You are on page 1of 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR (Intra
Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko,
seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat
badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik.
Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan
berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai
faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah
mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014) .
Masalah nutrisi merupakan salah satu dari beberapa masalah serius pada bayi berat
lahir rendah (BBLR). Hal ini sangat erat berkaitan dengan berbagai kondisi ataupun
komplikasi pada berbagai sistem atau organ tubuh seperti saluran nafas, susunan saraf
pusat, saluran cerna, hati, ginjal, dan lainnya. Disatu pihak nutrisi merupakan kebutuhan
mutlak untuk kelangsungan hidup serta tumbuh kembang yang optimal ataupun
pencegahan komplikasi, namun di pihak lain nutrisi dapat mengakibatkan timbulnya
komplikasi. Selain itu, terdapat yang bervariasi kondisi pada BBLR berdasarkan masa
gestasi maupun berat lahir; sehingga tata laksana medis maupun nutrisi BBLR lebih
bersifat individual. Permasalahan nutrisi khusus pada BBLR adalah rendahnya cadangan
nutrisi, imaturitas fungsi organ, potensial untuk pertumbuhan cepat, serta berisiko tinggi
untuk terjadinya morbiditas.
Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi BBLR
dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan pencegahan
infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada
masa neonatus atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan
perkembangan neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan
dalam usaha menekan Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Bayi Berat Lahir Rendah?
2. Apa Etiologi Bayi Berat Lahir Rendah?

1
3. Bagaimana Patofisiologi Bayi Berat Lahir Rendah?
4. Apa Manifestasi Klinis Bayi Berat Lahir Rendah?
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Bayi Berat Lahir Rendah?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Prematuritas dengan berat badan lahir
rendah
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan Memahami Definisi Bayi Berat Lahir Rendah
b. Mengetahui Etiologi Bayi Berat Lahir Rendah
c. Mengetahui Patofisiologi Bayi Berat Lahir Rendah
d. Mengetahui Manifestasi Klinis Bayi Berat Lahir Rendah
e. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Bayi Berat Lahir Rendah
f. Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
g. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan Prematuritas
dengan bayi berat lahir rendah serta meningkatkan keterampilan
2. Bagi pembaca
Memperoleh pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan Prematuritas
dengan bayi berat lahir rendah
3. Bagi FKK
Bahan pembelajaran bagi perawat dalam meningkatkan pengetahuan serta pelayanan
keperawatan mengenai materi asuhan keperawatan Prematuritas dengan bayi berat
lahir rendah

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Bayi Berat Lahir Rendah


Bayi dengan BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram tanpa memandang masa kehamilannya. Bayi yang berada di bawah presentil 10
dinamakan ringan untuk kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang
dari 2.500 gram atau sama dengan 2500 gram di sebut premature.pembagian menurut
berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui
bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya tergantung pada berat
badan saja. Tetapi juga pada tingkat maturitas bayi sendiri. (Arief, 2014 : 78)
Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram di sebut Low Birth Weight Infants (BBLR). Sedangkan pada tahun 1970,
kongres Europan Perinatal Medicine II yang di adakan di London juga diusulkan definisi
untuk mendapatkan keseragaman tentang maturnitas bayi lahir, yaitu sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari)
2. Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu
sampai 42 minggu (259-293 hari)
3. Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih)
BBLR sendiri dapat di bagi menjadi 2 (dua) golongan, bayi dengan barat badan
lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu dengan berat lahir 1000-1500 gram. Dan berat badan
lahir amat sangat rendah (BBLASR) yaitu dengan berat lahir kurang 1000 gram. (Arief,
2014 : 80)
Secara umum bayi BBLR ini berhubungsn dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (premature) disamping itu juga di sebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram. (Arief, 2014 : 80)
2.2 Etiologi Bayi Berat Lahir Rendah
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifactorial, sehingga
kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab
terbanyak terjadi bayi BBLR adalah kelahiran premature. semakin muda usia kehamilan
semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Berikut adalah

3
faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut :
(Amirudin, 2014 : 33)
1. Faktor ibu :
a. Penyakit:
1.) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti : anemia sel berat, pendarahan ente
partum, hipertensi, preklampsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan
(infeksi kandung kemih dan ginjal)
2.) Menderita penyakit seperti malaria, Infeksi menular seksual, HIV/AIDS,
malaria, TORCH
b. Ibu:
1.) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <20 tahun
atau lebih dari 35 tahun
2.) Kehamilan ganda (multigravida)
3.) Jarak kelahiran yang erlalu dekat atau pendek dari 1 tahun)
4.) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
5.) Keadaan social ekonomi:
6.) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sesuai ekonomi rendah
7.) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
8.) Keadaan gizi yang kurang baik
9.) Pengawasan atenatal yang kurang
10.) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, yang ternyata lebih tinggi bila di bandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawainan yang sah.
11.) Sebab lain:
a.) Ibu perokok
b.) Ibu peminum alcohol, narkotik dan antimetabolik
c. Faktor janin
1.) Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
2.) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)
3.) Disautonomia familia
4.) Radiasi
5.) Kehamilan ganda/kembar (gemeli)
6.) Aplasia pancreas

4
d. Faktor plasenta
1.) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion)
2.) Luas permukaan berkurang
3.) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasite)
4.) Infrak
5.) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)
6.) Plasenta yang lepas
7.) Sindrom plasenta yang lepas
8.) Sindrom transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik)
e. Faktor lingkungan
1.) Bertempat tinggal di dataran tinggi
2.) Terkena radiasi
3.) Terpapar zat beracun
Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat di golongkan menjadi
sebagai berikut:
1. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh:
a. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
b. Ibu memiliki hipertensi, preeclampsia atau anemia
c. Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
d. Malaria kronik, penyakit kronik
e. Ibu hamil merokok
2. BBLR tipe premature, disebabkan oleh:
a. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar
b. Pernah melahirkan bayi premature sebelumnya
c. Cervical imcompetence (mulut Rahim yang lemah hingga tak mampu menahan
berat bayi dalam rahim)
d. Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)
e. Ibu hamil yang sedang sakit
f. Kebanyakan tidak di ketahui penyebabnya (Amirudin, 2014 : 38)

5
2.3 Patofisiologi Bayi Berat Lahir Rendah

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belumcukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang di sebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan –
keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. (Arief, 2014 :
88)
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang bai, system reproduksi normal, tidak menderita sakit dan
tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan
bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Ibu dangan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
(Arief, 2014 : 88)
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada dibawah
normal. Anemia didefinisikan besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.

6
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di
bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupunsel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR,
anemia pada bayi yang di lahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu
dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita
anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBL dan prematur juga besar. (Arief, 2014 : 89)
2.4 Manifestasi Klinis Bayi Berat Lahir Rendah
Secara umum. gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cnm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut /kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40-50 kali /menit
13. Nadi 100-140 kali/ menit.
BBLR menunjukkan dan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya lemah,
yaitu sebagai berikut

1. Tanda-tanda bayi Kurang Bulan (KB):


a. Kulit tipis dan mengkil
b. Tulang rawan telinga sAngat lunak, karena belum terbentuk dengansempurna
c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutamapada punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora
f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan, testis kadangbelum turun
g. Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
h. Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur
i. Aktivitas dan tangisnya lemah
j. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.

7
2. Tanda-tanda bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK)
a. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnyakurang dari 2500
gram
b. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
d. Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil. Bila cukupbulan,
payudara dan puting sesuai masa kehamilarn
e. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labiaminora
f. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
g. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
h. Mengisap cukup kuat.
2.5 Pemeriksaan Penunjang Bayi Berat Lahir Rendah
1. Radiologi
a. Foto thoraks / baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan
penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya
tampak gambaran white lung.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial
dengan memvisualisasi ventrikel dan struktuk otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka.
2. Laboratorium
a. Darah Rutin
1.) Hematokrit (HCT)
a.) Bayi usia 1 hari 48-69%
b.) Bayi usia 2 hari 48-75%
c.) Bayi usia 3 hari 44-72%
2.) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari hari 14,5-22,5 g/dl.
3.) Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4.) Hb F
a.) Bayi usia 1 hari 63-92%
b.) Bayi usia 5 hari 65-88%
c.) Bayi usia 3 minggu 55-85%
d.) Bayi usia 6-9 minggu 31-75%
5.) Jumlah leukosit

8
a.) Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 (mL)
b.) Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 (mL)
c.) Bayi usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 (mL)
6.) Bilirubin
a.) Total (Serum)
1. Tali pusat < 2,0 mg/dl
2. 0-1 hari 8,0 mg/dl
3. 1-2 hari 12,0 mg/dl
4. 2-5 hari 16,0 mg/dl
5. Kemudian 2,0 mg/dl
6. Tali pusat 45-96 mg/dl
7. Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
8. Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl.
b.) Direk (Terkonjugasi)
1. 0,0-0,2 mg/dl
7.) Glukosa ( 8-12 jam post natal ), disebut hipoglikemi bila konsentrasi glukosa
plasma < 50 mg/dl.
8.) Analisa gas darah
a.) Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
b.) Tekanan parsial O2 (PO2)
a. Lahir 8-24 mmHg
b. 5-10 menit 33-75 mmHg
c. 30 menit 31-85 mmHg
d. > 1 jam 55-80 mmHg
e. 1 hari 54-95 mmHg
f. Kemudian (menurun sesuai usai) 83-108 mmHg.
c.) Saturasi oksigen (SaO2)
a. Bayi baru lahir 85-90%
b. Kemudian 95-99%
d.) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
e.) Elektrolit darah (k/p)
1. Natrium
a. Serum atau plasma
1. Bayi baru lahir 136-146 mEq/L

9
2. Bayi 139-146 mEq/L.
2. Kalium
a. Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L
b. Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L
c. Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit)
3. Klorida
a. Serum/plasma
1. Tali pusat 96-104 mEq/L
2. Bayi baru lahir 97-110 mEq/L
4. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5c, kemudian ditambah 1cc
alkohol 95% dicampur dalam tabung kemudian dikocok 15 detik,
setelah itundi diamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri.
Interprestasi hasi:
1) (+) : bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin
artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½
permukaan artinya paru-paru belum matang atau tidak ada
surfaktan.
3) Ragu : bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil
menunjukkan ragu maka tes harus diulang. (Proverawati, Atikah.
2015 : 18)
2.6 Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
1. Membersihkan jalan nafas (caranya lihat pada perawatan bayi normal)
2. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat (lihat perawatan bayi normal)
3. Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil / minyak (lihat perawatan bayi
normal)
4. Memberikan obat mata
5. Membungkus bayi dengan kain hangat
6. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah ( hal-hal
yang dikaji lihat keadaan-keadaan yang dijumpai bagian 3 )
7. Mempertahankan suhu bayi dengan cara :

10
a. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan terlebih
dahulu
b. Menidurkan bayi di dalam inkubator buatan yaitu dapat dibuat dari keranjang
yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau botol yang diisi air
panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan dalam keadaan berdiri,
tutupnya ada disebelah atas agar air tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka
bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol inipun harus dalam keadaan
terbungkus, dapat menggunakan handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya
sudah dingin ganti airnya dengan air panas kembali.
c. Suhu lingkungan bayi harus dijaga :
1.) Kamar dapat masuk sinar matahari
2.) Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya panas
dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi.
3.) Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya evaporasi
8. Pemberian nutrisi yang adekuat
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit
b. Apabila bayi belum bisa menetek pemberian ASI diberikan melalui sendok atau
pipet
c. Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang slang
penduga/sonde fooding
9. Mengajarkan ibu/orang tua cara :
a. Membersihkan jalan nafas
b. Mempertahankan suhu tubuh
c. Mencegah terjadinya insfeksi
d. Perawatan bayi sehari-hari
1.) Memandikan
2.) Perawatan tali pusat
3.) Pemberian ASI
4.) Dll
10. Menjelaskan pada ibu (orang tua)
a. Pemberian ASI
b. Makanan bergizi bagi ibu
c. Mengikuti program KB segera mungkin

11
11. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan atau
keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke rumah sakit. Berikan
penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke rumah sakit.
(Proverawati, Atikah. 2015 : 20)
2.7 Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah
1. Pengkajian
a. Biodata pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin.
Bidata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat. (Proverawati, Atikah.
2015 : 23)
b. Riwayat kesehatan
1.) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus BBLR yaitu:
a.) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b.) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c.) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d.) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
2.) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
a.) Kala I: perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
b.) Kala II: Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
3.) Riwayat post natal, Yang perlu dikaji antara lain :
a.) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b.) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

12
c. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar,
tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu
tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan
suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per
menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia
berat pernafasan belum teratur (Proverawati, Atikah. 2015 : 23)
d. Pemeriksaaan Fisik
1.) Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, biasanya keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik. (Mulyani, 2015 : 164)
2.) Kulit
Biasanya warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks. (Mulyani, 2015 : 164)
3.) Kepala
Biasanya ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial. (Mulyani, 2015 : 165)
4.) Mata
Biasanya warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap
cahaya. (Mulyani, 2015 : 165)
5.) Hidung
Biasanya terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
(Mulyani, 2015 : 165)
6.) Mulut
Biasanya bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak. (Mulyani,
2015 : 165)
7.) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinganya, tidak ada pembengkakan

13
(Mulyani, 2015 : 165)
8.) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek (Mulyani, 2015 : 166)
9.) Thorax
Inspeksi : biasanya bentuk dada simetris, terdapat tarikan intercostals,
Palpasi : biasanya premitus simetris ki/ka
Perkusi : biasanya sonor
Auskultasi : biasanya vesikuler,suara tambahan wheezing (Mulyani, 2015 :
166)
10.) Jantung
Inspeksi : biasanya ictus cordis terlihat, frekuensi jantung > 100
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba 1 jari di intercostal IV
Perkus : biasanya pekak
Auskultasi : biasanya irama jantung tidak teratur (Mulyani, 2015 : 166)
11.) Abdomen
Inspeksi : biasanya bentuk silindris, perut cekung adanya hernia
diafragma
Palpasi : biasanya hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus coatae
pada garis papilla mamae, lien tidak teraba
Perkusi : biasanya jarang dilakukan perkusi pada bayi
Auskultasi : bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi.
(Mulyani, 2015 : 166)
12.) Umbilikus
Biasanya tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat. (Mulyani, 2015 : 167)
13.) Genitalia
Biasanya pada neonatus aterm testis turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan. (Mulyani,
2015 : 167)
14.) Ekstremitas
Biasanya warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya. (Mulyani, 2015 : 167)

14
15.) Refleks
Biasanya pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang (Mulyani, 2015 : 167)
e. Pola-Pola Kebiasaan Sehari-hari
1.) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal,
muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan
parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi,
asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
(Sondakh, 2013 : 155)
2.) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah. (Sondakh, 2013 : 155)
2. Diagnosa Keperwatan
a. Ketidakefektifan Pola Nafas b/d Imaturitas Neurologis
b. Resiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang,
paparan lingkungan dingin/panas
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan
ingest/digest/absorb. NANDA (2015 – 2017)

15
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, R., & Hasmi. (2014). Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: TIM
Arief (2014). Neonatus dan Asuhan Keperawtan Anak. Yogyakarta: NUHA MEDIKA
Dochterman,J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Perawatan Intervensi Klasifikasi (NIC) (5th
ed.). Asayarica : Mos by Elseiver
Maryunani, A., & Puspita, E. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatus.
Jakarta: TIM
Moorhea d,S., Jhons pada, M., M., & Dis s, L. (2008). Perawatan Hasil Klasifikasi (NOC)
(5th ed.). Unite d states Haif America : Mos by Elseiver
Nanda International (2015). Diagnosa Keperawtan : Definisi dan klasifikasi 2015 – 2017
(10ed.). Jakarta : EGC
Proverawati, Atikah. (2015). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: KDT
Sondakh, J. J. S. (2013). Asuhan Keperawatan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga
Walyani, E. S. (2015). Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press

16

You might also like