Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok
manusia yang sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan
bagi umat manusia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana.
Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada
kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam
lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi
keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan.
Pernikahan itu sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh
kedua calon pengantin, harus ada penyerahan dari pihak wali pengantin
putri (Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin putra (Qabul) dan harus
disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami
istri hendaknya memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan
memahami hukum berkeluarga, pasangan suami istri akan mampu
menempatkan dirinya pada hukum yang benar. Apakah dirinya sudah
diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian terhadap kemuliaan
akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri.
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat
dirasakan oleh para pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran
yang disyari’atkan. Setelah berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam
beribadah. Fikiran tidak lagi memikirkan calon kekasih atau terganggu
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia?
2. Bagaimana Akhlakul Karimah dalam Rumah Tangga?
3. Bagaimana Akhlak Suami atau Isteri ?
4. Bagaimana Akhlak Orang Tua Kepada Anak?
5. Bagaimana Akhlak anak terhadap Orang Tua?
6. Bagaimana Membangun Keluarga Sakinah?
7. Bagaimana Larangan kekerasan dalam rumah tangga?
1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia
2. Untuk Mengetahui Akhlakul Karimah dalam Rumah Tangga
3. Untuk Mengetahui Akhlak Suami atau Isteri
4. Untuk Mengetahui Akhlak Orang Tua Kepada Anak
5. Untuk Mengetahui Akhlak anak terhadap Orang Tua
6. Untuk Mengetahui Membangun Keluarga Sakinah
7. Untuk Mengetahui Larangan kekerasan dalam rumah tangga
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Di dalam keluarga, kebutuhan pribadi anak seperti yang disampaikan oleh
Abraham Maslow juga berlangsung. Pada tahap awal, anak memerlukan
kebutuhan dasar seperti makan dan minum, kemudian meningkat kepada
kebutuhan akan kasih sayang dan penghargaan, lalu meningkat lagi menjadi
kebutuhan terhadap keamanan dan kesehatan serta pada waktunya anak
memerlukan self actualization (mencari pemaknaan terhadap siapa dirinya).
Di samping menjadi institusi domestik, keluarga juga dapat menjadi institusi
sosialisasi sekunder. Maksudnya adalah bahwa keluarga berperan menghantarkan
anak-anak untuk memasuki wilayah sosial yang lebih besar, seperti lingkungan
sosial. Dalam konteks ini, keluarga menjadi pengatur dan designer anak untuk
memilih lingkungan mana yang tepat dan baik dalam menumbuhkan kepribadian.
Keluarga bertanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya memasuki
lingkungan sosial yang baik agar anak terhindari dari pengaruh lingkungan yang
tidak sehat.
4
e. Memahami hakikat pernikahan dalam Islam (membangun keluarga sakinah
mawaddah warahmah)
f. Persiapan material sesuai kemampuan
1) Tujuan Perkawinan
a. Untuk meneruskan wujudnya keturunan manusia
b. Pemeliharaan terhadap keturunan
c. Menjaga masyarakat dari sifat yang tidak bermoral
d. Menjaga ketenteraman jiwa
e. Memberi perlindungan kepada anak yang dilahirkan
5
d. Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri (saling
mengingatkan dan jangan selalu menuntut)
e. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik,
instospeksi masing-masing
f. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri
g. Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir
memberi pujian
h. Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan
i. Jangan melupakan dengan keluarga besar masing-masing (ortu)
j. Menjaga hubungan dengan pihak lain.
a. Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa istri
adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-Taubah: 24)
b. Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan Rasul-
Nya. (At-Taghabun: 14)
c. Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang
sholehah. (Al Furqan : 74)
d. Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi
e. Nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, ( AI-
Ghazali)
f. Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut
ini secara berurutan: (1) Memberi nasehat, (2) Pisah kamar, (3) Memukul
dengan (4). pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’
adalah:Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
g. Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling
baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
h. Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan
anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
i. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya,
dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab:
34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
j. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita
(hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
k. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
l. Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
6
m. Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami
wajibmendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa.
(AIGhazali)
7
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlak sangat berkaitan dengan adab.
Untuk itulah beliau mengajarkan kita adab sejak bangun tidur hingga tidur.
Semua ada tuntunannya. Termasuk adab anak kepada orang tuanya,
murid kepada gurunya, pendidik kepada peserta didik. Para
pakar pendidikan sering mengatakan bahwa ketika orang tua mengajarkan adab
kepada anaknya, walaupun sebelumnya ia juga belum melakukan adab itu,
dengan belajar adab tersebut bersama anaknya, maka hal itu bisa berubah
menjadi kebiasaan dalam beradab. Hal ini akan berujung pada terbentuknya
karakter yang bagus.
۟ ُٱَّللَ َو ْليَقُول
َ وا قَ ْو ًًل
سدِيدًا َّ وا۟ ُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّق
۟ ُض َٰعَفًا خَاف ۟ ش ٱلَّذِينَ لَ ْو ت ََر ُك
ِ ًوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِ ِّريَّة َ َو ْليَ ْخ
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang
benar”. (QS. An-Nisa’:9)
Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak
dalam keadaan lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala
aspek kehidupan ,seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi terutama
lemah iman (spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi generasi tanpa
kepribadian. Jadi, semua orang tua harus memperhatikan semua aspek
perkembangan anak, baik dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental,
maupun masalah akidah atau keimananya. Oleh karena itu, para orang tua
hendaklah bertakwa kepada Allah, berlaku lemah lembut kepada anak, karena
sangat membantu dalam menanamkan kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan
anak ditentukan oleh cara-cara orang tua mendidik dan membesarkannya.
Beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam mendidik anak,:
8
E. Akhlak anak terhadap Orang Tua
Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada,
kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan
kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., berbagai rizki yang
kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan
segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka
bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan
kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka
memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita
bayangkan.
Menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin
terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa
diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan
petunjuk Allah SWT mempunyai peranan yang sangat besar, berbuat baik
kepada orang adalah kewajiban dan semestinya mereka diperlakukan dengan
baik, bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih
kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa
mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang
tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang-orang yang bersedia
berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan
diterimanya.
a. Kewajiban kepada ibu
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung,
maka bapak pun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya,
mendidiknya dan menyekolahkannya, disanping usaha ibu. Kalau mulai
mengandung sampai masa muhariq(masa dapat membedakan mana yang baik
dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa
belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan
mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara
berat tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan
sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara
perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada
tugas ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh
seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat
mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh
seorang ibu.
9
b. Berbuat baik kepada ibu dan bapak
Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu
dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak
menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat
zalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka
jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi
ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak meridhainya
sehingga orang tua itu meridhainya. Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat
Al-Luqman : 14
ير
ُ صِ ي ْال َم َ ِسانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْهن َوف
َّ َصالُهُ فِي َعا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَيْكَ ِإل ِ ْ ص ْينَا
َ اْل ْن َّ َو َو
Artinya:“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS.Al-Luqman:14)
10
d. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang
sudah tiada. Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda
Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Abu Usaid yang
artinya: ”Kami pernah berada pada suatu majelis bersama Nabi, seorang
bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa
kebajikan setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu
kebaikan kepada kedua orang tuaku. “Rasulullah SAW bersabda: ”Ya, ada
empat hal :”mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati
/ melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua,
dan bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali
karena kedua orang tua”.
11
Bagaimana agar pernikahan tetap romantis ? Ada 3 faktor yang harus
diperhatikan;
1) Selesaikan kejengkelan- kekesalan, dalam interaksi suami isteri baik masa
lalu maupun saat sekarang
2) Hubungan romantis suami isteri sangat prioritas dalam kehidupan (sediakan
waktu untuk berdua-duaan) saling bercerita, ungkapkan perasaan
menyenangkan/kemesraan ketika baru menikah
3) Buat kegiatan baru yang menyenangkan atau bervariasi
1. Berdzikir
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah,
maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah).
Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):“Ketahuilah, dengan berdzikir
kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang.” (Ar Ra’d:
28)Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-
dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal:أ َ ْست َ ْغ ِف ُرهللا, dan lain-lain,
maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga
mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang
hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wata’ala,
seperti sholat, shoum (puasa),shodaqoh, dan lain-lain
2. Menuntut ilmu agama
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ُس ِك ْينَة
َّ علَي ِْه ُم ال
َ ْسونَهُ بَ ْينَ ُه ْم إِالَّ نَ َزلَت
ُ َار َ َت هللاِ يَتْلُونَ ِكت
َ اب هللاِ َويَتَد ٍ َما اجْ تَ َم َع قَ ْو ٌم فِي بَ ْي
ِ ت ِم ْن بُيُو
12
Adapun Ciri-ciri keluarga Sakinah adalah sebagai berikut :
13
G. Larangan kekerasan dalam rumah tangga
Agama adalah ketentuan-ketentuan Tuhan yang membimbing dan
mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak ada
perbedaan dari segi asal kejadian baik laki-laki maupun perempuan, artinya
adanya kesetaraan/kebersamaan/kemintraan dan tidak akan sempurna laki-
laki kalau belum mempunyai pasangan hidup (suami-isteri) begitu juga
sebaliknya. Al Qur’an sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya
mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama, dengan kata
lain laki-laki memiliki hak dan kewajiban terhadap perempuan dan sebaliknya
perempuan juga memiliki hak dan kewajiban terhadap laiki-laki.
Pada dasarnya inti ajaran setiap agama, khususnya dalam hal ini Islam, sangat
menganjurkan dan menegakkan prinsip keadilan dan bahkan menghormati
terhadap perempuan, bahkan prinsip yang utama adalah menciptakan rasa aman
dan tentram dalam keluarga, sehingga tercipta rasa saling asih, saling cinta, saling
melindungi dan saling menyangi.
Al Qur’an menggaris bawahi bahwa suami maupun isteri adalah pakaian
untuk pasangannya, hal ini di sebutkan Allah dalam Firmannya surah Al Baqarah
ayat 187 “Mereka (isteri-isteri kamu) adalah pakaian bagi kamu (wahai para
suami) dan kamupun adalah pakaian bagi mereka”.
Dalam kehidupan berumah tangga, prinsip menghindari adanya kekerasan
baik fisik maupun psikis sangat diutamakan, jangan sampai ada pihak dalam
rumah tangga yang merasa berhak memukul atau melakukan tindak kekerasan
dalam bentuk apapun dengan dalih atau alasan apapun baik terhadap suami-isteri
ataupun anak. Hal ini senada dengan UU PKDRT No 23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pasal 1 “Kekerasan dalam Rumah
tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis
dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga.
Islam agama yang dengan visinya Rahmatan Lil ‘Alamin, sangat menghargai
kepada semua manusia, khususnya kepada perempuan. Dalam Islam manusia baik
laki-laki dan perempuan adalah sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat (human
dignity di mana parameter kemuliaan seorang manusia tidak diukur dengan
parameter biologis sebagai laki-laki atau perempuan, tetapi kualitas dan nilai
seseorang diukur dengan kualitas taqwanya kepada Allah. (Lihat surah Al Hujurat
ayat 13).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu
menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga yang akan
berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan hasil dari bimbingan
orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi pekerti yang luhur
yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga agama, bangsa dan negara.
B. Saran
Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang jenuh kepada anaknya
dalam membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan perbuatan
yang baik tetapi hendaklah orang tua selalu memberikan contoh yang baik bagi
anak anaknya ,Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan
berbagai bacaan dan menanamkan kebiasaan memerintah melakukan kegiatan
yang baik, menghukum anak apabila bersalah, memuji apabila berbuat baik,
menciptakan suasana yang hangat yang religius (membaca Al-Qur'an, sholat
berjamaah, memasang kaligraf Do'a-Do'a,dan ayat ayat Al Qura’n)
15
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta ; Kalam Mulia, 2001
Majelis Tabligh, Gender dalam Islam, Yogyakarta, Pimpinan Pusat Aisyiyah ; 2010
http://siskapuspitadefi.blogspot.co.id/2016/10/makalah-akhlak-dalam-keluarga.html
16