You are on page 1of 2

Abu Bakar ar-Razi

Nama lengkap Abu Bakar ar-Razi adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi, seorang dokter yang
terkenal dan punya nama baik. Dialah dokter paling
besar di era Islam dan Abad Pertengahan, baik di Timur
maupun di Barat. Dialah dokter yang pertama kali
menggunakan kimia dalam bidang pengobatan.[1]

Abu Bakar ar-Razi dilahirkan di kota Ray, sebelah


selatan Teheran, sekitar tahun 250 Hijriah (864
Masehi). Di kota Ray dia tumbuh dan belajar. Dia pergi
ke Baghdad ketika usianya hampir tiga puluh tahun dan
menetap di sana selama beberapa waktu. Ketika masih
berusia muda, dia sangat senang dengan ilmu-ilmu
yang bersifat rasional, sastra dan puisi. Pada mulanya
dia sangat menyukai bidang simia dan kimia serta
banyak mengarang buku tentang kedua bidang
tersebut. selanjutnya, pada saat dewasa, dia
mempelajari bidang kedokteran di bawah bimbingan Ali
bin Rabin ath-Thabari.[2]

Al-Qafthi dan Shaid berkomentar tentang Abu Bakar ar-Razi, “Sesungguhnya dialah dokter Muslim yang
tidak ada tandingannya dan salah seorang yang populer di bidang logika, arsitektur, dan ilmu filsafat
lainnya. Pada awal mulanya dia adalah seorang pencari kayu bakar, kemudian meninggalkan hal itu dan
mulai mempelajari filsafat. Dia mendapatkan banyak hal dari filsafat dan mengarang sejumlah buku
terutama yang berkaitan dengan bidang kedokteran. Buku kedokteran karangannya secara keseluruhan
merupakan pengetahuan alam dan ketuhanan, tetapi dia lebih mendalami ilmu ketuhanan. Lantaran dia
tidak memahami tujuan akhir ilmu ketuhanan, maka pendapatnya menjadi rancu. Dia mengikuti
pendapat-pendapat yang menyimpang dan mazhab yang tidak benar. Dia juga mencela sejumlah
kalangan yang tidak memahami tentang mereka dan tidak mendapatkan petunjuk tentang sikap
mereka…”[3]

Ibnu Khalkan menyebutkan tentang Abu Bakar Zakaria sebagai berikut, “Beliau seorang tokoh yang
sangat disegani di bidang kedokteran di masanya. Beliau sangat menguasai dan mendalami bidang
kedokteran, tahu hukum dan kondisi ilmu kedokteran. Semua orang datang dan belajar kepadanya. Dia
mengarang berbagai buku bermanfaat yang berkaitan dengannya…”[4]

Sedangkan Ibnu Jaljal menyebutkan dalam buku Tarikh al-Athibba’ bahwa Abu Bakar ar-Razi mirip
Bimarastan Ray dan Bimarastan Baghdad.[5]

Singkatnya, Abu Bakar ar-Razi adalah seorang yang cerdas, banyak membaca dan mengkaji buku-buku
para ilmuwan di berbagai bidang ilmu. Dia sangat tekun mengamati seluk-beluk kedokteran dan
mengungkapkan rahasia-rahasianya. Dia juga sangat peduli terhadai kaum miskin dan orang yang sedang
sakit serta berbuat baik dan merawat mereka. Dia menyikapi para pasien dengan baik dan sangat
memperhatikan aspek psikis dalam pengobatan. Dia memberi semangat kepada para pasien dan
membangkitkan harapan mereka untuk sembuh. Dia memandang bahwa seorang dokter harus menjadi
dokter fisik dan psikis sekaligus.

Di samping itu, ar-Razi gemar bermain musik dan memperhatikan pengaruhnya terhadap penyembuhan.
Dalam hal itu, dia telah mendahului ilmu kedokteran modern pada abad ke-20.[6]

Ar-Razi sangat memperhatikan aspek eksperimentasi ilmiah dan berpendapat bahwa kesimpulan ilmiah
yang dicapai berdasarkan eksperimen beberapa abad lebih baik daripada kesimpulan ilmiah yang
berdasarkan eksperimen satu orang, dan lebih baik daripada kesimpulan ilmiah berdasarkan
pemahaman logika. Dia sangat gemar melakukan eksperimen di bidang kimia dan berhasil
menyimpulkan satu jenis kimia yang berbeda dengan kimia Jabir bin Hayyan. Dia juga melakukan
percobaan kedokteran dan pembedahan pada hewan.[7] Di akhir hayatnya, Abu Bakar ar-Razi
mengalami kebutaan.

Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tahun kematiannya. Menurut Shaid, dia meninggal dunia
pada tahun 320 Hijriah.[8] Lalu, menurut Ibnu Khalkan, dia meninggal dunia pada tahun 321 Hijriah atau
924 Masehi. Sedangkan al-Qafthi menyebutkan pendapat Ibnu Syiraz dalam buku sejarah karangannya
bahwa ia meninggal pada tahun 364 Hijriah.

Akhirnya, ar-Razi menerbitkan sebuah artikel tentang al-Biruni setelah dia menerjemahkan beberapa
alinea dari buku Fihrasat Kitab ar-Razi yang disusun al-Biruni. Dari buku itu diperoleh keterangan tahun
wafat ar-Razi, yaitu 313 Hijriah atau 915 Masehi.

Dari berbagai ide filsafat ar-Razi, judul-judul sejumlah karangannya, dan paparannya dalam buku ath-
Thibb ar-Ruhani tentang berbagai kelebihan pendapat Plato mengenai jiwa, terlihat bahwa dirinya
banyak dipengaruhi oleh ide Plato.[9]

(Sumber: M. Utsman Najati. (2002). Jiwa dalam Pandangan Para Filosof Muslim).

You might also like