You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan
perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda
kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan
menarik. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini
menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi
yang paling penting pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang penuh untuk
menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap hari sampai setelah bayi
di lahirkan cairan ini di namakan kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh ibu-ibu supaya
menyususi harus dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan bayinya dan
dilaksanakan secara teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam hari. Hal ini yang
merupakan hambatan paling besar untuk ibu-ibu, terutama ibu-ibu yang bekerja atau bagi
ibu-ibu di negara-negara maju, yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pola
menyusui yang demikian ketat. Tetapi, meskipun demikian, harus diketahui bahwa ibu-
ibu yang sudah melaksanakan pola laktasi yang ketat itu, tetap saja antara 3-12 % akan
menjadi hamil lagi sebelum kembalinya haid pertama setelah melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya,
banyak wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih banyak ibu-ibu yang baru
melahirkan yang tidak mendapatkan informasi maupun konseling mengenai keluarga
berencana.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana fisiologi pengeluaran air susu ibu?
1.2.2. Bagaimana pemeliharaan laktasi?
1.2.3. Bagaimana komposisi asi dan stadium laktasi?

1
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mempelajari dan memahami fisiologi laktasi.
Adapun tujuan khusus sebagai berikut:
1.3.1. Mengetahui fisiologi pengeluaran air susu ibu.
1.3.2. Mengetahui pemeliharaan laktasi.
1.3.3. Mengetahui komposisi asi dan stadium laktasi.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Fisiologi Pengeluaran Air Susu Ibu


Laktasi adalah proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI. Proses laktasi tidak
terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon yang berperan adalah :
1. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
2. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI agar membesar sehingga
dapat menampung ASI lebih banyak. Kadar estrogen menurun saat melahirkan dan
tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui
menghindar KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi
jumlah produksi ASI.
3. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.
4. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca
melahirkan oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk
memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu
let-down/milk ejection reflex.
5. Human Placental Lactogen (HPL), sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan
areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara
siap memproduksi.

Pengaturan hormon terhadap pengeluaran asi dapat dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu:
1. Pembentukan kelenjar payudara
a. Sebelum pubertas
Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati
pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari sistem duktus terutama dibawah
pengaruh hormon esterogen sedangkan pertumbuhan alveoli oleh hormon
progesteron. Hormon yang juga ikut berperan dalam pertumbuhan kelenjar
payudara adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofise (hipofise
anterior). Hormon yang kurang peranannya adalah hormon kelenjar adrenalin,
tiroid, paratiroid, dan hormon pertumbuhan.

3
b. Masa pubertas
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabang-cabangan sistem duktus,
proliferasi, dan kanalisasi dari unit-unit lobuloalveolar yang terletak pada ujung-
ujung distal duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan
membentuk septum interlobular
c. Masa siklus menstruasi
Perubahan-perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan
dengan siklus menstruasi dan perubahan-perubahan hormonal yang mengatur
siklus tersebut seperti esterogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus
lupteum. Bila kadar hormon ini meningkat maka akan terjadi edema lobulus,
penebalan dari basal membran epitel daan keluarnya bahan dalam alveoli. Secara
klinis akan dirasakan payudara yang berat dan penuh. Setelah menstruasi di mana
kadar esterogen dan progesteron berkurang, yang berperan hanya prolaktin saja,
terjadi degenerasi dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang mengalami
poliferasi, kembali seperti besar sebelumnya. Hal ini menyebabkan paudara selalu
bertambah besar pada tiap siklus ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi
sampai umur 30 tahun.
d. Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus
yang baru, percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-
hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin,
laktogen plasenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon
paratiroid, hormon pertumbuhan.
e. Pada 3 bukan kehamilan
Prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar
air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini
pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh esterogen dan progesteron, tetapi
jumlah prolaktin meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang
ditekan.
f. Pada trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum.
Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah
didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi
berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum

4
2. Pembentukan air susu
Pada seorang ibu yang mennyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan
refleks “let down”
a. Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu
saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin
dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal
pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat
dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan
rangsangan puting susu
b. Refleks Aliran (Let Down Reflec)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus
sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang
telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

5
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti:
keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:
1) Refleks mencari (rooting reflex)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini
menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi
diikuti dengan membuka mulut kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam
mulut.
2) Refleks menghisap (sucking reflex)
Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudaranya sedapat
mungkin semuannya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini maka sudah
cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di
puncak kalang payudara di belakang puting susu; adalah tidak dibenarkan bila
rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karna bayi hanya dapat mengisap
susu sedikit dan pihakibu akan timbul lecet-lecet pada puting susunya.
3) Refleks menelan (swallowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga
pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme
menelan masuk ke lambung.
2.2. Pemeliharaan laktasi
Penyediaan berlangsung terus sesuai kebutuhan, apabila bayi tidak disusukan,
maka tidak akan dimulai penyediaan air susu. Apabila seorang ibu bayi kembar
menyusukan kedua bayinya bersama, maka penyediaan air susu akan tetap cukup
untuk kedua bayi tersebut. Maka sering bayi disusukan, penyediaan air susu ibu juga
makin baik. Dua faktor penting untuk pemeliharaan laktasi adalah :
1. Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusui, terutama pada hari-
hari neonatal awal. Penting bahwa bayi difiksasi pada payudara dengan posisi
yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat.

6
Rangsangan gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola,sehingga tekanan
diberikan kepada ampula yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpannya air
susu. Dengan demikian bayi minum dari payudara,dan bukan dari papilla
mammae. Apabila ibu mengeluh rasa sakit, maka bayi tidak terfiksasi secara baik.
Sebagai respons terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari glandula
pituitasi anterior dan demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak.
Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal,maka
ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan
pompa payudara. Tetapi pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang
jauh lebih besar dibandingkan denagn kedua cara tersebut.
2. Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara
yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada
pemberian air susu yang berikutnya payudara kedua ini yang diberikan pertama
kali. Atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara
yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya. Apabila diinginkan
bayi benar-benar puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama
(fore-milk) maupun air susu kedua (hind-milk) pada saat sekali minum. Hal ini
hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.
Penting bahwa bayi minum air susu apabila ia menginginkannya dan
selama ia ingin minum, maka penyediaannya jangan sampai tidak cukup atau
berlebihan. Apabila air susu yang diproduksi tidak dikeluarkan maka laktasi akan
tertekan (mengalami hambatan) karena terjadi pembengkakan alveoli dan sel
keranjang tidak dapat berkontraksi. Air susu ibu tidak dapat dipaksa masuk
kedalam ductus lactifer. Tidak terlalu ditekankan disini bahwa memberikan air
susu ibu saat dibutuhkan dan melakukan stripping payudara setiap menyusukan
anak juga penting untuk memelihara laktasi. Rutinitas dan pola minum air susu
ibu akan terbentuk dan minumnya akan lebih jarang apabila laktasi telah
berfungsi penuh.
2.3. Komposisi ASI dan Stadium Laktasi
1. kolostrum (susu jolong) pelindung yang kolosal
a. kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan
berpotensi tinggi.

7
b. komposisi kolostrum rata-rata mengandung protein 8,5%, lemak 2,5%,
karbohidrat 3,5%, corpusculum colostrums, garam mineral 0,4%, air 85,1%,
leukosit sisa-sisa epitel yang mati vitamin A,B,C,D,E dan K dalam jumlah yang
sedikit, nilai kalori sama dengan 80kJ/30ml.
c. fungsi kolostrum memberikan gizi dan proteksi.
2. ASI transisi / peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
menjadi ASI yang matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin meninggi, dan volume akan makin meningkat.
3. ASI matang (mature)
Merupakan ASi yang dikeluarkan pada sekitar hari ke 14 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI
merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai
umur 6 bulan.
4. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
ASI yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk
mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk).
Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali dibanding foremilk.
Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi.
5. Lemak ASI makanan terbaik otak bayi
Lemak ASi adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar
lemak bevariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang
tumbuh. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis, dapat menyesuaikan diri
dengan jumlah kalori yng dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dari hari ke hari.
Bahkan pada hari yang sama kadar lemak ASI pada waktu yang berbeda tidak sama.
Pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan diperlukan kalori yang
lebih banyak. Oleh karena itu, bayi akan lebih sering menyusu sepanjang hari selama
beberapa minggu. Dengan jarak menyusu yang lebih pendek seperti itu maka kadar
lemak akan meningkat memenuhi kebutuhan energi yang meningkat pada masa
pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan bayi dimaksud.

8
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fisiologi laktasi dipengaruhi oleh hormone dimulai dari proses produksi ASI
yang dipengaruhi oleh hormone Prolaktin. Pada proses pengeluaran ASI dipengaruhi
oleh hormone Oksitosin. Dalam pemeliharaannya ini dipengaruhi oleh rangsangan
maupun pengosongan ASI. Proses laktasi sangat penting karena komposisi ASI
mempunyai nutrisi dan antibody yang baik bagi bayi seperti kolostrum. Bagi ibu
rangsangan yang ditimbulkan dari isapan bayi dapat membantu proses involusi uterus
serta salah satu alat kontrasepsi alami.

3.2 Saran
Bagi ibu menyusui perawatan payudara merupakan hal yang sangat penting
sehingga harus dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus menjaga organ reproduksi
terutama payudara agar dapat terhindar dari penyakit yang menyerang payudara.
Selain itu dengan merawat payudara kita terutama pada seorang Ibu maka zat gizi
yang diperlukan bayinya akan terpenuhi dengan baik, sehingga pertumbuhan bayi
dapat berjalan dengan lancar. Kami berharap seorang ibu harus memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi untuk menggali informasi mengenai ASI, karena ASI
merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan bayi yang baru lahir.

9
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih, 1997. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC. (hlm:4-14)
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)
Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-17)
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)

10

You might also like