You are on page 1of 14

PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILIHAN UMUM DI KECAMATAN TEBING

TINGGI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI TAHUN 2010-2015

Oleh :Elwy Soehandry. S


Email : elwyzackyy@yahoo.com
Pembimbing : Dr. Hasanuddin, M.Si

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik


Universitas Riau
Program Studi S1 Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293-
Telp/Fax. 0761-63277

Abstract
Election is a process by which voters choose people to fill certain political positions.
Political positions vary from the President, representatives at various levels of government to the
village head. The electoral system used in Indonesia is the principles of direct, public, free,
confidential (overflow), as well as honest and fair. Election of the President, Legislative, and
Regional Head directly for the purpose of choosing leaders directly and the people can
determine the leaders they want more autonomy. The elections can not be separated from the
participation of the community to participate in these elections. In Sub Tebing Tinggi voter
participation rates in elections experiencing fluctuating numbers of voter participation in
elections.
This research was conducted in September and December 2016. The purpose of this
study was to determine the cause of the rise and fall participation number of voters on Election
in District Tebing Tinggi District maritime Meranti from 2010-2015. The method used in this
research is descriptive qualitative method, which in this study researchers tried to explain the
causes of voter turnout fluctuated in Tebing Tinggi District of Kepulauan Meranti Regency Year
2010-2015. Data collection techniques in this study using the technique of in-depth interviews
and documentation relevant facts.
From interviews to all informants and based on the data and information obtained by
researchers when conducting research at the site, it can be concluded that the factors Cause
Voter Participation in Tebing Tinggi District of Kepulauan Meranti Regency Year 2010-2015
seen from the following conditions are. First, Sociological conditions. This condition is
associated sociological look at some aspects of the voters are divided into three parts, namely
socio-economic factors, geographical factors, and ethnicity. Second, Psychological Condition.
Instruments of this condition can be seen from the political beliefs of the candidates are divided
into confidence and trust on the issue, as well as the political consciousness of the electorate is
divided into autonomous participation and mobilization. Thirdly, options consisting Rational
Choice Rational Fragmatis Idealists and options. Another factor that causes fluctuating voter
participation is the difference the moment elections and election administrative and technical
issues.
Keywords: Election, Participation, Fluctuation

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 1


Pendahuluan diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 22E
ayat (2) yang berbunyi:”Pemilihan umum
Demokrasi langsung adalah suatu diselenggarakan untuk memilih anggota
situasi dimana pemilih (konstituen) DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden,
sekaligus menjadi legislator, artinya pemilih dan DPRD”.
terlibat secara langsung dalam proses politik
yang terjadi. Keterlibatan pemilih secara Pemilihan Presiden, Legislatif, dan
langsung itu disebut dengan istilah Kepala Daerah secara langsung
partisipasi politik yang dalam pengertian dimaksudkan untuk meminimalisasi
umumnya adalah kegiatan warganegara terjadinya pembajakan otoritas dari rakyat
yang bertujuan untuk mempengaruhi oleh para wakil lembaga perwakilan.
pengambilan keputusan politik.
Pemilihan Umum Presiden dan
Dalam negara yang menerapkan Wakil Presiden adalah proses demokrasi
demokrasi sebagai prinsip penyelenggaraan yang dilakukan secara langsung oleh rakyat
pemerintahan, pemilu merupakan media melalui pemilihan umum dalam memberikan
bagi rakyat untuk menyatakan hak suaranya dalam memilih calon yang
kedaulatannya. Secara ideal, pemilu telah ditetapkan. Menurut Undang-undang
bertujuan agar terselenggara perubahan Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan
kekuasaan pemerintahan secara teratur dan Presiden dan Wakil Presiden yaitu:
damai sesuai dengan mekanisme yang “Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
dijamin oleh konstitusi.1 Presiden, selanjutnya disebut Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden, adalah
Dengan demikian, pemilu menjadi pemilihan umum untuk memilih Presiden
prasyarat dalam kehidupan bernegara dan dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan
bermasyarakat secara demokratis sehingga Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
melalui pemilu sebenarnya rakyat sebagai dan Undang-Undang Dasar Negara
pemegang kedaulatan akan: pertama, Republik Indonesia Tahun 1945”.
memperbarui kontrak sosial; kedua, memilih
pemerintahan baru; dan ketiga, menaruh Pemilu Legislatif adalah proses
harapan baru dengan adanya pemerintahan demokrasi langsung oeh rakyat dalam
baru.2 memilih wakilnya yang akan menduduki
jabatan-jabatan legislatif. Pemilihan
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah legislatif terbagi menjadi 4 pemilihan yaitu
suatu proses dimana para pemilih memilih Pemilihan Anggota Dewan Perwakian
orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan Rakyat, Pemilihan Anggota Dewan
politik tertentu. Jabatan-jabatan politik Perwakilan Daerah, Pemilihan Anggota
beraneka ragam mulai dari Presiden, wakil Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
rakyat di berbagai tingkat pemerintahan Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan
sampai kepala desa. Sistem pemilu Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
digunakan di Indonesia adalah asas Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-
langsung, umum, bebas, rahasia (luber), undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang
serta jujur dan adil. Seperti yang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan
1
Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
dan Politik Desentralisasi, (Yogyakarta: Rakyat Daerah yaitu: “Pemilu Anggota
Graha Ilmu), 2008, hlm. 5.
2 Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Ibid,.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 2


Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan macam maksud dan tujuan yang masing-
Rakyat Daerah adalah Pemilu untuk masing ada pada diri setiap individu,
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dikarenakan dengan mengikutsertakan
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan dirinya dalam kegiatan politik sekecil
Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan apapun yaitu salah satunya dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah melakukan partisipasi politik tentu saja
kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan sudah timbul dalam diri setiap warga negara
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila akan kesadaran politik dalam dirinya.
danUndang-Undang Dasar Negara Adapun pengertian partisipasi politik ialah
Republik Indonesia Tahun1945”. kegiatan warga negara biasa dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan
Pemilihan Kepala Daerah merupakan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam
rekrutmen politik yaitu penyeleksian rakyat ikut menentukan pemimpin pemerintahan.
terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum
sebagai kepala daerah, baik Gubernur/Wakil Nomor 5 Tahun 2015 dijelaskan pengertian
Gubernur, maupun Bupati/Wakil Bupati partisipasi masyarakat yaitu “Partisipasi
atau Walikota/Wakil Walikota. Dalam Masyarakat adalah keterlibatan perorangan
kehidupan politik didaerah, pilkada dan/atau kelompok masyarakat dalam
merupakan salah satu kegiatan yang nilainya penyelenggaraan pemilihan”. Ketika suatu
equivalen dengan pemilihan anggota DPRD. negara melakukan pemilihan umum untuk
Equivalen tersebut ditunjukan dengan menentukan pemimpinnya, maka saat itu
kedudukan yang sejajar antara kepala daerah pula terjadi partisipasi dan keinginan rakyat
dan DPRD. untuk ikut terlibat dalam pemilihan umum
tersebut. Dengan ikut serta dalam
Kepala Daerah dipilih secara
melakukan pemilu maka secara tidak
langsung melalui pemilihan umum kepala
langsung kita telah berpartisipasi dalam
daerah. Sebagaimana disebutkan dalam
membangun bangsa dan negara ini. Dalam
UUD 1945 Pasal 18 ayat (4) yang berbunyi:
hal ini, keaktifan dan keikutsertaan
"Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-
masyarakat menjadi peran penting dalam
masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah
pemilu.
Provinsi, Kabupaten, dan ota dipilih
secara demokratis". Kemudin dilanjutkan Mengikuti Pemilu merupakan urusan
dalam UU Nomor 8 Tahun 2015 pasal 1 ayat pribadi, meskipun hal ini menyangkut
(1) tentang Pemilihan Kepala Daerah secara urusan kenegaraan (publik). Ketika datang
langsung yang berbunyi: “Pemilihan ke bilik-bilik suara, pilihan-pilihan yang
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan dibuat juga merupakan dari masalah
Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil pribadi.3 Kegiatan ini mencakup tindakan
Walikota yang selanjutnya disebut seperti memberikan suara dalam pemilihan
Pemilihan adalah pelaksanaan kedaulatan umum, menghadiri rapat umum, menjadi
rakyat di wilayah provinsi dan anggota suatu partai atau kelompok
kabupaten/kota untuk memilih Gubernur kepentingan, mengadakan hubungan dengan
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil pejabat pemerintah atau anggota parlemen.
Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota
secara langsung dan demokratis”.
Setiap warga negara yang ikut
berpartisipasi politik memiliki berbagai 3
Ibid,. hlm. 127.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 3


Menurut Milbrath dan Goel, terdapat 5. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
4 partisipasi politik berdasarkan kategori Kepulauan Meranti Tahun 2015
pelaku, yakni:4
Tabel diatas adalah rekapan data
1. Apatis, adalah orang-orang yang angka partisipasi pemilih di Kecamatan
menarik diri dari proses politik. Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan
2. Spectator, yaitu berupa orang-orang Meranti pada 5 pemilihan umum dalam 5
yang setidaknya pernah ikut dalam tahun terakhir. Dari data tabel dapat kita
pemilu. lihat terjadi naik-turunnya angka partisipasi
3. Gladiator, yaitu orang-orang yang pemilih yang ada di Kecamatan Tebing
selalu aktif terlibat dalam proses Tinggi.
politik.
4. Pengkritik, yaitu orang-orang yang Dari data pada beberapa tabel diatas dapat
berpartisipasi dalam bentuk disimpulkan bahwa:
konvensional.
1. Pemilihan Bupati lebih diminat dari
Pemilihan Gubernur dan Pemilihan
Khusus mengenai Apatis pada poin 1
Presiden.
diatas, dalam istilah pemilu di Indonesia
2. Pemilihan Legislatif lebih diminati
juga sering disebut Golongan Putih
dari Pemilihan Bupati, Pemilihan
(Golput), golongan ini adalah masyarakat
Gubernur, dan Pemilihan Presiden.
yang sudah memiliki hak pilih tetapi tidak
3. Pemilihan Gubernur paling kurang
mau memilih salah satu pilihan. Golput yang
diminati dari Pemilihan Bupati,
terjadi pada pemilu-pemilu belakangan juga
Pemilihan Legislatif, dan pemiihan
disebabkan karena alasan-alasan politik,
Presiden.
seperti kekecewaan terhadap pemerintah
yang melahirkan sikap apatis, golput itu juga
Perbedaan partisipasi pemilih di
disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti
Kecamatan Tebing Tinggi tersebut menjadi
faktor administratif dan teknis.5
sesuatu yang menarik untuk dikaji lebih jauh
Khusus mengenai Golput tersebut, di dan dituangkan dalam bentuk penelitian
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten ilmiah, terlebih jika dikaitkan dengan
Kepulauan Meranti juga mengalami trend perilaku pemilih dalam suatu wilayah
yang tinggi tingkat Golputnya. Berdasarkan tertentu.
rekapitulasi KPU Kabupaten Kepulauan
Dari penjabaran latar belakang serta
Meranti pada Pemilihan:
telah didukung oleh data-data diatas dapat
1. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati diidentifikasikan permasalahan dalam
Kepulauan Meranti Tahun 2010 partisipasi pemilih di Kecamatan Tebing
2. Pemilihan Gubernur dan Wakil Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti dari
Gubernur Riau Tahun 2013 tahun 2010-2015 yaitu terjadinya naik-turun
3. Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD (inkonsistensi) tingkat partisipasi pemilih di
Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Tahun 2014 Kepulauan Meranti pada pemilihan 5 tahun
4. Pemilihan Umum Presiden dan terakhir.
Wakil Presiden Tahun 2014
Perumusan Masalah
4
Jurnal Riset KPU Kepulauan Meranti
5
Op.Cit. Kacung Marijan, hlm. 127.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 4


Berdasarkan penjabaran latar tersebut untuk berperan serta, dalam
belakang diatas, maka perumusan masalah pencapaian tujuan organisasi.8
dalam penelitian ini adalah mengapa terjadi
fluktuasi partisipasi pemilih di Kecamatan Jika pengertian partisipasi politik
Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan dipahami melalui pengertian penggabungan
Meranti pada pemilihan umum tahun 2010- dua konsep, yaitu partisipasi dan politik,
2015? maka partisipasi politik dapat dijelaskan
sebagai turut ambil bagian, ikut serta atau
Tinjauan Pustaka berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kekuasaan,
1. Partisipasi Politik kewenangan, kehidupan publik,
Pada awalnya studi mengenai pemerintahan, negara, konflik dan resolusi
partisipasi politik memfokuskan diri pada konflik, kebijakan, pengambilan keputusan,
partai politik sebagai pelaku utama, tetapi dan pembagian atau alokasi.9
dengan berkembangnya demokrasi banyak Dilihat dari sifatnya, partisipasi
muncul kelompok masyarakat yang juga dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu:
ingin mempengaruhi proses pengambilan pertama, partisipasi otonom atau mandiri,
keputusan mengenai kebijakan umum.6 yaitu suatu bentuk partisipasi yang lahir dari
Partisipasi politik adalah kegiatan kesadaran masyarakat untuk memengaruhi
seseorang atau kelompok orang untuk ikut kebijakan publik. Kedua, partisipasi
serta secara aktif dalam kehidupan politik, mobilisasi, termasuk didalamnya partisipasi
antara lain dengan jalan memilih pimpinan seremonial, yaitu bentuk partisipasi yang
negara dan, secara langsung atau tidak digerakkan oleh orang atau kelompok
langsung, mempengaruhi kebijakan tertentu, umumnya bagi negara berkembang
pemerintah (public policy). Kegiatan ini dilakukan oleh kelompok elite tertentu,
mencakup tindakan seperti memberikan bukannya berangkat dari kesadaran
suara dalam pemilihan umum, menghadiri masyarakat.10
rapat umum, mengadakan hubungan atau Faktor-faktor yang mempengaruhi
lobbying dengan pejabat pemerintah atau partisipasi politik seseorang adalah:
anggota parlemen, menjadi anggota partai
atau salah satu gerakan sosial dengan direct 1. Kesadaran politik, yaitu kesadaran
action-nya, dan sebagainya.7 akan hak dan kewajibannya sebagai
warga negara. Kesadaran ini
Partisipasi adalah penentuan sikap mencakup pengetahuan, minat, dan
dan keterkibatan hasrat setiap individu perhatian seseorang terhadap
dalam situasi dan kondisi organisasinya, masyarakat dan politik tempat ia
sehingga pada akhirnya mendorong individu hidup.
2. Kepercayaan politik, yaitu sikap dan
kepercayaan orang tersebut terhadap

8
Inu Kencana Syafiie, Teori dan Analisis Politik
Pemerintahan, (Jakarta: PT.Perca, 2003),
6
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: hlm. 42.
9
PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta:
367. Kencana, 2010), hlm. 179.
7 10
Ibid. Op.Cit. Siti Aminah, hlm. 135.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 5


pemimpinnya, apakah ia menilai 1. Pendekatan Sosiologis
pemerintah dapat dipercaya dan Pendekatan sosiologis menjelaskan
dapat dipengaruhi atau tidak. karakteristik dan pengelompokan sosial
merupakan faktor yang mempengaruhi
2. Perilaku Pemilih perilaku memilih dan pemberian suara pada
hakikatnya adalah pengalaman kelompok.
Pemilih diartikan sebagai semua
pihak yang menjadi tujuan utama para Model ini dikenal sebagai model
kontestan untuk mereka pengaruhi dan perilaku memilih Mazhab Columbia.
yakinkan agar mendukung dan kemudian Menurut Mazhab Columbia, pendekatan
memberikan suaranya kepada kontestan sosiologis pada dasarnya menjelaskan
bersangkutan.11 bahwa karakterisitik sosial dan
pengelompokan sosial seperti usia, jenis
Ada 3 teori perilaku memilih yaitu:12 kelamin, agama, pekerjaan, latar belakang
1. Party Identification Model, yaitu teori keluarga, kegiatan-kegiatan dalam kelompok
yang berdasarkan kepada sense of formal dan informal, dan lainnya memberi
psychosocial yang secara psikologius pengaruh cukup signifikan terhadap
terkait dengan partai politik atau pembentukan perilaku pemilih. Kelompok-
identifikasi psikologis berupa kelompok sosial itu memiliki peranan besar
kesamaan psikologis yang terlihat dalam membentuk sikap, persepsi dan
antara diri dan keadaan seseorang orientasi seseorang. Dalam banyak
dengan partai yang hendak dipilihnya. penelitian, faktor agama, faktor geografis
2. Sociological Model, yaitu pendekatan (kedaerahan), dan faktor kelas atau status
teori berdasarkan perspektf sosiologis. ekonomi (khususnya di negara-negara maju)
Keterkaitan antara model sosiologis memang mempunyai korelasi nyata dengan
dengan perilaku pemilih terhadap perilaku pemilih.
keanggotaan kelompok mengatakan
bahwa pemilih cenderung mengadopsi 2. Pendekatan Psikologis
pola-pola pemungutan suara Mazhab Michigan menggarisbawahi
dicerminkan oleh faktor ekonomi dan adanya sikap politik yang para pemberi
kedudukan sosialnya dimana ia berada, suara yang menetap. Teori ini dilandasi oleh
terutama dalam kelompoknya. konsep sikap dan sosialisasi. Sikap
3. Rational-Choice Model, yaitu alasan seseorang sangat mempengaruhi perilaku
pilihan rasional berupa perhitungan politiknya. Sikap itu terbentuk melalui
tentang untung rugi secara pribadi sosialisasi yang berlangsung lama, bahkan
jikalau seseorang memilih sebuah bisa jadi sejak seorang calon pemilih masih
partai politik. berusia dini. Pada usia dini, seorang calon
pemilih telah menerima pengaruh politik
Ada beberapa pendekatan untuk dari orangtuanya, baik dari komunikasi
melihat perilaku memilih, yaitu:13 langsung maupun dari pandangan politik
yang diekspresikan orangtuanya. Sikap
tersebut menjadi lebih mantap ketika
11
Firmanzah, Marketing Politik, (Jakarta: Yayasan menghadapi pengaruh berbagai kelompok
Pustaka Obor Indonesia, 2012), hlm. 87.
12
P.Anthonius Sitepu, Studi Ilmu Politik,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hlm. 183.
13
Adman Nursal, Political Marketing (Strategi PT.Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm.
Memenangkan Pemilu), (Jakarta: 54.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 6


acuan seperti pekerjaan, kelompok pegajian, Metode yang digunakan dalam
dan sebagainya. penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, dimana data yang dikumpulkan
3. Pendekatan Rasional umumnya bersifat kualitatif dan disajikan
Pada kenyataannya, sebagian pemilih secara deskriptif. Adapun teknik
mengubah pilihan politiknya dari suatu pengumpulan data yang digunakan adalah
pemilu ke pemilu lainnya. Peristiwa- wawancara dan dokumentasi, yaitu
peristiwa politik tertentu bisa saja mengubah mengumpulkan data berdasarkan laporan-
preferensi pilihan politik seseorang. laporan dokumenter yang terkait dengan
Komunikasi politik, dengan substansi dan Partisipasi pemilih pada pemilihan umum di
strategi yang tepat mungkin saja Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
mempengaruhi pilihan seseorang. Kepulauan Meranti tahun 2010-2015.
Sedangkan sumber data yang digunakan
Pendekatan rasional terutama
adalah data primer yang di peroleh dari
berkaitan dengan orientasi utama
lokasi penelitian, berupa hasil wawancara
pemilih,yakni orientasi isu dan orientasi
dengan informan penelitian dan selanjutnya
kandidat. Perilaku pemilih berorientasi isu
didukung oleh data sekunder terkait dengan
berpusat pada pertanyaan: apa yang
Partisipasi pemilih pada pemilihan umum di
seharusnya dilakukan oleh pemerintah dari
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
partai yang berkuasa kelak dalam
Kepulauan Meranti tahun 2010-2015.
memecahkan persoalan-persoalan yang
sedang dihadapi masyarakat, bangsa, dan
Pembahasan
negara. Sementara orientasi kandidat
mengacu pada sikap seseorang terhadap 1. Faktor-faktor Penyebab Fluktuasi
pribadi kandidat tanpa memperdulikan label Partisipasi Pemilih di Kecamatan
partai. Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan
4. Pendekatan Marketing Meranti Tahun 2010-2015
Menurut model ini, perilaku pemilih 1.1. Kondisi Sosiologis
ditentukan oleh 7 domain kognitif yang
berbeda dan terpisah, sebagai berikut: Pendekatan sosiologis dalam
1) Isu dan kebijakan politik penelitian ini merupakan pendekatan yang
2) Citra sosial menentukan perilaku memilih berdasarkan
3) Perasaan emosional instrumen dari kondisi sosial ekonomi
4) Citra kandidat masyarakat, kondisi geografis atau wilayah
5) Peristiwa mutakhir tempat tinggal, dan etnis. Berikut penjelasan
6) Peristiwa personal dari setiap kondisi yang disebutkan tadi.
7) Faktor-faktor epistemik
Preferensi seorang pemilih seringkali 1.1.1. Faktor Sosial Ekonomi
terbentuk oleh lebih dari satu faktor yang
satu sama lainnya saling meneguhkan. Faktor sosial ekonomi bisa jadi
Kombinasi beberapa faktor tersebut dapat merupakan penentu utama mengapa
membentuk citra tertentu dalam benak para partisipasi masyarakat di Kecamatan Tebing
pemilih. Tinggi tidak konsisten, hal ini terjadi ketika
demokrasi yang dilaksanakan selama ini
Metode Penelitian tidak berbanding lurus dengan kemakmuran
masyarakat, ketika demokrasi dibuka lebar-
lebar ternyata tidak membawa dampak yang

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 7


positif terhadap masyarakat, maka yang menempatkan pemimpin sebagai sesuatu
terjadi adalah masyarakat lebih memilih yang paling pentingnya, artinya mencari
untuk bekerja daripada datang ke TPS untuk uang adalah sesuatu yang lebih penting, ada
memilih. proses pergeseran dari masyarakat
tradisional ke masyarakat yang materialistik
Status sosial pemilih juga yang tengah terjadi pada masyarakat di
menentukan seorang untuk menjatuhkan Kecamatan Tebing Tinggi. Namun pada
pilihan dalam sebuah pemilihan. Hal ini prinsipinya, ini kembali lagi sejauh mana
disebabkan status sosial seseorang akan pemimpin dapat meyakinkan masyarakat
menentukan pilihan apakah pemilih tersebut bahwa menggunakan hak suara adalah cara
adalah orang terpandang ataukah seseorang yang tepat untuk menciptakan pemimpin
yang mempunyai ekonomi yang baik atau yang berkualitas dan peduli dengan kondisi
juga sebaliknya. Perilaku memilih seseorang masyarakat.
terikat dalam lingkaran sosialnya, misalnya
keluarga, rekan-rekan, tempat kerja dan lain 1.1.2. Faktor Geografis
sebagainya.
Wilayah tempat tinggal atau kondisi
1.1.1.1. Pendidikan geografis seorang pemilih secara teoritik
dapat mempengaruhi perilaku memilih
Tingkat pendidikan seseorang seseorang untuk menentukan pilihannya atau
berpengaruh terhadap partisipasinya dalam tidak. Banyaknya masyarakat Kecamatan
pemilu. Misalnya saja masyarakat yang Tebing Tinggi yang migrasi keluar daerah
berpendidikan rendah ada yang tidak mau untuk bekerja, melanjutkan pendidikan ke
memilih karena ia menganggap pemilu tidak perguruan tinggi, bahkan ada juga yang ikut
ada hubungannya dengan kehidupannya. keluarga. Kondisi ini juga menjadi pemicu
Bahkan pemilu tidak mendatangkan efek masalah rendahnya partisipasi karena
terhadap keberlangsungan hidupnya. adanya masyarakat yang terdaftar sebagai
Masyarakat yang berpendidikan rendah Daftar Pemilih Tetap (DPT) justru mereka
umumnya bekerja sebagai buruh harian sedang tidak berdomisili di Kecamatan
ditempat tinggalnya. Pekerjaan yang tidak Tebing Tinggi.
tetap membuat buruh tersebut terkadang
harus ke luar daerah untuk mencari uang 1.1.2.1. Pemilih berdomisili ke luar
demi kebutuhan hidupnya. Rendahnya daerah
pendidikan juga membuat pemilih Banyaknya masyarakat Kecamatan
kekurangan informasi mengenai pemilu Tebing Tinggi yang migrasi keluar daerah
mulai dari kandidat-kandidat pemilu bahkan untuk bekerja, melanjutkan pendidikan ke
berita-berita tentang pemilu. perguruan tinggi, bahkan ada juga yang ikut
keluarga. Kondisi ini juga menjadi pemicu
1.1.1.2. Pekerjaan
masalah rendahnya partisipasi karena
Pekerjaan calon pemilih juga adanya masyarakat yang terdaftar sebagai
menentukan sikap pemilih apakah ia akan Daftar Pemilih Tetap (DPT) justru mereka
menggunakan hak pilihnya atau justru lebih sedang tidak berdomisili di Kecamatan
mementingkan pekerjaannya daripada harus Tebing Tinggi.
memilih. Selain itu, terjadinya pergeseran 1.1.3. Etnis
kultur masyarakat desa yang dulunya
paternalistik, dan tergantung pada Pengaruh etnis juga mempengaruhi
pemimpinnya sekarang sudah tidak lagi pilihan seseorang dalam memilih, hal ini
JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 8
dikarenakan seseorang akan memilih yang 1.2.1. Kepercayaan Politik
berasal dari ras mereka sendiri. Pilihan ini
dilatari keterikatan kesukuan yang begitu Kepercayaan seorang terhadap
kuat dalam diri seseorang. Kesamaan suku pemilu juga berpengaruh terhadap
antara pemilih dan kandidat juga menjadi partisipasi politik masyarakat. Dalam hal ini
faktor pemilih dalam menggunakan hak misalnya seseorang percaya bahwa dengan
pilihnya. Adanya kesamaan suku ini pemilih adanya pemilu akan memberikan dampak
beranggapan adanya ikatan kekeluargaan yang baik terhadap kehidupannya. Mereka
yang kuat antara pemilih dan kandidat. berharap dengan adanya pemilu tersebut
akan terpilih pemimpin-pemimpin yang
Disisi lain pengaruh etnis juga betul-betul bekerja untuk rakyat dan
berpengaruh terhadap rendahnya partisipasi mensejahterakan rakyat. Kepercayaan
politik masyarakat dalam pemilu disuatu pemilih merupakan modal utama para
tempat. Sebagai contoh masalah partisipasi kandidat untuk mendapatkan suara dari
politik Tionghoa sebagaimana diketahui pemilih karena dengan adanya kepercayaan
masyarakat di Kecamatan Tebing Tinggi dari masyarakat maka mereka akan lebih
khususnya di Kota Selatpanjang memiliki mudah mempengaruhi masyarakat agar
kurang lebih 10.000 jiwa masyarakat yang menjatuhkan pilihannya kepada kandidat
beretnis Tionghoa. Adanya permasalahan ini tersebut. Sebagian masyarakat juga masih
justru menjadi suatu hal yang penting untuk percaya dengan adanya pemilu ini akan
segera diatasi mengingat banyaknya terlahir pemimpin-pemimpin harapan rakyat
masyarakat Tionghoa di Kecamatan Tebing dan mereka bisa memilih pemimpin mereka
Tinggi. sendiri.

1.2. Kondisi Psikologis 1.2.1.1. Kepercayaan Terhadap


Kandidat
Sesuai dengan namanya kondisi Memilih pemimpin merupakan
psikologis merupakan konsep psikologi tujuan dari demokrasi. Calon kandidat
terutama konsep sosialisasi dan sikap dalam tersebut akan ditawarkan kepada masyarakat
menjelaskan perilaku memilih. Sosialisasi sebagai pemilih yang terdaftar. Oleh karena
politik yang diterima seseorang pada masa itu seorang calon yang layak haruslah calon
kecil (baik dilingkungan keluarga maupun yang benar-benar memiliki pengaruh di
pertemanan dan sekolah) misalnya sangat masyarakat, calon yang memiliki karisma
mempengaruhi pilihan politik mereka, yang diyakini akan disambut positif
khususnya pada saat pertama kali masyarakat dan dapat berpengaruh terhadap
menentukan pilihan politik. Melalui proses perilaku memilih masyarakat tersebut.
sosialisasi ini lah kemudian berkembang
Kandidat atau calon sangat
ikatan psikologis yang kuat antara seseorang
mempengaruhi dalam suatu pemilihan, oleh
dengan organisasi kemasyarakatan atau
karena seorang pemilih akan memberikan
partai politik, yang berupa simpati terhadap
suaranya jika kandidat yang dipilihnya
partai politik. Ikatan psikologis inilah
memenihi kriteria yang diinginkannya.
kemudian dikenal sebagai identifikasi partai
Kriteria ini berbeda-beda ditiap pemilih,
(party identification). Dalam penelitian ini
mereka memilih berdasarkan banyak
penulis menggunakan instrumen psikologis
pertimbangan. Bisa saja dari segi pendidikan
berupa kandidat dan isu serta kepercayaan
kandidat yang akan dipilih, kemampuan
politik dan kesadaran politik.
memimpin, kemampuan berorganisasi,

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 9


ataupun dari segi yang lebih personal seperti kebijakan dan perilaku pemerintah selama
berasal dari keluarga terpandang atau memegang kekuasaan pemerintahan. Setiap
berasal dari etnis atau suku tertentu. masyarakat mempunyai kesadaran politik
yang berbeda-beda. Kesadaran politik
1.2.1.2. Kepercayaan Terhadap Isu
masyarakat sangat tergantung pada latar
Isu atau kebijakan yang ditawarkan belakang pendidikannya.
oleh seorang calon kepada pemilih juga Kesadaran politik sangat
sangat berpengaruh dalam pilihan berhubungan erat dengan partisipasi politik
masyarakat. Isu-isu yang berkembang dalam masyarakat. Ada dua bentuk partisipasi
kampanye yang diberikan calon dapat politik yang berkaitan dengan momen
berupa isu politik, ekonomi, pemdidikan pemilu seperti saat ini, yaitu partisipasi
yang selanjutnya dianalisa oleh masyarakat otonom dan partisipasi mobilisasi.
apakah bisa diterima atau tidak. Pemilih
1.2.2.1. Partisipasi Otonom
akan merasa tertarik dengan isu atau janji-
janji kampanye yang disampaikan langsung Partisipasi otonom adalah bentuk
oleh calon atau melalui tim suksesnya. partisipasi yang lahir dari kesadaran
Pemilih dalam hal ini melihat bagaimana masyarakat itu sendiri untuk menggunakan
seorang kandidat mempresentasikan hak pilihnya dalam pemilihan umum.
kebijakan atau program yang dijanjikan jika
1.2.2.2. Partisipasi Mobilisasi
kelak menang, yang kemudian menjadi
dasar program oleh kandidat atau calon. Partisipasi mobilisasi adalah bentuk
partisipasi yang digerakkan oleh orang atau
1.2.2. Kesadaran Politik kelompok tertentu kepada masyarakat
Kesadaran politik masyarakat dengan tujuan untuk ikut berpartisipasi
terhadap pentingya partisipasi dalam pemilu dalam penyelenggaran pemilu dalam hal ini
juga mempengaruhi partisipasi politik ialah menggunakan hak pilihnya dalam
masyarakat dalam pemilu. Sebagai warga pemilu.
negara sudah sepatutnya sadar bahwa 1.3. Pilihan Rasional
berpartisipasi dalam pemilu itu merupakan
kewajiban setiap warga negara dalam hal Terdapat beberapa budaya politik,
mewujudkan demokrasi yang baik yang dan diantaranya adalah budaya politik
berasal dari rakyat. pasrtisipatif atau disebut juga budaya politik
Partisipasi politik tanpa kesadaran demokrasi, dimana suatu kumpulan sistem
politik itu bisa saja terjadi. Seperti pada keyakinan, sikap, norma, persepsi dan
kasus pemilih yang hanya sekedar sejenisnya yang menopang terwujudnya
menggunakan pilihannya, namun perilaku memilih demokratis.
sebenarnya ia hanya asal memilih. Dalam pilihan rasional, pemilih
Sebaliknya, partisipasi politik yang dilandasi diasumsikan memiliki motivasi, prinsip,
oleh kesadaran politik akan menghasilkan pendidikan, pengetahuan, dan informasi
pilihan yang baik dan sesuai dengan aspirasi yang cukup. Pilihan politik yang masyarakat
yang bersangkutan. ambil bukanlah karena faktor kebetulan atau
Kesadaran politik masyarakat tidak kebiasaan melainkan menurut pemikiran dan
hanya diukur dari tingkat partisipasi mereka pertimbangan yang logis, berdasarkan
dalam kegiatan pemilihan umum. Akan informasi, pendidikan dan pengetahuan
tetapi diukur juga dari peran serta mereka pemilih, dimana memutuskan harus
dalam mengawasi atau mengoreksi menentukan pilihannya dengan

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 10


pertimbangan untung dan ruginya untuk yang didasari atas kepentingan dan
menetapkan pilihan atas alternatif-alternatif keuntungan yang bersifat sementara. Dalam
yang ada kepada pilihan terbaik dan paling pemilihan umum mereka memilih atas dasar
menguntungkan baik untuk kepentingan pilihan rasional, tetapi tidak dilatari
sendiri maupun untuk kepentingan umum. keuntungan sesaat seperti kebanyakan taktik
Pemilih dengan pendekatan pilihan rasional politik uang yang memberikan sejumlah
ini ditempatkan sebagai pemilih yang dapat uang untuk memilih kandidat yang
mengantarakan untuk memilih pemimpin ditentukan.
dianggap mampu membuat perubahan
2. Faktor Lain Penyebab Terjadinya
diantara beberapa pilihan calon. Hal ini
selaras dengan tujuan pesta politik diarena Fluktuatif Partisipasi Pemilih di
demokrasi dimana pemilu merupakan Kecamatan Tebing Tinggi Tahun
tempat memilih pemimpin yang dapat 2010-2015
mengantarkan kea rah perubahan yang lebih
baik. 2.1. Perbedaan Momen Pemilu
1.3.1. Pilihan Rasional Idealis Partisipasi pemilih sangat
Jika kita berbicara tentang teori dipengaruhi oleh momen pemilihan.
pilihan rasional yang ditinjau dari si pemilih, Pemilihan legislatif yang dikenal memiliki
tentu hal ini berkaitan dengan pendekatan keterikatan emosional secara langsung
perilaku pemilih (voting behavior). Teori ini dengan pemilih, sedikit banyak akan
mengasumsikan bahwa setiap pemilih pada
menarik pemilih untuk datang ke TPS untuk
dasarnya bertindak secara rasional ketika ia
akan memilih dalam pemilu, secara rasional menggunakan hak suaranya. Di Kecamatan
ia bertindak tanpa memikirkan hal-hal atau Tebing Tinggi juga demikian, pada
pertimbangan lain apakah pemimpin yang ia Pemilihan legislatif tahun 2014 partisipasi
pilih merupakan seagama dengannya, satu pemilih mencapai angka 72,86% jauh
sukukah, atau lain sebagainya. Bagi si berbeda dibandingkan dengan 4 momen
pemilih, jika ia tidak mendapatkan pemilihan lainnya. Jadi setidaknya terdapat
keuntungan dari apa yang ia pilih maka ia
tidak akan melakukan pemilihan dalam 2 alasan mengapa partisipasi Pemilihan
pemilu tersebut atau dengan kata lain ia Legislatif lebih tinggi dibandingkan dengan
akan lebih memilih golput. Ketika seseorang momen pemilihan lain di Kecamatan Tebing
akan memilih kandidat saat pesta demokrasi Tinggi, yaitu:
berlangsung, ia memiliki pilhan-pilihan
tertentu terhadap seorang pemimpin yang 2.1.1. Kedekatan Emosional
akan ia pilih nanti, pada saar itulah cost- dengan Calon
bennefit muncul dalam dirinya. Ia akan
mengetahui resiko serta keuntungan seperti Kedekatan emosional antara
apakah yang kelak ia dapatkan jika ia kandidat dan calon pemilih pada pemilihan
memilih kandidat A, B, dan lain sebagainya. legislatif menjadikan momen pemilu ini
3.2.3.2. Pilihan Rasional Fragmatis memiliki angka partisipasi yang cukup
Rasional fragmatis merupakan tinggi dibandingkan pemilihan lain. Selain
kebalikan dari idealis, jika idealis lebih itu, jumlah kandidat pada pemilihan
menekankan atas kepentingan jangka legislatif yang terbilang ramai dibandingkan
panjang maka rasional fragmatis adalah sifat pemilihan lain juga menjadikan pemilihan

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 11


ini lebih diidamkan oleh calon pemilih terdata sebagai pemilih dan mereka pun
dibandingkan pemilihan lain. menjadi malas untuk datang ke TPS. Dari
beberapa narasumber yang saya wawancarai
2.1.2. Tim Sukses (Pemenangan) dilapangan, ada beberapa narasumber yang
terjun langsung ke lapangan menyatakan tidak dapat Kartu Pemilih dari
petugas setempat yang membuat warga
Artinya pada posisi ini tidak
tersebut menjadi malas untuk datang ke TPS
mengandalkan partisipan melainkan para tim
karena tidak memiliki Kartu Pemilih.
sukses dan calon legislatif langsung
mendatangi warga dengan harapan warga Rendahnya partisipasi masyarakat
yang dapat Kartu Pemilih agar memilih pada dalam memilih dan menjatuhkan pilihan
hari pemilihan dengan tujuan meningkatkan untuk tidak memilih bukanlah tanpa tujuan.
suara bagi para kandidat. Alasan ini juga Perilaku tidak memilih sebenarnya
diperkuat dengan beberapa ungkapan dari dimaksudkan sebagai simbol atas berbagai
informan yang saya temui dilapangan yang bentuk protes politik yang tidak tersuarakan.
menyatakan bahwa peran tim sukses pada Perilaku tidak memilih bagi para pelakunya
Pemilihan Legislatif sangat besar bisa merefleksikan berbagai pesan.
pengaruhnya tingkat partisipasi pada
Pemilihan Legislatif. Catatan penting yang perlu diungkap
lebih jauh bahwa ternyata perilaku tidak
2.2. Masalah Administrasi dan Teknis
memilih di Kecamatan Tebing Tinggi tidak
Pemilihan
disebabkan bahwa sistem pemilihan yang
Terkendalanya masalah administrasi tidak demokratis atau tidak
dan teknis pemilihan juga merupakan mempresentasikan kepentingan mereka.
penyebab rendahnya tingkat partisipasi Pemahaman informan tentang sistem
politik masyarakat Kecamatan Tebing pemilihan yang demokratis adalah
Tinggi. Administrasi merupakan perihal masyarakat ikut dilibatkan dalam tahapan-
utama bagi masyarakat untuk dapat tahapan penyelenggaraan pemilihan.
berpartisipasi dalam menentukan pilihan
Beberapa sumber menyatakan bahwa
suaranya pada pergelaran pesta demokrasi
ada kesalahan teknik pada panitia, dimana
rakyat tersebut.
pada awal pemungutan suara, pemilih yang
Di Kabupaten Kepulauan Meranti data setelah mendaftarkan diri dipersilahkan
khusunya di Kecamatan Tebing Tinggi, untuk menunggu dan setelah dipanggil baru
persoalan administrasi dan teknis pemilihan diberi surat suara untuk kemudian menuju
juga merupakan permasalahan yang harus bilik suara dan seterusnya. Prosedur
diperhatikan. Seperti yang terjadi pada pemanggilan ini yang kemudian menjadikan
beberapa pemilihan umum yang ada di penumpukan pemilih hingga kemudian
kecamatan tersebut, masih ada masyarakat pemilih harus menunggu lama untuk
yang tidak dapat Kartu Pemilih yang memberikan suaranya dibilik suara.
digunakan untuk melakukan pemilihan di Banyaknya pemilih yang harus mengantri
TPS. Lemahnya pendataan dari petugas ini kemudian membuat pemilih yang baru
setempat dan juga masalah data yang tidak datanf malas memberikan suara dan
valid sehingga masyarakat merasa dirugikan memutuskan untuk pulang.
karena hak politiknya harus terbuang sia-sia
Partisipasi masyarakat tidak hanya
karena mereka menganggap jika tidak
terletak pada persoalan perilaku memilih
memiliki Kartu Pemilih berarti mereka tidak
warga yang buruk. Akan tetapi,

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 12


permasalahan administrasi dan teknis Faktor Lain Penyebab Terjadinya
pemiihan yang terkadang mempersulit dan Fluktuatif Partisipasi Pemilih di Kecamatan
memperlambat juga membuat masyarakat Tebing Tinggi Tahun 2010-2015 yaitu
membatalkan niat untuk menyalurkan hak Perbedaan Momen Pemilu. Perbedaan
politiknya. Momen Pemilu kerap kali menjadi salah
satu penyebab naik turunnya angka
Kesimpulan partisipasi pemilih. Seperti pada pemilihan
Faktor-faktor Penyebab Partisipasi Bupati dan Wakil Bupati serta Pemilihan
Pemilih di Kecamatan Tebing Tinggi Legislatif memiliki angka persentase
Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2010- pemilih yang tinggi dibandingkan pada
2015 dilihat dari beberapa kondisi berikut pemilihan lainnya karena dilihat dari
ini yaitu. Pertama, Kondisi Sosiologis. kedekatan emosional antara calon dan
Kondisi ini melihat beberapa aspek terkait pemilih serta tim sukses yang terjun
sosiologis pemilih yang dibagi menjadi tiga langsung ke lapangan. Kedua, Masalah
bagian yaitu faktor sosial ekonomi, faktor Administrasi dan Teknis Pemilihan.
geografis, dan etnis. Kedua, Kondisi Permasalahan Administrasi dan Teknis
Psikologis. Kondisi psikologis merupakan Pemilihan kerap kali menjadi pemicu
konsep psikologi terutama konsep sosialisasi pemilih enggan menggunakan hak pilihnya.
dan sikap dalam menjelaskan perilaku Di Kabupaten Kepulauan Meranti khusunya
memilih. Pada kondisi ini melihat di Kecamatan Tebing Tinggi, persoalan
ketertarikan dan kecenderungan pemilih administrasi dan teknis pemilihan juga
dalam menentukan pilihannya. Instrumen merupakan permasalahan yang harus
dari kondisini ini dapat dilihat dari diperhatikan. Seperti yang terjadi pada
kepercayaan politik yang terdiri dari beberapa pemilihan umum yang ada di
kepercayaan terhadap isu dan kepercayaan kecamatan tersebut, masih ada masyarakat
terhadap kandidat dan kesadaran politik dari yang tidak dapat Kartu Pemilih yang
pemilih yang dilihat dari partisipasi otonom digunakan untuk melakukan pemilihan di
dan mobilisasi. Ketiga, Pilihan Rasional. TPS. Lemahnya pendataan dari petugas
Dalam pilihan rasional, pemilih diasumsikan setempat dan juga masalah data yang tidak
memiliki motivasi, prinsip, pendidikan, valid sehingga masyarakat merasa dirugikan
pengetahuan, dan informasi yang cukup. karena hak politiknya harus terbuang sia-sia
Pilihan politik yang masyarakat ambil karena mereka menganggap jika tidak
bukanlah karena faktor kebetulan atau memiliki Kartu Pemilih berarti mereka tidak
kebiasaan melainkan menurut pemikiran dan terdata sebagai pemilih dan mereka pun
pertimbangan yang logis, berdasarkan menjadi malas untuk datang ke TPS.
informasi, pendidikan dan pengetahuan Saran
pemilih, dimana memutuskan harus
menentukan pilihannya dengan 1. Komisi Pemilihan Umum Daerah
pertimbangan untung dan ruginya untuk (KPUD) Kepulauan Meranti yang dalam
menetapkan pilihan atas alternatif-alternatif hal ini adalah lembaga yang
yang ada kepada pilihan terbaik dan paling menyelenggarakan pemilihan umum
menguntungkan baik untuk kepentingan hendaknya membenahi pendataan calon
sendiri maupun untuk kepentingan umum. pemilih serta administrasi dengan baik
Pemilihan rasional dapat dibagi menjadi dua sehingga tidak ada lagi masyarakat yang
yaitu pilihan rasional fragmatis dan pilihan dikecewakan dengan hilangnya peluang
rasional idealis. mereka dalam menggunakan hak
politiknya pada pemilihan umum.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 13


2. Isu atau janji-janji kampanye yang Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia
diberikan kepada masyarakat sebaiknya (Konsolidasi Demokrasi Pasca -
ditepati dan dipenuhi agar masyarakat Orde Baru). Jakarta: Kencana, 2010.
pemilih menjadi percaya dan yakin Nursal, Adman. Political Marketing
dengan apa yang dijanjikan oleh setiap (Strategi Memenangkan Pemilu).
kandidat yang terpilih sehingga tidak Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
timbul rasa kecewa dalam masyarakat Utama. 2004.
yang memilih kandidat yang mereka Sitepu, P.Anthonius. Studi Ilmu Politik.
pilih dalam pemilihan umum. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
3. Pemerintah Kepulauan Meranti dalam Peraturan Perundangan-undangan:
hal ini hendaknya menyediakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
lapangan pekerjaan seluas-luasnya Indonesia Tahun 1945 Pasal 22E
sehingga masyarakat tidak perlu ayat (2)
bermigrasi bekerja keluar daerah yang Undang-Undang Dasar Negara Republik
mengakibatkan turunnya partisipasi Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat
pemilih ketika pemilihan umum (4)
berlangsung karena masyarakat yang Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008
bermigrasi tidak berada dilokasi dan Tentang Pemilihan Presiden dan
mereka juga tidak dapat memilih Wakil Presiden
didaerah tempat mereka bermigrasi. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012
Tentang Pemilihan Anggota Dewan
Daftar Pustaka
Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan
Daftar Bacaan: Perwakilan Daerah, dan Anggota
Aminah, Siti. Kuasa Negara Pada Ranah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Politik Lokal. Jakarta: Kencana, Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015
2004. Tentang Pemilihan Kepala Daerah
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor
Politik. Jakarta: PT.Gramedia 5 Tahun 2015 Tentang Partisipasi
Pustaka Utama, 2008. Pemilu
Damsar. Pengantar Sosiologi Politik. Sumber Lainnya:
Jakarta: Kencana, 2010. Jurnal Riset KPU Kabupaten Kepulauan
Faturohman, Deden dan Wawan Sobari. Meranti
Pengantar Ilmu Politik. Malang: Skripsi, R.Arnaldo, Perilaku Memilih Pada
Penerbit Universitas Muhammadiyah Pemilihan Kepala Daerah
Malang, 2004. Kabupaten Kuantan Singingi Tahun
Firmanzah. Marketing Politik. Jakarta: 2011 (Studi Kasus Etnis Jawa Di
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Kecamatan Singingi).
2012. Skripsi, Arianto Azis, Perilaku Politik Tidak
Husaini, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Memilih Masyarakat di Kecamatan
PT.Bumi Aksara, 2008. Tampan dalam Pilkada Kota
Kencana Syafiie, Inu. Teori dan Analisis Pekanbaru Tahun 2011.
Politik Pemerintahan. Jakarta: http://id.m.wikipedia.org
PT.Perca, 2003. http://id.expresisastra.blogspot.com
Mariana, Dede dan Caroline Paskarina.
Demokrasi dan Politik
Desentralisasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 – Februari 2017 Page 14

You might also like