Professional Documents
Culture Documents
PUSKESMAS CILEUNGSI
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CILEUNGSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Puskesmas Cileungsi
Kabupaten Bogor pada Tahun 2017 ini mendapat kesempatan untuk
melaksanakan akreditasi.
Akreditasi bagi Puskesmas Cileungsi Kabupaten Bogor sangatlah penting
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta
masyarakat. Untuk menunjang pelaksanaan akreditasi di Puskesmas Cileungsi
Kabupaten Bogor maka diperlukan pedoman pelayanan di Puskesmas Cileungsi.
Harapan kami mudah mudahan pedoman pelayanan ini dapat memberi
manfaat bagi Puskesmas Cileungsi, sehingga akreditasi di Puskesmas Cileungsi
Kabupaten Bogor berjalan lancar dan menjadi Puskesmas yang lebih baik.
Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2
kerja Hipocrates dalam pengelolaan rekam medisnya sangat
menguntungkan para dokter sekarang.
Pada zaman Islam dikenal dokter-dokter yang beragama Islam dan
praktek di rumah sakit Persia (Iran) antara lain Imam Gozali (Rhazes)
tahun 865 – 925 SM, yang telah menulis banyak buku kedokteran,
antara lain mengenai pengobatan penyakit cacar “Treatise on Smallpox
and Measles” yang merupakan buku pertama yang membahas penyakit
menular. Ia juga merupakan dokter pertama yang menggunakan alkohol
dan usus kambing untuk menjahit luka.
Kemudian Ibnu Sina (Avicena) hidup 980–1037 M yang bekerja
berdasarkan tulisan Hipocrates dan menggabungkan dengan sumber-
sumber kedokteran lainnya yang ia dapat. Ia telah menggunakan sistem
pencatatan klinis yang baik.
Dengan demikian dunia internasional sudah menyadari bagaimana
pentingnya tulisan-tulisan serta catatan mengenai penyakit seseorang
sehingga harus disusun dengan sebaikbaiknya dan catatan medis inilah
yang kita namakan dengan rekam medis.
Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Kesehataan
Republik Indonesia nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam
medis / medical record yang merupakan landasan hukum semua
tenaga medis dan para medis di puskesmas yang terlibat dalam
penyelenggaraan rekam medis harus melaksanakannya.
B. Tujuan
Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
puskesmas Cileungsi. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan
rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi di
puskesmas Cileungsi akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.
Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di puskesmas.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Rekam Medis puskesmas Cileungsi meliputi;
1. Registrasi (pendaftaran)
2. Managemen rekam medis
3
D. Batasan Operasional
1. Rekam Medis
Rekam medis adalah yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis
harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas
Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan
kesehatan sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit.
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik.
e. Diagnosis dan ICD-X
f. Rencana penatalaksanaan.
g. Pengobatan dan/atau tindakan.
h. Pelayanana lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Untuk pasien kasusu gigi dilengkapai dengan odontogram klinik.
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
2. Registrasi
Adalah tempat penerimaan / pendaftaran pasien rawat jalan.
3. Manajemen Rekam Medis
Adalah kegiatan penyelenggaraan rekam medis di puskesmas yang
melakukan penyimpanan rekam medis, pendistribusian rekam medis
dan pelaporan rekam medis.
4. Tracer
Adalah pembatas rekam medis atau pengganti dari rekam medis yang
sedang di pinjam.
5. ICD X
Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease Ten
Revision. ICD X digunakan untuk mengkode diagnosa penyakit pasien
rawat jalan.
6. Kartu berobat
Adalah kartu yang diberikan kepada pasien dimana isi kartu tersebut
adaalah nomor rekam medis dan nama pasien. Kartu tersebut
4
digunakan untuk mempermudah pencarian kembali rekam medis
pasien yang akan berobat.
E. Landasan Hukum
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
5
Puskesmas Cileungsi membutuhkan tenaga D3 rekam medis, agar
managemen rekam medis dapat berlangsung dengan baik dan sesuai
dengan kualifikasi kompetensi untuk managemen rekam medis. Oleh karena
itu pimpinan puskesmas meminta kepada dinas kesehataan untuk
tambahaan tenaga D3 rekam medis.
B. Distribusi Ketenagaan
6
BAB III STANDAR FASILITAS
7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
1. Registrasi
2. Managemen rekam medis
B. Metode
8
Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan ( Registrasi )
a. Pasien baru
b. Pasien lama
Pada berkas rekam medis pasien tercantum simbol nomor Rekam Medis.
Pada buku rekam medis sudah ada kotak untuk menuliskan nomor rekam medis
yang akan diisi oleh petugas rekam medis. Penulisan nomor harus dengan tulisan
yang jelas dan mudah dibaca, ditulis tangan menggunakan menggunakan pulpen
atau spidol.
10
B. Penyelesaian Dan Pengembalian Rekam Medis
3. Penunjuk Penyimpanan
Pada deretan berkas rekam medis yang disimpan di rak besi atau
triplek diberi tempelan tanda penunjuk wilayah berdasarkan huruf abjad
untuk pasien umum dan untuk pasien penguna BPJS penunjuknya
berdasarkan pengunaan kartu yaitu BPJS mandiri, Askes PNS,
Jamkesmas/KIS guna mempercepat pekerjaan menyimpan dan
menemukan rekam medis.
11
C. Penghapusan Rekam Medis
Penyusutan
Tujuan :
a. Mengurangi jumlah arsip rekam medis yang semakin bertambah.
b. Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat
penyimpanan berkas rekam medis yang baru.
c. Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyiapan
rekam medis jika sewaktu-waktu diperlukan.
d. Menyelamatkan arsip yang bernilai guna tinggi serta mengurangi yang
tidak bernilai guna/nilai guna rendah atau nilai gunanya telah menurun.
12
D. Perekam Kegiatan Pelayanan Medis
2. Pencatatan (Recording)
13
dasarnya pendokumentasian memuat data, yang akan menjadi bahan
informasi. Data pasien dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok,
yaitu data sosial dan data medis. Data sosial didapatkan pada saat
pasien mendaftarkan diri ke tempat penerimaan pasien. Data medis
baru diperoleh dari pasien, apabila pasien telah memasuki unit
pelayanan kesehatan. Petugas di unit pelayanan adalah dokter dan
tenaga paramedis, ahli-ahli profesi kesehatan lainnya (termasuk
penunjangnya, laboratorium, gizi, kesling,).
Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di
bidang kesehatan lainnya, yaitu:
-Mencatat secara tepat waktu;
-Up to date;
-Cermat dan lengkap
-Dapat dipercaya dan menurut kenyataan
-Berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga tidak
bertele-tele;
-Bersifat obyektif sehingga menimbulkan kesan jelas.
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di
puskesmas yang memberikan pelayanan ataupun tindakan kepada
pasien.
Bentuk catatan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu
catatan yang bersifat kolektif dan catatan yang bersifat individual.
1. Catatan yang Bersifat Kolektif
Ini merupakan kumpulan catatan kunjungan pasien-pasien
yang datang ke unit pelayanan. Catatan ini dalam bentuk buku
yang sering disebut “Buku Register”. Buku Register ini merupakan
sumber utama data kegiatan puskesmas. Pemakaian buku register
ini perlu dipertimbangkan secermat mungkin dan tetap
memperhatikan efisiensi di bidang pengelolaan data medis.
Buku register yang biasa diperlukan, diantaranya:
- Buku Register Penerimaan Pasien Rawat Jalan;
- Buku Register Pelayanan Pasien Rawat Jalan;
- Buku Register Tindakan/pembedahan;
- Buku Register Pemeriksaan Laboratorium.
14
Buku-buku register tersebut dikerjakan oleh petugas-petugas di
masing-masing unit pelayanannya.
2. Catatan yang Bersifat Individual
Catatan ini mendokumentasikan segala tindakan medik yang
diberikan kepada seorang pasien. Bentuk catatan ini berupa
lembaran-lembaran yang dinamakan Buku rekam medis.
Pencatatan data medis ini dilakukan oleh petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan/tindakan kepada pasien, yaitu Dokter
Perawat/Bidan, Tenaga Kesehatan lainnya yang memberikan
pelayanan medis kepada pasien, serta petugas pencatatan medik
sendiri.
1. Identitas Pasien
Data-data tertentu harus ditulis pada saat penderita masuk dan
registrasi. Penyimpanan identitas pasien ini mutlak karena adalah salah satu
cara untuk menunjang kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila
seorang pasien lupa membawa kartu berobat maka dengan sistem
komputerisasi akan membantu untuk mencarikan data pasien yang diperlukan
dengan cepat ataupun dengan buku bank nomor . Karena identitas pasien ini
15
merupakan sumber data yang harus disimpan, maka harus dibuat selengkap
dan sejelas mungkin. Data yang disimpan harus dibuat secara terperinci dan
lengkap, yaitu:
1) Nama lengkap pasien
2) Nomor rekam medis
3) Alamat
4) Jenis Kelamin
5) Tempat/tanggal lahir
6) Tanggal kunjungan
16
Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokterannya wajib
membuat rekam medis. Rekam medis sebagaimana dimakud pada ayat (1)
harus dibuat segera dan dilengkapai setelah pasien menerima pelayanan.
Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam medis
harus diberi kode klasifikasi penyakit yaitu ICD 10 dan selanjutnya diindeks
agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang
fungsi perencanaan, managemen, dan riset bidang kesehatan.
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban hak dan
tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh
karenanya diagnosis yang ada dalam rekam medis harus diisi dengan
lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD 10.
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas
keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga
medis. Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau yang tidak
17
lengkap, sebelum koding ditetapkan, komunikasikan terlebih dahulu pada
dokter yang membuat diagnosis tersebut.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas
rekam medis harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang tepat.
18
2. Petunjuk Keluar (Outguide)
19
BAB V
LOGISTIK
20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan,
atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah
perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi
21
lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
klinis.
3. Tidak terjadinya kesalahan identitas pasien
Ketepatan penulisan identitas pasien dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
identifikasi dalam penomoran pada buku rekam medis.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kegiatan Sasaran
Kelengkapan 100 %
pengisian rekam
medis
Ketepatan waktu 100 %
pelaporan ke Dinas
Kesehatan
24
BAB IX
PENUTUP
25
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehataan Republik Indonesia nomor 269/ MENKES/ PER /III/
2008 tentang rekam medis / medical record
26