You are on page 1of 31

1

LAPORAN KASUS
KATARAK TRAUMATIK

Disusun oleh :

Singgih.H / 00000001355

Dibimbing oleh :

dr. Karliana Taswir, SpM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN - SILOAM HOSPITALS LIPPO


VILLAGE

23 APRIL 2018 – 19 MEI 2018

1
2

BAB I
LAPORAN KASUS PASIEN

1.1 Identitas
Nama : Bp. G
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal lahir : 04 Maret 1987
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Binong
Tanggal pemeriksaan : 30 Mei 2018

1.2 Anamnesa
Secara autoanamnesis pada pasien di Poli mata RSUS Siloam pada tanggal 30
Mei 2018 pada pukul 10.45

Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan mata kiri kabur sejak 10 hari sebelum berobat
Keluhan tambahan
Mata kiri terasa lebih mudah silau dan penglihatan yang makin kabur.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Poli Mata Rumah Sakit Umum Siloam dengan keluhan mata
kiri kabur sejak 10 hari. Hal ini dirasakan pasien secara tiba-tiba setelah mata
kiri pasien terkena benda asing ketika mengendarai motor. Pasien tidak
mengetahui benda yang mengenai matanya tersebut. Setelah kejadian tersebut
pasien merasakan pandangannya menjadi kabur, dan berusaha mengobati
dirinya sendiri dengan obat tetes mata insto, tapi tidak membaik. Nyeri mata
kiri (-), mata merah (-). Pasien tidak mengeluhkan gatal, rasa mengganjal (-).
Riwayat menderita katarak (-). Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal

2
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat penyakit mata, trauma disangkal oleh pasien. Pasien tidak menderita
hipertensi, diabetes mellitus, alergi dan penyakit kronik lainnya.

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa. Riwayat hipertensi,
diabetes mellitus, alergi, dan penyakit kronik lainnya disangkal oleh pasien.

1.3. Pemeriksaan Fisik


1.3.1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 78x/menit
 Suhu : 36,7°C
 Frekuensi nafas : 19x/menit
Kepala : Normosefal
Mata : Pada status oftalmologi
Telinga,hidung,tenggorokan : Sekret (-), Polip hidung (-), hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks dan abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
4

1.3.2 Status Oftalmologis


OD OS
6/6 Visus 1/∞

- Koreksi -
- Addisi -
- Kacamata -

Gerakan Bola Mata


N/P Lapang Pandang Tidak Dilakukan

Kedudukan Bola Mata OD OS


Posisi Ortoforia Ortoforia
Exsoftalmus Tidak Ada Tidak Ada
Enoftalmus Tidak Ada Tidak Ada
Trofia Tidak Ada Tidak Ada
Foria Tidak Ada Tidak Ada

Palpebra Superior OD OS
Bengkak Tidak Ada Tidak Ada
Hiperemi Tidak Ada Tidak Ada
Benjolan Tidak Ada Tidak Ada
Chalazion Tidak Ada Tidak Ada
Hordeolum Tidak Ada Tidak Ada
Enteropion Tidak Ada Tidak Ada
Abses Tidak Ada Tidak Ada
Ptosis Tidak Ada Tidak Ada
Blefarospasme Tidak Ada Tidak Ada
Lagostalmus Tidak Ada Tidak Ada
Eksteropion Tidak Ada Tidak Ada

Palpebra Inferior OD OS
Bengkak Tidak Ada Tidak Ada
5

Hiperemi Tidak Ada Tidak Ada


Benjolan Tidak Ada Tidak Ada
Chalazion Tidak Ada Tidak Ada
Hordeolum Tidak Ada Tidak Ada
Enteropion Tidak Ada Tidak Ada
Abses Tidak Ada Tidak Ada
Ptosis Tidak Ada Tidak Ada
Blefarospasme Tidak Ada Tidak Ada
Lagostalmus Tidak Ada Tidak Ada
Eksteropion Tidak Ada Tidak Ada

Area Lakrimal dan Punctum Lakrimal OD OS


Bengkak Tidak Ada Tidak Ada
Hiperemi Tidak Ada Tidak Ada
Fistula Tidak Ada Tidak Ada
Benjolan Tidak Ada Tidak Ada

Margo Palpebra Superior et Silia OD OS


Bengkak Tidak Ada Tidak Ada
Hiperemi Tidak Ada Tidak Ada
Ulkus Tidak Ada Tidak Ada
Chalazion Tidak Ada Tidak Ada
Hordeolum Tidak Ada Tidak Ada
Trikiasis Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada

Margo Palpebra Inferior et Silia OD OS


Bengkak Tidak Ada Tidak Ada
Hiperemi Tidak Ada Tidak Ada
Ulkus Tidak Ada Tidak Ada
Chalazion Tidak Ada Tidak Ada
Hordeolum Tidak Ada Tidak Ada
Trikiasis Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada

Konjungtiva Tarsalis Superior OD OS


Kemosis Tidak Ada Tidak Ada
Hiperemis Tidak Ada Tidak Ada
Anemi Tidak Ada Tidak Ada
Folikel / Cobble Stone Tidak Ada Tidak Ada
6

Giant Papil Tidak Ada Tidak Ada


Membran / Pseudomembran Tidak Ada Tidak Ada
Litiasis Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Simblefaron Tidak Ada Tidak Ada

Konjungtiva Tarsalis Inferior OD OS


Kemosis Tidak Ada Tidak Ada
Hiperemis Tidak Ada Tidak Ada
Anemi Tidak Ada Tidak Ada
Folikel / Cobble Stone Tidak Ada Tidak Ada
Giant Papil Tidak Ada Tidak Ada
Membran / Pseudomembran Tidak Ada Tidak Ada
Litiasis Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Simblefaron Tidak Ada Tidak Ada

Konjungtiva Bulbi OD OS
Sekret Tidak Ada Tidak Ada
Kemosis Tidak Ada Tidak Ada
Xerosis Tidak Ada Tidak Ada
Perdarahan Subkonjungtiva Tidak Ada Tidak Ada
Injeksi Konjungtiva Tidak Ada Tidak Ada
Injeksi Silier Tidak Ada Tidak Ada
Injeksi Episklera Tidak Ada Tidak Ada
Pterigium Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Tumor Tidak Ada Tidak Ada

Kornea OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Gambaran Kelainan Normal Normal
Arkus Senilis Tidak Ada Tidak Ada
Bentuk Bulat Bulat
Sikatriks Tidak ADa Tidak ADa

Sklera OD OS
Nodul Tidak Ada Tidak Ada
Warna Putih Putih
Stafiloma Tidak Ada Tidak Ada
7

Ruptur Tidak Ada Tidak Ada

Tekanan Intraokular OD OS
Palpasi Normal Normal
Tonometri Normal Normal

Iris OD OS
Warna Coklat Coklat
Gambaran Radier Baik Baik
Eksudat Tidak Ada Tidak Ada
Atrofi Tidak Ada Tidak Ada
Sinekia Anterior Tidak Ada Tidak Ada
Sinekia Posterior Tidak Ada Tidak Ada
Rubeosis Iris Tidak Ada Tidak Ada
Iris Tremulans Tidak Ada Tidak Ada
Iris Bombe Tidak Ada Tidak Ada
Iridoalisis / Iris Ribek Tidak Ada Tidak Ada

COA OD OS
Kedalaman Dalam Dalam
Flare Tidak Ada Tidak Ada
Hipopioon Tidak Ada Tidak Ada
Hifema Tidak Ada Tidak Ada
IOL Tidak Ada Tidak Ada

Pupil OD OS
Warna Hitam Hitam
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3 mm 3 mm
Letal Sentral Sentral
Isokoria / Anisokoria Isokor Isokor
Refleks Cahaya Langsung + +
Refleks Cahaya Tidak Langsung + +
Seklusio Pupil Tidak Ada Tidak Ada
Oklusi Pupil Tidak Ada Tidak Ada
Leukokoria Tidak Ada Tidak Ada

Lensa OD OS
Kejernihan + -
8

Kekeruhan - +
Shadow Tes + -
Letak Lensa Normal Normal
IOL Refleks Tidak Ada Tidak Ada

Vitreus OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Flare Tidak Ada Tidak Ada
Sel Radang Tidak Ada Tidak Ada
Sel Darah Merah Tidak Ada Tidak Ada
Fibrosis Tidak Ada Tidak Ada

Funduskopi OD OS
Refleks Fundus + -
Tidak Dapat
Media Jernih Dilakukan
Tidak Dapat
Bentuk Papil Bulat Dilakukan
Tidak Dapat
Warna Papil Jingga Dilakukan
Tidak Dapat
Batas Papil Tegas Dilakukan
Tidak Dapat
Cup / Disc Ratio 0,3 Dilakukan
Tidak Dapat
Arteri Vena Ratio 2/3 Dilakukan
Tidak Dapat
Makula Lutea Refleks Dilakukan
Tidak Dapat
Retina Sentral Tenang Dilakukan
Tidak Dapat
Retina Perifer Tenang Dilakukan

1.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Tonometri
2. Perimetri
3. Retina kamera
9

1.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan mata kiri kabur sejak 10 hari, secara tiba-tiba
setelah mata kiri pasien terkena benda asing ketika mengendarai motor.
Setelah kejadian tersebut pasien merasakan pandangannya menjadi kabur, dan
berusaha mengobati dirinya sendiri dengan obat tetes mata insto, tapi tidak
membaik. Dari pemeriksaan visus di dapatkan visus OS 1/~, lensa keruh
dengan shadow tes dan refleks fundus – pada mata kiri.

1.6. Diagnosa
OS : Katarak Traumatika e.c. Trauma Okulus Non Perforans
OD : Emetropi

1.8. Penatalaksanaan
- Tobrason 6x1 tetes
- Proteganta 4x1 tetes
- Rujuk spesialis mata, pro op ekstraksi katarak

1.9. Rencana Edukasi


1. Dianjurkan untuk memakai kacamata ketika mengendarai motor dan
berkerja
2. Dianjurkan untuk menjaga kebersihan pada mata
3. Dianjurkan untuk meminum obat secara rutin

1.10. Prognosis OD OS
Ad vitam : bonam ad bonam
Ad functionam : bonam ad bonam
Ad sanationam : bonam ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan
Katarak berarti sebuah opasitas lensa dan istilah katarak berasal dari
bahasa yunani “katarraktes” (air terjun) karena pada awalnya terdapat anggapan
bahwa katarak adalah cairan beku yang berasal dari cairan otak yang mengalir
didepan lensa. Katarak adalah penyebab kebutaan yang paling sering dihadapi
oleh ahli bedah mata. Hal ini tidak berarti bahwa setiap orang yang menderita
katarak kemungkinan besar akan menjadi buta. Untungnya, hasil pengobatan
dengan operasi memberikan hasil yang baik, peningkatan kemampuan penglihatan
yang didapatkan cukup memuaskan pada lebih dari 90% kasus. Proses penuaan
adalah penyebab katarak yang paling banyak, tetapi masih banyak faktor lain yang
dapat terlibat, yang mencakup trauma, keracunan, penyakit sistemik (seperti
diabetes), merokok, dan herediter. Patogenesis katarak tidak sepenuhnya
dimengerti. Akan tetapi lensa yang mengalami katarak ditandai oleh agregat
protein yang menghamburkan cahaya dan menurunkan transparansi lensa.
Perubahan protein yang lain menyebabkan perubahan warna menjadi kuning atau
coklat.1, 2

Katarak traumatik disebabkan oleh trauma okuli perforans atau non


perforans. Cahaya infra merah (glass-bloer’s cataract), sengatan listrik, dan
radiasi ionisasi adalah penyebab lain katarak traumatic yang jarang terjadi.
kataraka yang disebabkan oleh trauma tumpul biasanya membentuk opasitas
aksial posterior yang berbentuk stellate atau rosette yang mungkin stabil atau
progresif, sedangkan trauma okuli perforans dengan gangguan kapsul lensa dapat
menyebabkan perubahan kortikal yang dapat tetap bersifat lokal jika lukanya kecil
atau dapat berkembang dengan cepat menjadi total cortical opacification.3

Pasien yang mengalami gangguan pada lensa mengalami kekaburan


penglihatan tanpa adanya nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan

10
11

ketajaman penglihatan dan dengan melihat lensa melalui slitlamp, oftalmoskop,


senter tangan, atau kaca pembesar, sebaiknya dengan pupil yang terdilatasi.4

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Anatomi

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan


hampir transparan sempurna, lensa juga tidak memiliki inervasi persarafan.
Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung
oleh zonula zinni, yang terdiri dari serabut yang lembut tetapi kuat, yang
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat
humor aquaeus; di sebelah posteriornya, vitreus. Lensa disusun oleh kapsul, epitel
lensa, korteks, dan nukleus. 4, 5

1. Kapsul

Kapsul lensa adalah membrane yang transparan dan elastik yang terdiri dari
kolagen tipe IV. Kapsul mengandung substansi lensa dan mampu untuk
membentuknya pada saat perubahan akomodatif. Lapisan paling luar dari
kapsul lensa, zonullar lamella, juga berperan sebagai titik perlekatan untuk
serabut zonular. Kapsul lensa yang paling tebal ada pada bagian perrquatorial
anterior dan posterior dan paling tipis pada bagian kutub posterior sentral.
Kapsul lensa bagian anterior lebih tebal daripada kapsul bagian posterior pada
saat lahir dan meningkat ketebalannya seiring dengan berjalannya waktu.5

2. Epitel lensa

Dibelakang kapsul lensa anterior adalah sebuah lapisan tunggal sel epitel. Sel-
sel ini aktif secara metabolis dan melakukan semua aktivitas sel yang normal,
yang mencakup biosintesis DNA, RNA, protein dan lemak; mereka juga
menghasilkan adenoid trifosfat untuk memenuhi kebutuhan energy lensa.5

3. Nukleus dan korteks


12

Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya


usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-
kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastic. Nukleus dan korteks
terbentuk dari dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis
persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamella ini ujung-ke-
ujung berbentuk [Y] bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk [Y] ini tegak di
anterior dan terbalik di posterior. Masing-masing serat lamellar mengandung
sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian
perifer lensa didekat ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel
subkapsul.4

Gambar 1. Anatomi lensa tampak anterior dan lateral7

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan tubuh yang lain), dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa daripada di sebagian besar jaringan yang lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.4
13

Gambar 2. Struktur lensa normal 4

Fisiologi

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk


memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris berelaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter enteroposterior lensa
sampai ke ukuran yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil
hingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya
dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.
Kapsul lensa yang elastic kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis antara korpus siliaris,
zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang.4
14

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian


jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek
kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel
sampai stroma.2,4

2.3 Epidemiologi
Sekitar 2,5 juta cedera pada mata terjadi setiap tahun di Amerika serikat.
Diperkirakan bahwa sekitar 4-5% dari pasien ahli mata datang ke tempat praktek
karena cedera ocular. Katarak traumatic dapat terjadi sebagai sekuel trauma ocular
yang akut, subakut, atau lambat. Trauma menjadi penyebab terbanyak kebutaan
monocular pada orang yang berusia dibawah 45 tahun. Rasio laki-laki dan
perempuan pada kasus ini adalah 4:1. Cedera mata yang disebabkan oleh
pekerjaan dan olahraga paling sering terjadi pada anak-anak dan pria dewasa
muda.3

2.4 Patofisiologi
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Penyebab lain yang lebih jarang adalah
anak panah, abut, kontusio, sinar-x, dan bahan radioaktif. Lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan terkadang korpus vitreum masuk kedalam
struktur lensa4. Berikut adalah proses patogenesis berdasarkan proses:

1. Trauma okuli non perforans

Pukulan langsung ke mata dapat menyebabkan lensa menjadi opak.


Terkadang munculnya katarak akan tertunda bahkan selama beberapa
tahun. Trauma okuli non perforans dapat disebabkan oleh mekanisme
coup dan countercoup. Ketika permukaan anterior mata terkena
pukulan, terdapat pemendekan anterior-posterior yang terjadi dengan
cepat yang disertai oleh ekspansi equatorial. Peregangan equatorial ini
dapat mengganggu kapsul lensa, sonulla, atau keduanya. Kombinasi
15

dari coup, countercoup, dan ekspansi equatorial bertanggung jawab


terhadap terjadinya katarak traumatic setelah trauma okuli non
perforans.1, 3

2. Trauma okuli perforans

Luka perforasi di mata menimbulkan resiko menderita katarak yang


lebih tinggi. Jika objek yang menembus mata melewati kornea tanpa
menyentuh lensa, biasanya lensa dapat bertahan, dan, biasanya tidak
terjadi katarak. Sayangnya, luka tembus juga dapat menimbulkan
pecahnya kapsul lensa, dengan keluarnya serat lensa ke ruang anterior.
Jika kapsul lensa orang dewasa mengalami rupture, cenderung akan
menimbulkan jaringan fibrosis, dan plak putih yang disebabkan oleh
fibrosis dapat menyumbat pupil. Trauma okuli perferans yang mengenai
kapsul lensa menyebabkan opasifikasi kortikal pada bagian yang
mengalami trauma. Jika lubangnya cukup besar, keseluruhan lensa akan
berubah menjadi opak dengan cepat, tetapi jika lukanya kecil, katarak
kortikal dapat berhenti dan tetap terlokalisasi.1, 3

Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme coup dan contrecop.


Mekanisme coup adalah mekanisme dengan dampak langsung. Ini akan
mengakibatkan cincin Vossius ( pigmen iris tercetak ) dan kadang-kadang
ditemukan pada kapsul lensa anterior setelah trauma tumpul. Mekanisme
contrecoup menunjuk kepada cedera yang jauh dari tempat trauma yang
disebabkan oleh gelombang energi yang berjalan sepanjang garis sampai
kebelakang. Ketika permukaan anterior mata terkena trauma tumpul, ada
pemendekan cepat pada anterior-posterior yang diikuti pemanjangan garis
ekuatorial. Peregangan ekuatorial dapat meregangkan kapsul lensa, zonula
atau keduanya. Kombinasi coup, contrecoup dan pemanjangan ekuatorial
bertanggung jawab dalam terjadinya katarak traumatik yang disebabkan
trauma tumpul bola mata. Trauma tembus yang secara langsung menekan
kapsul lensa menyebabkan opasitas kortikal pada tempat trauma. Jika trauma
16

cukup besar, keseluruhan lensa akan mengalami opasifikasi secara cepat,


namun jika kecil, katarak kortikal yang akan terjadi.3
1) Luka memar/tumpul
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata
dapat menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh
benturan dengan bola keras adalah salah satu contohnya. Kadang
munculnya katarak dapat tertunda samapi kurun waktu beberapa tahun.
Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan
adanya riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan
akibatnya kadang-kadang cukup sulit dibuktikan dikarenakan tidak
adanya tanda-tanda lain yang dapat ditemukan mengenai adanya trauma
sebelumnya tersebut.1,3
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior maupun
posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan
dapat pula dalam bentuk katarak tercetak ( imprinting ) yang disebut
cincin Vossius.

Gambar 3. Cincin Vossius3,6


17

Gambar 4. Katarak Stellata 1,3

2) Luka tusuk/perforasi
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (
contohnya gelas yang pecah ) tembus melalui kornea tanpa mengenai
lensa biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma
tidak menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak
tidak akan terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada
penatalaksanaan luka kornea yang hati-hati dan pencegahan terhadap
infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti diatas dapat juga melibatkan
kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik
anterior. Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia
pasien. Saat kapsul lensa pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh
reaksi inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasnya secara
berangsur-angsur akan diserap jika tidak ditangani dalan waktu kurang
lebih 1 bulan. Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas
karena sebagian besar dari kemampuan refraktif mata tersebut hilang.
Keadaan ini merupakan konsekuensi yang serius dan kadang
membutuhkan penggunaan lensa buatan intraokuler. Bila ruptur lensa
terjadi pada dewasa, juga diikuti dengan reaksi inflamasi seperti halnya
pada anak, namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih tinggi dan jaringan
18

fibrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan menghalangi


pupil.6,7
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi
kecil akan menutup dengan cepat akibat priloferasi epitel sehingga bentuk
kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan
mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan
terdapatnya mada lensa didalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat
secara histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan
cepatnya yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakolitik. Lensa
dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa
sehingga akan mengakibatkan terbentuknya cincin Soemering atau bila
epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.4,6

Gambar 5. cincin Soemering.6


19

Gambar 6. mutiara Elschnig 5

3) Radiasi
Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak.
Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar
dengan gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar
gelombang pendej ( tidak telihat ) ini dapat menyebabkan luka bakar
kornea superficial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam.
Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan “welder flash”. Sinar
infra merah yang berkepanjangan ( prolong ) juga dapat menjadi
penyebab katarak, ini dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan
pekerja baja, namun penggunaan kacamata pelindung dapat setidaknya
mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat
mengakibatkan katarak. Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini
dapat ditemukan pada pasien-pasien yang mendapat radioterapi (
seluruh tubuh ) leukemia, namun resiko terjadinya hanya apabila terapi
menggunakan sinar X.4,5
Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan
berbentuk roset ( rossete cataract ), biasanya pada daerah aksial yang
melibatkan kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul
dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa. Katarak
20

traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya ( namun jarang


ditemukan ).3,4
4) Kimia
Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain
menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa
yang masuk mengenai mata menyebbakan peningkatan pH cairan
akuous dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat
terjadi secara akut ataupun pelahan-lahan. Trauma kimia dapat juga
disebabkan oleh zat asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke
bagian dalam mata dibandingkan basa makan jarang menyebabkan
katarak.4,6

2.7 Manifestasi Klinis


Banyak pasien katarak yang mengeluhkan pandangan kabur, yang biasanya
bertambah buruk jika melihat objek yang jauh, secara mendadak. Selain itu pasien
katarak seringkali mengeluhkan monocular diplopia. Silau juga menjadi gejala
yang sering muncul. Pasien mengeluhkan bahwa mereka tidak dapat melihat
dengan baik dalam keadaan terang. Mata menjadi merah, lensa opak, dan
mungkin terjadi perdarahan intraocular. Apabila humor aqueus atau korpus
vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Pasien juga memiliki
riwayat mengalami trauma.1, 3, 4

1. Penurunan ketajaman visus


Katarak secara klinis relevan jika menyebabkan penurunan
signifikan pada ketajaman visual, baik itu dekat maupun jauh. Biasanya
akan ditemui penurunan tajam penglihatan dekat signifikan dibanding
penglihatan jauh, mungkin disebabkan oleh miosis akomodatif. Jenis
katarak yang berbeda memiliki tajam penglihatan yang berbeda pula.
Pada katarak subkapsuler posterior dapat sangat mengurangi ketajaman
penglihatan dekat menurun daripada penglihatan jauh. Sebaliknya
21

katarak nuklear dikaitkan dengan tajam penglihatan dekat yang tetap


baik dan tajam penglihatan jauh yang buruk. Penderita dengan katarak
kortikal cenderung memperoleh tajam penglihatan yang baik.4,10
2. Silau
Seringkali penderita mengeluhkan silau ketika dihadapkan dengan
sinar langsung. Biasanya keluhan ini ditemukan pada katarak
subkapsuler posterior dan juga katarak kortikal. Jarang pada katarak
nuklearis.4,10
3. Sensitivitas kontras
Sensitivitas kontras dapat memberikan petunjuk mengenai
kehilangan signifikan dari fungsi penglihatan lebih baik dibanding
menggunakan pemeriksaan Snellen. Pada pasien katarak akan sulit
membedakan ketajaman gambar, kecerahan, dan jarak ruang sehingga
menunjukkan adanya gangguan penglihatan. 4,10
4. Pergeseran miopia
Pasien katarak yang sebelumnya menggunakan kacamata jarak
dekat akan mengatakan bahwa ia sudah tidak mengalami gangguan
refraksi lagi dan tidak membutuhkan kacamatanya. Sebaliknya pada
pasien yang tidak menggunakan kacamata, ia akan mengeluhkan bahwa
penglihatan jauhnya kabur sehingga ia akan meminta dibuatkan
kacamata. Fenomena ini disebut pergeseran miopia atau penglihatan
sekunder, namun keadaan ini bersifat sementara dan terkait dengan
stadium katarak yang sedang dialaminya.4,10

5. Diplopia monokuler
Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang
ia lihat, ini dikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki
indeks refraksi berbeda akibat perubahan pada stadium katarak. Selain
itu, dengan menggunakan retinoskopi atau oftalmoskopi langsung, akan
ditemui perbedaan area refleks merah yang jelas terlihat dan tidak terlalu
jelas.10
22

Tanda objektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik oftalmologikus,


antara lain:
1. Visus dan pupil, adanya RAPD (defek pupil aferen relatif)
menunjukkan adanya neurpoati optic post trauma ataupun lesi besar di
retina ataupun makula
2. Gerakan bola mata, fraktur orbital atau kelumpuhan saraf akibat trauma
3. Tekanan bola mata, glaukoma sekunder dan perdarahan retrobulbar
4. Bilik mata depan, hifema, iritis, sudut sempit, iridodonesis, sudut
tertutup
5. Lensa, subluksasi, dislokasi, robek kapsul ( anterior dan posterior ),
katarak ( bentuk dan jenis ), edema, fakodenesis
6. Vitreous, ada tidaknya perdarahan, lepasnya vitreous posterior
7. Fundus, lepasnya retina, ruptur koroid, komosio retina, perdarahan
preretinal, perdarahan intraretinal, perdarahan subretinal,
Tampak kekeruhan lensa dalam bermacam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga
ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.

Gambar 8. Opasifikasi kortikal komplet yang terjadi setelah trauma okuli perforans5
23

Gambar 9. Gambaran katarak kortikal focal yang disebabkan oleh trauma tusuk yang kecil di
lensa7

Gambar 10. Gambaran rosette cataract pada katarak traumatic yang disebabkan oleh trauma
tumpul5

2.8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk membantu mendiagnosis katarak traumatic


dapat dilakukan, antara lain:

 Funduskopi
Dari pemeriksaan dengan menggunakan oftalmoskop adalah adanya
opasitas yang seringkali terlihat sebagai black spoke pada refleks
fundus. Penting untuk mendilatasikan pupil dan memeriksanya pada
ruangan yang gelap. Seringkali, pada katarak traumatic yang
disebabkan oleh kontusio dapat terlihat opasifikasi berbentuk stellate
24

atau rosette (katarak rosette), biasanya terletak di aksial. Pada trauma


tembus, cedera pada kapsul mata dapat sembuh, yang menyebabkan
katarak kortikal focal yang stasioner. 1, 5
 B-scan
Pemeriksaan ini dilakukan jika kita tidak dapat melihat kutub posterior
lensa
 A-scan
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kita melakukan ekstraksi katarak
 CT scan orbita
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi fraktur orbita
dan apakah terdapat benda asing pada mata.3

2.9. Diagnosis
OD: Katarak Traumatika e.c. Trauma Okulus Perforans

2.10. Penatalaksanaan
Pengobatan yang terbaik untuk katarak traumatik adalah operasi dan
apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang
karena akibat pengaruh trauma tersebut. Apabila terjadi glukoma dan uveitis
selama periode menunggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat
peradangan. Jika terjadi pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat
maka dilakukan aspirasi secepatnya agar keadaan uveitis tidak menimbulkan
penyulit yang lebih berat. Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada
orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat berbentuk cincin soemmering pada
pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai
perdarahan, ablasi retina, uveitis atau salah letak lensa. Untuk memperkecil resiko
terjadinya infeksi dan uveitis harus diberikan antibiotic sistemik dan topical serta
kortikosteroid topical dalam beberapa hari. Atropine sulfat 1%, 1 tetes tiga kali
sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah
pembentukan sinekia posterior.3, 45
25

Merencanakan pendekatan pembedahan sepenuhnya penting pada kasus-


kasus katarak traumatik. Integritas kapsular preoperatif dan stabilitas zonular
harus diketahui/ diprediksi. Pada kasus dislokasi posterior tanpa glaukoma,
inflamasi, atau hambatan visual, pembedahan mungkin tidak diperlukan.4,6,8

Indikasi untuk dilakukan operasi pada katarak traumatic, antara lain:

 Penurunan visus yang berat


 Hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian posterior.
 Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaukoma
 Rupture kapsul dengan edema lensa
 Keadaan patologis okular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan
tindakan bedah 3, 4

Managemen katarak traumatik tergantung keadaan klinik dilakukan


menggunakan baik yang standard pada limbus anterior ataupun pada pars plana
posterior. Ekstraksi katarak intrakapsular diperlukan pada kasus-kasus dislokasi
anterior atau instabilitas zonular yang ekstrim. Dislokasi anterior lense ke bilik
anterior merupakan keadaan emergensi yang harus segera dilakukan tindakan
(removal), karena dapat mengakibatkan terjadinya pupillary block glaucoma.
Pendekatan limbus anterior adalah yang terbaik untuk katarak traumatik walaupun
dislokasi lensa sudah komplit atau ruptur kapsular dengan material lensa didalam
vitreous. Pewarnaan kapsular dengan trypan blue pada kasus visus buruk dan
hydrodissection untuk mencegah penekanan pada zonula selama ekstraksi lensa
adalah langkah yang penting selama pembedahan.2,5

Fakoemulsifikasi standar dapat dilakukan bila kapsul lensa intak dan dukungan
zonular yang cukup. Teknik fako supracapsular digunakan untuk meminimalkan
resiko penekanan pada kapsul dan zonula. Jika zonula rusak dan viteous prolaps
pada saat operasi, maka cutting-aspiration handpiece dapat digunakan untuk
mengeluarkan vitreous. Urutan langkah-langkah operasi akan tergantung pada
derajat kerusakan pada zonula.1,2,4
26

Pembedahan pada pars plana posterior dengan vitrectomy dan lensectomy


dilakukan pada kasus rupture kapsul posterior dengan prolaps vitreous atau
dengan dislokasi lensa posterior. Derajat kerusakan pada zonula tergantung pada
subluksasi atau dislokasi lensa. Jika kerusakannya kecil tanpa prolaps vitrous,
perawatan ekstra harus dilakukan agar tidak menekan zonula. Untuk kerusakan
zonula yang lebih luas, harus dipertimbangkan dilakukan implantasi capsular
tension ring (CTR). 2,4

CTR adalah suatu cincin terbuka yang diletakkan didalam kapsul. CTR akan
membentuk kembali kapsul posterior, dan membuat capsular equator yang
melindungi terhadap aspirasi kapsul forniks, dengan mencegah ekstensi dialysis
zonula selama pembedahan. Pemasangan CTR juga mempermudah penempatan
IOL, mencegah desentrasi IOL, dan menurunkan insiden opasifikasi kapsul
posterior. Pada operasi pengeluaran lensa dengan katarak traumatic, CTR dapat
ditanam sebelum atau sesudah phacoemulsification.3,5

Operasi Katarak Traumatik

1. Pengangkatan lensa

 Ekstraksi Lensa Intrakapsular

Mengeluarkan lensa secara bersama-sama dengan kapsul lensa.

Indikasi:
Apabila ditemui kondisi seperti:
1. Katarak dengan stadium intumesen, hipermatur, dan katarak
luksasi
2. Apabila pada operasi EKEK ditemukan zonula Zini tidak utuh

Kontraindikasi:
Operasi katarak intra kapsuler merupakan kontraindikasi absolut apabila
ditemukan keadaan berikut:
27

1. Anak-anak dan remaja


2. Ruptur kapsul traumatik

 Ekstraksi Lensa Ekstrakapsular

Dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan mengeluarkan


nucleus lensa dan korteks. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan
pada katarak senilise untuk mencegah degenerasi macula pasca bedah.
3,4,6

Pada operasi katarak ekstra kapsuler, secara teknis dibuat luka operasi
yang cukup lebar karena harus mengeluarkan lensa secara keseluruhan.
Tindakan ini akan membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama dari
pada penggunaan teknik operasi fakoemulsifikasi.2,5

Kontraindikasi dari operasi ini adalah operasi ekstraksi katarak


ekstrakapsuler membutuhkan keutuhan zonula untuk pengangkatan
nukleus dan materi korteks. Oleh karena itu, bila zonula tidak utuh
maka perlu direncanakan operasi ekstraksi katarak intrakapsuler atau
lensektomi pars plana.3,4,7

 Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi

Dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah teknik


ekstrakapsular yang menggunakan getaran – getaran ultrasonik untuk
mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (mm)
sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi.1,4
28

2. Penanaman lensa baru

Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan


mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa
buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular,
biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
Keadaan afakia mungkin menjadi pilihan yang lebih baik pada anak-anak dan
pada pasien yang matanya sangat meradang. 3, 4

2.11. Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak
kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang
sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan
basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.7

2.12 Komplikasi
Komplikasi katarak traumatik yang dapat terjadi, antara lain:

 Dislokasi lensa dan subluksasio umumnya ditemukan pada penyakit yang


berhubungan dengan katarak traumatic
 Komplikasi lainnya yang terkait adalah fakolitik, fakomorfik, blok pupil,
dan glukoma; uveitis facoanafilaktik; lepasnya retina; rupture koroid;
29

hifema; perdarahan retrobulbar; neuropati optic traumatic; dan rupture


bola mata.3

Komplikasi segera setelah pascaoperasi adalah fibrinous uveitis dan komplikasi


pasca operasi yang lambat adalah kekeruhan lensa posterior.8

2.13. Prognosis
Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat
terjadinya trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.

BAB III
DISKUSI

Pada anamnesis pasien datang dengan keluhan pandangan kabur secara


tiba-tiba pada mata kiri sejak 10. Pasien sedang bekerja lalu mata pasien terkena
besi name tag yang masuk pada mata kiri pasien. Pasien mengalami ganggunuan
penglihatan, penglihatan kabur, silau dan keluar air mata berlebih. Gangguan
penglihatan ini dapat terjadi akibat terjadinya kekeruhan pada lensa yang
diakibatkan oleh terjadinya katarak setelah pasien mengalami trauma okuli. Pasien
mengatakan jika matanya ditutup sebelah pasien seperti melihat benda dua.
Kekeruhan lensa terjadi akibat dari lubang pada lensa yang disebabkan oleh
trauma yang mengalami proses penyembuhan sehingga menyebabkan opasitas
pada lensa.

Pada pemeriksaan fisis mata kiri di kornea bagian sentral dan lensa
mengalami kekeruhan. Pemeriksaan fisis pada mata kanan normal. Pada
pemeriksaan slit lamp pada mata kiri lensa terlihat keruh. Pada pemeriksaan slit
lamp pada mata kanan kesan normal. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa
telah terjadi katarak pada lensa mata kiri yang pernah mengalami trauma.
30

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis pada pasien ini dapat diarahkan ke
diagnosis katarak traumatis ec trauma okulus perforans. Untuk memastikan
diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan penunjang.

25
31

DAFTAR PUSTAKA

1. Galloway N. Cataract. In Common Eye Diseases and their Management ed


3th. 2006. Springer-Verlag: London. 81-91.
2. Riordan P, et al. Lens. In Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 16th
Edition. McGraw-Hill: New York. Hal 174-181.
3. Shock J, et al. Lensa. Dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 2000. Widya
Medika:Jakarta. Hal: 175-182.
4. Zorab R, et al. Cataract. In Lens and Cataract, American Academy of
Opthalmology. Section 11. Edition 2008-2009. San Francisco, USA. Hal: 5-9,
53-57.
5. Oliver J, et al. Cataract Assessment. In Ophthalmology at Glance. 2005.
Blackwell-science: Massachusetts. Hal 73-75.
6. Lang, G. Cataract. In Ophthalmology A short text book. 2000. Thieme: New
York. Hal 183.
7. Lacmanovic Valentina, et al. Surgical Trratment, Clinical Outcome, and
Complication of Traumatic Cataract: Retrospective Study.

26

You might also like