You are on page 1of 6

Maj Ked Gi; Juni 2008; 15(1): 25-30 ISSN: 1978-0206

PERAWATANSALURAN AKAR ULANG PADA GIGI


INSISIVUSSENTRALIS KIRI MAKSILA DENGAN ABSES
PERIAPIKAL DAN FISTULA
Lindasari Harahap* dan Endang Retnowati**
*Program Studi Konservasi Gigi, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis-1, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Gadjah Mada .
**Bagian IImu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Laporan kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil perawatan saluran akar ulang pada gigi insisivus sentralis kiri
maksila non vital dengan abses periapikal dan fistula. Pasien pria usia 21 tahun datang ke klinik Spesialis Konservasi Gigi FKG
UGM untuk merawatkan gigi depan kiri atas. Gigi tersebut 2 tahun yang lalu pernah dirawat saluran akar. Pemeriksaan objektif
terdapat fistula di permukaan ginggiva sebelah labial gigi insisivus sentralis kiri maksila, diperkusi ada rasa saki!. Pemeriksaan
radiografis terlihat gambaran radiolusen di periapikal, gigi telah di rawat saluran akar tetapi pengisian tidak hermitis. Diagnosis
Gigi 21 adalah non vital dengan abses periapikal dan fistula. Dilakukan perawatan saluran akar ulang. Evaluasi setelah satu
bulan fistula sembuh perkusi dan palpasi tidak sakit dan pemeriksaan radiograf radiolusen sudah mengecil, Setelah 9 bulan
pemeriksaan radiografis menunjukkan lesi periapikal hilang. Maj Ked Gi; Juni 2008; 15(1): 25-30

Kata kunc!: abses periapikal, fistula, perawatan saluran akar ulang

ABSTRACT

The aim of this case report was to evaluate the success of root canal retreatment of periapicall abscess and sinus tract
fof/owed. A 21 year old male came to the Conservative Dentistry Clinic Of Gadjah Mada University to the treat her maxillary left
central incisor. From the objective examination found that there was a sinius tract on the labial ginggiva, positive respon to
palpation, and the presence of radiographic radiolucency with inadequate obturation of root canal treatment. The diagnosis was
non vita teethl with periapical abcess and sinus tract. /n this case, a root canal treatment was carried out. After one month the
sinus tract was disappeared there was ng.pain on percussion and palpation and there was a decrease in periapical/esion, After
9 month the result of radiograph showed that periapical lesion was totally healed. This is an indication that hard tissue formation
was accured. Maj Ked Gi; Juni 2008; 15(1): 25-30

Key words: periapical abcess, fistula, root canal retreatment

PENDAHULUAN 3) kurangnya pengetahuan anatomi pulpa; 4)


pembersihan saluran akar yang tidak sempurna; 5)
Perawatan Endodontik mempunyai peranan kesalahan selama perawatan; 6) obturasi yang tidak
yangsangatpenting dalam upaya mempertahankan hermitis dan 7) fraktur akar vertikal.2
gigi agar tetap dapat berfungsi dan memelihara Perawatan ulang dilakukan setelah
keutuhan lengkung rahang terutama perawatan sebelumnya menunjukkkan tanda-tanda
mempertahankan gigi anterior yang sangat kegagalan. Penentuan berhasil atau gagalnya suatu
mempengaruhi penampilan seseorang. Seperti perawatan saluran akar didasarkan atas temuan
prosedurperawatan gigi lainnya, kegagalan dalam klinis dan radiografis. Pada umumnya ada 2
perawatansaluran akar bisa terjadi, sehingga pendekatan dalam menangani gigi-gigi yang
dalam praktek endodontik dilakukan perawatan perawatan saluran akarnya gagal, yaitu secara
ulang saluran akar yang dapat meningkatkan konvensional atau pembedahan. Perawatan saluran
kualitas perawatan sebelumnya, akar ulang konvensional (selanjutnya disebut
Sebagian besar kegagalan saluran akar perawatan ulang) adalah mengulangi perawatan
disebabkan oleh penutupan apikal yang kurang saluran akar melalui jalan masuk dari mahkota,
baik,pengisianyang terlalu pendek, bahan pengisi tujuannya untuk membersihkan saluran akar dari
yangtidakpadat pada saluran akar yang lebar serta iritan yang sebagian besar terdiri atas
kega~alan preparasi mengikuti bentuk saluran mikroorganisme yang masih bertahan dari
akar. Penyebab kegagalan dalam perawatan perawatan sebelumnya. Pembedahan merupakan
saluranakar adalah: 1) kesalahan diagnosis dan pilihan kedua jika perawatan ulang konvensional
rencanaperawatan2) kebocoran restorasi mahkota; tidak bisa dilakukan atau merupakan kontra indikasi.

25
Undasari H. & Endang R.: Perawatan Saluran Akar Ulang ISSN: 1978-0206

Riwayat perawatan terdahulu mempengaruhi terisi serta kista apikal. Adanya bakteri dan atau
prognosis suatu perawatan saluran akar ulang. Jika derajat inflamasi yang bervariasi juga diasumsikan
kegagalan terjadi karena tidak baiknya perawatan berhubungan dengan perawatan saluran akar yang
yang telah dilakukan, peluang keberhasilan daRat tidak berhasil. 8
ditingkatkan dengan melakukan perawatan ulang.3 Perawatan saluran akar merupakan
perawatan biomekanis dan kimiawi dengan tujuan
menghilangkan penyakit pulpa, penyakit periapeks
TINJAUAN PUSTAKA dan mempercepat penyembuhan serta perbaikan
penyakit jaringan tersebut.5 Perawatan saluran
Abses adalah kumpulan pus yang terletak akar dibagi 3 tahap yaitu tahap preparasi
dalam suatu kantung yang terbentuk dalam jaringan biomekanis saluran akar yaitu suatu tahap
yang disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh pembersihan dan pembentukan saluran akar
bakteri, parasit atau benda asing lainnya. Abses dengan membuka jalan masuk menuju kamar pulpa
merupakan reaksi pertahanan yang bertujuan dan korona, tahap sterilisasi yaitu dengan irigasi
mencegah agen-agen infeksi menyebar ke bagian dan disinfeksi saluran akar bertujuan untuk
tubuh lainnya. Pus itu sendiri merupakan suatu mematikan sisa-sisa kuman yang ada di dalam
kumpulan sel-sel jaringan local yang mati, sel-sel saluran akar dan tubulus dentin dan tahap
darah putih, organisme penyebab infeksi atau pengisian saluran akar untuk menghilangkan ruang
benda-benda asing dan racun yang dihasilkan oleh kosong yang dapat ditempati oleh kuman dalam
organisme dan sel-sel darah.4 Pilihan perawatan cairan tubuh yang dapat merangsang jaringan
untuk abses adalah drainase, pemberian antibiotik periapikal.9 Keberhasilan perawatan . endodontik
juga dapat digunakan untuk mengendalikan infeksi. sangat bergantung pada kesempurnaan tahap
Idealnya gigi harus dibiarkan berdrainase sampai tersebut.IO
aliran nanah terhenti dan kemudian saluran akar Kunci utama perawatan saluran akar adalah
dapat diiirigasi, dibersihkan dari kotoran dan membuang semua iritan penyebab infeksi, yaitu:
dipreparasi diberi dressin~ kemudian ditutup jaringan pulpa terinflamasi, jaringan nekrosis,
dengan tumpatan sementara. bakteri dan produk sampingannya melalui
Fistula adalah suatu saluran abnormal pembersihan dan pembentukan saluran akar serta
diantara dua organ atau antara satu organ dengan pengisian dengan guta perea dan siler secara
permukaan luar sebagai drainase karena abses di lengkap.4
periapikal mencari jalan keluar menuju ke
permukaan ginggiva sehingga membentuk sebuah
saluran. Kesembuhan dan tertutupnya fistula te~adi LAPORAN KASUS
dengan mudah bila saluran akar sudah diisi, oleh
karena sudah bersih dari pulpa nekrotik dan Pasien laki-Iaki umur 21 tahun pada tanggal
drainase dari periapikal dapat terjadi melalui fistula. 22 Maret 2007 datang ke klnik Spesialis Konservasi
Keberadaan fistula dapat meredakan rasa sakit Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah
pasca.5 Mada untuk memeriksakan gigi depan kiri atas
Perawatan saluran akar ulang berbeda sejak 3 minggu lalu pada gingiva terdapat benjolan
dengan perawatan saluran akar, karena gigi yang kecil yang jika ditekan mengeluarkan nanah dan
bersangkutan pernah dilakukan perawatan tetapi terasa sakit. Gigi tersebut 2 tahun yang lalu pemah
tidak berhasil, restorasi permanen biasanya sudah dirawat dan sudah ditambal. Pada saat pasien
dipasang . Prognosis perawatan ulang lebih buruk datang gigi 21 tidak dikeluhkan sakit.
dibandingkan perawatan saluran akar rutin, akan Pad a pemeriksaan objektif mahkota gigi 21
tetapi dengan kemajuan teknologi, latihan y-ang utuh terdapat fistula di permukaan ginggiva sebelah
terus menerus didapatkan hasil yang memadai .6 labial, jika ditekan pus keluar, gigi tidak goyah,
Keputusan untuk melakukan perawatan perkusi ada rasa sakit. Pada pemeriksaan
saluran akar ulang tergantung pada tingkat radiografis terlihat gambaran radiolusen di
keberhasilan perawatan sebelumnya. Kriteria periapikal, gigi telah di rawat saluran akar tetapi
berhasil atau tidaknya suatu perawatan saluran akar pengisian tidak hermitis (Gb. 2)
berbeda-beda antara satu dokter gigi dengan dokter Diagnosis Gigi 21 adalah non vital dengan
gigi lainnya. Ada yang berpendapat keberhasilan abses periapikal disertai fistula. Rencana perawatan
suatu perawatan saluran akar cukup dilihat dari ada yaitu perawatan saluran akar ulang dan prognosis
atau tidaknya gejala klinis, akan tetapi ada yang baik dengan pertimbangan saluran akar lurus,
berpendapat harus mengikutsertakan evaluasi terdapat fistula sebagai drainase abses, dan pasien
radiografis.7 kooperatif.
Penyebab kegagalan perawatan saluran
akar bervariasi, termasuk didalamnya adalah: Penatalaksanaan kasus :
obturasi yang tidak hermitis, perforasi akar, resopsi Kunjungan pertama, tanggal 22 Maret 2007
akar, lesi pada jaringan periodontal dan Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif dan
periradikuler, saluran akar tambahan yang tidak radiografis. Berdasarkan pemeriksaan tersebut

26
Maj Ked Gi; Juni 2008; 15(1): 25-30 ISSN: 1978-0206

ditegakkan diagnosis gigi 21 non vital dengan abses dan saluran akar diirigasi dengan larutan sodium
periapikal dan fistula (Gb.1). hipoklorit 2,5% dan chlorhexidine dygluconate 2%
Tahap kedua preparasi badan saluran akar,
dimulai dari file no 55 sampai no 65 yang masing-
masing berturut-turut PK dikurangi 1mm yaitu file no
55 PK 22 mm, file no 60 PK 21mm, dan file no 70
PK 20 mm. Setiap pergantian file, dilakukan
rekapitulasi dengan menggunakan MAF # 50 PK 23
mm dan dilakukan irigasi dengan menggunakan
larutan sodium hipoklorit 2,5% dan chlorhexidine
dygluconate 2%
Tahap ketiga preparasi saluran. akar
selanjutnya membuat saluran akar berbentuk
eorong menggunakan a headstroem file # 60' PK
Gb1. Fistula sebelum retreatment 20mm, kemudian dinding saluran akar dihaluskan
dengan hedstroem file MAF # 50 PK 23 mm lalu
diirigasi dengan larutan sodium hipoklorit 2,5%
dan chlorhexidine dygluconate 2%. Selanjutnya
saluran akar di dressing dengan eampuran kalsium
hidroksid dan yod gliserin kemudian ditumpat
sementara. Diinstruksikan untuk kontrol 2 minggu
kemudian.

Gb2. Radiograf 21 sebelum perawatan

Gigi diisolasi dengan rubberdam kemudian


dilakukan pembukaan dari sebelah palatinal
dengan bur intan bulat sampai terlihat orifis.
Dilanjutkanpengambilangutta perea dalam saluran
akar menggunakan hedstroem file no 15
berdasarkan panjang estimasi dari radiograf, Gb3. Pengukuran panjang kerja
kemudianheadstroemfile ditarik searah jarum jam.
Setelahgutta perea terambil semua saluran akar
diirigasi menggunakan larutan salin. Dilakukan
pengambilanradiograf kembali untuk memastikan
saluranakar sudah bersih dari bahan pengisi gutta
perea. Pengukuran panjang kerja (PK) dengan
metode observasi langsung menggunakan
radiografsehingga diperoleh hasil panjang kerja
(PK)23 mm. File no 35 sebagai Initial Apikal File
(IAF = yang pas masuk di apeks) dengan PK 23mm
dimasukkandalam saluran akar hingga stopper
terletakpada titik referensi (Gb.3), lalu dilakukan
pengambilanradiograf terlihat ujung file berada
tepat di apeks gigi (Gb.4). Dilanjutkan preparasi
saluran akar dengan metode step back
menggunakanK-file dengan gerakan filling sampai
saluranakarbersih dari jaringan nekrotik.
Tahap pertama prepasi daerah apikal. File
pertamayang digunakan adalah K-file no 35 (IAF)
denganPK 23 mm. Preparasi dilanjutkan dengan Gb.4 Radiograf pengukuran PK
no 40 sampai no 50 (Master Apikal File=MAF)
denganpajangkerja 23 mm. Setiap pergantian file
selaludiulangidengan penggunaan file sebelumnya

27
Lindasari H. & Endang R.: Perawatan Saluran Akar Ulang ISSN: 1978-0206

Pada kunjungan kedua tanggal 4 April 2007,


dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif pada
gigi tersebut . Hasil pemeriksaan tidak ada keluhan
sakit pada perkusi dan palpasi, dan fistula telah
mengecil dan siap untuk dilakukan obturasi.
Setelah daerah kerja diisolasi dengan rubber dam,
kemudian pengisian menggunakan bahan gutta
perea, teknik kondensasi lateral. Preparasi
saluran akar dieek dengan gutta perea utama no
50 PK 23 mm, diirigasi dengan sodium hipoklorit
2,5% dan ehlorhexidine dyglueonate 2% lalu
dikeringkan dengan poin kertas steril. Setelah
didapat saluran akar yang besih dan kering
dilanjutkan dengan pengisian saluran akar
menggunakan gutta perea yang sesuai utama, Gb.6. Radiograf setelah 1 bulan perawatan
sesuai dengan MAF no 50 PK 23mm. Selanjutnya
pasta sealer endometason dioleskan pada
lentulo dan dimasukkan ke saluran akar. Pada 1/3 Kunjungan keempat Januari, 2008, 8 bulan
ujung gutta perea utama juga dilapisi siler dan pasea perawatan saluran akar pasien datang untuk
dimasukkan dalam saluran akar. Spreader memeriksakan 11 yang fraktur pada mahkotanya.
dimasukkan diantara gutta perea utama dan dinding Hasil Radiograf menunjukkan gambaran radiolusen
saluran akar kemudian di tekan kearah apikal di ujung apeks sudah menghilang (Gb.7).
hingga ujung spreder meneapai kira-kira 1-2 mm
sebelum apeks. Gutta perea utama akan
terkondensasi ke arah lateral, spreader ditarik.
Ruang kosong yang terbentuk diisi gutta perea
tambahan dengan ukuran lebih keeil, spreader
dimasukkan lagi. Demikian seterusnya sampai
saluran akar terisi penuh sehingga spreader tidak
dapat masuk lagi ke dalam saluran akar. Gutta
perea dipotong kira-kira 1-2 mm arah apikal orifis
dan dipadatkan menggunakan plugger. Gambaran
radiograf menujukkan hasil pengisian hermitis
Kemudian kavitas ditutup semen seng fosfat dan
ditumpat sementara dengan cavil.
Kunjungan ketiga, 11 April 2007, kontrol 1
Gb.7. Radiograf setelah 8 bulan perawatan
minggu pasea perawatan saluran akar pada
pemeriksaan subjektif dan objektif tidak ada keluhan
sakil. Pada bagian palatal gigi 21 direstorasi resin PEMBAHASAN
komposit Kelas I sebelumya pada dasar kavitas
dilapisi Semen lonomer Kaea. Pasien dianjurkan
kontrol1 bulan kemudian. Langkah awal penanganan kasus kegagalan
Kunjungan keempat, 4 Juni 2007, kontrol 1 perawatan saluran akar kasus gigi 21 non vital
bulan pasea perawatan saluran akar. Pada dengan abses periapikal dan fistula adalah
pemeriksaan subjektif dan objektif tidak ada perawatan saluran akar ulang (retreatment). Agar
perawatan ulang saluran akar ini berhasil
keluhan sakit, fistula mengecil (Gb.5). Pemeriksaan
radiograf gambaran radiolusen di ujung apek diperlukan ketaatan terhadap standar dan prinsip-
ukurannya telah mengeeil (Gb.6). prinsip endodontik, karenanya harus sudah memiliki
keterampilan dan pelatihan yang memadai.
Pada kasus ini pengisian yang tidak
hermitis menyebabkan terjadinya kelainan
periapikal, karena bakteri dan produk toksinnya
memasuki jaringan periodontal menyebabkan reaksi
inflamasi jaringan periapikal dapat berlanjut menjadi
abses. Bahan supuratif dari dalam abses
dikeluarkan pada mukosa atau ginggiva melalui
lubang keeil disebut fistula. Keberadaan fistula
berfungsi sebagai drainase. Fistula dilapisi oleh
jaringan granulasi dan sel-sel inflamasi. Proses
peyembuhannya diawali dengan penghaneuran dan
Gb.5. Fistula setelah 1 bulan perawata pembuangan debris oleh makrofaq dan menjadi

28
Maj Ked Gi; Juni 2008; 15(1): 25-30 ISSN: 1978-0206

daerah nekrosis jaringan granulasi dari jaingan ikat KESIMPULAN


di sekitarnya. Sewaktu penyembuhan berlangsung,
fibroblast meletakkan kolagen sellularitas dikurangi Perawatan saluran akar ulang (retreatment)
melalui proses bertahap sel radang, fibroblast dan dapat berhasil dilakukan bila pengisian hermitis,
kapiler. Akhirnxa yang tertinggal hanyalah jaringan kerja yang asepsis, diagnosis yang tepat, didukung
parut kolagen. 1 oleh pengetahuan dan kemampuan operator yang
Fistula akan hilang dengan sendirinya cukup. Keberadaan fistula berfungsi sebagai
setelah hilangnya infeksi dalam saluran akar drainase dan akan menutup jika saluran akar sudah
dikarenakan saluran akar sudah bersih dari pulpa bersih dari mikroorganisme.
nekrotik.4 Perawatan ulang saluran akar dilakukan Keberhasilan perawatan saluran akar ulang
untuk menghilangkan penyebab iritan dengan cara pada kasus ini diperoleh dari pemeriksaan klinis dan
mengeluarkan seluruh bahan pengisi saluran akar pemeriksaan radiografis yang dilakukan pada, 1
dan mikroorganisme yang masih bertahan dari bulan dan 8 bulan pasca perawatan saluran akar
perawatan saluran akar sebelumnya. sehingga ulang. Pada pemeriksaan klinis fistula sudah
mempereepat proses penyembuhan. Tindakan ini sembuh, tidak ada keluhan sakit pada perkusi dan
diikuti dengan pembersihan, pembentukan dan palpasi. Gambaran radiografis menunjukkan lesi
pengisian saluran akar secara hermitis yang d~at
periapikal telah hilang.
meneegahmasuknya iritan ke daerah periapeks.
Preparasi biomekanis meliputi pembersihan,
pembentukan dan irigasi saluran akar dilakukan DAFTAR PUSTAKA
untuk mengurangi jumlah bakteri dalam saluran
akar.4 Kombinasi pemilihan bahan irigasi antara 1. Cohen S & Burns RC: Pathways of the Pulp,
sodium hipoklorit 2,5% dengan Chlorhedidine 8 th ed., Missouri, St Louis 2002: 610-615
dygluconate 2% pada saluran akar ulang diperlukan 2. Stabholz & Walton: Evaluasi Keberhasilan dan
karena menghasilkan prosentase terbesar Kegagalan (dalam) Walton, R.E., dan
penurunan mikroba dalam saluran akar. Larutan Torabinejad, M. (eds). Prinsip dan Praktik IImu
sodium hipoklorit 2,5% efektif membunuh semua Endodonsia (terj). Edisi ke-2, 1998: 423-425,
bakteri yaitu Streptococcus mutans Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Peptostreptococcus micros, provote/la intermedius 3. Friedman S: Perawatan Ulang Untuk
dan Porphyromonas ginggivalis.12 sedangkan Kegagalan Perawatan Saluran Akar dalam
chlorhexidine dygluconate 2% bersifat antimikroba Walton RE & Torabinejad M, Prinsip dan
terhadap Enterococcus faecalis yang sering Praktek Dalam /Imu Endodonti (terj) ed 2, 1998
menyebabkan terjadinya kegagalan perawatan : 438-460, EGC, Jakarta.
saluran akar.13 4. Walton RE & Torabinejad M: Prinsip dan
Pengisian yang dilakukan menggunakan Praktek /Imu Endodonsia (Terj.), 200 ed.,
gutta perea dan bahan sealer endometason yang Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998
mengandung kortikosteroid yang mempunyai efek 5. Harty FJ: Endodonti Klinis (Terj), ed ke-3, EGC,
mengurangi sakit, dan paraformaldehid untuk Jakarta, 1993: 137-381,181-183
menghambat pertumbuhan serta mencegah invasi 6. Wong R: Conventional Endodontic Failure and
bakteri.1 Retreatment, Dent Clin. North Am, 2004; 48
Pada kasus ini pengisian yang tidak hermitis (4): 265-270.
menyebabkan terjadinya kelainan periapikal, karena 7. Smith JW, Crisp JP, & Torney DL: A Survey:
bakteri dan produk toksinnya memasuki jaringan Controversies in Endodonti Treatment and Re-
periodontal menyebabkan reaksi inflamasi jaringan treatment, J.Endod, 1981;7(10): 477-483
periapikal,4Perawatan saluran akar dilakukan untuk 8. Hoen MM & Pink FE: Contemporaray
menghilangkan penyebab iritan dan mempercepat Endodontic Retreatmen An Analysis based on
proses penyembuhan serta mencegah terjadinya Clinical Treatment Findings, J.Endod 2002;
kontaminasi. Kesembuhan dan tertutupnya fistula 28(12): 834-836.
terjadi dengan mudah bila saluran akar telah diisi 9. Grossman U, Oliet S, & Del Rio CE: IImu
oleh karena sudah bersih dari pulpa nekrotik, dan Endodontik dalam Praktek, (terj), 11thed., EGC
drainasedari periapikal dapat terjadi melalui fistula.s Jakarta1995:196-380
Keberhasilan perawatan saluran akar secara 10. Soerono Akbar SMK: Endodontologi (Kumpulan
klinis ditandai dengan tidak adanya respon terhadap Naskah), 2003; 61-64,155-163, HafiztJakarta.
perkusi atau palpasi, tidak ada mobilitas, tidak ada 11. Lowler Ahmed A & William J: Home Pathology
fistula, gigi berfungsi secara normal, tidak ada For Dental Students dalam buku Pintar Patologi
tanda-tanda infeksi atau pembengkakan dan tidak Untuk Kedokteran Gigi (terj) 1992, 15-20, EGC
ada keluhan subjektif.14 Jakarta
12. Yellsoy C, Whitaker E, Claveland D, Philips E,
& Trope M: Antimicrobial and Toxic

29
Lindasari H. & Endang R.: Perawatan Saluran Akar Ulang ISSN: 1978-0206

Effect of Established and Potential Root canal Endodontic Irigants, J.Endod, 1994; 20(6): 276
Irrigants, J. Endod., 1995; 21(10):513-515 -278
13. Michael JJ & Robert RW: A Comparison of 14. Tarigan R: Perawatan Pulpa Gigi, ed ke-1,
2,0% Chlorhexidine Gluconate and 5,25% Penerbit Widya Medika, Jakarta, 1994: 181-194
Sodium Hipochrolite as Antimicrobial

30

You might also like