Professional Documents
Culture Documents
Semester V
Disusun oleh:
1. Rizki Anisa Amalia (1602460006)
2. Aulia Logita (1602460015)
3. Ulul Azmi Zuhaira (1602460018)
4. Diana Lailatul H. (1602460024)
5. Dewi Fatmawati (1602460026)
6. Regyna Istnaini B. (1602460037)
KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah praktek klinik kebidanan I diharapkan mahasiswa mampu
melakukan perawatan dan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada
ibu dengan menerapkan asuhan persalinan dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
1.2.2 Khusus
1) Melakukan pengkajian pada kasus ibu bersalin dengan Serotinus
2) Mampu mengidentifikasi diagnose/masalah kebidanan berdasarkan data
subjektif dan objektif pada kasus ibu bersalin dengan Serotinus
3) Menentukan masalah potensial yang mungkin muncul pada kasus ibu
bersalin dengan Serotinus
4) Menentukan kebutuhan segera pada kasus ibu bersalin dengan Serotinus
5) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada kasus ibu bersalin
dengan Serotinus
6) Melaksanakan perencanaan yang telah dilakukan pada kasus ibu bersalin
dengan Serotinus
7) Melaksanakan evaluasi mengacu pada tujuan dan kriteria hasil pada kasus
ibu bersalin dengan Serotinus
2.1.3 Fisiologis
2.1.3.1 Faktor Pengaruh Persalinan
a. Power, Kekuatan his dan mengejan. Kemampuan untuk
memberikan tuntunan persalinan sehinggga resultan ketiga
kekuatan tersebut berlangsung baik agar tercapai bentuk
persalinan spontan belakang kepala.
b. Passage, Jalan lahir terdiri atas jalan lahir tulang dan jalan lahir
lunak. Jalan lahir tulang harus memenuhi syarat, bentuk ukuran
luas bagian dalamnya dalam batas normal sehingga proses
adaptasi dengan kepala baik, yang memberi kemungkinan
persalinan berjalan normal. Jalan lahir lunak terdiri atas otot
dasar panggul, elastis, mampu terbuka dengan baik sehingga
proses persalinan berjalan normal dan lancar.
c. Passenger, Bentuk, besarnya dan posisinya harus normal
sehingga mampu beradaptasi dengan baik terhadap jalan lahir
dan kekuatan pendorong sehingga proses persalinan dapat
berjalan dengan lancar dan normal.
Penyimpangan yang terjadi dari kemungkinan kerja sama ketiga
komponen tersebut akan menimbulkan proses persalinan
distosia. Bila kerja sama ketiganya memuaskan, persalinan akan
berjalan lancar sesuai dengan patron persalinan normal.
2.1.3.2 Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut JNPK-KR, 2014 pada halaman 79
adalah :
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam yaitu:
Pembukaan serviks telah lengkap, atau
Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Sedangkan menurut Sarwono, 2010 hal. 45, tanda-tanda persalinan
adalah :
a. His lebih sering dan kuat.
b. Penderita mulai mengejan, pengejanan ini timbul secara reflektoris
karena kepada janin telah sampai di dasar panggul dan juga pada
rektum.
c. Perineum mulai mnonjol dan anus mulai membuka. Tanda ini akan
tampak bila betul-betul kepala sudah di dasar panggul dan mulai
membuka pintu.
d. Pada multipara penderita akan dipindahkan ke kamar bersalin pada
pembukan 5 cm, sedang primipara bila pembukaan 7 cm. Untuk
memastikan apakah betul kala II telah mulai, dapat dilakukan
pemeriksaan dalam.
a. Engagement
Kepala dikatakan tetap menancap (engager) pada pintu
atas panggul apabila diameter biparietal kepala melewati pintu
atas panggul. Pada nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan
aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih tegang sehingga
bagian presentasi terdorong ke dalam panggul. Pada multipara
yang otot-otot abdomennya lebih kendur kepala seringkali tetap
dapat digerakkan di atas permukaan panggul sampai persalinan
dimulai.
b. Descent (Penurunan)
Pada primigravida, masuknya kepala ke atas pintu atas
panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari
kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP,
biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi
yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul
(PAP), dapat dalam keadaan sintklitismus yaitu apabila sutura
segitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir tepat diantara
simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parental depa dan belkang sama
tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati
simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, ada 2
jenis asinklitismus yaitu:
Asinklitismus posteriior: bila sutur sagitalis mendekati
simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os
parietal depan.
Sinklitismus anterior: bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari
os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinn
normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan
disproporsi sepalopelvik dengan panggul berukuran normal
sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan
kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi
dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu
yang beersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim,
sehingga terjadi penipisan dan dilatasi serviks. Keadaan ini
menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan
kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine,
kekuatan mengejann atau adanya kontraksi otot-otot abdomen,
kontraksi diafragma dan melurusnya badan anak.
(Marmi, 2012. Hal : 186-187)
c. Flexi
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul
dengan ukuran yang paling kecil yakni dengan diameter
suboksipito-bregmatika (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia
suboksipito-bregmatika (32 cm). Sampai di dasar panggul
kepala janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala
yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan
dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi
elestisitas diafragma pelcis dan tekanan intraurein disebabkan
oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi,
disebut pula putaran paksi dalam.
d. Putaran Paksi Dalam dan Defleksi
Pada umumnya di dalam hal mengadakan rotasi ubun-
ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar
panggul ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis.
Dalam keadaan fisiologis sesudah kepala janin sampai
di dasar panggul dan ubun-ubun kecil di bawah simfisis, maka
dengan suboksput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan
gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva
lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum
menjadi lebar dan tipis, anus membuka tampak dinding
rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan
mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan
akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera
mengadakan rotasi, yan disebut putaran paksi luar
(Sarwono Prawirohardjo, 2010. Hal :34)
e. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di
dasar panggul, terjadilah ekstensi dari kepala. Hal ini
menyebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan atas sehingga kepala harus
mengadaan ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja
dua kekuatan, yang satu mendesak ke bawah dan satunya
disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya keatas.
Resuitantenya adalah kekuatan ke arah depan atas.
Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah
simpisis mka yang dapat maju karena kekuatan terseut ke atas
bagian yang berhadapan dengan subocciput, mka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perinum ubun-ubun besr, dahi,
hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
f. Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepalaa anak memuutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi
pada leher yang terjadi karena putran paksi dalam. Gerakan
ini disebut putaran restitus. Selanjutnya putaran diteruskan
hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ishiadicum
sepihak gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksii luar
yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu
bawah panggul.
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depa sampai dibawah
simpisis dan menjadi hypomochlion untuk melahirkan bahu
belakang. Keudian bahu depan menyusul dan selnjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
(Marmi, 2012. Hal : 188-189)
c. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam
memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan
sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis
menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesterone. (Sarwono, 2009: 687)
d. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan
dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang
pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan postterm. (Sarwono, 2009: 687)
e. Teori Kortisol/ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-
tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi
plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar
sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus,
hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada
janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan. (Sarwono, 2009:
687)
f. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser
akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak
ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat
pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai
penyebab terjadinya kehamilan postterm. (Sarwono, 2009: 687).
g. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang
mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk
melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999)
seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang
ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan,
maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami
kehamilan postterm (Sarwono, 2009: 687).
Score 0 1 2 3
Pembukaan 0 1 3-4 5-6
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Station -3 -2 -1 +1+2
Konsistensi Keras Sedang Lunak Sangat lunak
Posisi Os Posterior Tengah Anterior Anterior
(Achadiat, 2004 : 17-18)
Jika Bishop Score lebih dari 5, maka lakukan induksi persalinan.
Induksi dapat dilkakukan dengan cara :
a. Menggunakan tablet Misoprostol/Cytotec yaitu 25-50 mg yang
diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam hingga munculnya his /
kontraksi.
b. Menggunakan oksitoksin intravena yaitu infus oksitoksin biasanya
mengandung 10-20 unit ekuivalen dengan 10.000-20.000 mU
dicampur dengan 1000 ml larutan Ringer Laktat, masing-masing
menghasilkan konsistensi oksitoksin 10-20 mU/ml.
Jika Bishop Score menunjukkan nilai kurang dari 5, maka yang
harus dilakukan adalah :
a. Lakukan pemantauan janin dengan Nonstress test (NST)
b. Dilakukan Sectio Caesaria, jika gawat janin (deselerasi lambat,
pewarnaan mekoneum), gerakan janin abnormal (< 5 kali / 20 menit),
contraction stress test (CST), berat Badan > 4000 gr, malposisi,
malpresentasi, partus > 18 jam, bayi belum lahir, menurut Kurniawati
(2009 : IX 41-42).
2) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
o Kepala
o Mata
o Hidung
o Hygiene mulut dan gigi
o Karies
o Bentuk dan ukuran abdomen
o Payudara (pembesaran dan adanya striae)
o Parut atau bekas luka operasi
o Gerakan janin
o Varises atau pelebaran vena
o Hernia
o Edema
o Kebersihan kulit
o Vulva/perineum adakah varises, konndiloma, edema, hemoroid, atau
kelainan lain
Palpasi
o Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV :
1. Leopold I : Menentukan TFU dan bagian janin yang terletak di
fundus uteri (dilakukan sejak TM I).
2. Leopold II : Menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu
(dilakukan mulai akhir TM II)
3. Leopold III : Menentukan bagian janin yang terletak di bagian
bawah uterus (dilakukan mulai akhir TM II)
4. Leopold IV : Menentukan berapa jauh masuknya janin ke PAP
(dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu)
Auskultasi
o DJJ menggunakan fetoskop atau doppler (jika UK >16 minggu). DJJ
normal 120-160x/menit.
o Pemeriksaan Panggul luar
Distansia Spinarum : 24 – 26 cm
Distansia Cristarum : 28 – 30 cm
Konjugata Eksterna : 18 – 20 cm
Lingkar Panggul : 80 – 90 cm
Distansia tuberum : ±10, 5 cm
3) Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : >12, 5 g/dl
Protein :-
Reduksi :-
Penatalaksanaan Asuhan
Oleh bidan Tanggung jawab Bidan
Kolaborasi dengan dokter
Asuhan menjadi efisien
Oleh tenaga kesehatan lain
A : Analisa/Assessment
P : Penatalaksanaan
INTERVENSI RASIONAL
lakukan pemeriksaan dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat menaksir
ultrasonografi berat janin, memeriksa derajat kematangan plasenta,
keadaan cairan amnion, kelainan kongenital,
presentasi janin.
lakukan pemeriksaan dengan pemeriksaan amnioskopi dapat diketahui
amnioskopi jumlah dan warna air ketuban.
lakukan pemeriksaan dengan pemeriksaan kardiotokografi dapat ditentukan
kardiotokografi adanya disfungsi janin plasenta atau posterm.
dengan pemeriksaan NST dapat diketahui
lakukan pemeriksaan kereaktifan janin dalam kandungan
NST dengan uji oksitosin dapat diketahui reaksi janin
terhadap kontraksi uterus. Hasil tes yang positif
lakukan uji oksitosin menunjukkann penurunan fungsi plasenta.
(stress test )
2.2.3 Bagan alur berfikir Varney dan pendokumentasian secara SOAP
Proses Manajemen
Kebidanan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
SOAP NOTES
Assasment/Diagnosa
Penatalaksanaan :
- Konsul
- Tes Diagnostik/lab
- Rujukan
- Pendidikan/konseling
- Follow Up
BAB 4
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri.
(Manuaba, 2010)
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama yaitu
42 minggu. Dihitung berdasarkan rumus Neagle dengan siklus haid rata-rata 28
hari.
(Mochtar, R. 2009)
Kehamilan postmature atau kehamilan serotinus tentunya akan
menimbulkan tanda diantaranya adalah :
a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu
secara subyektif
b. Kurang dari 7 kali/20 menit, atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10
kali/20 menit.
c. TFU tidak sesuai umur kehamilan.
d. Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta
diketahui dengan pemeriksaan USG.
Tidak hanya pada keadaan hamil, keadaan postmature juga dapat dilihat
dari keadaan bayi, yaitu :
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram).
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur.
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang.
d. Verniks kaseosa di bidan kurang.
e. Kuku-kuku panjang.
f. Rambut kepala agak tebal.
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari
kasus-kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP dan alur
berpikir Varney serta menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan
kebidanan yang telah ditetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang
telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara
komprehensif terhadap klien.
5.2.2 Bagi Lahan Praktek
Asuhan yang diberikan sudah cukup baik dan hendaknya agar dapat
memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan
kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan BBL.
5.2.3 Bagi Klien
Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan
kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman
karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat
hamil dengan melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan.
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan bagi yang
membutuhkan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA