Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
KATARAK TRAUMATIK
Disusun oleh :
Singgih.H / 00000001355
Dibimbing oleh :
1
2
BAB I
LAPORAN KASUS PASIEN
1.1 Identitas
Nama : Bp. G
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal lahir : 04 Maret 1987
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Binong
Tanggal pemeriksaan : 30 Mei 2018
1.2 Anamnesa
Secara autoanamnesis pada pasien di Poli mata RSUS Siloam pada tanggal 30
Mei 2018 pada pukul 10.45
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan mata kiri kabur sejak 10 hari sebelum berobat
Keluhan tambahan
Mata kiri terasa lebih mudah silau dan penglihatan yang makin kabur.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Poli Mata Rumah Sakit Umum Siloam dengan keluhan mata
kiri kabur sejak 10 hari. Hal ini dirasakan pasien secara tiba-tiba setelah mata
kiri pasien terkena benda asing ketika mengendarai motor. Pasien tidak
mengetahui benda yang mengenai matanya tersebut. Setelah kejadian tersebut
pasien merasakan pandangannya menjadi kabur, dan berusaha mengobati
dirinya sendiri dengan obat tetes mata insto, tapi tidak membaik. Nyeri mata
kiri (-), mata merah (-). Pasien tidak mengeluhkan gatal, rasa mengganjal (-).
Riwayat menderita katarak (-). Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal
2
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat penyakit mata, trauma disangkal oleh pasien. Pasien tidak menderita
hipertensi, diabetes mellitus, alergi dan penyakit kronik lainnya.
- Koreksi -
- Addisi -
- Kacamata -
Palpebra Superior OD OS
Bengkak Tidak Ada Tidak Ada
Hiperemi Tidak Ada Tidak Ada
Benjolan Tidak Ada Tidak Ada
Chalazion Tidak Ada Tidak Ada
Hordeolum Tidak Ada Tidak Ada
Enteropion Tidak Ada Tidak Ada
Abses Tidak Ada Tidak Ada
Ptosis Tidak Ada Tidak Ada
Blefarospasme Tidak Ada Tidak Ada
Lagostalmus Tidak Ada Tidak Ada
Eksteropion Tidak Ada Tidak Ada
Palpebra Inferior OD OS
Bengkak Tidak Ada Tidak Ada
5
Konjungtiva Bulbi OD OS
Sekret Tidak Ada Tidak Ada
Kemosis Tidak Ada Tidak Ada
Xerosis Tidak Ada Tidak Ada
Perdarahan Subkonjungtiva Tidak Ada Tidak Ada
Injeksi Konjungtiva Tidak Ada Tidak Ada
Injeksi Silier Tidak Ada Tidak Ada
Injeksi Episklera Tidak Ada Tidak Ada
Pterigium Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Tumor Tidak Ada Tidak Ada
Kornea OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Gambaran Kelainan Normal Normal
Arkus Senilis Tidak Ada Tidak Ada
Bentuk Bulat Bulat
Sikatriks Tidak ADa Tidak ADa
Sklera OD OS
Nodul Tidak Ada Tidak Ada
Warna Putih Putih
Stafiloma Tidak Ada Tidak Ada
7
Tekanan Intraokular OD OS
Palpasi Normal Normal
Tonometri Normal Normal
Iris OD OS
Warna Coklat Coklat
Gambaran Radier Baik Baik
Eksudat Tidak Ada Tidak Ada
Atrofi Tidak Ada Tidak Ada
Sinekia Anterior Tidak Ada Tidak Ada
Sinekia Posterior Tidak Ada Tidak Ada
Rubeosis Iris Tidak Ada Tidak Ada
Iris Tremulans Tidak Ada Tidak Ada
Iris Bombe Tidak Ada Tidak Ada
Iridoalisis / Iris Ribek Tidak Ada Tidak Ada
COA OD OS
Kedalaman Dalam Dalam
Flare Tidak Ada Tidak Ada
Hipopioon Tidak Ada Tidak Ada
Hifema Tidak Ada Tidak Ada
IOL Tidak Ada Tidak Ada
Pupil OD OS
Warna Hitam Hitam
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3 mm 3 mm
Letal Sentral Sentral
Isokoria / Anisokoria Isokor Isokor
Refleks Cahaya Langsung + +
Refleks Cahaya Tidak Langsung + +
Seklusio Pupil Tidak Ada Tidak Ada
Oklusi Pupil Tidak Ada Tidak Ada
Leukokoria Tidak Ada Tidak Ada
Lensa OD OS
Kejernihan + -
8
Kekeruhan - +
Shadow Tes + -
Letak Lensa Normal Normal
IOL Refleks Tidak Ada Tidak Ada
Vitreus OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Flare Tidak Ada Tidak Ada
Sel Radang Tidak Ada Tidak Ada
Sel Darah Merah Tidak Ada Tidak Ada
Fibrosis Tidak Ada Tidak Ada
Funduskopi OD OS
Refleks Fundus + -
Tidak Dapat
Media Jernih Dilakukan
Tidak Dapat
Bentuk Papil Bulat Dilakukan
Tidak Dapat
Warna Papil Jingga Dilakukan
Tidak Dapat
Batas Papil Tegas Dilakukan
Tidak Dapat
Cup / Disc Ratio 0,3 Dilakukan
Tidak Dapat
Arteri Vena Ratio 2/3 Dilakukan
Tidak Dapat
Makula Lutea Refleks Dilakukan
Tidak Dapat
Retina Sentral Tenang Dilakukan
Tidak Dapat
Retina Perifer Tenang Dilakukan
1.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan mata kiri kabur sejak 10 hari, secara tiba-tiba
setelah mata kiri pasien terkena benda asing ketika mengendarai motor.
Setelah kejadian tersebut pasien merasakan pandangannya menjadi kabur, dan
berusaha mengobati dirinya sendiri dengan obat tetes mata insto, tapi tidak
membaik. Dari pemeriksaan visus di dapatkan visus OS 1/~, lensa keruh
dengan shadow tes dan refleks fundus – pada mata kiri.
1.6. Diagnosa
OS : Katarak Traumatika e.c. Trauma Okulus Non Perforans
OD : Emetropi
1.8. Penatalaksanaan
- Tobrason 6x1 tetes
- Proteganta 4x1 tetes
- Rujuk spesialis mata, pro op ekstraksi katarak
1.10. Prognosis OD OS
Ad vitam : bonam ad bonam
Ad functionam : bonam ad bonam
Ad sanationam : bonam ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Katarak berarti sebuah opasitas lensa dan istilah katarak berasal dari
bahasa yunani “katarraktes” (air terjun) karena pada awalnya terdapat anggapan
bahwa katarak adalah cairan beku yang berasal dari cairan otak yang mengalir
didepan lensa. Katarak adalah penyebab kebutaan yang paling sering dihadapi
oleh ahli bedah mata. Hal ini tidak berarti bahwa setiap orang yang menderita
katarak kemungkinan besar akan menjadi buta. Untungnya, hasil pengobatan
dengan operasi memberikan hasil yang baik, peningkatan kemampuan penglihatan
yang didapatkan cukup memuaskan pada lebih dari 90% kasus. Proses penuaan
adalah penyebab katarak yang paling banyak, tetapi masih banyak faktor lain yang
dapat terlibat, yang mencakup trauma, keracunan, penyakit sistemik (seperti
diabetes), merokok, dan herediter. Patogenesis katarak tidak sepenuhnya
dimengerti. Akan tetapi lensa yang mengalami katarak ditandai oleh agregat
protein yang menghamburkan cahaya dan menurunkan transparansi lensa.
Perubahan protein yang lain menyebabkan perubahan warna menjadi kuning atau
coklat.1, 2
10
11
1. Kapsul
Kapsul lensa adalah membrane yang transparan dan elastik yang terdiri dari
kolagen tipe IV. Kapsul mengandung substansi lensa dan mampu untuk
membentuknya pada saat perubahan akomodatif. Lapisan paling luar dari
kapsul lensa, zonullar lamella, juga berperan sebagai titik perlekatan untuk
serabut zonular. Kapsul lensa yang paling tebal ada pada bagian perrquatorial
anterior dan posterior dan paling tipis pada bagian kutub posterior sentral.
Kapsul lensa bagian anterior lebih tebal daripada kapsul bagian posterior pada
saat lahir dan meningkat ketebalannya seiring dengan berjalannya waktu.5
2. Epitel lensa
Dibelakang kapsul lensa anterior adalah sebuah lapisan tunggal sel epitel. Sel-
sel ini aktif secara metabolis dan melakukan semua aktivitas sel yang normal,
yang mencakup biosintesis DNA, RNA, protein dan lemak; mereka juga
menghasilkan adenoid trifosfat untuk memenuhi kebutuhan energy lensa.5
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan tubuh yang lain), dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa daripada di sebagian besar jaringan yang lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.4
13
Fisiologi
2.3 Epidemiologi
Sekitar 2,5 juta cedera pada mata terjadi setiap tahun di Amerika serikat.
Diperkirakan bahwa sekitar 4-5% dari pasien ahli mata datang ke tempat praktek
karena cedera ocular. Katarak traumatic dapat terjadi sebagai sekuel trauma ocular
yang akut, subakut, atau lambat. Trauma menjadi penyebab terbanyak kebutaan
monocular pada orang yang berusia dibawah 45 tahun. Rasio laki-laki dan
perempuan pada kasus ini adalah 4:1. Cedera mata yang disebabkan oleh
pekerjaan dan olahraga paling sering terjadi pada anak-anak dan pria dewasa
muda.3
2.4 Patofisiologi
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Penyebab lain yang lebih jarang adalah
anak panah, abut, kontusio, sinar-x, dan bahan radioaktif. Lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan terkadang korpus vitreum masuk kedalam
struktur lensa4. Berikut adalah proses patogenesis berdasarkan proses:
2) Luka tusuk/perforasi
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (
contohnya gelas yang pecah ) tembus melalui kornea tanpa mengenai
lensa biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma
tidak menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak
tidak akan terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada
penatalaksanaan luka kornea yang hati-hati dan pencegahan terhadap
infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti diatas dapat juga melibatkan
kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik
anterior. Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia
pasien. Saat kapsul lensa pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh
reaksi inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasnya secara
berangsur-angsur akan diserap jika tidak ditangani dalan waktu kurang
lebih 1 bulan. Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas
karena sebagian besar dari kemampuan refraktif mata tersebut hilang.
Keadaan ini merupakan konsekuensi yang serius dan kadang
membutuhkan penggunaan lensa buatan intraokuler. Bila ruptur lensa
terjadi pada dewasa, juga diikuti dengan reaksi inflamasi seperti halnya
pada anak, namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih tinggi dan jaringan
18
3) Radiasi
Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak.
Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar
dengan gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar
gelombang pendej ( tidak telihat ) ini dapat menyebabkan luka bakar
kornea superficial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam.
Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan “welder flash”. Sinar
infra merah yang berkepanjangan ( prolong ) juga dapat menjadi
penyebab katarak, ini dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan
pekerja baja, namun penggunaan kacamata pelindung dapat setidaknya
mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat
mengakibatkan katarak. Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini
dapat ditemukan pada pasien-pasien yang mendapat radioterapi (
seluruh tubuh ) leukemia, namun resiko terjadinya hanya apabila terapi
menggunakan sinar X.4,5
Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan
berbentuk roset ( rossete cataract ), biasanya pada daerah aksial yang
melibatkan kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul
dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa. Katarak
20
5. Diplopia monokuler
Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang
ia lihat, ini dikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki
indeks refraksi berbeda akibat perubahan pada stadium katarak. Selain
itu, dengan menggunakan retinoskopi atau oftalmoskopi langsung, akan
ditemui perbedaan area refleks merah yang jelas terlihat dan tidak terlalu
jelas.10
22
Gambar 8. Opasifikasi kortikal komplet yang terjadi setelah trauma okuli perforans5
23
Gambar 9. Gambaran katarak kortikal focal yang disebabkan oleh trauma tusuk yang kecil di
lensa7
Gambar 10. Gambaran rosette cataract pada katarak traumatic yang disebabkan oleh trauma
tumpul5
Funduskopi
Dari pemeriksaan dengan menggunakan oftalmoskop adalah adanya
opasitas yang seringkali terlihat sebagai black spoke pada refleks
fundus. Penting untuk mendilatasikan pupil dan memeriksanya pada
ruangan yang gelap. Seringkali, pada katarak traumatic yang
disebabkan oleh kontusio dapat terlihat opasifikasi berbentuk stellate
24
2.9. Diagnosis
OD: Katarak Traumatika e.c. Trauma Okulus Perforans
2.10. Penatalaksanaan
Pengobatan yang terbaik untuk katarak traumatik adalah operasi dan
apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang
karena akibat pengaruh trauma tersebut. Apabila terjadi glukoma dan uveitis
selama periode menunggu, bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat
peradangan. Jika terjadi pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat
maka dilakukan aspirasi secepatnya agar keadaan uveitis tidak menimbulkan
penyulit yang lebih berat. Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada
orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat berbentuk cincin soemmering pada
pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai
perdarahan, ablasi retina, uveitis atau salah letak lensa. Untuk memperkecil resiko
terjadinya infeksi dan uveitis harus diberikan antibiotic sistemik dan topical serta
kortikosteroid topical dalam beberapa hari. Atropine sulfat 1%, 1 tetes tiga kali
sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah
pembentukan sinekia posterior.3, 45
25
Fakoemulsifikasi standar dapat dilakukan bila kapsul lensa intak dan dukungan
zonular yang cukup. Teknik fako supracapsular digunakan untuk meminimalkan
resiko penekanan pada kapsul dan zonula. Jika zonula rusak dan viteous prolaps
pada saat operasi, maka cutting-aspiration handpiece dapat digunakan untuk
mengeluarkan vitreous. Urutan langkah-langkah operasi akan tergantung pada
derajat kerusakan pada zonula.1,2,4
26
CTR adalah suatu cincin terbuka yang diletakkan didalam kapsul. CTR akan
membentuk kembali kapsul posterior, dan membuat capsular equator yang
melindungi terhadap aspirasi kapsul forniks, dengan mencegah ekstensi dialysis
zonula selama pembedahan. Pemasangan CTR juga mempermudah penempatan
IOL, mencegah desentrasi IOL, dan menurunkan insiden opasifikasi kapsul
posterior. Pada operasi pengeluaran lensa dengan katarak traumatic, CTR dapat
ditanam sebelum atau sesudah phacoemulsification.3,5
1. Pengangkatan lensa
Indikasi:
Apabila ditemui kondisi seperti:
1. Katarak dengan stadium intumesen, hipermatur, dan katarak
luksasi
2. Apabila pada operasi EKEK ditemukan zonula Zini tidak utuh
Kontraindikasi:
Operasi katarak intra kapsuler merupakan kontraindikasi absolut apabila
ditemukan keadaan berikut:
27
Pada operasi katarak ekstra kapsuler, secara teknis dibuat luka operasi
yang cukup lebar karena harus mengeluarkan lensa secara keseluruhan.
Tindakan ini akan membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama dari
pada penggunaan teknik operasi fakoemulsifikasi.2,5
2.11. Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak
kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang
sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan
basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.7
2.12 Komplikasi
Komplikasi katarak traumatik yang dapat terjadi, antara lain:
2.13. Prognosis
Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat
terjadinya trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.
BAB III
DISKUSI
Pada pemeriksaan fisis mata kiri di kornea bagian sentral dan lensa
mengalami kekeruhan. Pemeriksaan fisis pada mata kanan normal. Pada
pemeriksaan slit lamp pada mata kiri lensa terlihat keruh. Pada pemeriksaan slit
lamp pada mata kanan kesan normal. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa
telah terjadi katarak pada lensa mata kiri yang pernah mengalami trauma.
30
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis pada pasien ini dapat diarahkan ke
diagnosis katarak traumatis ec trauma okulus perforans. Untuk memastikan
diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan penunjang.
25
31
DAFTAR PUSTAKA
26