpasi: dada teraba seperti punggung, teraba kepala yang menonjol bertentangan dengan letak
dada. Pada tempat dada teraba bagian kecil janin dan didengar DJJ paling jelas.
Pemeriksaan dalam: kalau muka sudah masuk panggul, jari pemeriksa dapat meraba dagu, mulut,
hidung dan pinggir orbita. Kadang kaput sussedanum menyulitkan pemeriksaan sehingga
kadang-kadang disangka bokong.
Etiologi
Umunya adanya hambatan fleksi kepala akan menyebabkan presentasi muka (misal: tumor di
leher bagian depan) selain itu panggul sempit, janin besar, multi paritas, perut gantung juga dapat
merupakan faktor risiko presentasi muka
Mekanisme Persalinan
Kepala masuk panggul dengan dagu melintang atau miring, muka mencapai dasar panggul
terjadi putar paksi dalam, sehingga dagu memutar ke depan dan berada di bawah arkus pubis.
Dengan daerah ini sebagai hipomoklion, kepala kemudian lahir dengan gerakan fleksi dengan
dahi, UUB dan belakang kepala lewat perineum.
Kalau dagu berada dibelakang, pada 10% kasus dagu tidak dapat memutar ke depan tetapi tetap
dibelakang (posisi mentoposterior persistens). Dalam keadaan ini bayi tidak bisa dilahirkan,
karena kepala sudah defleksi maksimal.
Prognosis
Prognosis persalinan pada umumnya tanpa kesulitan. Karena kepala masuk panggul dengan
diameter sirkumferensia trakeloparietal tidak jauh berbeda dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatika.
Tetapi akan berbeda halnya apabila dagu berada dibelakang, maka janin tidak dapat dilahirkan
per vaginam.
Penanganan
-Pastikan tidak ada DKP
– Bila dagu beraada di depan, tunggu partus sponta.
-Bila dagu berada di belakang, beri kesempatan dagu untuk memutar ke depan. Apabila pada saat
kala II dagu tetap dibelakang (posisi mentoposterior persistens) maka sebaiknya dilahirkan
perabdominal
-Prasat Thorn: kepala bagian belakang dipegang oleh penolong yang dimasukkan ke vagina lalu
tarik ke bawah, sedangkan tangan yang lain dari luar berusaha meniadakan ekstensi dada. Syarat:
a) Dagu harus berada di belakang
b) Kepala belum jauh masuk panggul
PRESENTASI DAHI
Kepala janin dalam keadaan di antara fleksi dan defleksi. Biasanya presentasi dahi ini bersifat
sementara dan akan berubah menjadi presentasi muka ata presentasi belakang kepala.
Diagnosis
Pada permulaan persalinan sulit membuat diagnosis presentasi dahi. Pemeriksaan luar
memberikan gambaran seperti presentasi muka tapi dengan bagian kepala tidak semenonjol
presentasi muka. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba sutura frontalis. Bila diikuti, maka pada
ujung salah satu sutura ini akan teraba UUB dan pada ujung lain teraba pangkal hidung dan
lingkaran orbita.
Etiologi
Sebab presentasi dahi pada dasarnya sama dengan presentasi muka.
Prognosis
Kepala janin masuk ke dalam rongga panggul dengan sirkumferensia maksilloparietale yang
mempunyai ukuran besar pada saat aterm, yaitu 36 cm. Pada janin kecil mungkin dapat lahir
spontan. Tetapi janin cukup bulan akan mengalami kesulitan. Karena besarnya ukuran ini, maka
kepala janin baru dapat masuk ke dalam rongga panggul setelah terjadi moulage. Sehingga
persalinan membutuhkan waktu lama (hanya 15% yang berlangsung spontan), angka mortalitas
janin 20% dan sering disertai perlukaan luas pada perineum.
Penanganan
Sikap penolong menghadapi presentasi dahi sama dengan menghadapi presentasi muka. Jika
kepala janin pada akhir kala I belum masuk panggul dapat dicuba dahulu dengan prasat Thorn.
Jika tidak berhasil, dilahirkan dengan seksio sesarea.
PRESENTASI BOKONG
PENDAHULUAN
Umur kehamilan lebih dari 37 mgg, hanya sekitar 5-7% persalinan dijumpai dalam keadaan letak
sungsang / presentasi bokong. Sedang pada kehamilan trimester ke 2 (21-24 minggu), presentasi
bokong dijumpai pada 33% kehamilan. Sedangkan pada awal trimester ke 3 (29-32 minggu),
presentasi bokong dijumpai pada 14% dari seluruh kehamilan.
Mortalitas perinatal 13 kali lebih tinggi dari persalinan normal dengan angka morbiditas perinatal
5-7 kali lebih tinggi (gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi
bokong).
Sebab utama kematian perinatal: hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan
kongenital (Kelainan kongenital 6-18% Vs. 2-3%)
Etiologi:
1. Maternal : kelainan uterus (septum, uterus unikornis), tumor ginekologik (mioma uteri, tumor
adneksa)
2. Fetal : kelainan cairan ketuban (poli/oligohidramnion), kelainan fetus (anensefalus,
hidrosefalus, kelainan neuromuskular seperti distrofia miotonik)
c) Cara Lovset
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-Veit-Smellie, Najouk, Wigand Martin-
Winckel, Prague terbalik, atau dengan cunam Piper
PROGNOSIS
Prognosis persalinan dengan disproporsi sefalopelvik tanpa ada tindakan yang tepat dapat
menimbulkan bahaya:
1) Pada Ibu:
a. Partus lama. Sering disertai dengan ktuban pecah pada pembukaan awal, sehingga dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi: prolapsus funikuli, dry labour, dehidrasi, infeksi
intrapartum
b. Ruptur uteri imminen: apabila his makin kuat dan janin tertahan dalam jalan lahir.
c. Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, maka jalan lahir suatu
tempat akan mengalami tekanan yang lama anatara kepala janin dan tulang. Hal ini akan
mengganggu sirkulasi daerah tersebut dan terjadi iskemia dan kemudian menjadi nekrosis pada
tempat tersebut. Sehingga beberapa hari postpartum sering ditemukan fistula (misal fistula
vesikoservikalis, fistula vesikovaginalis atau fistula rektovaginalis)
2) Pada janin:
a. Kematian perinatal meningkat (karena partus lama, infeksi intrapartum dan sebagainya)
b. Prolapsus funikuli
c. Moulage berat, bahkan sampai menyebabkan sobekan pada tentorium serebelli dan perdarahan
intrakranial
d. Fraktor tulang kepala (misal fraktor os parietale)
PENANGANAN
1) Cunam tinggi dengan menggunakan axis-traction forceps. Tujuan membawa kepala janin yang
belum melewati PAP ke dalam rongga panggul dan kemudian dilahirkan (sudah tidak dikerjakan
lagi)
2) Induksi partus prematurus
3) Simfisotomi
4) Kraniotomi
Penanganan no. 1 s/d 4 dulu sebelum tehnik pembedahan dan obat antibiotika semaju sekarang
masih sering dikerjakan. Sekarang tehnik-tehnik diatas sudah ditinggalkan. Sekarang untuk
penanganan DKP dapat dikerjakan:
5) Persalinan percobaaan
Dari hasil pemeriksaan didapatkan ada harapan untuk melakukan persalinan pervaginam dengan
selamat maka kita dapat melakukan persalinan percobaan. Artinya persalinan merupakan suatu
tes terhadap kekuatan his dan daya akomodasi (termasuk maulage kepala janin).
Pemilihan kasus untuk dilakukan partus percobaan harus dilakukan dengan cermat.
Bebarapa hal yang perlu diperhatikan pada persalinan percobaan:
a) Tidak ada kontra indikasi persalinan pervaginam
b) Janin presentasi belakang kepala (presbelkep)
c) UK tidak boleh lebih dari 40-42 mg (karena kepala makin besar dan lebih sukar mengadakan
maulage dan kemungkinan fungsi dari plasenta yang sudah menurun)
d) Pengawasan selama persalinan percobaan:
i. Awasi secara seksama keadaa ibu dan janin (bahaya dehidrasi dan asidosis, makanan jangan
diberikan secara biasa tapi secara intravena karena kemungkinan SC emergency serta tanda-
tanda fetal distress)
ii. Kualitas His dan penurunan kepala janin
iii. Dapat dilakukan pemecahan ketuban secara aktif
iv. Lama persalinan antara 12 s/d 24 jam
v. Dapat dipertimbangkan VE apabila kepala sudah turun dan pembukaan lengkap
6) Seksio sesarea
Sebaiknya dilakukan secara elektif (primer) yakni sebelum tanda-tanda persalinan muncul.
Meskipun juga bisa dilakukan secara emergency (sekunder).
Seksio sesaria elektif dapat dipertimbangkan pada umur kehamilan aterm bila dengan:
i. Adanya DKP yang nyata
ii. DKP ringan dengan faktor-faktor pemberat misalnya primigravida tua, kelainan letak janin
yang tidak dapat diperbaiki, riwayat infertil yang lama, penyakit jantung dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 1984,
obstetri patologi, Bandung
REPORT THIS AD
Cari
Tulisan Terakhir
Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir Lunak
HPP (HEMORRAGHIA POST PARTUM)
Induksi Persalinan
ketuban pecah dini
patologi kala II