Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
trauma – trauma lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari
lebih dari 6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar
93.578 kasus, turun 20,66 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai
117.949 kasus, dengan 23.385 jiwa meninggal dunia, korban luka berat
1
2
(7,1%) dan kejatuhan (2,5%). Luka yang di alami akibat cidera tersebut
lecet/memar 70,9%, terkilir 27,5%, luka robek sebanyak 23,2% serta fraktur
kecelakaan lalu lintas tahun 2017 terjadi sebanyak 579 kasus. Angka tersebut
diketahui mengalami penurunan dari tahun 2016 yang mencapai 676 kasus
atau turun sebesar 14% dari total kasus kecelakaan sepanjang tahun 2016 dan
semakin tinggi, dan salah satu kondisi fraktur yang paling sering terjadi
adalah fraktur femur, yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani pembedahan
perlukaan. Pada proses pemulihan inilah terjadi reaksi kimia dalam tubuh
reaksi yang kompleks pada jaringan yang terluka pada proses pembedahan
yang dapat menstimulasi hipersensitivitas pada sistem syaraf pusat, nyeri ini
2012).
3
aktual. Nyeri dapat diklasifikasikan sebagai nyeri akut dan kronik, bisa
terdapat pada beberapa bagian tubuh manusia dan disebabkan beberapa hal.
Salah satu bentuk nyeri adalah nyeri yang dialami oleh klien pasca
pembedahan yang merupakan nyeri akut yang terjadi karena adanya luka
Adanya nyeri maka seseorang akan cenderung malas dan takut untuk
adanya sayatan. Selain masalah di atas juga terdapat masalah lain yaitu
belum juga berkurang atau hilang maka barulah diberikan analgesik (Brunner
Bengkulu didapatkan jumlah pasien fraktur pada tahun 2014 sebanyak 355
orang. Meningkat lagi pada tahun 2015 menjadi 216 orang, pada tahun 2016
sebanyak 355 orang dan pada tahun 2017 menjadi sebanyak 348 orang.
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M.
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah “adakah pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M.
2. Tujuan Khusus
terapi relaksasi nafas dalam pada pasien post operasi fraktur di ruang
relaksasi nafas dalam pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni
nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M.
D. Manfaat Penelitian
therapy non farmakologis pada pasien post operasi fraktur, sehingga dapat
tentang pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada
pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
6
Tahun 2018 pada mahasiswa Tri Mandiri Sakti Bengkulu umumnya dan
3. Bagi Peneliti
nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Teori
1. Konsep Fraktur
a. Definisi
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh
tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh
bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang.
Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga,
apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
7
8
pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cidera akibat gaya yang
tranfersa, oblik, atau spiral. Pada fraktur patahan dahan, hanya satu sisi
tulang yang mengalami fraktur, sisi lainya menekuk (biasanya tulang yang
imatur). Pada fraktur komplikata, beberapa struktur organ lain juga rusak
tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh
trauma.
b. Etiologi
fraktur terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering behubungan dengan
penyebab tersering dari fraktur adalah terjadi ketika tekanan yang kuat
diberikan pada tulang normal atau tekanan yang sedang pada tulang yang
sebagai berikut :
lebih jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak
fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap
utuh.
kominutif atau memecah, misalnya vertebra, talus atau fraktur buckle pada
anak-anak; trauma langsung yang disertai dengan resistensi pada satu jarak
remuk; karena tarikan pada ligamen atau tendon akan menarik sebagian
Menurut Corwin (2009) fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal
aktivitas fisik yang baru. Karena kekuatan otot meningkat lebih cepat
pada individu yang melakukan olahraga daya tahan seperti pelari jarak jauh.
Faktor stres dapat terjadi pada tulang yang lemah sebagai respons terhadap
c. Patofisiologi
pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat di serap tulang, maka terjadilah trauma pada
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
1) Faktor ekstrinsik, adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang
yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat
menyebabkan fraktur.
kekerasan tulang.
12
d. Klasifikasi
berikut :
memutar.
5) Segmental fracture, adalah fraktur dengan dua atau lebih segmen tulang.
6) Avulsi fracture, terjadi ketika tulang dan jaringan lunak lainnya tidak
7) Impacted fracture, adalah fraktur pada ujung tulang menuju bagian yang
adalah tekanan aksial dari energi langsung pada area fragmen tulang
bagian distal.
8) Torus fracture, adalah fraktur pada salah satu korteks atau shaft tulang,
9) Greenstick fracture, terjadi jika hanya pada satu korteks tulang akibat
Gambar 1
Tipe dan Jenis Fraktur
fraktur komplit dan fraktur inkomplit (Evans, 2010). Fraktur komplit terjadi
jika patahnya tulang menjadi 2 bagian atau lebih dan jika patahnya tulang
tidak sampai membagi tulang menjadi 2 bagian atau lebih maka disebut
ada tidaknya hubungan luka fraktur dengan lingkungan luar melalui kulit
maka terbagi atas fraktur tertutup (simple fracture) dan terbuka (compound
fracture).
14
pembagian stadium. Stadium 1 terjadi bila injuri dan kerusakan kulit sangat
minimal, stadium 2 jika terjadi kerusakan kulit yang disertai kerusakan otot
terjadi kerusakan kulit, otot, jaringan saraf dan pembuluh darah (Evans,
Tabel 1
Klasifikasi Gustilo-Anderson pada fraktur terbuka
TIPE DESKRIPSI
kuman dari luar ke dalam luka. Patah tulang terbuka dibagi menjadi 3
Tabel 2
Derajat fraktur terbuka
e. Manifestasi Klinis
sebagai berikut:
fragmen tulang.
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukanya tetap rigid
Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru
f. Pemeriksaan Penunjang
1) X-Ray
2) Scan tulang
lunak
17
3) Arteriogram
5) Kreatinin
6) Profil koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau cedera hati.
g. Komplikasi
1) Komplikasi awal
tidak adanya nadi, CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada
pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema
atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah, atau
karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu
kuat.
18
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena
d) Infeksi, sistem pertahanan tubuh akan rusak apabila ada trauma pada
(superficial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tetapi dapat juga karena penggunaan bahan lain dalam
ini biasanya terjadi pada fraktur femur karena rasa sakit yang hebat
2) Komplikasi lama
fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan
untuk anggota gerak atas dan lima bulan untk anggota gerak bawah).
b) Non-union adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan
ujung fraktur. Ujung tulang lebih kecil dan bulat serta osteoporotik
h. Penatalaksanaan
alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi
pada sinar-x. Ketika kalus telah kuat, dapat dipasang gips atau bidai
dalam bentuk pin, kawat, sektup, plat, paku, atau batangan logam dapat
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakan
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator
akan terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang sudah dikerjakan
pembuluh darah pada tulang dan otot. Fase ini disebut fase hematoma.
saling menempel. Fase ini di sebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang
Kedalam hematom dan jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel
jaringan mesenkim yang besifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi
tulang rawan, sedangkan di tempat yang jauh dari patahan tulang yang
osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat pada
Pada foto reontgen proses ini terlihat sebagai bayangan garis patah tulang
masih terlihat. Fase ini disebut fase penyatuan klinis. Selanjutnya terjadi
mengatur diri sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang bekerja pada
tulang. Akhirnya sel tulang ini mengatur ini secara lameler seperti sel tulang
normal. Kekuatan kalus ini sama dengan kekuatan tulang biasa dan fase ini
terjadi. Kedua bisa terjadi patah tulang tidak menyambung sama sekali
pseudartrosis atau sendi palsu karena bagian bekas patah tulang ini dapat
digerakan seperti sendi. Ketiga, terjadi pertautan namun dalam posisi yang
imobilisasi, asalkan persendian priksimal dan distal dari patah tulang turut
dan di dalam lingkaran kulit dalam gips, yang misalnya disebabkan oleh
merangsang perkembangan kalus. Hal ini berlaku untuk patah tulang yang
ditangani gips maupun yang ditraksi. Imobilisasi mutlak yang dibuat dengan
penyembuhan primer, artinya tidak melalui proses kalus. Hal ini berarti
tulang pendek cepat sebab pendarahan dari periost, sendi, dan kadang nutrisi
cukup baik. Tulang panjang pada prinsipnya didarahi dari tiga sumber yang
sama.
yang lebih baik pada klien. Menurut Chairudin (2009), faktor-faktor yang
tulang pada bayi sangat aktif. Apabila usia bertambah, proses tersebut
semakin berkurang.
26
bergeser.
nonunion.
8) Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak, yang dilakukan pasien
2. Konsep Nyeri
a. Definisi
saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun
setiap individunya.
b. Klasifikasi Nyeri
- Nyeri akut
- Nyeri kronik
intermitten.
b) Nyeri menjalar
Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi
c) Nyeri psikogenik
psikososial.
d) Nyeri phantom
e) Nyeri neorologis
menjadi berdenyut.
30
b) Nyeri somatik
c) Nyeri visera
berongga.
d) Nyeri alih
e) Nyeri neuropati
merugikan dari sistem saraf tepi (SST) ke sistem saraf pusat (SSP)
otonom (SSO).
1). Usia
2) Jenis Kelamin
3) Kultur
besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri
4) Ansietas
Cara seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau dan
saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi
6) Makna nyeri
nyeri
7) Perhatian
8) Pola koping
d. Intensitas Nyeri
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang
atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan
mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan prilaku klien. Klien
tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat ( Perry & Potter,
2010).
34
yaitu:
Keterangan :
dengan baik.
berkomunikasi.
e. Penatalaksanaan Nyeri
non farmakologi.
dalam penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar dan
36
Perry, 2010).
Ada tiga jenis obat analgesik yang dipakai, yaitu non narkotik dan
Non Steroid Anti Inflamation Drug (NSAID), narkotik atau opiate, dan
perifer untuk mengurangi transmisi dan resepsi stimulus nyeri (Potter dan
Perry, 2010).
2). Nonfarmakologi
relaksasi otot.
transmisi sinyal nyeri ke otak pada jaras asenden sistem syaraf pusat
d) Tehnik Distraksi
e) Hipnosis
f) Tehnik Relaksasi
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri fisik dan emosi pada nyeri.
38
a. Definisi
seseorang merasakan bebas mental dan fisik dari ketegangan dan stres.
terjadi rasa ketegangan dan stres yang membuat individu merasa dalam
b. Tujuan
c. Efek relaksasi
lebih sehat. Salah satu cara yang umum digunakan adalah kontrol
mengalami spasme.
otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah
Ada banyak cara untuk mengatasi rasa nyeri dan stres post operasi.
Mengatasi nyeri dengan baik berarti pasien tidak kewalahan atau panik
kedua tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.
kepala diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga,
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
perlahan-lahan.
12) Bila nyeri menjadi hebat anjurkan pasien untuk bernafas secara
pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam
nyeri dari medulla spinalis yang ditransmisikan ke otak dan akan dipersepsikan
ini merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh klien setelah
anastesi. Adapun bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca pembedahan
adalah nyeri akut yang terjadi karena adanya luka insisi bekas pembedahan.
Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk
bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang dengan adanya nyeri akut
darah.
mengalami spasme dan iskemic. Selain itu teknik relaksasi napas dalam
pengaruh teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi
fraktur di ruang Irnina A BLU RSUP PROF DR. R.D Kandou Manado,
didapatkan hasil bahwa ada pengaruh teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri
pada pasien post operasi fraktur di ruang Irnina A BLU RSUP PROF DR. R.D
Kandou Manado
nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur di Rumah Sakit Karima Utama
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien pasca
Teknik
Intensitas Nyeri Intensitas Nyeri
Relaksasi
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
Nafas Dalam
Bagan 1
Kerangka Konsep
kepada pasien pasca operasi femur untuk mengendorkan otot yang tegang
b. Variable Penelitian
Tabel 3
Definisi Operasional
D. Hipotesis Penelitian
Ho: Tidak ada pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap intensitas
nyeri pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni RSUD Dr. M.
Ha: Ada pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Desain Penelitian
perbandingan.
O1------------> X------------>O2
Keterangan:
protokol
46
47
1. Populasi
Bengkulu.
2. Sampel.
tersedia pada saat rentang waktu penelitian bulan Juni-Juli 2018. Dengan
Yunus Bengkulu
c. Pasien composmentis
d. Pasien kooperatif
penelitian langsung pada pasien post operasi fraktur setelah 4 jam di ruang
Data yang telah diperoleh dari format pengumpulan data yang telah
berikut :
a. Editing
data
b. Coding( Pengkodean)
kode tertentu.Pada tahap ini data yang telah di peroleh di beri angka
a. Analisis Univariat
relaksasi nafas dalam pada pasien post operasi fraktur di ruang seruni
b. Uji Normalitas
digunakan ≥ 50 responden.
c. Analisis Bivariat