You are on page 1of 1

Jumat, 22 Februari 2019

PENDALAMAN: Baca tulisan Ellen G. White, mengenai “Jerat-jerat Setan,” hlm. 544-
557, dalam Alfa dan Omega, jld. 8.

Maksud Wahyu 12 adalah, pertama-tama, untuk menyatakan kepada umat Allah bahwa
peristiwa akhir zaman adalah bagian dari pertikaian antara Kristus melawan Iblis
dan kuasa-kuasa roh jahat. Kitab Wahyu memberi amaran tentang apa yang mereka
hadapi hari ini dan hal yang lebih serius yang akan mereka hadapi pada masa depan-
musuh yang marah dan sangat berpengalaman. Paulus juga memberi amaran tentang
aktivitas Iblis di akhir zaman, “… pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa
perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya
jahat terhadap orangorang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan
mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka” (2 Tes. 2.9, 10).

Kitab Wahyu menganjurkan kepada kita untuk melihat masa depan dengan serius dan
bergantung sepenuhnya pada Allah sebagai prioritas hidup kita. Di sisi lain, kitab
Wahyu memberi jaminan kepada kita bahwa meskipun Iblis adalah musuh yang kuat dan
berpengalaman, dia tidak cukup kuat untuk mengalahkan Kristus (lihat Why. 12:8).
Bagi umat Allah, pengharapan dapat diperoleh hanya pada Dia, yang telah mengalahkan
Iblis dan kuasa kejahatan di masa yang lalu. Dan Dia berjanji untuk bersama dengan
pengikut-Nya yang setia “senantiasa, sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20).

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:

1. Sebagai umat GMAHK, kita melihat diri kita menggenapi karakteristik umat yang
sisa di akhir zaman. Kesempatan yang istimewa! Juga, tanggung jawab yang luar
biasa. (Lihat Luk. 12:48.) Mengapakah kita perlu berhati-hati, agar tidak berpikir
bahwa peran ini tidaklah menjamin keselamatan kita secara pribadi?

2. “Kita terlalu banyak membicarakan kuasa Iblis. Memang benar Iblis itu berkuasa;
tetapi saya bersyukur kepada Allah atas Juruselamat yang luar biasa, yang
mencampakkan Iblis dari surga. Kita membicarakan kesulitan kita, kita doakan dan
kita selalu pikirkan kesukaran itu; dan hal itu bertambah besar dan semakin besar
dalam imajinasi kita. Sekarang mengapakah tidak membicarakan Yesus? Mengapakah
tidak memikirkan kuasa-Nya dan kasih-Nya? Iblis senang jika kita membesar-besarkan
kuasanya. Berpeganglah pada Yesus, renungkan tentang Dia, dan dengan memandang,
Anda akan diubahkan menurut gambar-Nya.”-Ellen G. White, Advent Review and Sabbath
Herald, 19 Maret 1889. Dalam cara apakah umat Kristen sering membesar-besarkan
kuasa Iblis? Di sisi lain, apakah bahayanya jika kita menyangkal kuasanya, bahkan
menyangkal keberadaannya?

You might also like